PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang.
Perawatan kesehatan gigi dan mulut sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Banyak cara untuk dapat mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai
pendekatan yang meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri
pemeriksaan secara teratur ke dokter gigi (ADA, 2001). Menurut Capelli dan Mosby (2008)
pemeriksaan rutin ke dokter gigi bertujuan untuk mengurangi risiko dan mencegah penyakit
gigi dan mulut serta memungkinkan pasien untuk berperan aktif dalam menjaga dan merawat
kesehatan gigi dan mulut mereka. Salah satu perawatan yang dilakukan oleh tenaga
plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Tujuan utama dari scaling
untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh untuk menghapus elemen yang dapat
II. PEMBAHASAN
A. Scalling
1. Pengertian scalling
Pembersihan karang gigi (scalling) merupakan suatu tindakan pembersihan sisa
makanan yang telah mengeras berbentuk karang gigi maupun stain. Scalling dapat
berbicara dan menghilangkan bau mulut (halitosis). Tindakan scalling ini hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi, sehingga scalling tidak dapat dilakukan secara
mandiri dirumah. Biasanya karang gigi maupun stain melekat cukup kuat pada
estetika jelek atau permukaan gigi jelek, bau mulut tidak sedap, penyakit gusi
berdarah dan bernanah, gusi turun sehingga akarnya kelihatan, gigi menjadi renggang,
gigi menjadi nyeri padahal tidak terdapat lubang, penyakit periodontitis dan gigi
2. Tujuan scalling
stain, mencegah terjadinya gingivitis, mencegah adanya bau mulut (halitosis), dan
menyebabkan radang gingiva dari permukaan gigi, seperti plak, kalkulus dan
sementum yang tercemar (Putri, dkk, 2012). Menurut Darby dan Walsh (2010) tujuan
3. Macam-macam scalling
a. Scalling manual
Scalling manual adalah proses pengambilan deposit dengan alat
instrumentasi manual dengan tenaga yang dihasilkan dari kekuatan jari dan
tangan operator. Alat instrumentasi skeling manual terdiri dari sickle scaler,
gusi dan jaringan-jaringan mati di sekitar kalkulus yaitu semen dan nekrotik.
Tersedia dalam bentuk bulan sabit yang lurus dan melengkung. Skeler bulan
sabit lurus (diantaranya adalah skeler Jacquette) memiliki dua sisi pemotong
pada mata pisau lurus yang berujung runcing dan penampang berbentuk
segitiga. Skeler bulan sabit melengkung memiliki dua sisi pemotong dengan
mata pisau berbentuk kurva. Alat scaling manual yang biasa digunakan yaitu
sickle scaler, hoe scaler, chisel scaler, file scaler, dan kuret. Kalkulus
scaler, file scaler, sedangkan untuk kalkulus subgingiva dan root planning
3) Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat
bertumpu lainnya.
4) Sisi pemotong dari mata pisau alat ditempatkan pada tepi apikal dari
sedang, sampai secara visual dan sensasi taktil permukaan gigi terbebas
dari kalkulus.
penyerutan akar hanyalah kuret, baik kuret universal maupun kuret Gracey.
2) Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat
bertumpu lainnya.
3) Pilih sisi pemotong mana yang sesuai. Pada kuret Gracey hanya satu sisi
diinstrumentasi.
sebesar 45 -90°.
tersingkirkan.
bawah daerah kontak harus tercapai. Daerah tersebut dicapai dengan cara
b. Scalling ultrasonik
Ultrasonik scalling dapat menghilangkan kalkulus dan mengurangi
jumlah bakteri berbahaya di bawah garis gusi. Alat ini penting dalam
harus dengan tekanan ringan dan mengenai sedikit mungkin daerah. Pada
itu juga berfungsi sebagai pembersih permukaan gigi (Newman dkk., 2012).
1) Indikasi:
2) Kontraindikasi:
pneumonia.
ultrasonik adalah:
1) Meningkatkan efisiensi
lebih jelas. Pada saat melakukan scaling, diperhatikan juga kecepatan dari
poket periodontal.
bawah garis gusi. Alat ini penting dalam pencegahan dan perawatan dari
ringan dan mengenai sedikit mungkin jaringan. Pada ujung alat ultrasonic
Posisi pasien dan operator pada penggunaan alat sonic dan ultrasonic
dental chair kira-kira 45 derajat dari lantai. Dalam hal ini penggunaan
4) Stabilisasi
diperhatikan adalah cara memegang alat dan tumpuan jari kita. Stabilisasi
sangat dianjurkan untuk setiap segmen pada rahang atas dan rahang
pada area maksila bagian kanan atau dengan telapak tangan pada area kiri.
tip scaler yang tipis. Tip diletakkan secara parallel pada sumbu panjang
gigi. Namun, insersi secara oblique juga direkomendasikan untuk
4. Instrumen scalling
Desain intrumen periodontal dibuat sedemikian rupa dengan tujuan yang spesifik
a. Handle
b. Shank
c. Working end
1) Instrumen pemeriksaan
a) Periodontal probe
dkk.,2004).
Menurut Putri dkk. (2012) secara umum probe memiliki ujung yang
dan ujungnya tumpul atau terdapat bulatan. Bentuk ideal dari probe yaitu
berbentuk tipis dan lehernya bersudut agar mudah dipenetrasi kedalam saku
gingiva. Penggunaan probe pada saat mengukur kedalaman saku gingiva yaitu
probe dimasukkan dengan tekanan yang ringan dan hati-hati sampai mencapai
dasar saku gingiva. Leher probe diarahkan hingga sejajar dengan sumbung
dan 8.
e) Probe WHO yang mempunyai bola 0,5 mm pada ujungnya dan ada
pertanda pada kedalaman 3-5 mm, 8,5 mm dan 11,5 mm dan ada
2) Eksplorer (Sonde)
Gambar 8. Eksplorer
3) Scaler
a) Manual Scaler
berikut:
2012).
Gambar 12. Chisel scaler
b) Electric Scaler
dkk,2004).
manual.
dkk.,2012):
kalkulus subgingiva.
infeksi.
Gambar 14. Ultrasonic Scaler
c) Kuret
permukaan akar dari jaringan semen yang nekrotik (Putri dkk., 2012).
potong yang dapat dimasukkan pada sebagian besar area gigi geligi
sisi potong membentuk sudut 900 (tegak lurus) dengan leher paling
(c) Terdapat dua cutting edges pada working end yang membulat.
(Reddy,2008).
(a) Gracey Currete 1/2
angulasi ringan
angulasi berat.
dangkal.
2008).
5. Aktivasi scaler
a. Adaptasi alat
Adaptasi alat yaitu bagaimana cara menempatkan working end scaler pada
permukaan gigi. Tujuan adaptasi alat yaitu untuk memastikan instrumen tersebut
menyentuh kontur gigi dengan maksimal. Adapatasi yang tepat dapat menghindar
terjadinya trauma pada jaringan lunak maupun akar serta mampu memastikan
dengan cara memutar pegangan alat dengan hati-hati dengan ibu jari terhadap jari
telunjuk dan jari tengah, hal ini mengakibatkan alat sedikit memutar sehingga
b. Angulasi
Menurut Putri dkk. (2012) angulasi merupakan sudut antara permukaan
sisi potong alat dengan permukaan gigi. Angulasi disebut juga sebagai relasi gigi-
sigi potong scaler. Angulasi yang tepat penting dalam menghilangkan kalkulus,
seharusnya mencapai 0 derajat atau yang mendekati 0 derajat sehingga ujung alat
Pada saat melakukan skaling angulasi optimal adalah antara 45-90 derajat.
Angulasi sisi potong skeler bergantung pada jumlah dan sifat kalkulus, prosedur
yang banyak dan melekat kuat dapat dilakukan dengan gerakan menarik, angulasi
lebih baik kurang dari 90 derajat, sehingga sisi potong alat akan “menggigit”
kalkulus. Kuretase gusi dilakukan dengan angulasi lebih dari 90 derajat sehingga
sisi potong alat akan menyentuh dan menghilangkan dinding poket gusi yang
memasukkan sisi potong. (B) 45-90 derajat, angulasi yang tepat untuk skeling dan
root planning. (C) angulasi kurang dari 45 derajat, angulasi kurang tepat untuk
skaling dan root planning. (D) angulasi lebih dari 90 derajat, angulasi yang tepat
skaling:
skaling diawali di lengan bawah dan diteruskan dari pergelangan tangan pada
telapak tangan dan menggerakkan dengan lentur jari-jari tangan (Putri dkk,.
2012).
(b) Oblique stroke : digunakan pada daerah fasial dan lingual permukaan
(c) Horizontal stroke: line angles gigi posterior dan area furkasi
gigi. Alat yang sesuai untuk prosedur root planning adalah kuret, karena
pada sudut gigi atau pada poket yang dalam (Putri dkk, 2012).
Gambar 29. Tiga arah tarikan. (A) vertikal. (B) Oblik (miring). (C) horizontal.
Adapun teknik skeling supragingiva adalah sebagai berikut (Putri dkk., 2012);
b. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya.
c. Sisi pemotomg mata skeler ditempatkan pada tepi apikal kalkulus. Mata skeler
d. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian tarikan skeler yang
Adapun teknik skeling subgingiva dan root planning adalah sebagai berikut
b. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lain.
tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek
panjang bertumpang tindih dimulai dengan tekanan lateral sedang dan diakhiri
dengan cara mengatur bagian bawah tangkai kuret sejajar dengan sumbu panjang
gigi.
Beberapa hal yang perlu diketahui supaya teknik skeling dan root planning
maupun sifatnya.
c. Menanyakan keluhan sakit kepala pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat
ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat.
alat dengan benar, melakukan tumpuan, dan melakukan gerakan skeling dengan
tepat.
pada seperempat bagian lengkung gigi atau pada sekelompok gigi tertentu,
misalnya pada region kanan atas atau kiri atas, region kanan bawah, atau kiri
bawah. Dapat juga region gigi depan atau gigi belakang pada keadaan gigi yang
tidak lengkap.
membandingkan antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang sudah
dibersihkan. Hal ini penting untuk menyadarkan atau memberi pengertian pada pasien
B. Polishing
Setelah scaling selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah polishing. Alat
poles adalah alat yang dipergunakan untuk memoles permukaan gigi yang telah
dilakukan skeling. Tujuan polishing adalah untuk mendapatkan permukaan gigi yang
1. Rubber cups
Rubber cups merupakan alat poles yang terbuat dari bahan karet berbrntuk seperti
mangkok. Rubber cups terpasang pada contra angle dan setiap kali setelah pemakaian
harus disterilkan. Pada penggunaannya dapat disertai pasta poles yang mengandung
fluoride dan usahakan tetap lembab untuk mengurangi panas yang terjadi ketika cups
berputar. Lakukan pemolesan tanpa tekanan karena penggunaan cups disertai bahan
Bristle brush tersedia dalam bentuk seperti roda dan seperti mangkok. Brush
dipasang pada contra angle dan digunakan dengan pasta poles. Karena bulunya kaku,
penggunaan brush terbatas pada mahkota untuk menghindari luka pada sementum dan
gingiva.
Dental tape dengan pasta poles dipakai untuk memoles permukaan proksimal
yang tidak tercapai oleh alat poles lainnya. Pita dimasukkan ke daerah interproksimal
dengan arah sejajar dengan sumbu aksis gigi dan digerakkan dalam arah labio-lingual.
Hindari menyebabkan luka pada gingiva. Setelah dipoles, daerah tersebut dibersihkan
Bahan pemolesan setelah skeling adalah bahan abrasif ringan yang mengandung
Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut ketelitian dan
konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait dengan gangguan
muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta nyeri punggung bawah.
Cedera tersebut dapat menyebabkan pensiun dini. Area kerja (mulut) yang terbatas
sehingga dokter gigi perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel untuk
kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi kerja operator, konsep kerja
yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry. Posisi pasien mempengaruhi
kemampuan operator untuk bekerja secara nyaman dan efisien. Untuk instrumentasi,
kursi gigi ditidurkan agar pasien bersandar pada posisi telentang dengan kepala
terdukung. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan lantai dan punggung
kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada dekat puncak sandaran kursi.
Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang atas harus sehorizontal
mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri rahang bawah, pasien harus
berbaring di kursi dengan posisi sandaran kursi 30˚ dari bidang horizontal. Untuk
kwandran rahang bawah, pasien harus berbaring dengan sudut 40˚ dari bidang
Pencahayaan : langsung
Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Jari manis berada pada permukaan
Retraksi :-
Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Retraksi :-
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan, jari. Jari telunjuk tangan yang tidak
rahang atas. Jari manis dari tangan yang bekerja pada jari
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge pada
gigi sebelah.
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Retraksi :-
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge pada
gigi sebelah
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Retraksi :-
Jari lainnya : intraoral. Jari manis pada incisal edge dari gigi anterior rahang
Retraksi :-
Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari tengah
langsung.
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Retraksi :-
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Penglihatan : langsung
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Retraksi : jari telunjuk atau jempol dari tangan yang tidak bekerja
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau
Daftar Pustaka
American Dental Association, Preventing Periodontal Disease, JADA, (132): 1339, diakses
tanggal 01/03/2016.
Darby, M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene: Theory and Practice Ed. 4th,
Saunders, St. Louis, 454.
Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti (terj.), EGC, Jakarta,
hal 241-244.
Flemming, T.F., Petersilka, G.J., Mehl, A., Hickel, R., Klaiber, B., 1998, The Effect of
Working Parameters on Root Substance Removal Using A Piezoelectric Ultrasonic Scaler In
Vitro, J Clin Periodontal, 25: 158-163.
Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N., 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pratiwi, Donna, 2009, Gigi Sehat dan Cantik Perawatan Praktis Sehari-hari, Jakarta:
Kompas Media Nusantara
Scheller-Sheridan, C., 2011, Basic Guide to Dental Instruments, 2nd ed., Wiley
Blackwell, UK.