Anda di halaman 1dari 15

RESUME BIDANG ILMU PERIODONSIA

SCALING DAN ROOT PLANING

Koordinator Bidang Ilmu:


drg. Christiana Cahyani Prihastuti, M. Phil

Disusun oleh:
Lilian Eunike Handayani G1G014012
Bella Citra Panggih G1G014044

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2019
Scaling dan Root Planing

A. Gambaran Umum

Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak,

kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root

planing merupakan suatu tindakan untuk membersihkan dan menghaluskan

permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang

melekat pada permukaan akar (sementum). Pada kasus periodontitis, scaling dan

root planing (SRP) tidak dapat dipisahkan. Tindakan scaling perlu diikuti dengan

root planing dengan harapan permukaan akar menjadi halus sehingga

menghambat akumulasi plak dan perlekatan kalkulus. Scaling dan root planing

merupakan terapi mendasar untuk perawatan penyakit periodontal (Krismariono,

2009).

Tujuan tindakan SRP adalah untuk menghilangkan mikroorganisme,

endotoksin, dan kalkulus untuk mengurangi inflamasi, meningkatkan regenerasi

jaringan, dan membuat permukaan akar yang dapat diterima jaringan gingiva

secara biologis. Tindakan SRP juga dapat menghilangkan deposit gigi yang dapat

menyebabkan inflamasi gingiva (Darby dan Wals, )

B. Indikasi dan Kontraindikasi Scaling Root Planing

Indikasi dilakukan perawatan scaling dan root planing antara lain

(Cohen, ):

1. Adanya edema dan jaringan yang mengalami inflamasi


2. Poket yang dangkal <3 mm

3. Poket supraboni

4. Sebagai persiapan awal untuk prosedur bedah dengan tujuan

mendapatkan kondisi jaringan yang dapat ditangani dengan mudah

5. Meningkatnya mikroorganisme patogen

Kontraindikasi dilakukan perawatan SRP antara lain (Cohen,……):

1. Jaringan fibrotic

2. Poket yang dalam >3mm

3. Furcation involvement

C. Instrumentasi

Scaling terbagi menjadi dua jenis berdasarkan penggunaan alat, yaitu

scaling manual dan scaling Ultra Sonic Scaler (USS). Instrumen yang

digunakan untuk melakukan scaling menurut Jain dkk., (2016) yaitu:

1. Scaling Manual

a) Sickle Scaler

Sickle scaler ini diindikasikan untuk pengambilan kalkulus

supragingiva. Bentuk-bentuk sickle scaler yaitu triangular, double

cutting edge, dan pointed tip.

b) Kuret

Kuret digunakan untuk pengambilan kalkulus subgingiva dan untuk

perawatan root planning. Bentuk dasar dari kuret ini yaitu blade

berbentuk seperti sendok dengan tip membulat.


c) Chisel

Chisel didesain untuk menjangkau area proksimal gigi dengan ruang

yang sempit. Alat ini biasanya digunakan pada bagian gigi anterior.

d) Hoe

Hoe digunakan untuk scaling kalkulus yang mengelilingi gigi geligi.

e) File scaler

Merupakan alat yang diindikasikan untuk pengambilan kalkulus

subgingiva yang dapat merontokan dan menghilangkan deposit

kalkulus yang tebal.

Gambar 1. A.Kuret universal B.Sickle scaler lurus


C.File scaler D.Chisel scaler E.Hoe scaler
Sumber: Carranza dkk., 2002: 569

2. Scaling USS
Scaling USS merupakan suatu tindakan pembersihan kalkulus yang

besar, banyak, dan keras. Biasanya teknik scaling ini untuk kalkulus

supragingiva. Alat scaling dengan metode ini biasanya disertai dengan

semprotan air yang bertujuan untuk menghilangkan panas akibat vibrasi

ultrasonic dan sebagai pembersih permukaan gigi (Widyastuti, 2009).

Menurut Fedi dkk., (2012) berdasarkan kekuatan getaran yang

digunakan scaling elektrik terdiri dari scaler ultrasonik dan sonik. Scaler

sonik menghasilkan getaran 2000-6500 per detik sedangkan scaler

ultrasonik dapat menghasilkan 25.000-35.000 putaran per detik. USS

terdiri dari 2 tipe yaitu USS magnetostriktif dan pizoelektrik. USS

magnerostiktif bekerja dengan prinsip magnetostriksi yaitu apabila

lempengan logam yang diletakan pada magnet maka lempengan logam

akan bergetar pada kecepatan yang dihasilkan oleh medan listrik tersebut.

USS magnetostriktif memiliki ujung yang ramping menyerupai probe

sehingga efektif digunakan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva

pada poket yang dalam. USS pizoelektrik memliki ujung yang sama

dengan alat manual. USS pizoelektrik dapat membersihkan kalkulus

subgingiva sambil mengeluarkan bahan antimikroba.

D. Teknik Scaling dan Root Planning

Beberapa prinsip yang digunakan dalam teknik SRP antara lain:

1. Instrument Grasp
Instrument grasp berkaitan dengan cara memegang alat agar pergerakan

alat selama scaling dan root planning dapat terkontrol. Instrument grasp

terdiri 3 cara yaitu, modified pen grasp, standard pen grasp dan palm and

thumb grasp. Modified pen grasp merupakan teknik yang sering

digunakan, pada teknik ini alat dipegang seperti memegang pena dengan

bagian dalam ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Ibu jari dan jari

telunjuk berada berdekatan pada gagang alat (handle) di sisi yang

bersebrangan sedangkan jari tengah berada diatas leher alat (shank). Cara

ini memungkinkan operator untuk scaling dengan tekanan yang terkontrol.

Gambar 2. Cara memegang alat dengan teknik


modified pen grasp
Sumber: Carranza dkk., 2002.

2. Finger rest

Tumpuan digunakan untuk mencegah adanya pergerakan alat yang

tidak terkontrol dan mencegah kerusakan jaringan serta injuri pada tangan

operator. Tumpuan umumnya diperankan oleh jari manis. Tumpuan dapat

diletakkan pada intra maupun ekstra oral (pada jaringan lunak).


Intra oral finger rest terdiri dari 4 cara, yaitu: conventional (tumpuan

pada gigi dalam 1 rahang sisi yang sama), cross arch (tumpuan pada gigi

dalam 1 rahang sisi yang berlawanan), opposite arch (tumpuan pada gigi

pada rahang yang berlawanan), finger on finger (tumpuan pada jari

telunjuk/ibu jari tangan yang lain yang diletakkan pada gigi yang

berdekatan dengan area perawatan pada rahang yang sama) (Newman,

2002).

Gambar 1. Tumpuan intra oral

Tumpuan ekstra oral digunakan untuk scaling gigi posterior rahang

atas. Caranya dengan menempelkan jari tangan sisi telapak tangan maupun

punggung tangan pada pipi/bibir. Metode yang paling sering digunakan

adalah palm-up (dengan meletakkan punggung jari tengah dan jari manis

pada sisi lateral kanan mandibula, digunakan untuk scaling region posterior

atas kanan) dan palm-down (dengan meletakkan jari tengah dan jari manis

sisi telapak pada lateral kiri mandibula, digunakan untuk scaling regio

posterior atas kiri) (Newman, 2002).


Gambar 1. Tumpuan ekstra oral

Kekuatan untuk melepaskan karang gigi selama scaling dapat

ditingkatkan dengan bantuan jari tangan yang lain yang tidak berfungsi

memegang alat. Metode yang sering digunakan adalah: index finger

reinforced rest (jari telunjuk berperan membantu mendorong alat pada

posisi blade ketika digunakan untuk melepas kalkulus dari permukaan gigi)

dan thumb reinforced rest (ibu jari berperan membantu mendorong alat

pada posisi blade ketika digunakan untuk melepas kalkulus dari permukaan

gigi) (Newman, 2002)

3. Aplikasi Alat Scaler

Aplikasi alat diartikan sebagai peletakan blade scaler pada

permukaan gigi sesuai konturnya. Pada alat yang ujungnya tajam (sickle)

maka aplikasi alat harus hati-hati untuk mencegah laserasi pada jaringan

lunak. Ketepatan adaptasi alat dapat dicapai dengan memutar alat

sedemikian rupa sehingga selalu menempel pada permukaan gigi mengikuti

konturnya. Jika hanya middle third yang menempel pada permukaan gigi,

sedangkan ujungnya tidak, hal ini akan menyebabkan trauma pada jaringan

lunak terutama pada scaling subgingiva (Dong dkk., 2006).


Gambar 3. Blade scaler, terdiri dari 3 bagian.
A). Lower one third, B). Middle third
C). Upper one third
Sumber: Dong dkk., 2006.

Gambar 3. Adaptasi blade pada gigi (sisi kiri


benar, sisi kanan salah).
Sumber: Wilson, 2003.

4. Angulasi

Angulasi merupakan sudut yang dibentuk antara alat dengan

permukaan gigi, sering diistilahkan dengan tooth-blade relationship.

Angulasi yang benar akan mempermudah menghilangkan kalkulus pada

permukaan gigi. Sudut yang disarankan adalah sebesar 45° - 90°. khusus
untuk scaling subgingiva, ketika blade dimasukkan ke dalam sulkus, maka

sudut angulasi seharusnya 0° agar tidak melukai gingiva (Newman, 2002).

Gambar 4. Sudut angulasi blade terhadap gigi. A). 0° sudut


untuk untuk insersi alat, B). 45° – 90° sudut untuk scaling
& root planing, C). Kurang dari 45°: salah, D). > 90°: salah
Sumber: Newman, 2002.

5. Gerakan Alat

Perawatan scaling dan root planing meliputi 3 gerakan mendasar

menurut Newman (2002), yaitu exploratory stroke, scaling stroke dan

root planing stroke

Gambar 5. Gerakan scaling. A). Vertical stroke, B).


Oblique stroke, C) Horizontal stroke.
Sumber: Newman, 2002.
Exploratory stroke yaitu cara aplikasi alat pada daerah perawatan.

Artinya sebelum dilakukan scaling dan root planing, alat dimasukkan

secara perlahan dengan perabaan yang mengandalkan kepekaan tangan

dan alat untuk mendetekasi posisi kalkulus terutama tepi apikal.

Scaling stroke yaitu gerakan selama melakukan scaling. Gerakan

scaling tidak dibenarkan jika hanya dilakukan oleh jari-jari tangan.

Seharusnya pergerakan alat dikontrol oleh seluruh telapak tangan dengan

peran utama pada sendi pergelangan. Tiga tipe gerakan selama scaling

adalah vertikal (arah koronal), oblique dan horisontal. Pada gigi yang

goyang jika dilakukan scaling disarankan memegang gigi tersebut untuk

menghindari semakin parahnya kegoyangan.

Root planing stroke yaitu gerakan yang memerlukan kekuatan ringan

sampai sedang. Tidak disarankan dengan kekuatan besar karena pada

dasarnya kalkulus sudah tidak lagi sebanyak pada tahap scaling. Jika tetap

digunakan kekuatan yang besar akan membuat goresan yang tidak

diinginkan pada permukaan gigi sehingga dapat merupakan tempat retensi

plak dan kalkulus yang sulit dibersihkan.

a) Teknik scaling kalkulus supragingiva

Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva.

Keuntungan lain adalah pada kalkulus subgingiva tidak dibatasi oleh

jaringan yang mengelilinginya. Hal ini merupakan kemudahan dalam

aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih umum digunakan untuk

scaling supragingiva, sedangkan hoe dan chisel lebih jarang


digunakan. Tata cara scaling supragingiva diawali dengan

penempatan alat pada apikal dari kalkulus supragingiva, membentuk

sudut 45° - 90° terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan.

Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal

(koronal), horisontal maupun oblique mendorong maupun

mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scaling dilakukan

sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual

maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya: sonde). Scaling

dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan

permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung yang tajam

(sickle) hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih mudah

melukai jaringan lunak di bawahnya (Newman, 2002).

b) Teknik scaling dan root planing kalkulus subgingiva

Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada

supragingiva, selain itu kalkulus subgingiva kadang melekat pada

permukaan akar yang sulit dijangkau. Jaringan lunak yang membatasi

kalkulus subgingiva juga merupakan masalah, karena pandangan

operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah

yang keluar cukup banyak maka pandangan menjadi semakin tidak

jelas. Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat

terbatas dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Oleh

karena itu untuk mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang lebih

besar, maka alat scaler harus diaplikasikan dan digunakan secara


hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah pemilihan alat dengan

penampang yang tipis agar mudah masuk ke dalam subgingiva.

Selain itu operator dituntut untuk menguasai morfologi gigi per gigi

dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini penting untuk

membedakan antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan

yang variatif dari permukaan akar. Daerah lain yang sulit dijangkau

adalah kalkulus di bawah titik kontak antara 2 gigi, yaitu daerah batas

sementum dan enamel (cemento-enamel junction / CEJ) karena pada

daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam dibanding CEJ pada

permukaan fasial maupun lingual/palatal. Kalkulus pada daerah ini

umumnya melekat erat pada cekungan, sehingga diperlukan berbagai

variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun horisontal

agar kalkulus dapat terlepas (Rose, 2004).

Tata cara scaling kalkulus subgingiva mirip dengan scaling

kalkulus supragingiva, hanya ada batasan-batasan tertentu seperti

yang tersebut di atas. Scaling subgingiva diawali dengan penempatan

scaler sedapat mungkin pada apikal dari kalkulus subgingiva,

membentuk sudut 45°- 90° terhadap area permukaan gigi yang akan

dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah

vertikal (koronal), maupun oblique mengungkit dan menarik kalkulus

terlepas dari gigi (Newman, 2002).


c) Scaling dengan USS

Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi

tidak boleh ada gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan

untuk memecah kalkulus yang besar dengan cara ditempelkan pada

permukaan kalkulus dengan tekanan ringan sampai kalkulus terlepas.

Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa kalkulus,

maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan gigi

kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertikal, horisontal dan

oblique) ke seluruh permukaan sampai diperkirakan halus. Kepekaan

alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual scaler,

sehingga umumnya setelah dilakukan scaling dengan ultrasonic,

maka tetap disarankan scaling dan root planing dengan manual

scaler. Perlu ketrampilan khusus dalam penggunaanya, karena alat

ini dijalankan dengan mesin yang kadang sulit kita kontrol

gerakannya (Dong, 2006).

Agar permukaan gigi menjadi halus licin dan mengkilat, maka

tindakan akhir yang merupakan rangkaian scaling dan root planing

adalah pemolesan. Pada tahap awal pemolesan disarankan untuk

memoles gigi dengan brush yang dijalankan dengan bur dengan

diberi pasta gigi untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan nekrotik.

Selanjutnya dapat digunakan rubber agar gigi menjadi licin dan

mengkilap. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari mudahnya


perlekatan kembali plak dan kalkulus dalam waktu yang singkat jika

permukaangigi kasar (Newman, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Jain, S., Kaur, H., Sehgal, N.K., Saxena, D., 2016, Investing in Periodontal
Instrumen, Journal of Dental Sciences and Oral Rahabilitation, 7(1): 21-27.

Krismariono, A., 2009, Prinsip-prinsip dasar scaling dan root planing dalam
perawatan periodontal, Periodontal Journal, 1(1):1-5.

Newman MG, Takei HH, Carranza FA.Carranza’s clinical periodontology. 9th ed.
Philadelphia: WB Saunders Co; 2002. pp.567-641.

Rose LF, Mealey BL. Periodontics: medicine, surgery and implants. Elsevier Mosby;
2004.

Widyastuti, R., 2009, Periodontitis: Diagnosis dan Perawatannya, Jurnal Ilmiah dan
Teknologi Kedokteran Gigi, 6(1): 1-9.

Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of periodontics. Quintessence Pub Co;


2003.

Anda mungkin juga menyukai