Anda di halaman 1dari 40

I.

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang.

Perawatan kesehatan gigi dan mulut sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Banyak cara untuk dapat mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai

pendekatan yang meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri

sendiri dan perawatan oleh tenaga profesional (Putri dkk., 2012).

Perawatan oleh tenaga profesional dapat dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan secara teratur ke dokter gigi (ADA, 2001). Menurut Capelli dan Mosby (2008)

pemeriksaan rutin ke dokter gigi bertujuan untuk mengurangi risiko dan mencegah penyakit

gigi dan mulut serta memungkinkan pasien untuk berperan aktif dalam menjaga dan merawat

kesehatan gigi dan mulut mereka. Salah satu perawatan yang dilakukan oleh tenaga

profesional untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal adalah dengan melakukan

pembersihan kalkulus melalui tindakan scaling (ADA, 2001).

Menurut Aprilia (2016) scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan

plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Tujuan utama dari scaling

untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh untuk menghapus elemen yang dapat

menyebabkan inflamasi gusi dari permukaan gigi.

II. PEMBAHASAN

A. Scalling

1. Pengertian scalling
Pembersihan karang gigi (scalling) merupakan suatu tindakan pembersihan sisa

makanan yang telah mengeras berbentuk karang gigi maupun stain. Scalling dapat

meningkatkan kualitas penampilan kebersihan gigi yang optimal, kenyamanan

berbicara dan menghilangkan bau mulut (halitosis). Tindakan scalling ini hanya dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi, sehingga scalling tidak dapat dilakukan secara

mandiri dirumah. Biasanya karang gigi maupun stain melekat cukup kuat pada

permukaan gigi sehingga dibutuhkan perawatan scaling untuk menghilangkan karang

gigi maupun stain (Pratiwi, 2009).

Pembersihan karang gigi apabila di abaikan akan menyebabkan antara lain:

estetika jelek atau permukaan gigi jelek, bau mulut tidak sedap, penyakit gusi

berdarah dan bernanah, gusi turun sehingga akarnya kelihatan, gigi menjadi renggang,

gigi menjadi nyeri padahal tidak terdapat lubang, penyakit periodontitis dan gigi

menjadi goyang dan bahkan gigi akan lepas (Arini, 2013)

2. Tujuan scalling

Menurut Pratiwi (2009) scalling dilakukan untuk membersihkan kalkulus dan

stain, mencegah terjadinya gingivitis, mencegah adanya bau mulut (halitosis), dan

menghindari terjadinya penyakit periodontitis. Tujuan utama scaling adalah untuk

mengembalikan kesehatan gingiva dengan jalan menghilangkan semua elemen yang

menyebabkan radang gingiva dari permukaan gigi, seperti plak, kalkulus dan

sementum yang tercemar (Putri, dkk, 2012). Menurut Darby dan Walsh (2010) tujuan

scalling adalah untuk menghilangkan mikroorganisme, endotoksin, dan kalkulus

untuk mnghilangkan inflmasi, dan regenerasi jaringan.

3. Macam-macam scalling

a. Scalling manual
Scalling manual adalah proses pengambilan deposit dengan alat

instrumentasi manual dengan tenaga yang dihasilkan dari kekuatan jari dan

tangan operator. Alat instrumentasi skeling manual terdiri dari sickle scaler,

kuret, hoe scaler, chisel scaler dan file scaler.

Skeler dirancang untuk menghilangkan deposit supragingiva maupun

sub gingiva. Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang terletak di atas

permukaan gusi, sedangkan kalkulus subgingiva terletak di bawah permukaan

gusi dan jaringan-jaringan mati di sekitar kalkulus yaitu semen dan nekrotik.

Tersedia dalam bentuk bulan sabit yang lurus dan melengkung. Skeler bulan

sabit lurus (diantaranya adalah skeler Jacquette) memiliki dua sisi pemotong

pada mata pisau lurus yang berujung runcing dan penampang berbentuk

segitiga. Skeler bulan sabit melengkung memiliki dua sisi pemotong dengan

mata pisau berbentuk kurva. Alat scaling manual yang biasa digunakan yaitu

sickle scaler, hoe scaler, chisel scaler, file scaler, dan kuret. Kalkulus

supragingiva bias dibersihan menggunakan sickle scaler, hoe scaler, chisel

scaler, file scaler, sedangkan untuk kalkulus subgingiva dan root planning

bisa dibersihkan menggunakan kuret.

Prosedur penskeleran secara manual adalah sebagai berikut:

1) Menghilangkan kalkulus supragingiva.

2) Alat dipegang dengan modifikasi pemegangan pena.

3) Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat

bertumpu lainnya.

4) Sisi pemotong dari mata pisau alat ditempatkan pada tepi apikal dari

kalkulus lalu mata pisau diadaptasikan dengan baik ke permukaan gigi

dengan membentuk angulasi 45-90°.


5) Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian sapuan

penskeleran yang pendek, bertumpang tindih ke koronal dalam arah

vertikal atau oblik. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai

sedang, sampai secara visual dan sensasi taktil permukaan gigi terbebas

dari kalkulus.

Alat yang paling tepat untuk prosedur penskeleran subgingival dan

penyerutan akar hanyalah kuret, baik kuret universal maupun kuret Gracey.

Pilihan terhadap kuret didasarkan pada disainnya yang menguntungkan untuk

instrumentasi pada daerah subgingival: mata pisau melengkung, ujung mata

pisau tumpul dan punggung mata pisau yang melengkung. Prosedur

penskeleran subgingival dan penyerutan akar gigi dilakukan sebagaiberikut:

1) Alat dipegang dengan modifikasi pemegangan pena.

2) Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat

bertumpu lainnya.

3) Pilih sisi pemotong mana yang sesuai. Pada kuret Gracey hanya satu sisi

pemotong yang dapat digunakan, sedangkan pada kuret universal kedua

sisi pemotong dapat digunakan disesuaikan dengan sisi yang hendak

diinstrumentasi.

4) Sisi pemotong yang tepat diadaptasikan ke permukaan gigi dengan bagian

bawah tangkai alat sejajar permukaan gigi, dan dengan angulasi 0°

diselipkan hati-hati sampai ke epitel penyatu dengan sapuan eksploratori.

5) Setelah sisi pemotong mencapai dasar saku, dibentuk angulasi kerja

sebesar 45 -90°.

6) Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian sapuan

penskeleran yang pendek secara terkontrol, bertumpang-tindih dalam arah


vertikal dan oblik sampai hanya terasa sedikit kekasaran pada permukaan

akar gigi yang menandakan sebagian besar kalkulus subgingival telah

tersingkirkan.

7) Instrumentasi dilanjutkan dengan serangkaian sapuan penyerutan akar

yang panjang, bertumpang-tindih, yang dimulai dengan tekanan lateral

sedang dan diakhiri dengan tekanan lateral ringan.

8) Pada waktu melakukan instrumentasi pada permukaan proksimal harus

diperhatikan bahwa daerah bagian tengah dari permukaan proksimal di

bawah daerah kontak harus tercapai. Daerah tersebut dicapai dengan cara

mengatur bagian bawah leher kuret sejajar dengan panjang gigi.

b. Scalling ultrasonik
Ultrasonik scalling dapat menghilangkan kalkulus dan mengurangi

jumlah bakteri berbahaya di bawah garis gusi. Alat ini penting dalam

pencegahan dan perawatan dari penyakit periodontal. Scalling dengan alat

ultrasonic sekarang sudah banyak dilakukan di Indonesia. Pengaruh dan

pemakaian alat ultrasonic serta pemolesan permukaan dengan mesin

kecepatan tinggi (jet) mengakibatkan jaringan gigi turut terambil sehingga

bakteri dapat masuk ke dalam tubulus yang terbuka. Jadi penggunaannya

harus dengan tekanan ringan dan mengenai sedikit mungkin daerah. Pada

ujung alat ultrasonic terdapat semprotan air yang bertujuan untuk

menghilangkan panas yang umumnya terjadi akibat vibrasi ultrasonic. Selain

itu juga berfungsi sebagai pembersih permukaan gigi (Newman dkk., 2012).

Menurut Newman dkk., (2012) skeling ultrasonik memiliki indikasi

dan kontraindikasi sebagai berikut:

1) Indikasi:

a) Menghilangkan kalkulus supragingiva dan stain extrinsic.


b) Menghilangkan kalkulus subgingiva, oral biofilm, dan permukaan akar.

c) Menghilangkan sisa semen ortodontik.

d) Untuk intervensi bedah.

e) Menghilangkan tambalan amalgam yang berlebih.

2) Kontraindikasi:

a) Pasien dengan gangguan paru-paru kronis, seperti asma, emphysema,

pneumonia.

b) Pasien dengan gangguan kardiovaskular.

c) Pasien dengan kesulitan menelan (dysphagia).

Menurut Newman dkk., (2012) keuntungan penggunaan skaler

ultrasonik adalah:

1) Meningkatkan efisiensi

2) Permukaan tip yang bervariasi sehingga mampu menghilangkan deposit.

3) Tidak membutuhkan penajaman.

4) Mengurangi terjadinya kemungkinan cidera yang berulang.

5) Mengurangi tekanan lateral.

6) Dilengkapi dengan fungsi irigasi.

Gambar 1. Ultrasonic scaller.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan

ultrasonic scaler menurut Hidayati (2012) :


1) Scrinning

Sebelum melakukan prosedur scaling, seorang dokter gigi harus

melakukan pemeriksaan terlebih dahulu bagian yang akan dilakukan

perawatan. Pemeriksaan tersebut termasuk melakukan probing kedalaman

poket, anatomi dari permukaan akar, dan morfologinya. Terkadang

gambaran radiografi juga dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang

lebih jelas. Pada saat melakukan scaling, diperhatikan juga kecepatan dari

agen pendingin. Kecepatan agen pendingin paling tidak 14 ml/min sampai

23 ml/min dianjurkan untuk mencegah adanya kerusakan termal pada

poket periodontal.

2) Keamanan dan Penggunaan Pergerakan Scaler

Keamanan dari penggunaan scaler ini tergantung pada waktu

instrumentasi, kekuatan lateral, angulasi scaler, dan pengaturan kecepatan

pemakaian instrument. Untuk penggunaan sonic scaler menggunakan low

power, sedangkan untuk magnetostrictive dan piezoelectric scaler

menggunakan medium power. Ultrasonik scaling dapat

menghilangkan kalkulus dan mengurangi jumlah bakteri berbahaya di

bawah garis gusi. Alat ini penting dalam pencegahan dan perawatan dari

penyakit periodontal. Pengaruh dan pemakaian alat ultrasonic serta

pemolesan permukaan dengan mesin kecepatan tinggi (jet) mengakibatkan

jaringan gigi turut terambil sehingga bakteri dapat masuk ke dalam

tubulus yang terbuka. Untuk itu penggunaannya harus dengan tekanan

ringan dan mengenai sedikit mungkin jaringan. Pada ujung alat ultrasonic

terdapat semprotan air yang bertujuan untuk menghilangkan panas yang

umumnya terjadi akibat vibrasi ultrasonic. Selain itu juga berfungsi


sebagai pembersih permukaan gigi. Pemakaian instrument berkecepatan

tinggi akan meningkatkan aerosol dan pembentukkan splatter yang akan

mengakibatkan berkurangnya agen pendingin yang masuk ke dalam poket

periodontal. Sebaiknya dalam pengaturan kecepatan pada kecepatan

rendah atau medium. Hal ini dilakukan untuk menghindari pembuangan

jaringan akar yang seharusnya tidak terbuang.

3) Posisi Operator dan Pasien

Posisi pasien dan operator pada penggunaan alat sonic dan ultrasonic

sama saja dengan posisi pada penggunaan hand instrument. Pada

instrumentasi untuk rahang atas, pasien tidur terlentang dengan posisi

dagu agak diangkat. Sedangkan pada mandibula, posisi senderan dari

dental chair kira-kira 45 derajat dari lantai. Dalam hal ini penggunaan

kaca mulut tetaplah penting.

4) Stabilisasi

Untuk mencapai stabilisasi instrument yang maksimum, yang harus

diperhatikan adalah cara memegang alat dan tumpuan jari kita. Stabilisasi

maksimum dapat dicapai dengan menggunakan teknik modified pen

grasp. Dengan panggunaan hand instrument, finger rest pada intraoral

sangat dianjurkan untuk setiap segmen pada rahang atas dan rahang

bawah. Palm rest pada bagian ekstraoral harus dilakukan pada

instrumentasi pada gigi posterior di rahang atas dan punggung tangan

pada area maksila bagian kanan atau dengan telapak tangan pada area kiri.

Pada pendekatan sistemik dalam membersihkan permukaan akar dengan

tip scaler yang tipis. Tip diletakkan secara parallel pada sumbu panjang
gigi. Namun, insersi secara oblique juga direkomendasikan untuk

membersihkan permukaan interdental kontralateral.

4. Instrumen scalling

Desain intrumen periodontal dibuat sedemikian rupa dengan tujuan yang spesifik

untuk mengangkat kalkulus, meghaluskan permukaan akar, membuang jaringam yang

mengalami nekrosis dan mengkuretase gingiva. Instrumen periodontal terbuat dari

stainless steel atau bahan anti karat (Reddy,2008).

Instrumen periodontal terbagi menjadi 3 bagian yaitu (Putri dkk., 2012):

a. Handle

b. Shank

c. Working end

Gambar 2. Bagian instrumen periodontal

Berikut ini instrumen yang digunanakan dalam perawatan skaling:

1) Instrumen pemeriksaan

a) Periodontal probe

Fungsi periodontal probe yaitu untuk mengukur kedalaman saku gingiva

dan untuk menentukan konfigurasinya (Putri dkk., 2012). Probe juga

memiliki fungsi untuk menentukan tempat terjadinya pendarahan (Fedi

dkk.,2004).
Menurut Putri dkk. (2012) secara umum probe memiliki ujung yang

mengerucut atau membulat yang memiliki batas-batas berukuran milimeter

dan ujungnya tumpul atau terdapat bulatan. Bentuk ideal dari probe yaitu

berbentuk tipis dan lehernya bersudut agar mudah dipenetrasi kedalam saku

gingiva. Penggunaan probe pada saat mengukur kedalaman saku gingiva yaitu

probe dimasukkan dengan tekanan yang ringan dan hati-hati sampai mencapai

dasar saku gingiva. Leher probe diarahkan hingga sejajar dengan sumbung

panjang gigi. Terdapat titik pengukuran yang dipilih untuk menentukan

dalamnya perlekatan sepanjang permukaan gigi.

Macam-macam jenis periodontal probe sebagai berikut (Reddy,2008):

a) Probe Marquis, kalibrasi dalam bagian-bagian 3 mm.

Gambar 3. Probe marquis.

b) Probe UNC-15, probe yang dapat mengukur saku periodontal hingga

kedalaman 15 mm, mempunyai tanda tiap mm dan ada pertanda warna

pada 5 mm, 10 mm, dan 15 mm.

Gambar 4. Probe UNC-15


c) Probe universal of mechigan “O” (William marking) mempunyai

pertanda pada mm ke- 1,2,3,5,7,8,9 dan 10.

Gambar 5. Probe Universal of Mechigan “O”

d) Probe universal of michigan “O” dengan pertanda pada mm ke- 3, 6,

dan 8.

Gambar 6. Probe Universal of Michigan “O”

e) Probe WHO yang mempunyai bola 0,5 mm pada ujungnya dan ada

pertanda pada kedalaman 3-5 mm, 8,5 mm dan 11,5 mm dan ada

pertanda warna pada 3,5 sampai 5,5 mm.

Gambar 7. Probe WHO

2) Eksplorer (Sonde)

Fungsi eksplorer yaitu untuk mengetahui luas atau batas kalkulus

subgingival dan mengecek keadaan akar gigi setelah dilakukan root


planning (Reddy,2008). Eksplorer didesain dengan berbagai bentuk dan

lekukan sesuai dengan kebutuhannya. Fungsi lain dari eksplorer yaitu

mengecek karies, mengecek permukaan restorasi, furkasi dan variasi

permukaan akar (Fedi dkk, 2004).

Gambar 8. Eksplorer

3) Scaler

Menurut Fedi dkk. (2004) scaler berfungsi untuk menghilangkan

kalkulus supragingiva. Scaler terbagi menjadi dua macam yaitu ada

manual scaler dan elektrik scaler.

a) Manual Scaler

Manual scaler yaitu digerakkan secara manual dengan menggunakan

tangan. Manual scaler terbagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai

berikut:

(1) Sickle scaler

Sickle scaler berbentuk seperti bulan sabit. Working end nya


mempunyai permukaan yang datar dan dua sisi potong yang
mengerucut dan membentuk sudut lancip pada ujungnya. Shank
sickle scaler berbentuk lurus yang didesain khusus untuk gigi
anterior dan premolar. Shank yang bersudut digunakan untuk gigi
posterior (Putri dkk., 2012).
Gambar 9. Sickle Scaler anterior

Gambar 10. Sickle Scaler Posterior

(2) Hoe Scaler

Hoe scaler berbentuk seperti cangkul. Bagian potongnya

membengkok 990 sisi potong dibevel 450. Tangkai pisaunya sedikit

membengkok sehingga memungkinkan kontak dengan 2 titik pada

permukaan yang cembung. Tangkai pisau dibuat tipis sehingga

memungkinkan masuk lebih dalam mencapai akar gigi tanpa

merusak jaringan lunak didekatnya. Fungsi Hoe scaler yaitu untuk

menghilangkan kalkulus subgingiva dan supragingiva digunakan

dengan teknik tarik atau dorong (Putri dkk., 2012).


Gambar 10. Hoe scaler

(3) File scaler

File scaler berbentuk seperti kikir. Fungsinya yaitu untuk

menghancurkan kalkulus yang sangat besar. File dapat

menyebabkan permukaan kasar apabila digunakan tidak tepat

(Putri dkk., 2012).

Gambar 11. File Scaler

(4) Chisel scaler

Chisel scaler memiliki bentuk seperti pahat. Fungsinya untuk

memecahkan jembatan kalkulus supragingiva pada proximal gigi

anterior dengan menggunakan teknik dorong (pull) (Putri dkk.,

2012).
Gambar 12. Chisel scaler

(5) Wing scaler

Wing scaler berjumlah sepasang. Fungsinya untuk membersihkan

kalkulus supragingiva, interdental, anterior dan posterior.

Ujungnya melebar tepi pemotongnya miring. Bagian lancip untuk

mesial gigi dan bagian tumpul untuk distal gigi.

Gambar 13. Wing scaler

b) Electric Scaler

Electric scaler cara penggunaannya memerlukan tenaga listrik (Fedi

dkk,2004).

(1) USS (Ultrasonic scaler)

USS merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghilangkan

plak dan kalkulus dari permukaan gigi. Alasan alat ultrasonic

scaler (USS) populer dalam menghilangkan plak dan kalkulus

yaitu (Flemming dkk., 1998) :


(a) Alat ultrasonic scaler lebih ringan dan lebih nyaman untuk

pasien dibandingkan dengan hand instrument.

(b) Alat ultrasonic scaler terbukti sama dengan hand instrument

dalam meningkatkan dan menjaga kesehatan jaringan periodontal.

(c) Desain tip ultrasonic scaler dapat meningkatkan efisiensi

skaling dengan meningkatkan akses ke dasar poket periodontal.

Menurut Putri dkk. (2012) getaran yang dihasilkan USS dapat

digunakan untuk membersihkan deposit gigi dan mengkuret jaringan

lunak. Ujung khusus biasanya berbentuk seperti kuret dan digunakan

bersama semprotan air dingin karena vibrasi menimbulkan panas juga

memberi efek detergen yang membantu pembersihan. Alat ini

diaplikasikan pada gigi dengan gerakan menyapu ringan tanpa tekanan

yang terlalu keras. Baik digunakan untuk membersihkan deposit

supragingiva dan subgingiva serta dapat menyempurnakan scaler

manual.

Ultrasonic scaler terbagi menjadi beberapa macam yaitu (Putri

dkk.,2012):

(a) Hoe insert untuk kalkulus supragingival dan stain.

(b) Universal scaler bentuknya segitiga pada potongan melintang

gunanya untuk kalkulus bagian proksimal.

(c) Fine scaler bentuknya seperti periodontal probe gunanya untuk

kalkulus subgingiva.

(d) Flushing dvice untuk menyemprot sulkus gingiva pada kasus-kasus

infeksi.
Gambar 14. Ultrasonic Scaler

c) Kuret

Kuret merupakan instrumen yang mempunyai bentuk seperti sendok

dan digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan

permukaan akar dari jaringan semen yang nekrotik (Putri dkk., 2012).

Gambar 15. Kuret

Ada dua macam jenis kuret yaitu:

(1) Universal currete

Menurut Putri dkk. (2012) universal currete memiliki dua sisi

potong yang dapat dimasukkan pada sebagian besar area gigi geligi

dengan cara mengubah dan mengadaptasikan jari-jari, fulkrum,

dan posisi tangan operator. Ukuran sisi potong, panjang maupun

lekukan leher dapat bervariasi, tetapi permukaan diantara kedua

sisi potong membentuk sudut 900 (tegak lurus) dengan leher paling

bawah jika dilihat dari ujungnya. Menurut Scheller-Sheridan

(2011) Universal currete berfungsi untuk:

(a) Menghilangkan dental stain, plak dan kalkulus supragingiva

dan subgingiva serta untuk prosedur root planing.


(b) Didesain untuk dapat digunakan pada semua permukaan gigi.

(c) Terdapat dua cutting edges pada working end yang membulat.

Gambar 16. Universsal Currete

(2) Gracey Currete

Menurut Darby, 2014 Gracey currete digunakan pada scaling di

daerah daerah tertentu. Blade Gracey Currete membentuk kurva

dan bengkok pada sisi pemotong serta memanjang. Ketika shank

paling bawah diarahkan tegak lurus dengan lantai dari menghadap

blade up cutting edge, sedikit lebih bawah dibandingkan dengan

edge lebih rendah. Lekukan dasar balde dan elongasi membuat

Gracey currete lebih efisien diadaptasikan dengan morfologi akar.

Gambar 17. Gracey Currete

Macam-macam Gracey currete berdasarkan daerahnya

(Reddy,2008).
(a) Gracey Currete 1/2

Kuret yang digunakan untuk area facial root gigi anterior

(insisivus dan kaninus). Memiliki panjang shank sedang dan

angulasi ringan

Gambar 18. Gracey Currete 1/2

(b) Kuret Gracey 3/4

Kuret yang digunakan untuk area palatal atau lingual gigi

anterior. Memiliki shank pendek dang angulasi yang tajam.

Gambar 19. Gracey Currete 3/4

(c) Gracey Currete 5/6

Kuret yang digunakan untuk area anterior dan premolar.

Memliki shank lurus dan sedikit angulasi

Gambar 20. Gracey Currete 5/6

(d) Gracey Currete 7/8 dan 9/10


Kuret yang digunakan untuk area posterior (molar dan

premolar) fasial dan lingual. Memiliki panjang sedang dan

angulasi berat.

Gambar 21. Gracey Currete 7/8 dan 9/10

(e) Gracey Currete 11/12

Kuret yang digunakan untuk area posterior (molar dan

premolar) mesial. Memiliki poros lebih panjang dan angulasi

dangkal.

Gambar 22. Gracey Currete 11/12

(f) Gracey Currete 13/14

Kuret yang digunakan untuk area posterior (molar dan

premolar) distal. Memiliki tiga poros yang bengkok (Patteta,

2008).

Gambar 23. Gracey Currete 13/14

(g) Gracey Currete 15/16


Gracey Currete 15/16 merupakan kuret modifikasi dari kuret

Gracey 11/12. Kuret ini juga digunakan untuk area posterior

(molar dan premolar) mesial.

Gambar 24. Gracey Currete 15/16

(h) Gracey Currete 17/18

Kuret Gracey 17/18 merupakan kuret modifikasi dari kuret

Gracey 13/14. Kuret ini juga digunakan untuk area posterior

(molar dan premolar) distal.

Gambar 25. Gracey Currete 17/18

5. Aktivasi scaler

Berikut ini cara aktivasi instrumen scaler:

a. Adaptasi alat
Adaptasi alat yaitu bagaimana cara menempatkan working end scaler pada

permukaan gigi. Tujuan adaptasi alat yaitu untuk memastikan instrumen tersebut

menyentuh kontur gigi dengan maksimal. Adapatasi yang tepat dapat menghindar

terjadinya trauma pada jaringan lunak maupun akar serta mampu memastikan

instrumen dapat bekerja maksimal (Reddy,2008). Adaptasi alat dapat dicapai

dengan cara memutar pegangan alat dengan hati-hati dengan ibu jari terhadap jari
telunjuk dan jari tengah, hal ini mengakibatkan alat sedikit memutar sehingga

ujung hingga pertengahan working end mencapai kecekungan permukaan gigi

dan mengitari kecembungan gigi (Putri dkk, 2012).

Gambar 26. Adaptasi sisi pemotong scaler

b. Angulasi
Menurut Putri dkk. (2012) angulasi merupakan sudut antara permukaan

sisi potong alat dengan permukaan gigi. Angulasi disebut juga sebagai relasi gigi-

sigi potong scaler. Angulasi yang tepat penting dalam menghilangkan kalkulus,

untuk alat-alat yang masuk ke dalam subgingival seperti kuret, angulasi

seharusnya mencapai 0 derajat atau yang mendekati 0 derajat sehingga ujung alat

lebih mudah masuk ke dalam dasar poket.

Pada saat melakukan skaling angulasi optimal adalah antara 45-90 derajat.

Angulasi sisi potong skeler bergantung pada jumlah dan sifat kalkulus, prosedur

yang dilakukan dan kondisi jaringan lunak di sekitarnya. Pembersihan kalkulus

yang banyak dan melekat kuat dapat dilakukan dengan gerakan menarik, angulasi

lebih baik kurang dari 90 derajat, sehingga sisi potong alat akan “menggigit”

kalkulus. Kuretase gusi dilakukan dengan angulasi lebih dari 90 derajat sehingga

sisi potong alat akan menyentuh dan menghilangkan dinding poket gusi yang

nekrotik (Putri dkk, 2012).


Gambar 27. Angulasi sisi potong scaler A) 0 derajat, angulasi yang benar untuk

memasukkan sisi potong. (B) 45-90 derajat, angulasi yang tepat untuk skeling dan

root planning. (C) angulasi kurang dari 45 derajat, angulasi kurang tepat untuk

skaling dan root planning. (D) angulasi lebih dari 90 derajat, angulasi yang tepat

untuk kuretase gusi

c. Tarikan atau Tekanan


Ada 3 jenis tarikan atau tekanan selama menggunakan instrumentasi

skaling:

(1) Tekanan eksplorasi


Merupakan tekanan ringan pada permukaan probe atau eksplorer yang

bertujuan untuk menilai kedalaman poket maupun mendeteksi kalkulus pada

permukaan gigi. Instrumen dipegang dengan ringan untuk mendapat

sensitivitas taktil perabaan yang maksimal (Putri dkk., 2012).

(2) Tarikan skaling


Merupakan tarikan yang pendek dan kuat menggunakan instrumen tajam

untuk menghilangkan atau membersihkan kalkulus supragingiva dan


subgingiva. Blade atau sisi potong menyentuh batas apikal kalkulus

melepaskannya dengan gerakan yang kuat mengarah ke koronal. Gerakan

skaling diawali di lengan bawah dan diteruskan dari pergelangan tangan pada

telapak tangan dan menggerakkan dengan lentur jari-jari tangan (Putri dkk,.

2012).

Macam-macam tarikan yaitu (Reddy,2008):

(a) Vertical strokes : digunakan pada daerah facial, lingual, proksimal

permukaan gigi anterior mesial dan distal pada gigi posterior

(b) Oblique stroke : digunakan pada daerah fasial dan lingual permukaan

gigi anterior dan posterior

(c) Horizontal stroke: line angles gigi posterior dan area furkasi

Gambar 28. Tarikan

(3) Tarikan root planning


Tarikan root planning adalah tekanan maupun tarikan dengan kekuatan

ringan hingga sedang untuk menghaluskan dan meratakan permukaan akar

gigi. Alat yang sesuai untuk prosedur root planning adalah kuret, karena

desain kuret paling mudah diadaptasikan pada kontur gigi. Masing-masing

tarikan tersebut dapat diaktivasi dengan gerakan menarik atau mendorong


dalam arah vertikal, horizontal maupun oblik (miring). Tarikan vertikal dan

oblik sering digunakan, sedangkan tarikan horizontal dipakai secara selektif

pada sudut gigi atau pada poket yang dalam (Putri dkk, 2012).

Gambar 29. Tiga arah tarikan. (A) vertikal. (B) Oblik (miring). (C) horizontal.

6. Teknik scalling supragingiva dan subgingiva

Adapun teknik skeling supragingiva adalah sebagai berikut (Putri dkk., 2012);

a. Alat dipegang dengan modifikasi pegangan pena (pen grasp).

b. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya.

c. Sisi pemotomg mata skeler ditempatkan pada tepi apikal kalkulus. Mata skeler

diadaptasikan ke permukaan gigi membentul angulasi 45º - 90º.

d. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian tarikan skeler yang

pendek bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertikal dan oblik.

e. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai diperoleh permukaan gigi yang

terbebas dari kalkulus.

Adapun teknik skeling subgingiva dan root planning adalah sebagai berikut

(Putri dkk., 2012);

a. Alat dipegang dengan modifikasi pegangan pena.

b. Sandaran jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lain.

c. Pilih sisi pemotong yang sesuai.

d. Sisi pemotong diadaptasi ke permukaan gigi dengan angulasi 0º, diselipkan

dengan hati-hati ke epitel penyatu.


e. Setelah sisi pemotong mencapai dasar saku dibnetuk angulasi 45º - 90º. Dengan

tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek

secara terkontrol, bertumpang tindih dalam arah vertikal dan oblik.

f. Instrumentasi dianjurkan dengan serangkaian sapuan penyerutan akar yang

panjang bertumpang tindih dimulai dengan tekanan lateral sedang dan diakhiri

dengan tekanan lateral ringan.

g. Instrumentasi pada permukaan proksimal di bawah daerah kontak harus dilakukan

dengan cara mengatur bagian bawah tangkai kuret sejajar dengan sumbu panjang

gigi.

Beberapa hal yang perlu diketahui supaya teknik skeling dan root planning

memberikan hasil yang baik adalah (Putri dkk., 2012);

a. Melakukan pemeriksaan secara teliti pada kalkulus baik letaknya, banyaknya,

maupun sifatnya.

b. Melihat keadaan jaringan gusi di sekeliling kalkulus, misalnya dalamnya saku

gusi, warna gusi dan bentuk gusi.

c. Menanyakan keluhan sakit kepala pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat

ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat.

d. Mengatur posisi pasien-operator, visibilitas ke daerah kerja dengan mengatur

pencahayaan, melakukan retraksi bibir, pipi, maupun lidah pasien, memegang

alat dengan benar, melakukan tumpuan, dan melakukan gerakan skeling dengan

tepat.

e. Melakukan skeling dalam sistem bertahap. Setiap kunjungan dilakukan skeling

pada seperempat bagian lengkung gigi atau pada sekelompok gigi tertentu,

misalnya pada region kanan atas atau kiri atas, region kanan bawah, atau kiri
bawah. Dapat juga region gigi depan atau gigi belakang pada keadaan gigi yang

tidak lengkap.

Maksud dilakukan skeling dengan sistem bertahap adalah supaya dapat

membandingkan antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang sudah

dibersihkan. Hal ini penting untuk menyadarkan atau memberi pengertian pada pasien

akan pentingnya dilakukan skeling (Putri dkk., 2012).

B. Polishing

Setelah scaling selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah polishing. Alat

poles adalah alat yang dipergunakan untuk memoles permukaan gigi yang telah

dilakukan skeling. Tujuan polishing adalah untuk mendapatkan permukaan gigi yang

betul-betul halus untuk mencegah terbentuknya kalkulus kembali. Macam-macam alat

poles menurut Putri dkk. (2012) yaitu:

1. Rubber cups

Rubber cups merupakan alat poles yang terbuat dari bahan karet berbrntuk seperti

mangkok. Rubber cups terpasang pada contra angle dan setiap kali setelah pemakaian

harus disterilkan. Pada penggunaannya dapat disertai pasta poles yang mengandung

fluoride dan usahakan tetap lembab untuk mengurangi panas yang terjadi ketika cups

berputar. Lakukan pemolesan tanpa tekanan karena penggunaan cups disertai bahan

abarasif yang terlalu menekan akan menghilangkan lapisan pelindung sementum,

karena lapisan ini menipis di bagian servikal gigi.

Fungsi dari rubber cusp yaitu (Putri dkk., 2012);

a. Polishing gigi bagian fasial.

b. Dipasang pada konvensional handpiece.


Gambar 30. Rubber cups
2. Bristle brush

Bristle brush tersedia dalam bentuk seperti roda dan seperti mangkok. Brush

dipasang pada contra angle dan digunakan dengan pasta poles. Karena bulunya kaku,

penggunaan brush terbatas pada mahkota untuk menghindari luka pada sementum dan

gingiva.

Fungsi bristle brush dari yaitu (Putri dkk., 2012);

a. Polishing gigi bagian oklusal/yang tidak rata.

b. Dipasang pada konvensional handpiece.

Gambar 31. Bristle brush


3. Dental tape (pita poles)

Dental tape dengan pasta poles dipakai untuk memoles permukaan proksimal

yang tidak tercapai oleh alat poles lainnya. Pita dimasukkan ke daerah interproksimal

dengan arah sejajar dengan sumbu aksis gigi dan digerakkan dalam arah labio-lingual.

Hindari menyebabkan luka pada gingiva. Setelah dipoles, daerah tersebut dibersihkan

dengan air hangat untuk menghilangkan sisa-sisa bahan dan pasta.

Bahan pemolesan setelah skeling adalah bahan abrasif ringan yang mengandung

fluoride dapat digunakan untuk memoles permukaan gigi supragingiva dengan

mangkuk karet setelah instrumentasi. Pemilihan bahan abrasif harus dipertimbangkan


dengan cermat, dan sebaiknya bahan dengan daya abrasif yang paling kecil sehingga

menghindari terkikisnya permukaan gigi secara berlebihan (Fedi dkk., 2004).

C. Posisi Operator, asisten, dan pasien

Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut ketelitian dan

konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait dengan gangguan

muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta nyeri punggung bawah.

Cedera tersebut dapat menyebabkan pensiun dini. Area kerja (mulut) yang terbatas

sehingga dokter gigi perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel untuk

mencegah terjadinya Musculoskeletal Disorders(MSD).

Risiko penyakit muskuloskelatal dapat diminimalkan dengan memaksimalkan

efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep ergonomi diperkenalkan di

kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi kerja operator, konsep kerja

yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry. Posisi pasien mempengaruhi

kemampuan operator untuk bekerja secara nyaman dan efisien. Untuk instrumentasi,

kursi gigi ditidurkan agar pasien bersandar pada posisi telentang dengan kepala

terdukung. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan lantai dan punggung

kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada dekat puncak sandaran kursi.

Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang atas harus sehorizontal

mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri rahang bawah, pasien harus

berbaring di kursi dengan posisi sandaran kursi 30˚ dari bidang horizontal. Untuk

kwandran rahang bawah, pasien harus berbaring dengan sudut 40˚ dari bidang

horizontal (Finkbeinr, 2000).


Posisi scalling

1. Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Molar)

Posisi operator : di sebelah pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung (tidak langsung untuk permukaan distal dari molar)

Retraksi : kaca mulut atau jari lainnya

Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari

manis terletak pada lateral mandibula.

2. Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Premolar)

Posisi operator : di sebelah atau di belakang pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut atau jari lainnya

Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Jari manis berada pada permukaan

oklusal gigi sebelahnya.


3. Posterior Kanan Rahang Atas: aspek palatal

Posisi operator : di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari

manis terletak pada lateral mandibula.

Posisi operator: di depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan, jari. Jari telunjuk tangan yang tidak

bekerja berada di permukaan oklusal dari gigi poserior kanan

rahang atas. Jari manis dari tangan yang bekerja pada jari

telunjuk tangan yang tidak bekerja.

4. Anterior Rahang Atas: aspek fasial


Posisi operator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge pada

gigi sebelah.

Posisi operatordi depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan labial pada gigi sebelah

5. Anterior Rahang Atas: aspek palatal


Posisi operator : di belakang pasien

Pencahayaan : tidak langsung

Penglihatan : tidak langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge pada

gigi sebelah

6. Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial

Posisi operator :di samping atau belakang pasien

Pencahayaan :langsung atau tidak langsung

Penglihatan :langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut

Posisi operator :di samping atau belakang pasien


Pencahayaan : langsung atau tidak langsung

Penglihatan : langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah.

7. Posterior Kiri Rahang Atas: aspek lingual

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral. Jari manis pada incisal edge dari gigi anterior rahang

bawah atau permukaan fasial dari premolar rahang bawah,

diperkuat dengan jari telunjuk dari tangan yang tidak bekerja

Posisi operator : di depan pasien


Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari tengah

dan jari manis pada permukaan lateral dari mandibula. Tangan

yang lainnya memegang kaca mulut sebagai pencahayaan tidak

langsung.

Posisi operator :di samping atau depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

8. Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek fasial

Posisi operator :di samping atau belakang pasien


Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut atau jari telunjuk

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

9. Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek lingual

Posisi operator :di samping ataudepan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

10. Anterior Rahang Bawah: aspek fasial

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk dari tangan yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

Posisi operator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk atau jempol dari tangan yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

11. Anterior Rahang Bawah: aspek lingual

Posisi operator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung


Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

12. Posterior Rahang Bawah: aspek bukal

Posisi operator :di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : langsung
Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut atau jari telunjuk dari tangan lainnya

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

13. Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek lingual

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Daftar Pustaka

American Dental Association, Preventing Periodontal Disease, JADA, (132): 1339, diakses
tanggal 01/03/2016.

Aprilia, G., 2016, Scaling, https://www.academia.edu/4982145/Scaling, (16/04/16)


Arini, N. W, 2013, Jurnal Kesehatan Gigi, Perilaku Pasien Terhadap Upaya
Pembersihan Karang Gigi di BPG Puskesmas II Denpasar Timur Kota Denpasar, Denpasar,
Vol 1: 1

Darby, M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene: Theory and Practice Ed. 4th,
Saunders, St. Louis, 454.

Finkbeiner, B.L., 2010, Four-Handed Dentistry, Part 1: An Overview Concept, J Crest


Oral B.

Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti (terj.), EGC, Jakarta,
hal 241-244.

Flemming, T.F., Petersilka, G.J., Mehl, A., Hickel, R., Klaiber, B., 1998, The Effect of
Working Parameters on Root Substance Removal Using A Piezoelectric Ultrasonic Scaler In
Vitro, J Clin Periodontal, 25: 158-163.

Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2011, Caranza’s Clinical


Periodontology, 11th ed, Saunders Elsevier, Missouri.

Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N., 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pratiwi, Donna, 2009, Gigi Sehat dan Cantik Perawatan Praktis Sehari-hari, Jakarta:
Kompas Media Nusantara

Reddy,S., 2008, Essentials of Clinical Peridontology and Periodontics, Jaypee, India.

Scheller-Sheridan, C., 2011, Basic Guide to Dental Instruments, 2nd ed., Wiley
Blackwell, UK.

Anda mungkin juga menyukai