Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara


menyeluruh (Malik, 2008). Kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi kulitas
hidup, termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri (Putri dkk, 2012).
Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan dari rongga
mulut. Hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya deposit-deposit organik berupa
materi alba, kalkulus sisa makanan, dan plak gigi (Pharamitha, 2011).
Karang gigi merupakan kumpulan plak gigi dan sisa-sisa makanan yang tidak
dibersihkan dalam waktu lama sehingga mengalami pengerasan. Selain itu karang
gigi juga dapat menyebabkan gusi berdarah hingga menyebabkan kerusakan jaringan
penyangga gigi (peridontal dan tulang), sehingga gigi goyang dan pasien beresiko
kehilangan gigi baik secara spontan maupun karena pencabutan.
Karang gigi tidak dapat dibersihkan dengan cara menyikat gigi biasa,
melainkan dengan bantuan profesional dari dokter gigi. Karang gigi ini dapat
dibersihkan dengan scaling & polishing. Scaling dan polishing merupakan prosedur
pembersihan karang gigi dengan menggunakan alat khusus sehingga prosesnya
menjadi aman, efisien, dan nyaman untuk pasien. Pasien dapat melakukan scaling
minimal setiap 6 bulan sekali atau tergantung kasus masing-masing individu. Scaling
adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan utamanya membersihkan
karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands instruments scaler atau
manual scaler, dan ultrasonic scaler.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Scaling dan root planing


Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus
dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root planing
merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan akar
dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada
permukaan akar (sementum) (Krismariono, 2009).
Pada kasus periodontitis, scaling dan root planing tidak dapat dipisahkan.
Tindakan scaling perlu diikuti dengan root planing dengan harapan permukaan akar
menjadi halus sehingga menghambat akumulasi plak dan perlekatan kalkulus.
Scaling dan root planing merupakan terapi mendasar untuk perawatan penyakit
periodontal. Meskipun perawatan ini mempunyai keterbatasan, antara lain: tidak
dapat mencapai daerah poket dengan kedalaman lebih dari 3mm dan tidak dapat
mencapai daerah bifurkasi yang merupakan cekungan pada akar gigi, namun scaling
dan root planing masih tetap merupakan perawatan utama, karena dapat mengurangi
inflamasi dan mengurangi kolonisasi bakteri di dalam sulkus gingival (Krismariono,
2009).
Tujuan utama scaling adalah untuk mengembalikan kesehatan gingiva dengan
jalan menghilangkan semua elemen yang menyebabkan radang gingiva dari
permukaan gigi, seperti plak, kalkulus dan sementum yang tercemar (Putri, dkk,
2012).

Adapun teknik-teknik scaling menurut Krismariono (2009) adalah sebagai


berikut:
1.1. Teknik scaling manual
a. Teknik scaling kalkulus supragingiva
Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva. Keuntungan
lain adalah pada kalkulus subgingiva tidak dibatasi oleh jaringan yang
mengelilinginya. Hal ini merupakan kemudahan dalam aplikasi dan
penggunaan alat. Sickle lebih umum digunakan untuk scaling supragingiva,
sedangkan hoe dan chisel lebih jarang digunakan.
Tata cara scaling supragingiva diawali dengan penempatan alat pada
apikal dari kalkulus supragingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam
jarak pendek arah vertikal (koronal), horisontal maupun oblique mendorong
maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scaling dilakukan
sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual maupun
perabaan dengan bantuan alat (misalnya: sonde).
Scaling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan
permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung yang tajam (sickle)
hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih mudah melukai jaringan
lunak di bawahnya.
b. Teknik scaling dan root planing kalkulus subgingiva
Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling
supragingiva. Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada
supragingiva, selain itu kalkulus subgingiva kadang melekat pada permukaan
akar yang sulit dijangkau (misalnya daerah bifurkasi). Jaringan lunak yang
membatasi kalkulus subgingiva juga merupakan masalah, karena pandangan
operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah yang
keluar cukup banyak maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh
karena itu operator dituntut menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan
scaler untuk mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva.
Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat terbatas
dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Oleh karena itu untuk
mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang lebih besar, maka alat scaler
harus diaplikasikan dan digunakan secara hati-hati serta yang lebih penting lagi
adalah pemilihan alat dengan penampang yang tipis agar mudah masuk ke
dalam subgingiva. Selain itu operator dituntut untuk menguasai morfologi gigi
per gigi dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini penting untuk
membedakan antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang variatif
dari permukaan akar.
Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah titik kontak
antara 2 gigi, yaitu daerah batas sementum dan enamel (cemento-enamel
junction / CEJ) karena pada daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam
dibanding CEJ pada permukaan fasial maupun lingual/palatal. Kalkulus pada
daerah ini umumnya melekat erat pada cekungan, sehingga diperlukan berbagai
variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun horisontal agar
kalkulus dapat terlepas.
Tata cara scaling kalkulus subgingiva mirip dengan scaling kalkulus
supragingiva, hanya ada batasan-batasan tertentu seperti yang tersebut di atas.
Scaling subgingiva diawali dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada
apikal dari kalkulus subgingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam
jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique mengungkit dan menarik
kalkulus terlepas dari gigi.

Menurut Putri dkk (2012) alat yang digunakan untuk skeling manual terdiri
dari:
a. Sickle scaler
Sickle scaler mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working end-nya
mempunyai permukaan yang datar dan dua sisi potong yang mengerucut
dan membentuk sudut lancip pada ujungnya. Sickle scaler digunakan untuk
mengambil kalkulus supragingiva atau subgingiva pada permukaan
proksimal gigi anterior dan posterior.

Gambar 1. Sickle scaler


b. Kuret
Kuret adalah alat yang mempunyai bentuk seperti sendok dan
digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan
akar dari jaringan sementum yang nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak
nekrotik pada dinding poket. Kuret mempunyai dua sisi potong yang
bertemu pada ujung alat dengan bentuk membulat.
Ada dua jenis dasar kuret, yaitu kuret universal dan kuret area spesifik
(Gracey). Kuret universal memiliki sisi potong yang dapat dimasukkan pada
sebagian besar area gigi geligi dengan cara mengubah dan mengadaptasikan
jari-jari, fulkrum, dan posisi tangan operator. Kuret Gracey adalah satu set
kuret yang terdiri dari beberapa instrumen yang didesain dan diberi lekukan
untuk dapat beradaptasi pada area anatomis tertentu pada gigi geligi.
Kuret Gracey terdiri dari berbagai nomor yaitu:
Gracey 1-2 dan 3-4 : gigi anterior
Gracey 5-6 : gigi anterior dan premolar
Gracey 7-8 dan 9-10 : gigi posterior bagian bukal dan lingual
Gracey 11-12 : gigi posterior bagian mesial
Gracey 13-14 : gigi posterior bagian distal.

Gambar 2. Kuret universal

Gambar 3. Kuret Gracey


Gambar 4. Perbedaan antara sisi potong kuret universal dan kuret gracey, A
kuret universal lurus, B kuret gracey melengkung
c. Hoe scaler
Merupakan skeler yang mempunyai bentuk seperti cangkul.
Digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga
bebas dari sisa-sisa kalkulus.
Hoe scaler digunakan dengan cara sebagai berikut:
1. Tangkai dimasukkan hingga mencapai dasar saku periodontal

sehingga antara tangkai dan gigi ada 2 titik yang berkontak. Hal ini

akan membuat instrumen menjadi stabil dan mencegah terbentuknya

takikan pada akar.

2. Instrumen diaktivasi dengan gerakan menarik yang cukup kuat ke

arah mahkota sepanjang akar.

Gambar 5. Hoe scaler

d. File scaler
File scaler mempunyai bentuk seperti kikir. Fungsi utamanya dalah
untuk menghancurkan kalkulus yang besar. File scaler dapat menyebabkan
permukaan akar menjadi kasar jika penggunaanya tidak tepat. Dengan
demikian, alat ini tidak tepat digunakan untuk melakukan skaling yang halus
atau menghaluskan permukaan akar.

Gambar 6. File scaler

e. Chisel scaler
Chisel scaler didesain untuk bagian proksimal gigi-gigi anterior.
Skeler ini mempunyai bentuk seperti pahat. Chisel dimasukkan dari
permukaan labial. Adanya lekukan di bagian tangkainya menyebabkan alat
ini stabil ketika masuk ke bagian proksimal dan sisi potongnya dapat
mencapai kalkulus tanpa membuat takikan pada gigi. Alat diaktifkan dengan
cara mendorong.

Gambar 7. Chisel scaler


1.2. Scaling dengan ultrasonic scaler
Scaling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk menghilangkan
kalkulus pada permukaan gigi dibanding scaling dengan alat manual. Alat ini
mempunyai ujung (tip) yang dapat bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus
dari permukaan gigi. Alat ini dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan
menjadi lebih bersih karena permukaan gigi langsung dicuci dengan air yang
keluar dari alat ini.
Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi tidak
boleh ada gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan untuk memecah
kalkulus yang besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan
tekanan ringan sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan
permukaan gigi dari sisa kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan
pada permukaan gigi kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertikal,
horisontal dan oblique) ke seluruh permukaan sampai diperkirakan halus.
Kepekaan alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual scaler,
sehingga umumnya setelah dilakukan scaling dengan ultrasonic, maka tetap
disarankan scaling dan root planing dengan manual scaler. Perlu ketrampilan
khusus dalam penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan
mesin yang kadang sulit kita kontrol gerakannya.
Macam-macam alat skeler ultrasonik menurut Putri dkk. (2012), yaitu:
1. Hoe insert gunanya untuk kalkulus supragingival dan stain.
2. Universal scaler bentuknya segitiga pada potongan melintang gunanya
untuk kalkulus bagian proximal.
3. Fine scaler bentuknya, seperti periodontal probe, gunanya untuk
kalkulus subgingival.
4. Flushing device gunanya untuk menyemprot sulkus gingiva pada kasus-

kasus infeksi.
Keuntungan skeler ultrasonik:
1. Praktis
2. Cepat, baik operator maupun pasien lebih
menyukainya Kerugian skeler utrasonik:
1. Harganya mahal
2. Pengunaannya harus hati-hati tidak boleh jatuh
3. Tidak boleh basah
Gambar 8. Ultrasonic scaler
Skeling dengan menggunakan skeler ultrasonik/sonik dilakukan sebagai
berikut :
a. Alat diatur sedemikian rupa sehingga semburan air cukup memadai dan
vibrasi tidak melebihi yang dibutuhkan untuk penyingkiran kalkulus.
b. Instrumen dipegang dengan teknik modified pen grasp.
c. Sandaran jari dibuat sebagai mana pada penskeleran manual
d. Alat dihidupkan dengan menginjak pedal kaki atau menyetel pada hand-
piece, tergantung tipe alatnya
e. Tip atau ujung alat yang telah bergetar digerakkan dengan sapuan vertikal
pendek-pendek dengan tekanan ringan melintasi deposit yang hendak
disingkirkan. Tekanan latera1 yang kuat tidak dibutuhkan. karena yang
melepaskan deposit adalah vibrasi dari alat.
f. Tip harus senantiasa bergerak, dan bagian ujungnya tidak boleh diarahkan
tegak lurus ke permukaan gigi untuk menghindari terjadinya guratan-
guratan pada permukaan gigi.

1.3. Aktivasi Instrumen (gerakan skeling)

a. Angulasi

Angulasi adalah sudut antara permukaan sisi potong alat dengan


permukaan gigi. Angulasi sering disebut sebagai relasi gigi-sisi potong skaler.
Angulasi yang benar penting untuk membuang kalkulus. Untuk alat alat
yang masuk ke dalam subgingival misalnya kuret, angulasi seharusnya
mencapai 0 derajat atau yang mendekati 0 derajat. Selama skeling dan root
planning, angulasi optimal adalah antara 45 - 900. Angulasi sisi potong skeler
bergantung pada jumlah dan sifat kalkulus, prosedur yang dilakukan, dan
kondisi jaringan lunak di sekitarnya. Jika kalkulusnya banyak dan melekat
kuat, selama pergerakan menarik, angulasi lebih baik kurang dari 900
sehingga sisi potong alat akan menggigit kalkulus. Pada angulasi yang
kurang dari 450 , sisi potong kurang dapat mengambil kalkulus, sebaliknya
hanya akan meluncur di atas kalkulus dan menghaluskannya. Sehingga sisi
potong alat akan menyentuh dan menghilangkan dinding saku gusi yang
nekrotik (Putri dkk.,2012).
b. Tarikan atau tekanan

Ada 3 jenis tarikan atau tekanan yang digunakan selama


instrumentasi, yaitu : (1) tekanan eksplorasi ; (2) tarikan skeling, dan (3)
tarikan root planning. Masing masing tarikan tersebut dapat diaktivasi
dengan gerakan menarik atau mendorong dalam arah vertikal, horizontal
maupun oblik (miring). Yang paling sering digunakan adalah tarikan vertikal
dan oblik, sedangkan tarikan horizontal dipakai secara selektif pada sudut
gigi atau pada saku dalam dimana tarikan vertikal maupun oblik sulit
dilakukan. Tarikan skeling adalah tarikan yang pendek dan kuat
menggunakan alat tajam untuk menghilangkan kalkulus supra- dan
subgingival. Sisi potong alat menyentuh batas apikal kalkulus dan
melepaskannya dengan gerakan yang kuat mengarah ke koronal. Gerakan
skeling seharusnya diawali di lengan bawah dan diteruskan dari pergelangan
tangan pada telapak tangan dan menggerakkan dengan lentur jari jari tangan
(Putri dkk.,2012).

2. POLISHING

Polishing atau prophilaksis adalah pembersihan permukaan gigi dari stain


ekstrinsik, kalkulus atau plak yang mungkin masih tersisa setelah proses scaling agar
permukaan gigi menjadi lebih halus. Prosedurnya adalah dengan kombinasi
handpiece low speed dan rubber cup (untuk gigi bagian facial) dan bristle brush
(untuk gigi permukaan oklusal) dengan bahan abrasif yang mengandung natrium
bikarbonat powder, aluminium trihydroxide, kalsium natrium, bubuk phosphosilicate,
atau kalsium bubuk karbonat untuk menghapus noda ekstrinsik yang tersisa setelah
scaling. Bahan berbentuk pasta tetapi kasar seperti berpasir. Permukaan gig dioles
dengan bahan tersebut kemudian gigi disikat dengan rubber cup dan bristle brush .
Untuk mengontrol kecepatan putaran brush menggunakan foot control dengan
handpiece low speed untuk membuang sisa karang gigi, menghaluskan permukaan
gigi dan menimbulkan sensasi segar dalam mulut pasien, sehingga mulut terasa
bersih dan segar. Dengan permukaan gigi yang halus,
diharapkan plak dan bakteri sulit terakumulasi kembali, terbentuknya perlekatan
gingivalbaru yang lebih baik, dan berkurangnya kedalaman poket gingival yang
menjadi media bakteri (Mohan dkk., 2015).

Gambar 9. Proses Polishing dengan handpiece low speed

Macam-macam alat poles menurut Putri dkk (2012) yaitu:


1. Rubber cups
Rubber cups merupakan alat poles yang terbuat dari bahan karet
berbrntuk seperti mangkok. Rubber cups terpasang pada contra angle dan
setiap kali setelah pemakaian harus disterilkan. Pada penggunaannya dapat
disertai pasta poles yang mengandung fluoride dan usahakan tetap lembab
untuk mengurangi panas yang terjadi ketika cups berputar. Lakukan pemolesan
tanpa tekanan karena penggunaan cups disertai bahan abarasif yang terlalu
menekan akan menghilangkan lapisan pelindung sementum, karena lapisan ini
menipis di bagian servikal gigi.

Gambar 10. Rubber cups


2. Bristle brush
Bristle brush tersedia dalam bentuk seperti roda dan seperti mangkok. Brush
dipasang pada contra angle dan digunakan dengan pasta poles. Karena bulunya
kaku, penggunaan brush terbatas pada mahkota untuk menghindari luka pada
sementum dan gingiva.

Gambar 11. Bristle brush

3. Dental tape (pita poles)


Dental tape dengan pasta poles dipakai untuk memoles permukaan
proksimal yang tidak tercapai oleh alat poles lainnya. Pita dimasukkan ke
daerah interproksimal dengan arah sejajar dengan sumbu aksis gigi dan
digerakkan dalam arah labio-lingual. Hindari menyebabkan luka pada gingiva.
Setelah dipoles, daerah tersebut dibersihkan dengan air hangat untuk
menghilangkan sisa-sisa bahan dan pasta.

DAFTAR PUSTAKA

Krismariono, A., 2009, Prinsip-prinsip dasar scaling dan root planing dalam
perawatan periodontal, Periodontic Journal., 1(1): 1-5.
Malik, I., 2008, Kesehatan Gigi dan Mulut, Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjajaran, Bandung.
Mohan R., Chowdhary Z., Sharma V., Rai R., 2015, Air Polishing: An Update,
International Journal of Maxillofacial Research, 1 : 34-35
Paramitha, A. 2011. Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Percica)
Terhadap Pembentukan Plak Gigi: UNDIP.

Putri, M.H., Herijulianti, E, Nurjannah, N. 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit


Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai