Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-
Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan. Laporan disusun sebagai tugas akhir
bagi mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
tambahan ilmu dan pengalaman mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
berharap kiranya laporan kegiatan dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Bab Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
A.Latar Belakang............................................................................................1
B.Sasaran Survei Terpadu..............................................................................4
C.Manfaat Survei Terpadu.............................................................................5
D.Tujuan Survei Terpadu...............................................................................5
3
IV. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................65
A.KESIMPULAN.........................................................................................65
B.SARAN.....................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................68
LAMPIRAN...........................................................................................................72
4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Status Gigi Permanen dan Desidui...............................................................................11
2. Keterangan Skor Debris...............................................................................................13
3. Keterangan Skor Kalkulus............................................................................................14
4. Skor Penilaian CPITN..................................................................................................17
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur di Desa Wonokerto, Turi, Sleman,
Yogyakarta Tahun 2011..............................................................................................26
6. Jumlah Penduduk di Desa Wonokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta Berdasarkan Mata
Pencaharian Tahun 2011.............................................................................................27
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Pendidikan di Desa Wonokerto, Turi, Sleman,
Yogyakarta Tahun 2011..............................................................................................28
8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Wonokerto, Turi, Sleman,
Yogyakarta Tahun 2011..............................................................................................29
9. Organisasi-organisasi di Desa Wonokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta Tahun 2011.....31
10. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Desa Wonokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta
Tahun 2011...............................................................................................................35
11. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017.............36
12. Distribusi Kepala Keluarga BerdasarkanTingkat Pendidikan di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017.............36
13. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017.............37
14. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017....38
15. Distribusi Sampel Berdasarkan Data Epidemiologi dalam Satu Tahun Terakhir di
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April
Tahun 2017...............................................................................................................38
16. Distribusi PHBS Tatanan Rumah Tangga Penduduk di Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017...............................39
17. Klasifikasi Keluarga Sehat di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta Bulan April Tahun 2017........................................................................54
18. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Fluorosis Gigi Kelompok Umur di Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017....55
19. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Maloklusi Gigi Kelompok Umur di Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan pada Bulan April
Tahun 2017...............................................................................................................56
5
20. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Karies Gigi Kelompok Umur di Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan April Tahun
2017..........................................................................................................................57
21. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Kebersihan Mulut Kelompok Umur di
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April
Tahun 2017...............................................................................................................58
22. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Karies Gigi dan OHI-S di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017.............59
23. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Kesehatan Gusi Kelompok Umur di Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017....60
24. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Kesehatan Gusi dan OHI-S di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April Tahun 2017.............62
25. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Kebutuhan Gigi Tiruan Kelompok Umur di
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan April
Tahun 2017...............................................................................................................63
26. Distribusi Sampel Berdasarkan Pemakaian Gigi Tiruan (GT) Kelompok Umur di
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bulan
April Tahun 2017.....................................................................................................64
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
7
LAPORAN SURVEI PHBS DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang termasuk dalam salah satu
unsur kesejahteraan dan harus diwujudkan sesuai dalam Pancasila dan Undang-
dari 307 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 228 per 100 ribu
kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka Kematian Ibu di DIY pada
tahun 2012 sebesar 87,3 per 100 ribu kelahiran hidup (Dinkes DIY, 2013). Angka
Kematian Bayi (AKB) menurun dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2004, menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka
Kematian Bayi (AKB) di DIY mencapai 25 per 1000 kelahiran hidup (SDKI,
2012). Di daerah DIY, penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar
saluran nafas (bronchitis, asma, pneumonia), dan diare. Penyakit menular yang
sering terjadi di DIY adalah DBD, TBC, malaria, HIV/AIDS, filiriasis dan
8
leptospirosis, kusta, pneumonia balita, dan diare. Sementara itu, untuk penyakit
tidak menular adalah penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan kanker. Hal
ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik di daerah DIY (Dinkes,
2013).
Beberapa hal dalam bidang kesehatan juga telah dicapai dalam rangka
perbaikan gizi masyarakat, tetapi pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6
bulan mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi, dan anak balita masih
perlu ditingkatkan, karena masih tingginya bayi yang lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) sebesar 11,1% dan tingginya prevalensi anak balita kerdil
sebesar 35,7% akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama (Riskesdas,
2010). Di daerah DIY pada tahun 2012 memiliki prevalensi balita kurang gizi
sebesar 8,45%, sedangkan prevalensi balita dengan status gizi buruk sebesar
0,56%.
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik dapat menentukan derajat
berperan dalam pembentukan perilaku seseorang (Sutjipto dkk, 2013). Hasil riset
sebanyak 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Salah
satu penyakit yang banyak diderita masyarakat adalah karies gigi dengan nilai
DMF-T sebesar 4,6 yang berarti setiap 1 orang penduduk di Indonesia memiliki 5
gigi yang mengalami karies. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Yogyakarta
9
sebesar 32,1% serta indeks DMF-T di Yogyakarta sebesar 5,9 yang artinya setiap
Derajat kesehatan, baik kesehatan secara umum maupun kesehatan gigi dan
pelayanan kesehatan dan genetika. Dari hasil Riskesdas (2007), diketahui bahwa
rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
gigi sebelum tidur, pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat,
ruangan dan lain-lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
10
akseptor keluarga berencana dan lain-lain. Di bidang gizi dan farmasi harus
dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang, minum tablet tambah darah
selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif, mengonsumsi garam
sebagai evaluasi pada tatanan PHBS rumah tangga mulai tahun 2010. Hasil
pencapaian tahun 2011, dari 341.362 rumah tangga yang dipantau menunjukkan
sebanyak 31,40% rumah tangga telah menerapkan PHBS. Dari capaian tersebut,
yang memberikan kontribusi terendah dan masih menjadi masalah kesehatan pada
umumnya adalah tidak merokok di dalam rumah yang mencapai 46,67%, bayi
diberi ASI eksklusif sebesar 77,70%, konsumsi buah dan sayur sebesar 83,35%
dan aktifitas fisik mencapai 87,48%. Gambaran capaian rumah tangga ber-PHBS
di DIY pada tahun 2012 adalah sebesar 33,07%, hal ini menunjukkan adanya
kenaikan dari tahun sebelumnya meskipun tidak signifikan (Dinkes, 2013). Oleh
karena itu, perlu dilakukan survei ulang pada tatanan PHBS rumah tangga untuk
melihat pencapaian dan perkembangan pelaksanaan PHBS pada tahun 2015 atau
11
B. Sasaran Survei Terpadu
1. Sasaran Primer
2. Sasaran Sekunder
3. Sasaran Tersier
12
C. Manfaat Survei Terpadu
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Yogyakarta.
13
II. METODE SURVEI
Yogyakarta
B. Pengambilan Sampel
14
Dusun Gondorejo Kidul, Dusun Gondorejo Lor, Dusun Banyuurip,
Dusun Jambusari.
(KK).
C. Alat Ukur
c. Observasi.
15
b. Data Epidemiologi, meliputi:
a) Kebiasaan merokok
2) Data KIA
16
3) Data kesehatan lingkungan
menutup)
Data status kesehatan gigi dan mulut yang berpedoman pada WHO Oral
1) Maloklusi
spacing ringan.
17
2) Fluorosis
0 = normal.
gigi.
18
Gigi Gigi Keterangan
Permanen Desidui
8 - Gigi tidak erupsi
9 - Gigi tidak dapat diklasifikasikan
4) Status Periodontal
Kiri Kanan
16bukal 11labial 26bukal
46lingual 31labial 36lingual
adalah :
19
a) Pemeriksaan dimulai bagian A3, kalau ada debris pada sonde
diberi nilai 3.
Kode Keterangan
0 Tidak ada debris atau stain
Debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga
1 permukaan gigi atau stain ekstrinsik tanpa ada
debris
Debris lunak menutupi lebih dari sepertiga
2 permukaan gigi tetapi tidak lebih dari dua pertiga
permukaan gigi
Debris lunak menutupi lebih dari dua pertiga
3
permukaan gigi
20
Cara menghitung Debris index Simplified (DI-S) adalah:
Kod
Keterangan
0 Tidak ada kalkulus
Kalkulus supragingiva tidak lebih dari sepertiga
1
permukaan gigi
Kalkulus supragingiva lebih dari sepertiga permukaan
gigi tetapi tidak lebih dari dua pertiga permukaan gigi
2
atau kalkulus subgingiva berupa titik-titik/bercak yang
mengelilingi servikal gigi
Kalkulus supragingiva lebih dari dua pertiga
3 permukaan gigi atau kalkulus subgingiva melingkar
mengelilingi servikal gigi
21
Calculus index Simplified (CI-S) =
adalah:
WHO adalah:
kanan dimulai dari gigi premolar pertama hingga gigi molar 2 atau
22
3 (jika sudah erupsi), segmen tengah diawali dari gigi caninus
kanan.
b) Ukuran
c) Kontur/Bentuk
interproksimalnya.
d) Konsistensi
e) Tekstur
23
pemeriksaan cukup diisi dengan angka 0. Namun, apabila
segmen.
(Depkes, 1995). Sonde khusus dalam hal ini yang dimaksud adalah
sekstan,
24
6) Sekstan keenam, elemen 44 hingga 48
c) Apabila tidak ada gigi indeks/ gigi pengganti, beri tanda X pada
25
d) Usia ≤15 tahun, pencatatan dilakukan bila ada perdarahan dan
e) Jika salah satu gigi molar dari gigi indeks tidak ada, tidak perlu
f) Jika dalam sekstan tidak terdapat gigi indeks, semua gigi dalam
tertinggi (terparah).
kolom untuk rahang atas dan untuk rahang bawah. Masing- masing
tiruan lengkap.
kolom untuk rahang atas dan untuk rahang bawah. Masing- masing
D. Jadwal Survei
26
Kegiatan survei PHBS dan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kecamatan
E. Kalibrasi
survei terhadap alat-alat ukur yang digunakan (WHO, 2013). Alat ukur yang
gigi. Kalibrasi dari kuesioner PHBS adalah dengan cara membaca kuesioner
kesehatan gigi adalah dengan cara mengulang kembali cara dan ketentuan
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut di
lain:
1. Bahan
27
3. Kuesioner data kesehatan gigi dan mulut.
4. Alkohol.
5. Kapas.
2. Alat
b. Senter.
c. Bengkok.
d. Alat tulis.
3. Tenaga Pelaksana
G. Pelaksanaan Survei
1. Penentuan Lokasi
Istimewa Yogyakarta
2. Survei
dengan cara:
28
b. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut seluruh anggota keluarga
A. Data Umum
29
Wonokerto adalah sebuah desa yang terleyak di Kecamatan Turi, Kabupaten
wilayah yang terdiri dari empat Kelurahan yakni: Kelurahan Garongan, Ledok
Desa otonom dengan nama Desa Wonokerto. Wonokerto kemudian secara resmi
memiliki luas hingga 1.559,70 Ha. Kondisi morfologi Desa Wonokerto terdiri dari
atas permukaan laut yang membentang dari utara hingga selatan (BPS Kabupaten
Sleman, 2011).
Dari sisi penggunaan lahan, sebagai salah satu desa sentra perkebunan salak,
sebagai berikut: (1) Hutan Rakyat 11,17%, (2) Tegalan 7,98%, (3) Sawah 7,22%,
(3) Pemukiman 28,41%, dan (4) Perkebunan 45,22%. Adapun Hutan rakyat
Luas kawasan hutan rakyat tersebut mencapai 174,17 Ha atau 11,17% dari luas
30
mayoritas jenis komoditas adalah salak pondoh serta variannya adalah salak
(Jawa) diselanggarakan upacara adat Merti Bumi. Upacara ini merupakan ucapan
syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah yang telah diberikan. Menurut
kisah, Pada 1961 Gunung Merapi meletus, laharnya mengalir dengan jarak luncur
lahar sampai 8-9 kilometer menuju dua sungai Bebeng dan Sungai Putih yang
melintasi sebuah wilayah yang disebut Tunggul Wulung (Cakrawijaya dkk, 2014).
2. Geografi
Desa Wonokerto yang terletak di kaki Gunung Merapi dengan jarak sekitar
dari puncak 4–6 km dari puncak. Luas wilayah desa mencapai 1558 ha, dengan
batas wilayah sebelah utara desa Girikerto, sebelah Selatan desa Donokerto,
sebelah barat Kabupaten Magelang dan sebelah timur desa Girikerto. Dengan
Wonokerto dengan ketinggian 398-976 mdpl, curah hujan 3908 mm, suhu rata-
rata 24-28 derajat celcius dan sebagian besar wilayahnya termasuk dataran tinggi
atau pertanian. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga
mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu
perbukitan atau pegunungan yang subur dengan struktur tanah yang merupakan
31
Sumber air tanah yang mengalir di bawah permukaan berada di jalur mata
air Turi – Sleman yang pemanfaatannya digunakan untuk sumber air bersih
pertanian, sedangkan untuk kebutuhan air minum sumber air tanah atau sumur di
3. Demografi
Data kependudukan yang disajikan bersumber dari potensi desa dan hasil
pada tahun 2011 adalah 9.682 jiwa dengan rincian 4.922 jiwa laki-laki dan 4.760
jiwa perempuan dengan total Kepala Keluarga (KK) adalah 2.696 KK. Jika dilihat
dari struktur umur, tahun 2011 penduduk di Desa Wonokerto berumur lebih dari
50 tahun sejumlah 2.132 jiwa yang merupakan usia non produktif, sedangkan
untuk usia balita dan anak-anak antara 0–14 tahun sebesar 2.101 jiwa sedangkan
yang usia remaja atau usia sekolah yaitu 1.855 jiwa, sisanya usia produktif
32
1. Tunggularum 135 140 164 150
2. Gondoarum 121 165 198 103
3. Sempu 260 173 502 201
4. Barjarsari 142 207 232 128
5. Manggungsari 124 95 271 147
6. Imorejo 157 98 266 139
7. Jambusari 216 188 159 86
8. Dukuhsari 151 87 267 87
9. Kembang 127 155 215 153
10. Pojok 143 117 233 141
11. Sangurejo 305 130 456 141
12. Becici 144 164 362 219
13. Dadapan 76 136 269 437
Nama Struktur Umur (Jiwa)
No
Pedukuhan 0-14 15-24 25-49 >50
Total 2.101 1.855 3.594 2.132
terbesar dengan jumlah 3.141 jiwa, sisanya berprofesi sebagai buruh, pedagang,
pegawai swasta, pegawai negeri, perkebunan dan industri rumah tangga. Data
33
Jumlah penduduk dengan ijasah terakhir SMP menempati porsi yang
terbesar yaitu 2.569 jiwa sedangkan yang terkecil adalah pendidikan anak usia
dini (PAUD) sebanyak 314 jiwa. Jumlah penduduk Desa Wonokerto berdasarkan
lain yaitu 4.495 jiwa disusul petani sebesar 3.141 jiwa, buruh sejumlah 605 jiwa,
pedagang sejumlah 504 jiwa, pegawai swasta sejumlah 444 jiwa, pegawai negeri
34
sejumlah 279 jiwa dan 120 jiwa dengan mata pencaharian perkebunan. Sedangkan
jumlah yang terkecil adalah sebagai industri rumah tangga yaitu 94 jiwa, dan lebih
Industri RT
Pedagang
Lain-lain
Pegawai
Pegawai
Jumlah
Swasta
Negeri
Buruh
Petani
35
kekeluargaan masih dijunjung tinggi, sehingga setiap ada persoalan yang muncul
dan berjalan aktif. Adapun organisasi-organisasi yang ada di seluruh wilayah Desa
Wonokerto, 2012).
36
Jumlah
Kegiatan (Per Jumlah Penanggung
Nama Jenis
No Hari/Minggu/ Peserta Jawab Ket
Padukuhan Kegiatan
Bulan/Tahun (jiwa) Kegiatan
an)
Siskamling 7x1 minggu 45 LPMD Keamanan,
Gotong- 2x1 bulan 150 LPMD kebersihan
4 Banjarsari royong lingkungan
Karang Tiap Bulan 50 Ketua
Taruna
Siskamling 7x1 Minggu 170 Dukuh Keamanan,
Gotong 2x1 Bulan 150 Dukuh kebersihan
Manggung-
5 Royong lingkungan
sari
Pertemuan 1 Bulan 70 RT/RW
RT
Gotong- 660 Dukuh
royong
Simpan
6 Imorejo Pinjam
Arisan
Siskamling
Pengajian
Siskamling 7x1 Minggu 159 Dukuh Keamanan,
7 Jambusari Gotong 2x1 Bulan Dukuh kebersihan
Royong lingkungan
Arisan Tiap Bulan 55 Dukuh
Kerja Bakti 165 Dukuh
8 Dukuhsari
Pengajian 200 Takmir
Kenduri 50 Dukuh
Siskamling 7x1 Minggu 170 Dukuh Keamanan,
9 Kembang Gotong- Dukuh kebersihan
royong lingkungan
Siskamling 7x1 Ketua RT
Gotonng- Seminggu Ketua RT
10 Pojok royong Tiap 35 Hari
Temu Kepala
Warga Tiap 35 Hari Dukuh
Siskamling 281 KetuaRT
Gotong- dan Dukuh
11 Sangurejo royong
Temu
Warga
No Nama Jenis Jumlah Jumlah Penanggung Ket
Padukuhan Kegiatan Kegiatan (Per Peserta Jawab
37
Hari/Minggu/
Bulan/Tahun (jiwa) Kegiatan
an)
Gotong- Per-Minggu 225 Dukuh Keamanan,
12 Becici royong kebersihan
Siskamling Setiap Malam 225 Ketua RT lingkungan
LPMD 1x1 Bulan 229 Dukuh, RT,
PKK RW, Ta’mir
Lansia masjid
Karang
13 Dadapan
Taruna
Kelompok
Ternak
Pengajian
dan peternakan. Hal ini bisa dilihat dari mata pencaharian penduduk, yang rata-
salak pondoh yang merupakan pendapatan utama para petani dan merupakan
tetapi sekarang kondisi pertanian belum tergarap secara optimal. Kondisi ini
dipicu karena rusaknya sistem irigasi yang ada hampir diseluruh wilayah
38
Wonokerto akibat dampak sekunder erupsi gunung merapi tahun 2010. Efek yang
ditimbulkan dari rusaknya sistem irigasi adalah masyarakat hanya dapat panen 2
berhubungan dengan salak pondoh, baik itu pengepul atau pedagang, penyedia
angkutan ataupun jasa lainnya seperti membersihkan lahan salak pondoh. Namun
demikian sektor yang lain seperti industri rumah tangga, perdagangan dan jasa
39
4. Identitas Kepala Keluarga
Tabel 11. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan
April Tahun 2017
Jenis Kelamin
Umur KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
(Th)
F % F %
<20 0 0 0 0 0
20 - <45 22 42,3 1 1,29 23
45 – 60 22 42,3 0 0 22
>60 5 9,6 2 3,7 7
Jumlah 49 94,2 3 5,8 52
Wonokerto yang disurvei, sebagian besar (94,2%) berjenis kelamin laki-laki dan
responden terbanyak terdapat pada kelompok usia produktif yaitu rentang umur
20-<45 tahun.
40
Berdasarkan Tabel. 12 diketahui bahwa sebagian besar kepala keluarga
memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 38,46 % (20 KK).
yang paling banyak adalah petani dengan responden sejumlah 23 orang (44,23%).
(5,77%). Pekerjaan lainnya (IRT dan tidak bekerja) dengan responden sebanyak 2
41
orang (3,85%). Pekerjaan sebagai TNI/POLRI dengan responden sebanyak 1
orang (1,92%).
≤ 4 jiwa 45 86,5
>4 jiwa 7 13,5
Jumlah 52 100
dan 4 (13,5%) responden lain memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak >4
jiwa. Hal ini selaras dengan program yang dicanangkan pemerintah yaitu dalam
B. Data Epidemiologi
yakni sebesar 36,53 % dan tidak terdapat kasus kematian dalam satu tahun
42
C. Data PHBS (Perilaku Hidup Besih dan Sehat)
terhadap 52 kepala keluarga (KK) dengan jumlah sampel 145 orang di Desa
Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY pada bulan April 2017.
indikator perilaku sehat keluarga dari 52 KK Kecamatan Turi pada bulan April
berikut.
43
merokok di dalam rumah dari 52 KK yang diperiksa. Hal ini menunjukkan bahwa
Selain itu, kurangnya informasi tentang dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan
rokok tidak hanya mengancam orang yang merokok namun juga orang
disekitarnya atau perokok pasif. Analisis dari WHO menunjukkan bahwa efek
buruk asap rokok lebih besar dari perokok pasif dibandingkan perokok aktif.
Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang dihisap
perokok disebut asap utama, dan asap yang keluar dari ujung rokok yang terbakar
disebut asap samping. Asap samping mengandung lebih banyak hasil pembakaran
lebih besar karbon monoksida, 3 kali lipat tar dan nikotin, 46 kali lipat amonia, 3
kali lipat nikel, 50 kali lipat nitrosamine yang merupakan penyebab kanker (Milo
dkk, 2015). Perokok pasif mempunyai risiko yang sama besar dengan perokok
aktif untuk terkena penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru, dan penyakit
makanan yang beraneka ragam. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah
44
beraneka ragam. Yodium berperan dalam membantu kecerdasan manusia.
Aneka ragam makanan diperlukan karena tidak ada satu jenis makanan yang
mengandung semua zat gizi dan kesehatan yang dibutuhkan, kecuali ASI.
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Aditianti dkk,
2016).
(94,23%) sudah rutin mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, hal ini
tinggi. Sayur dan buah kaya akan vitamin, mineral dan serat. Selain zat gizi,
dalam buah dan sayur juga kaya akan antioksidan. Serat dalam sayur dan buah
(88,46%) sudah memiliki asuransi kesehatan yaitu ASKES dan BPJS kesehatan.
45
e. Mencuci tangan dengan sabun (94,23%)
sebagain besar (94,23%) keluarga sudah mencuci tangan dengan sabun, dari 52
dengan sabun. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran warga untuk mencuci
tangan dengan sabun belum sepenuhnya dilakukan oleh warga Desa Wonokerto.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah BAB dapat
tangan dengan sabun biasa (non-anti bakteri) selama 15 detik dapat mengurangi
jumlah bakteri 0,6-1,2 log 10, sedangkan mencuci tangan dengan sabun anti
bakteri selama 30 detik dapat mengurangi bakteri pada tangan sebanyak 1,8-2,8
sebagian besar keluarga (61,54%) sudah membiasakan sikat gigi sebelum tidur,
sebelum tidur. Mereka beralasan sudah menyikat gigi pada sore hari sehingga
menyikat gigi malam hari tidak diperlukan lagi. Alasan lain tidak menyikat gigi
yaitu karena malas menyikat gigi pada malam hari. Menyikat gigi sebelum tidur
permukaan gigi dari plak yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi
46
(Maruanaya dkk, 2015). Malam hari aktivitas kuman meningkat dua kali lipat
kuman berkurang karena tidak ada makanan atau minuman yang masuk kedalam
mulut, sehingga menyikat gigi sebelum tidur perlu dilakukan (Zainur, 2014).
Hal ini dikarenakan sebagian besar warga bekerja sebagai petani yang
tipe 2. Gaya hidup yang tidak aktif merupakan salah satu faktoor utama terjadinya
obesitas selain faktor kalori yang berlebihan US Health and Human Services
(Candrawati, 2011).
47
Tabel 17. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Indikator Kesehatan Ibu
dan Anak di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta Bulan April Tahun 2017
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
F % F % F %
Persalinan oleh tenaga
1. 48 92,31 4 7,69 52 100
kesehatan
Periksa kehamilan ke tenaga
2. 52 100 0 0 52 100
Kesehatan
3. Alat kontrasepsi 47 90,38 5 9,62 52 100
4. ASI eksklusif 51 98,08 1 1,92 52 100
5. Imunisasi bayi lengkap 52 100 0 0 52 100
6. Penimbangan bayi rutin 49 94,23 3 5,77 52 100
indikator kesehatan ibu dan anak dari 52 KK Kecamatan Turi pada bulan April
2017. Berdasarkan indikator kesehatan ibu dan anak, dapat diuraikan sebagai
berikut.
keluarga yang persalinannya dibantu oleh tenaga kesehatan, yakni bidan dan
kesehatan sangatlah penting, hal ini dilakukan agar semua prosedur persalinan
dapat berjalan dengan lancar dan kondisi ibu dan anak dalam keadaan sehat.
Persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga
48
dibantu oleh tenaga kesehatan merupakan salah satu cara efektif untuk
mungkin kelainan yang dapat timbul, meningkatkan dan menjaga kondisi badan
terhadap terjadinya risiko tinggi pada kehamilan dan persalinan serta dapat
menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (Hardiani dan
Purwanti, 2012).
tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
(Prawirohardjo, 2006).
d. ASI eksklusif
49
Berdasarkan hasil survei dari 52 keluarga didapatkan data bahwa terdapat 51
ibu yang memberikan ASI eksklusif ketika bayi berumur 0-6 bulan dengan
persentase 90,38%. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air
putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004).
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki kompisisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung zat pelindung
(antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte. 2004).
Adapun manfaat ASI eksklusif untuk ibu yaitu rahim ibu akan berkontraksi
ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan
kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa
50
Berdasarkan hasil survei didapat bahwa seluruh KK melakukan imunisasi
bayi lengkap. Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius
yang paling efektif untuk bayi. Imunisasi berperan sebagai perlindungan awal
pada bayi agar tidak mudah terserang berbagai penyakit. Seorang anak yang tidak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti
94,23%. Penimbangan bayi dan balita yang dilakukan setiap bulan bertujuan
Posyandu mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun. Hasil penimbangan ini akan dicatat
Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak
mudah sakit hingga berakibat pada kematian. Gizi buruk dapat terjadi pada semua
51
kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi
dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang optimal
pusat) terutama untuk pertumbuhan janin sehingga bila terjadi gangguan pada
masa ini tidak dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif
posyandu, maka akan semakin mudah mendeteksi adanya balita gizi kurang atau
52
Berdasarkan hasil survei, didapat data bahwa semua keluarga yang disurvei
telah memiliki jamban sehat milik sendiri. Jamban merupakan tempat yang
digunakan sebagai tempat buang air besar yang aman dan nyaman. Penggunaan
syarat. Jamban sehat merupakan fasilitas pembuangan tinja yang (1) mencegah
kontaminasi ke badan air, (2) mencegah kontak antara manusia dan tinja, (3)
membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya,
(4) mencegah bau yang tidak sedap, (5) konstruksi dudukannya dibuat dengan
baik, aman, dan mudah dibersihkan (Water and Sanitation Program, 2009).
penduduk Kecamatan Turi telah menggunakan sarana air bersih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Air bersih merupakan air yang digunakan untuk keperluan
apabila telah dimasak. Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi
(Permenkes No. 416 tahun 1990). Syarat fisika adalah seperti kekeruhan, bau,
pathogen dan nonpatogen. Syarat radiologis berarti air harus bebas dari
53
c. Tempat sampah sehat (61,54%)
melalui pendidikan formal maupun non formal (Mulasari, 2012; Riswan dkk,
2011).
pengetahuan tentang manfaat tanaman obat keluarga sebagai alternatif obat yang
pekarangan rumah sebagai penghias rumah dan juga memiliki manfaat atau
khasiat terhadap kesehatan. Obat tradisional yang berasal dari tanaman memiliki
efek samping yang lebih rendah daripada obat-obatan kimia (Muhlisah, 2007).
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
54
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-
sarang nyamuk yang dapat disebabkan oleh baiknya tentang sarang nyamuk.
Turi telah memiliki rumah dengan lantai bukan dari tanah sebagai salah satu
kriteria rumah sehat. Lantai sebagai salah satu kriteria rumah sehat (Kemenkes RI,
2012) adalah lantai yang kedap air dan tidak lembab, memiliki tinggi minimum 10
cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, dan terbuat dari bahan kedap air
(Ditjen Cipta Karya, 1997 sit.Keman, 2005). Lantai merupakan alas dasar dari
sebuah rumah yang biasanya terbuat dari keramik, ubin, semen, kayu, ataupun
tanah biasa yang dipadatkan yang memegang peranan yang cukup penting dalam
55
kesehatan manusia. Lantai merupakan tempat segala macam aktivitas keluarga di
56
kan)
2 (Sangat
3 1 2,6 2 3,1 0 0 0 0 3 2,1
Ringan)
4 3 (Ringan) 0 0 1 1,6 0 0 0 0 1 0,7
5 4 (Sedang) 0 0 1 1,6 0 0 0 0 1 0,7
6 5 (Parah) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 38 100 64 100 32 100 11 100 145 100
(2,1%), fluorosis ringan sebanyak 1 orang (0,7%), dan fluorosis sedang sebanyak
1 orang (0,7%). Fluorosis gigi merupakan suatu kelainan struktur email yang
berbercak atau cacat (mottled enamel). Fluorosis disebabkan karena asupan fluor
aktifitas ameloblas dalam perlekatan matriks dan pada tahap maturasi email
(Achmad, 2007).
57
Tabel. 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki maloklusi
sebanyak 52 orang (35,86%) dan responden yang memiliki maloklusi sedang sampai
hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau anomali abnormal dalam posisi
gigi. Oklusi normal merupakan hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada
saat kedua rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak
proksimal dan posisi aksial semua gigi yang benar, serta keadaan pertumbuhan,
perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi dalam
sebesar 34,23 dan setiap responden rata-rata memiliki gigi berlubang sebanyak
17,03, gigi yang dicabut akibat karies sebanyak 17,01, serta terdapat gigi yang
ditumpat akibat gigi berlubang 0,19. Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan
58
beberapa faktor yang tidak berdiri sendiri tetapi saling bekerjasama. Ada 4 faktor
mikroorganisme, host (gigi), substrat (makanan), dan waktu (Brown dkk., 2008).
Faktor lain penyebab karies yaitu cara menyikat gigi yang kurang benar dan
menyikat gigi pada waktu yang salah menyebabkan kurang efektif dalam
Tabel. 23 menunjukkan bahwa nilai rata-rata karies gigi susu (dmf-t) ialah
sebesar 11,31 dan setiap responden rata-rata memiliki gigi berlubang sebanyak
10,22, gigi yang dicabut akibat karies sebanyak 0,91, serta terdapat gigi susu yang
telah ditumpat karena karies sebanyak 0,18. Karies merupakan masalah kesehatan
gigi yang kejadiannya semakin meningkat. Usia termasuk salah satu faktor karies
mengalami karies karena gigi akan sering terpapar langsung dengan faktor penyebab
karies. Pada usia 6-10 tahun, beberapa gigi sulung akan tanggal dan digantikan oleh
gigi permanen. Gigi permanen yang tumbuh adalah gigi seri, gigi taring, gigi
59
premolar pertama dan kedua serta gigi molar pertama. Usia 11-14 tahun adalah usia
pertama kali anak memiliki gigi permanen sehingga gigi molar kedua sangat rentan
Upaya kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau dari aspek lingkungan serta
kesadaran siswa terhadap derajat kebersihan gigi dan mulut. Faktor lingkungan,
distribusi penduduk dan perilaku siswa terhadap kebersihan gigi dan mulut
60
dan mulut (Saryono, 2011). Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan gigi
dan mulut diperlukan pelatihan self care. Self care merupakan suatu proses dalam
diri seseorang agar berfungsi secara efektif dalam menjaga kesehatannya. Self
care meliputi pencegahan dini terhadap penyakit dan juga mengobati penyakit
Tabel 25. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Karies Gigi dan OHI-S di
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan
April Tahun 2017
Status OHI-S
Status
Tidak
No Karies Baik Cukup Kurang Jumlah
Diperiksa
Gigi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
DMF-T
1. 9 29,03 5 7,35 1 3,29 3 20 18 12,41
0 (sehat)
DMF-T 1 54,5
2. 45,11 37 11 35,42 3 20 65 44,83
∑ (1-5) 4 1
DMF-T 17,5
3. 4 12,93 12 10 32,26 1 6,67 27 18,62
∑ (6-10) 5
DMF-T 20,5
4. 4 12,93 14 9 29,03 8 53,33 35 24,14
∑ (≥11) 9
3 14
Jumlah 100 68 100 31 100 15 100 100
1 5
dengan jumlah DMF-T (1-5) memiliki status kebersihan mulut dalam kategori
cukup. Terjadinya karies gigi salah satunya disebabkan karena kebersihan gigi dan
mulut yang tidak dijaga (Shimzu dkk., 2008). Menurut Pratiwi dkk. (2012),
semakin rajin memelihara kebersihan gigi maka semakin kecil risiko untuk
61
terkena karies gigi, dan sebaliknya apabila malas memelihara kebersihan gigi
orang (34,48%) dan responden yang mengalami gingivitis 4-6 segmen sebanyak
38 orang (26,21%).
Hal ini dapat terjadi karena menjaga kebersihan mulut yang kurang optimal
62
kebersihan gigi seseorang maka akan semakin mudah terkena gingivitis
bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi
bengkak dan berdarah pada tekanan ringan (Yunanto, 2016). Kebersihan gigi dan
mulut yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada gingiva.
Oleh karena itu penting sekali untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta
melakukan kontrol plak secara teratur dan teliti. (Lesar, 2015). Masyarakat perlu
gigi yang baik dan benar. Selain itu waktu menyikat gigi yang tepat yaitu pagi
hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur juga perlu ditekankan kepada
penduduk.
Tabel 27. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Kesehatan Gusi dan OHI-S
di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Bulan
April Tahun 2017
Status OHI-S
Status
No Kesehat- Tidak
Baik Cukup Kurang Jumlah
an Gusi Diperiksa
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Sehat 17 11,72 30 20,68 1 0,68 12 8,27 60 41,35
Gingivitis
2. 1-3 8 5,51 23 15,86 12 8,27 3 2,06 46 31,7
segmen
Gingivitis
3. 4-6 6 4,13 14 9,65 17 11,72 2 1,37 39 26,87
segmen
Jumlah 31 21,36 67 46,19 30 20,67 17 11,7 145 100
63
Tabel. 27 menunjukkan bahwa kondisi kesehatan rongga mulut berdasarkan
kesehatan gusi dan OHI-S sebagian besar memiliki gingivitis 1-3 segmen dengan
Hal ini dapat terjadi karena semakin buruk tingkat kebersihan gigi seseorang
adalah inflamasi pada jaringan gingiva sebagai reaksi tubuh terhadap infeksi
64
Kehilangan gigi memiliki hubungan dengan gigi tiruan, pemilihan jenis gigi
tiruan seseorang disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang. Kehilangan
gigi dalam jangka waktu yang lama dan tidak segera dibuatkan gigi tiruan dapat
alveolar pada daerah gigi yang hilang, penurunan efisiensi pengunyahan hingga
gangguan bicara. Oleh karena itu, pembuatan gigi tiruan sangat penting pada
gigi tiruan sebagian (GTS) dan gigi tiruan lengkap (GTL) tidaklah banyak, hanya
GTL. Hasil tabel 18 dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat
sebagai pengganti gigi yang hilang sangat rendah. Fungsi dari gigi tiruan sendiri
65
adalah mengembalikan fungsi pengunyahan dengan mengganti gigi asli dengan
gigi tiruan.
gigi. Pada usia lanjut merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan
normal yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu, maka
A. KESIMPULAN
asuransi kesehatan.
66
sebelum tidur.
aktivitas fisik.
ini dapat diatasi bersamaan dengan pelaksanaan program kerja oleh kader
berikut:
43,45%
kebersihan mulut
gingivitis 60,69%.
67
Permasalahan ini dapat diatas melalui penyuluhan oleh kader
B. SARAN
Puskesmas.
68
lingkungan, dan kesehatan gigi di wilayah tempat tinggalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Brown JP & Dodds MWJ, 2008, DentalCaries and Associated Risk Factors,
Missuori: Mosby Elsevier.
Candrawati. S., 2011, Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Indeks Masa
Tubuh (IMT) dan Lingkar Pinggang Mahasiswa, Jurnal Keperawatan
Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 6(2) hal 112-118.
69
Departemen Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Depkes RI, 2004, Peranan Dokter Dalam Peningkatan Penggunaan ASI, Gerakan
Nasional Peningkatan Penggunaan ASI, Jakarta.
Desa Wonokerto, 2012 di akses pada tanggal 05 Mei pukul 20.00 WIB melalui
https://desawonokerto.files.wordpress.com/2012/06/bab-iii.pdf
Dewi, A., 2014, Analisis Tataniaga Salak Pondoh di Desa Wonokerto, Kecamatan
Turi,Kabupaten Sleman, IPB Press: Bogor.
Hardiani, R.S., Purwanti, A., 2012, Motivasi dan Kepatuhan Kunjungan Antenatal
Care (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III, Jurnal Keperawatan, 3(2): 183-
188.
Kemenkes RI, 2012, Peta Kesehatan Indonesia tahun 2010, Pusat Data dan
Informasi, hal. 14.
70
Lengkong, Pingkan E.O., Damajanti H. C. Pangemanan., Ni Wayan Mariati.,
2015, Gambaran Perilaku dan Cara Merawat Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
pada Lansia di Panti Werda Minahasa Induk, Jurnal e-GiGi (eG), 3 :1-8.
Lesar, A., Pangemanan, D.H., Zuliari, K., 2015, Gambaran Status Kebersihan
Gigi dan Mulut serta Status Gingiva pada Anak Remaja di SMP Advent
Watulaney Kabupaten Minahasa, Jurnal e-Gigi (eG),3(2).
Maciel, M., Priscilia, M., Sergio, D., 2009, Assessing the Oral Condition of
Visually Impaired Indivuduals Attending The Paraiba Institute the Blind,
Rev Odonto Cienc, 24 (4):354-360.
Milo. S., Ismanto. A,Y dan Kallo. V.D., 2015, Hubungan Kebiasaan Merokok di
Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di
Puskesmas Sario Kota Manado, ejournal Keperawatan (e-Kp), 3(2) hal 1-7.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air,
Pradono. J dan Kristanti. C.M., 2003, Perokok Pasif Bencana yang Terlupakan,
Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes, 31(4) hal 211-222.
Pratiwi, Eka, P., Sawitri, A.A.S., Adiputra, N, 2012, Hubungan Persepsi Tentang
Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Calon Pegawai Kapal
Pesiar yang Datang ke Dental Klinik di Denpasar Tahun, Public Health
and Preventive Medicine Archive, Vol. 1, No. 1.
Prawirohardjo, Sarwono., 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
YBP-SP, Jakarta.
71
Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, 2013, Profil Kesehatan Indonesia,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Santoso. A., 2013, Serat Pangan (Dietary Fiber) dan Manfaatnya Bagi Kesehatn,
Magistra no. 75 Th. XXIII, Hal 35-40.
Shimizu, K., Igarashi, K., and Takahashi, N., 2008, Chairside Evaluation of pH
Lowering Activity and Lactic Acid Production of Dental Plaque:
Correlation with Caries Experience and Incidence in Preschool Children,
Quintessence International, 39(2): 151-158.
Sofiana, L., 2013, Studi Deskriptif Tingkat Kepadatan Lalat di Pemukiman
Sekitar Rumah Pemotongan Unggas (RPU) Penggaron Kelurahan
Penggaron KidulKecamatam Pedurungan Kota Semarang, Unnes Journal of
Public Health, 2 (4) : 7-8.
Teofilo LT, Leles CR., 2007, Patients’ Self-perceived Impacts and Prosthodontic
Needs at the Time and After Tooth Loss, Braz Dent J, 18(2):91-96.
Untung, O., 2008, Menjernihkan Air Kotor, Puspa Swara, Jakarta, hal. 2.
Warsiti., Agustin. W. R dan Hapsari. H I., 2015, Gambaran Cuci Tangan Pakai
Sabun (CPTS) pada Siswa MI Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo,
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Water and Sanitation Program-East Asia and the Pasific (WSP-EAP), 2009,
Informasi Pilihan Jamban Sehat, World Bank Office, Jakarta, hal. 7.
Yunanto, Y.A., Adhani, R., Widodo, 2016, Frekuensi Terjadinya Gingivitis pada
Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi,
1(1): 209-213.
72
Zainur. R.A., 2014, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Plak
Gigi Pada Anak Sekolah Dasar (SD) Negeri 130 Palembang Tahun 2014, e-
jornal Poltekkes Palembang hal 1-14.
LAMPIRAN
73
74