KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena
dengan rahmat-Nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang tahun 2018 telah selesai
disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2018 berisi data tahun 2018 yang
merupakan gambaran kondisi kesehatan di wilayah Kabupaten Ketapang yang diharapkan
dapat dipergunakan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Ketapang.
Profil Kesehatan berisi tentang gambaran umum wilayah, gambaran pencapaian
program, sarana dan prasarana kesehatan dan pola penyakit yang didapat dari kompilasi
laporan seluruh sarana kesehatan di Kabupaten Ketapang dan disajikan dalam bentuk grafik
dan tabel. Penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang tahun 2018 diupayakan
menggunakan data terpilah menurut jenis kelamin. Data yang digunakan dalam proses
penyusunan profil ini bersumber dari berbagai unit kerja baik lintas program dilingkungan
kesehatan maupun lintas sektor dengan didukung data dari Puskesmas yang selanjutnya
dilakukan pemutakhiran data sehingga keluaran data tersebut diharapkan menjadi valid dan
akurat.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang tahun 2018, semoga Buku Profil
Kesehatan ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum ...................................................................... 3
2. Tujuan Khusus..................................................................... 3
C. Sistematika Penulisan ............................................................... 4
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mencapai derajat kesehatan yang baik maka perlu
dikembangkannya sistem kesehatan. Salah satunya melalui sistem informasi
kesehatan, derajat kesehatan akan terbangun secara baik dan selaras.
Dimana dengan adanya sistem informasi kesehatan ini masyarakat juga
tenaga kesehatan akan mendapatkan info yang akurat dan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga bisa dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan. Oleh sebab itu peningkatan mutu sistem informasi kesehatan di
kabupaten khususnya pada tingkat pelayanan kesehatan dasar (puskesmas
beserta jaringannya) menjadi sangat penting terutama dalam hal penyediaan
data dan informasi kesehatan untuk mengukur kinerja sektor kesehatan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada tingkat daerah.
valid dan memadai tentang status kesehatan masyarakat mulai dari yang
bersifat reported base maupun yang bersifat evidance base. Untuk selalu
menjamin tersedianya data dan informasi kesehatan maka penyusunan Profil
Kesehatan Kabupaten setiap tahun mutlak diperlukan. Profil Kesehatan ini
juga merupakan salah satu alat dalam rangka melakukan evaluasi tahunan
terhadap program dan kegiatan pembangunan kesehatan, seperti untuk
mengetahui pencapaian indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang Kesehatan.
Pada Tahun 2018 juga telah dilaksanakan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) dimana tujuan dari riset tersebut adalah untuk menyediakan
informasi derajat kesehatan yang telah dicapai selama kurun waktu 5 tahun
terakhir dan dan informasi besaran masalah factor risiko terkait derajat
kesehatan yang diukur, sebagaibahan pertimbangan dalam merumuskan
kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia . Riskesdas jg merupakan
salah satu cara mengetahui informasi tentang derajat kesehatan pada
masyarakat yang tujuannya seiring dengan disusunnya Profil Kesehatan
kabupaten Ketapang ini, guna menyampaikan informasi yang valid kepada
masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Ketapang.
Ketersediaan informasi kesehatan pada tingkat daerah (Kabupaten
Ketapang) mutlak diperlukan dikarenakan berbagai hal berikut ini, yaitu :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang adalah Satuan Kerja Pemerintah
Daerah, yang bertanggung jawab dalam masalah kesehatan di lingkup
Kabupaten Ketapang. Dalam mendukung kemampuan manajemen untuk
perencanaan, pemantauan dan pelaksanaan serta evaluasi seluruh
kegiatan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh sektor
kesehatan seperti Puskesmas beserta jaringannya serta Rumah Sakit,
maka ketersediaan data atau informasi sangat diperlukan.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang mempunyai tanggung jawab yang
besar seiring dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Kegiatan manajemen pembangunan
kesehatan di daerah dapat menjadi tidak tepat sasaran apabila tidak
didukung oleh manajemen data yang baik, dengan kata lain kegiatan
bottom up planning tidak akan dapat berjalan dengan baik kalau tidak
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan profil kesehatan ini adalah untuk
mendukung tersedianya data dan informasi yang memadai, tepat waktu
dan sesuai kebutuhan dalam rangka mendukung dan meningkatkan
kemampuan manajemen pembangunan kesehatan di Kabupaten
Ketapang.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya data dan informasi umum dan lingkungan Kabupaten
Ketapang yang meliputi data administratif, perilaku kesehatan
masyarakat, data demografi dan kondisi sosial ekonomi.
b. Diperolehnya data dan informasi status kesehatan masyarakat di
Kabupaten Ketapang yang meliputi kasus kematian maternal, kasus
kematian bayi dan balita, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
c. Diperolehnya data dan informasi tentang situasi upaya kesehatan
meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan serta informasi
mengenai kebijaksanaan program kesehatan di Kabupaten Ketapang.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Profil Kesehatan ini mengacu kepada Petunjuk
Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015, yaitu
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan maksud dan tujuan diterbitkannya Profil
Kesehatan Kabupaten Ketapang serta sistematika dari
penyajian.
BAB II : GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten
Ketapang yang meliputi letak geografis, administratif dan
informasi umum lainnya. Bab ini juga mengulas faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku
dan lingkungan.
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang indikator derajat kesehatan
meliputi angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi
masyarakat.
LAMPIRAN
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian
Kabupaten Ketapang dan 81 tabel data.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografis
Kabupaten Ketapang terletak di sisi bagian selatan Provinsi
o
Kalimantan Barat, atau berada pada posisi 0 19’26,51” Lintang Selatan
sampai dengan 3o 4’16,59” Lintang Selatan dan 109o47’36,55” Bujur Timur
sampai dengan 111o21’37,36” Bujur Timur. Secara administratif batas-batas
wilayah Kabupaten Ketapang ditampilkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Peta Wilayah Administratif
Kabupaten Ketapang dan Batas-batasnya
B. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Ketapang adalah ± 31.588 km2 atau 21,3 %
dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan masih merupakan kabupaten
terluas di wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Secara rinci luas wilayah, jumlah
desa/kelurahan, jarak tempuh ke ibukota kecamatan dan kategori fasilitas
pelayanan kesehatan menurut kecamatan di kabupaten ketapang hingga akhir
tahun 2018 seperti pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak Tempuh ke Ibukota Kecamatan
Dan Kategori Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
1 2 3 5 4 5 6 7 8
1 Kendawangan 5.859 19 45 Menit x
2 Manis Mata 2.912 22 1- 1,5 jam x
3 Marau 1.160 10 45 Menit x
4 Air Upas 793 9 45 Menit x
5 Singkup 227 8 45 Menit x
6 Jelai Hulu 1.358 22 1 Jam x
7 Tumbang Titi 1.198 25 55 Menit x
8 Pemahan 326 7 40 Menit x
9 Sungai Melayu Rayak 122 11 35 Menit x
10 Matan Hilir Selatan 1.813 11 35 Menit x
11 Benua Kayong 349 7/4 15 Menit x
12 Matan Hilir Utara 720 5 35 Menit x
13 Delta Pawan 74 4/5 15 Menit x
14 Muara Pawan 611 8 30 Menit x x
15 Nanga Tayap 1.728 20 45 Menit x
16 Sandai 1.779 13 45 Menit x
17 Hulu Sungai 4.685 12 2 jam x
18 Sungai Laur 1.651 19 1,5 Jam x
19 Simpang Hulu 3.175 15 1 – 1,5 jam x
20 Simpang Dua 1.048 6 50 Menit x
Ketapang 31.588 262 3 4 10 4
C. Topografi
Ada dua kondisi alam yang membedakan masing-masing wilayah di
Kabupaten Ketapang. Pertama adalah daerah pesisir pantai yang memanjang
dari utara ke selatan. Daerah pesisir ini terdiri dari Kecamatan Matan Hilir
Utara, Muara Pawan, Delta Pawan, Benua Kayong, Matan Hilir Selatan dan
Kendawangan. Kondisi alam di daerah tersebut berupa daratan dan rawa-
rawa. Sedangkan daerah yang kedua adalah daerah pedalaman atau
perhuluan yang terdiri dari kecamatan Simpang Hulu, Simpang Dua, Sungai
Laur, Hulu Sungai, Sandai, Nanga Tayap, Tumbang Titi, Sungai Melayu
Rayak, Pemahan, Jelai Hulu, Marau, Singkup, Air Upas dan Manis Mata.
Umumnya kondisi alam di daerah ini berupa daratan yang berbukit-bukit dan
diantaranya sebagian besar masih merupakan hutan lebat dan wilayah
perkebunan kelapa sawit, karet dan pertambangan. Selain itu sebagian
wilayah Kabupaten Ketapang merupakan perairan laut dengan jumlah pulau
sebanyak 45 buah dimana 93,33% tidak berpenghuni dan tersebar di
Kecamatan Kendawangan, Kecamatan Delta Pawan dan Kecamatan
Matan Hilir Utara.
D. Demografi
1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Struktur umur penduduk Kabupaten Ketapang didominasi oleh
penduduk usia muda. Piramida penduduk Kabupaten Ketapang berbentuk
limas, semakin keatas tampak semakin mengecil. Secara rinci Piramida
Penduduk Kabupaten Ketapang sebagaimana grafik 2.1 dibawah ini:
Grafik 2.1
Piramida Penduduk Kabupaten Ketapang Tahun 2018
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
Laki-Laki
35 - 39
30 - 34 Perempuan
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
Sumber: - Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS( Diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI)
Dari grafik 2.1 diatas, dapat dilihat bahwa badan piramida sebelah
kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan dan bagian sebelah kiri
menunjukkan jumlah penduduk laki-laki. Piramida tersebut juga dapat
menggambarkan bahwa penduduk terbanyak pada kelompok usia muda
(0-9 tahun). Dengan karakteristik penduduk usia muda yang sangat
dominan di Kabupaten Ketapang, maka pemerintah Kabupaten Ketapang
perlu memikirkan pembangunan kualitas sumber daya manusianya dan
untuk pemenuhan pelayanan dasar bagi anak-anak dibawah usia 9 tahun.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Ketapang tahun 2018 secara
umum belum merata. Jumlah penduduk berdasarkan angka proyeksi
sebanyak 504.008 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 31.588 km2, maka
dapat diketahui kepadatan penduduk di Kabupaten Ketapang yakni
sebesar 16 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk terendah di
Kecamatan Hulu Sungai (2,93 per km2) dan tertinggi di Kecamatan Delta
Pawan (1.146,47 per km2). Kepadatan penduduk yang masih tergolong
kecil ini juga menjadi faktor penghambat dalam upaya peningkatan akses
masyarakat akan pelayanan kesehatan. Kondisi ini mengakibatkan
program peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan seperti
pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di desa masih tetap
E. Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap
dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan untuk berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang
F. Kondisi Perekonomian
Tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah dapat dilihat dari
besaran PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita yang
menggambarkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk
atas keikutsertaannya dalam proses produksi. Pendapatan perkapita
masyarakat Kabupaten Ketapang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Data yang didapat tahun 2017 pendapatan perkapita Kabupaten Ketapang
sebesar Rp 44.650 juta sedangkan untuk tahun 2018 masih belum didapat
angka besaran PDRB perkapitanya (sumber : Bappeda Kab. Ketapang, 2018).
G. Penduduk Miskin
Yang dimaksud dengan penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis
kemiskinan. Potret kemiskinan di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018
menunjukan trend penurunan dibanding pada tahun 2017. Untuk tahun 2017
persentase penduduk miskin di Kabupaten Ketapang sebesar 10,92 persen
dan mengalami penurunan di tahun 2018 menjadi sebesar 10,63 persen
(sumber : Bappeda Kab. Ketapang, 2018).
H. Sosial Budaya
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat. Sebagai
salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan
dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan
atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan
penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Oleh
karena itu penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang
dianut hubungannya dengan kesehatan. Pola kebiasaan atau adat istiadat
yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat di beberapa wilayah
seperti buang air besar di sepanjang sungai masih menjadi faktor
penghambat. Budaya atau tradisi juga memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam perkembangan kesehatan. Terdapat beberapa tradisi di dalam
masyarakat di Kabupaten Ketapang yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat.
I. Perilaku Masyarakat
Pola pencarian pelayanan kesehatan seperti pertolongan persalinan
sebagian besar sudah memanfaatkan tenaga kesehatan walaupun terkadang
masih memanfaatkan tenaga dukun. Hal ini lebih dipengaruhi oleh kondisi
geografis tempat tinggal masyarakat yang aksesnya relatif jauh sehingga sulit
untuk berkunjung ke sarana kesehatan. Selain dari itu, terbatasnya tenaga
bidan di setiap desa, sehingga yang menolong ibu hamil yang akan
melahirkan untuk pertama sekali adalah dukun di wilayah tersebut. Faktor
biaya dan budaya hanya berpengaruh pada sebagian kecil saja, karena
kemitraan antara bidan dengan dukun sudah mulai dilaksanakan. Kemudian
dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) faktor biaya
terutama bagi keluarga miskin menjadi tidak bermasalah. Oleh sebab itu
upaya peningkatan sarana pelayanan kesehatan seperti pembangunan
Poskesdes yang diikuti dengan penempatan tenaga kesehatan khususnya
bidan dan paramedis lainnya diharapkan akan dapat membantu perubahan
perilaku masyarakat untuk mencari pelayanan kesehatan khususnya dalam
pertolongan persalinan. Selain hal itu, upaya peningkatan kerjasama dengan
aparat desa, PKK, kader kesehatan serta lembaga masyarakat lainnya di
desa harus ditingkatkan sebagai langkah untuk pengembangan dan
pembinaan Program Desa Siaga Aktif sebagai salah satu strategi untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dengan cara
J. Lingkungan
1. Layanan Air Bersih
Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan masyarakat
telah menyebabkan peningkatan kebutuhan air minum. Kebutuhan air
untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem pipa air bersih atau air minum
(sistem air pipa PDAM), sumur, pemanfaatan sungai dan penampungan air
hujan (PAH). Ketidakseimbangan antara jumlah air yang diproduksi dengan
permintaan kebutuhan air masyarakat, memerlukan upaya untuk
memperoleh sumber air baku sesuai dengan yang dibutuhkan.
Permasalahan dalam penyediaan air bersih atau air minum adalah
terjadinya penurunan kapasitas penyediaan air dari sumber-sumber air
yang digunakan antara lain disebabkan oleh berkurangnya kondisi fisik
sumur dan juga diakibatkan oleh berkurangnya kapasitas aktifer dalam
penyediaan air karena degradasi muka air tanah. Penyebaran akses
layanan air minum oleh PDAM meliputi 4 Kecamatan dan 1 Ibukota
Kabupaten, yaitu Kecamatan Kendawangan, Marau, Tumbang Titi, Sandai,
Benua Kayong dan Delta Pawan. Namun jaringan yang lancar hanya
terdapat pada Ibukota Kabupaten, Kecamatan Delta Pawan dan
Kendawangan.
2. Layanan Sanitasi
Air limbah atau sanitasi di wilayah perkotaan Ketapang dikelola
secara individu yaitu dengan membuang limbah langsung ke lingkungan
(sungai dan parit) tanpa melalui pengolahan. Dari sisi kualitas air, upaya
pengendalian pencemaran air oleh limbah perlu ditingkatkan melalui
pengembangan program pengelolaan air limbah terpadu. Pembangunan
dan instalasi pengolahan air limbah perlu dilakukan khususnya pada
kawasan industri dan pemukiman. Perlu peningkatan partisipasi
masyarakat guna pengelolaan air limbah pada tingkatan individu, keluarga
dan komunal.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Grafik 3.1
Angka Lahir Mati per 1.000 kelahiran (hidup dan mati)
di Kabupaten Ketapang Tahun 2014 – 2018
10.0
9.0
8.0 9.0 9.0
7.0
7.5
6.0
6.3 6.2
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga
kematian bayi sejak tahun 2014 – 2018 berkisar antara 6 – 8 per 1.000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi tertinggi terdapat pada tahun 2017
yakni 8,4 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi terendah
terdapat pada tahun 2015 yakni 6,6 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
2018 angka kematian bayi 7,2 per 1000 kelahiran hidup menurun dari
tahun 2018. Angka kematian bayi di Kabupataen Ketapang tahun 2014 s/d
2018 seperti pada grafik 3.2 berikut ini :
Grafik 3.2
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Ketapang
Tahun 2014 – 2018
9.0
8.0
8.3 8.3 8.4
7.0
7.2
6.0 6.6
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga
AKABA (termasuk bayi dan balita) sejak tahun 2014 – 2018 berkisar
antara 7 – 9 per 1.000 kelahiran hidup. AKABA tertinggi pada tahun 2014
yakni 9,0 per 1.000 kelahiran hidup dan berangsur menurun menjadi 7,5
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2016, namun di tahun 2017 naik
kembali menjadi 8,4 per 1.000 kelahiran hidup. Secara Rinci angka
kematian balita di Kabupaten Ketapang dapat dilihat pada grafik 3.3
dibawah ini :
Grafik 3.3
Angka Kematian Balita di Kabupaten Ketapang
Tahun 2014 – 2018
10.0 9.0
8.7
9.0 8.4
8.0 7.5
7.2
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga
Grafik 3.4
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ketapang
Tahun 2014 – 2018
250.0
210.4
200.0
150.0
138.0
115.5 116.0
100.0 99.0
50.0
0.0
2014 2015 2016 2017 2018
Grafik 3.5
10 Penyakit Terbanyak Menurut LB1 Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi tuberkulosis. Beban penyakit yang
disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan CNR (Case Notification
Rate), prevalensi dan kematian karena tuberkulosis.
Grafik 3.6
Jumlah Kasus Baru BTA TB + Sembuh dan Mendapat Pengobatan
Lengkap Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
40 DIOBATI
36
SEMBUH
34 34
35 33 LENGKAP
29
30 28 28
26
25
24
25 22
23 23
22
19
20 17 17
18
16 16 16
14 14
15 13
12
11
10 10
9 9
10 8
7
8 8
7 7
8 8 8
6 6 6 6
5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4
5 3 3 3 3
2
3 33
1 1 1 1
- -- -
0
Grafik 3.7
Persentase BTA + Terhadap Suspek Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
140.0
120.0
100.0
80.0
128.6
60.0
40.0 75.9
Grafik 3.8
Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)
Di Kabupaten Tahun 2016- 2018
400
98,7
350
297
95,6
300 DIOBATI
250 SEMBUH
LENGKAP
200
360 257
150
96 83,2 100
100 62
50 218
-
2016 2017 2018
Grafik 3.9
Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
100.0
100.0
90.0 82.2 81.0 83.2
79.0
80.0 73.7 72.9 72.7
71.0 70.0
67.6
70.0 64.5 64.3 64.1 63.5
58.6
56.0 56.0
60.0 53.0 52.1 52.0 51.0
48.4
50.0
40.0
30.0 24.0
20.0
10.0 0.0
0.0
Grafik 3.10
Penemuan Kasus Pnemonia Pada Balita Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
20.0
15.0
10.0 19.4
13.112.8
5.0
3.4 3.4 2.07
- 1.2 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Balai Berkuak
Nanga Tayap
Hulu Sungai
Sei Besar
Kendawangan
Sei Melayu
Tumbang Titi
Manis Mata
Kedondong
Sandai
Riam
Tuan - Tuan
Sukabangun
Pesaguan
Mulia Baru
Marau
Air Upas
Pemahan
Tanjung Pura
Ketapang
Suka Mulya
Kuala Satong
Sungai Laur
Simpang Dua
Sei Awan
60
53
50
40
30
27
20 20
15
10 10
0
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber: Seksi P3P
Dari grafik 3.11 diatas terlihat jumlah kasus AIDS sejak tahun 2014-
2018, menunjukkan pada tahun 2015 ada penurunan kasus namun dari
tahun 2016-2018 jumlah kasus terus meningkat tajam.
Penjaringan dan surveilans penyakit infeksi menular seksual (IMS)
dilakukan melalui klinik IMS yang ada di Puskesmas Sukabangun dan
Puskesmas Mulia Baru. Untuk kasus penyakit syphilis ditemukan ada 28
kasus dari hasil laporan yang diterima, jenis kelamin laki-laki sebanyak 20
kasus dan jenis kelamin perempuan sebanyak 8 kasus (tabel 11 lampiran
profil). Kegiatan pengendalian HIV-AIDS juga dilakukan melalui
pengamatan terhadap hasil skrining saat donor darah. Tahun 2018 dari
3.941 pendonor yang sampel darahnya diperiksa ditemukan 12 donor
(0,30%) positif HIV (tabel 12 lampiran profil).
5. Kusta
Seorang penderita kusta mempunyai tanda yaitu, kelainan kulit / lesi
dapat berbentuk bercak putih atau kemerahan yang mati rasa, penebalan
saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, adasnya basil tahan
asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (slit skin smear). Sering
dianggap sebagai penyakit keturunan, karena kutukan, guna-guna atau
makanan, padahal hal tersebut tidak benar. Masalah yang dimaksud bukan
hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai pada masalah sosial,
ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Ada stigma dan
diskriminasi di masyarakat tentang penyakit ini, orang takut bersentuhan
dengan penderita kusta, termasuk petugas kesehatan.
Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae, penyakit ini sudah lama dikenal
sejak lebih dari 2000 tahun lalu. Meskipun Indonesia telah berstatus
eliminasi sejak tahun 2000, tetapi penemuan kasus baru selalu ada.
Penemuan kasus baru di Kabupaten Ketapang sampai dengan Desember
2018 sebanyak 7 kasus yang terdiri dari kusta kering (PB/Pausi Basiler) 1
kasus dan kusta basah (MB/Multi Basiler) 6 kasus. Angka penemuan kasus
baru (NCDR/New Case Detection Rate) pada tahun 2018 sebesar 1,39 per
100.000 penduduk, ada peningkatan dibandingkan dengan tahun 2017
sebesar 3,23 per 100.000 penduduk (tabel 14 lampiran profil). Prevalensi
kusta yang tercatat yaitu 0,36 per 10.000 penduduk dengan batas toleransi
provinsi sebesar 1 per 10.000 penduduk.
Distribusi kasus baru kusta tersebar di Puskesmas Kendawangan
dan Sungai Melayu masing-masing 1 kasus, Puskesmas Tuan-tuan 3
kasus, dan Puskesmas Kuala Satong 2 kasus. Terdapat 1 kasus baru pada
kelompok usia 0 – 14 tahun berasal dari Puskesmas Kuala Satong (tabel
15 lampiran profil). Proporsi penderita kusta MB yang selesai berobat
(Release From Treatment/RFT) tahun 2018 sebesar 66,7% meningkat dari
tahun 2017 sebesar 45% (tabel 17 lampiran profil).
Permasalahan yang sedang dihadapi dalam upaya pemberantasan
penyakit kusta adalah rendahnya cakupan penemuan (Case finding)
penderita kusta. Hal ini disebabkan karena keterbatasan SDM dan
kemampuan petugas dalam mendeteksi dini penyakit kusta masih rendah.
Selain itu indikator pengendalian dan penanggulangan penyakit kusta
adalah angka penderita kusta tipe PB dan MB yang selesai berobat
(Release From Treatment/RFT) angka RFT masih rendah dapat
disebabkan karena ada penderita kusta yang belum selesai berobat
sampai dengan akhir tahun 2017, penderita kusta tidak terus menerus
minum obat, petugas kesehatan tidak rutin melakukan monitoring terhadap
rutinitas pengobatan penderita kusta serta stigma masyarakat bahwa
penderita kusta tidak dapat disembuhkan.
disebabkan ruda paksa. Sedangkan AFP non polio adalah kasus lumpuh
layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium bukan kasus polio. Kasus AFP non polio ditemukan dengan
surveilans aktif rumah sakit dan Surveilans aktif di masyarakat. Akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada atau tidaknya
virus polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan
persyaratan yaitu diambil ≤ 14 hari setelah kelumpuhan selama 2 kali
pengambilan dan suhu spesimen 2–80 C sampai di laboratorium.
Kementerian kesehatan menetapkan AFP rate minimal sebesar 3/100.000
populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2018 Kabupaten Ketapang
tidak ditemukan kasus AFP (Non Polio) anak usia < 15 tahun. Hal ini harus
tetap diwaspadai, dengan tetap melakukan kegiatan surveilans dan
imunisasi polio masih harus tetap dilaksanakan hingga nantinya dapat
dipastikan bahwa kasus AFP tidak ditemukan lagi dan sebagai bukti bahwa
Kabupaten Ketapang terbebas dari penyakit polio.
kasus. Secara rinci kasus DBD di Kabupaten Ketapang tahun 2012 s/d
2018 terlihat seperti pada grafik 3.12 berikut ini :
Grafik 3.12
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Ketapang
Tahun 2012 – 2018
1000 924
900 808
800
700
600
470
500 433
355
400
300 207
200
89
100
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
0.70
0.63
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Upaya Kesehatan
1. Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah
satu indikator Renstra dan Satandar Pelayanan Minimal (SPM). Upaya
kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kegiatan
prioritas mengingat terdapat indikator dampak, yaitu Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator
keberhasilan pembangunan daerah, khususnya pembangunan kesehatan.
Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
2. Cakupan K1 dan K4
Pelayanan sebelum ibu melahirkan (antenatal care/ANC)
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dokter umum dan bidan) kepada ibu hamil
selama masa kehamilan sesuai pedoman pelayanan antenatal dengan titik
berat pada kegiatan promotif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat pada
cakupan pelayanan K1 dan K4.
Grafik 4.1
Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
140 132
120 102
110 110
106 104
98 96 94
89 92 90 87 93 92 9294 89 92
100 84 86 85 85
82 78 80 77 80 82 81 80 78 77 82 78
75 72 70 72 75 74
80 68 70 66 67
61
60 48 46
4043
40
20
-
Tumbang Titi
Riam
Manis Mata
Kedondong
Simpang Dua
Kendawangan
Mulia Baru
Balai Berkuak
Pemahan
Sungai Laur
Marau
Pesaguan
Ketapang
Sei Besar
Sandai
Nanga Tayap
Kuala Satong
Sukabangun
Tuan - Tuan
Sei Melayu
Suka Mulya
Air Upas
Tanjung Pura
Hulu Sungai
Sei Awan
K1 K4
Dari grafik diatas, diketahui cakupan K1 ibu hamil pada tahun 2018
Kabupaten Ketapang sebesar 91,5%, dimana cakupan tertinggi di
Puskesmas Tuan-tuan (132%) dan terendah di Puskesmas Hulu Sungai
(40%). Cakupan K4 Kabupaten Ketapang sebesar 78,1%, dimana cakupan
tertinggi terdapat di Puskesmas Tuan-Tuan (102%) dan terendah
Puskesmas Hulu Sungai (43%). Dari nilai cakupan tersebut menandakan
ada 13,3% atau 1.499 orang ibu hamil yang belum mendapat pelayanan
minimal empat kali sampai Desember 2018. Disamping itu juga masih
Grafik 4.2
Cakupan Kunjungan K4 Ibu Hamil
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2012 – 2018
88
86
84
84 85
82
80.0
80
78.1
78 78.9
76
74
74
74.1
72
70
68
2,012 2,013 2014 2015 2016 2017 2018
Grafik 4.3
Cakupan Linakes dan Yankes Nifas Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
9997 9695 96 97
100 94 93
9087 Linakes Nifas
90 84 8583 84 83
82
81 80 79
78 76 76
80 73 7577 75 77
70 69 68 72
69 66 67 67 68
70 62 64 66 6664
59 61
5756 54
60 53 54
50
40 33
30 22
20
10
-
Tumbang…
Simpang…
Kendawan…
Nanga…
Tanjung…
Kuala…
Balai…
Sungai Laur
Hulu Sungai
Mulia Baru
Sandai
Tuan - Tuan
Sukabangun
Riam
Sei Melayu
Kedondong
Manis Mata
Pemahan
Sei Besar
Air Upas
Suka Mulya
Marau
Pesaguan
Ketapang
Sei Awan
Grafik 4.4
Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
59
60 56
55 TT1
TT2
50
44 4343
39 39
40
30 27 28 2728 27
26 26
21
1919
1818 17
20 16 1615 15 15
14
11 12 12 12
10 10 10 10
9 8
10 6 67 6
5 4
3 4
3
1 0 - -
-
Simpang…
Suka…
Sungai…
Mulia…
Tumban…
Kedondo…
Tuan -…
Nanga…
Hulu…
Sukaban…
Balai…
Tanjung…
Manis…
Kuala…
Sei…
Kendaw…
Sandai
Pemahan
Ketapang
Riam
Sei Besar
Air Upas
Marau
Pesaguan
Sei Awan
Grafik 4.5
Cakupan Ibu Hamil mendapat Fe1 dan Fe3 Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
140 132
Fe1 Fe3
20
-
Simpang…
Suka…
Tumban…
Sungai…
Sukaban…
Mulia…
Manis…
Kedondo…
Hulu…
Tuan -…
Nanga…
Tanjung…
Sei…
Kuala…
Balai…
Kendaw…
Sandai
Pemahan
Sei Besar
Riam
Air Upas
Marau
Pesaguan
Ketapang
Sei Awan
Dari grafik 4.5 diatas dapat dilihat bahwa cakupan ibu hamil yang
mendapat Fe1 tertinggi terdapat di puskesmas Tuan-tuan (131,5%) dan
terendah di puskesmas Hulu Sungai (39,5%). Cakupan ibu hamil yang
mendapat Fe3 tertinggi di puskesmas Manis Mata (106%) dan terendah
di puskesmas Hulu Sungai (43,8%).
Grafik 4.6
Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Vitamin A
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
98.7 97.3
95.6
100.0 92.4 92.1
88.7 85.8
90.0 84.3 83.1 82.7 81.6
77.7 77.4 75.1 76.5
80.0 74.5 71.6
70.6 67.8
70.0 61.2 60.8 58.8
56.3
60.0 53.2
50.0
37.7
40.0
30.0
20.0
10.0
-
Tumbang Titi
Sukabangun
Hulu Sungai
Sandai
Tuan - Tuan
Sungai Laur
Kendawangan
Mulia Baru
Sei Melayu
Kedondong
Pemahan
Manis Mata
Sei Besar
Tanjung Pura
Suka Mulya
Riam
Nanga Tayap
Air Upas
Simpang Dua
Marau
Kuala Satong
Pesaguan
Ketapang
Balai Berkuak
Sei Awan
Dari grafik 4.6 diatas, diketahui cakupan ibu nifas mendapat Vit A
tahun 2018 tertinggi di Puskesmas Sukamulya (98,7%) dan terendah di
Puskesmas Hulu Sungai (37,7%) dengan cakupan rata-rata (Ketapang)
sebesar 76,5% lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu
sebesar 70,4% (tabel 29 lampiran profil).
Grafik 4.7
Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
180.0 163.8
160.0
140.0
120.0 105.1
100.4 97.6 97.1
92.1 89.0
100.0 87.6
81.8 80.3
73.1
80.0 65.9
Hulu Sungai
Mulia Baru
Manis Mata
Sandai
Sungai Laur
Tuan - Tuan
Kendawangan
Tumbang Titi
Pemahan
Sukabangun
Kedondong
Sei Melayu
Sei Besar
Tanjung Pura
Nanga Tayap
Riam
Suka Mulya
Air Upas
Simpang Dua
Marau
Ketapang
Pesaguan
Kuala Satong
Balai Berkuak
Sei Awan
120.0 108.5106.6106.0
104.1
98.2 95.5
93.9 93.0 91.3
100.0 90.0
82.2 81.1
76.5 76.2 75.6 74.2 73.4
80.0 72.5 71.0 69.6
67.6
63.2
59.9 56.9
60.0
41.7
40.0
20.0
- Hulu Sungai
Sandai
Kendawangan
Tumbang Titi
Sungai Laur
Mulia Baru
Tuan - Tuan
Sukabangun
Pemahan
Kedondong
Sei Melayu
Tanjung Pura
Sei Besar
Riam
Nanga Tayap
Manis Mata
Suka Mulya
Air Upas
Simpang Dua
Marau
Kuala Satong
Ketapang
Pesaguan
Balai Berkuak
Sei Awan
Grafik 4.9
Cakupan Pelayanan Neonatus Komplikasi yang dilayani
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
135.1
140.0
108.6108.5
120.0 103.6
100.0 81.3
70.6 67.9
80.0 61.0
55.9
50.2 47.1 49
60.0 45.6 42.8
36.3
30.7
40.0 24.8 24.0
14.2 12.8
20.0 4.5 2.4 1.3
- -
-
Hulu Sungai
Mulia Baru
Sandai
Sungai Laur
Kendawangan
Tuan - Tuan
Tumbang Titi
Sukabangun
Pemahan
Sei Besar
Kedondong
Riam
Tanjung Pura
Simpang Dua
Sei Melayu
Nanga Tayap
Manis Mata
Air Upas
Suka Mulya
Kuala Satong
Marau
Pesaguan
Ketapang
Balai Berkuak
Sei Awan
Grafik 4.10
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
Hulu Sungai
Sandai
Sungai Laur
Mulia Baru
Tuan - Tuan
Sukabangun
Tumbang Titi
Kendawangan
Riam
Pemahan
Nanga Tayap
Sei Melayu
Sei Besar
Kedondong
Manis Mata
Tanjung Pura
Simpang Dua
Suka Mulya
Air Upas
Marau
Kuala Satong
Pesaguan
Ketapang
Balai Berkuak
Sei Awan
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
Cakupan BBLR menurut Puskesmas pada tahun 2018 tertinggi
di Puskesmas Tanjung pura (12,8%) dan terendah di Puskesmas Manis
Mata (0,0%) dengan cakupan kabupaten (rata-rata) sebesar 4,8% (tabel
37 lampiran profil) seperti terlihat pada grafik 4.11 berikut ini :
Grafik 4.11
Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
14.0 12.8
12.0 10.1
9.5
10.0 8.5
7.5
8.0 6.6 6.3 6.3
5.6
6.0 5.1 4.9
4.3
3.3 3.2 3.1 3.1 3.1 3.4
4.0 2.1
2.0 1.1 1.1 0.9 0.9 0.8
-
-
Ketapang
Riam
Tumbang Titi
Kedondong
Balai Berkuak
Kendawangan
Simpang Dua
Manis Mata
Mulia Baru
Pemahan
Sukabangun
Pesaguan
Sungai Laur
Nanga Tayap
Marau
Kuala Satong
Suka Mulya
Sei Besar
Sandai
Tuan - Tuan
Sei Melayu
Air Upas
Tanjung Pura
Hulu Sungai
Sei Awan
menyusui bayi secara eksklusif (ASI ekslusif) sejak lahir sampai umur 6
bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Cakupan
pemberian ASI ekslusif tahun 2018 terlihat pada grafik 4.12 dibawah ini :
Grafik 4.12
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
90.0
81.4
80.0
68.6 67.8 67.2
70.0 66.1 66.0 65.4
60.0 53.6
50.0
50.0 46.3 46.1
44.0 43.0
42.0 41.5 40.2 40.2
38.1
40.0 35.1 34.4 33.7 33.5 33.3
28.6
30.0
20.9
20.0
10.0
Grafik 4.13
Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
100.0 93.6
90.0
74.5
80.0
70.0 61.3
60.0
46.7
44.8
50.0
40.0
30.0 23.6 23.3 22.5
21.0 20.7
16.0 17.2
20.0 12.6
7.4
4.6
10.0 4.1
0.2 - - - - - - - -
-
Hulu Sungai
Mulia Baru
Sandai
Tuan - Tuan
Sukabangun
Tumbang Titi
Sungai Laur
Kendawangan
Pemahan
Nanga Tayap
Sei Melayu
Kedondong
Sei Besar
Riam
Manis Mata
Tanjung Pura
Suka Mulya
Simpang Dua
Air Upas
Marau
Kuala Satong
Pesaguan
Ketapang
Balai Berkuak
Sei Awan
100.0
90.5
90.0
76.8 75.2 74.8
80.0 74.3 72.4
70.6 70.5 69.8 69.8 69.4 68.8
67.8 67.1
70.0 65.1 63.4 64
62.1 61.1 60.8
60.0
60.0 52.8 52.1
50.0 44.2
40.0 32.2
30.0
20.0
10.0
-
Tanjung Pura
Sungai Laur
Simpang Dua
Hulu Sungai
Tumbang Titi
Kendawangan
Sandai
Mulia Baru
Tuan - Tuan
Riam
Sukabangun
Sei Melayu
Kedondong
Sei Besar
Pemahan
Nanga Tayap
Manis Mata
Suka Mulya
Air Upas
Marau
Kuala Satong
Pesaguan
Balai Berkuak
Ketapang
Sei Awan
Grafik 4.15
Cakupan Peserta KB Baru Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
16.0 14.9
4.0
2.0
-
Tumbang Titi
Sukabangun
Hulu Sungai
Suka Mulya
Sungai Laur
Kendawangan
Sandai
Mulia Baru
Tuan - Tuan
Kedondong
Pemahan
Tanjung Pura
Sei Besar
Sei Melayu
Manis Mata
Riam
Simpang Dua
Nanga Tayap
Air Upas
Marau
Kuala Satong
Pesaguan
Ketapang
Balai Berkuak
Sei Awan
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga
9. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan
dan pemutusan mata rantai penularan pada Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
a. Desa/kelurahan UCI (Universal Child Immunization)
Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Pada
awalnya UCI desa/kelurahan dijabarkan sebagai tercapainya cakupan
imunisasi lengkap minimal ≥80% untuk tiga jenis antigen saja yaitu
DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2015, indikator
perhitungan UCI sudah mencakup lima imunisasi dasar lengkap (LIDL)
yang wajib bagi setiap bayi yaitu 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB/DPT-HB Hib, 4 dosis Polio dan 1 dosis Campak. Dilihat
dari data Riskesdas tahun 2018 terdapat proporsi imunisasi dasar
pada anak umur 12-23 bulan di Kabupaten Ketapang antara lain; HB-0
Grafik 4.16
Cakupan Desa/kelurahan UCI Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
100.0100.0100.0100.0
100.0 94.7
92.3 90.9 90.9
87.5
90.0 81.8 80.0 80.0 80.0
77.8
75.6
80.0 71.4
66.7 66.7
70.0
60.0
57.1
60.0 52.6
50.0 50.0 50.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
-
-
Tanjung Pura
Simpang Dua
Sungai Laur
Hulu Sungai
Sandai
Tumbang Titi
Kendawangan
Mulia Baru
Tuan - Tuan
Riam
Sukabangun
Sei Melayu
Pemahan
Kedondong
Nanga Tayap
Sei Besar
Manis Mata
Suka Mulya
Air Upas
Kuala Satong
Marau
Ketapang
Balai Berkuak
Pesaguan
Sei Awan
Grafik 4.17
Cakupan Desa/kelurahan UCI di Kabupaten Ketapang
Tahun 2014-2018
78
76.7
76 75.6
74
72.9
72.5
72
70 70.2
68
66
2014 2015 2016 2017 2018
Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi
Grafik 4.18
Cakupan Imunisasi Campak dan Dasar Lengkap pada Bayi
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
40.0
20.0
-
Hulu Sungai
Manis Mata
Sandai
Sukabangun
Sungai Laur
Mulia Baru
Tuan - Tuan
Tumbang Titi
Tanjung Pura
Pemahan
Kendawangan
Nanga Tayap
Kedondong
Sei Besar
Sei Melayu
Riam
Suka Mulya
Simpang Dua
Air Upas
Kuala Satong
Pesaguan
Marau
Ketapang
Balai Berkuak
Sei Awan
Grafik 4.19
Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Balita
Di Kabupaten Ketapang
Tahun 2017-2018
71.9
72.0
70.4
71.0 70.0 70.3
70.0
69.0
67.6 2017
68.0 67.2
2018
67.0
66.0
65.0
64.0
6-11 Bln 12-59 Bln 06-59 Bln
Grafik 4.20
Cakupan D/S dan BGM Terhadap Baduta Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
Ketapang 2.0
50.4
Manis Mata 1.4
20.8
Kedondong 3.1
22.0
Pesaguan 5.9
24.5
Air Upas 2.0
26.2
Sukabangun 9.5
28.4
Riam 5.4
28.7
Sei Besar 6.3
30.2
Simpang Dua 2.8
34.5
Suka Mulya 1.3
35.7
Sandai 1.3
36.6
Mulia Baru 0.7
37.6 BGM
Marau 2.0
42.9
Kendawangan 2.4 D/S
44.5
Pemahan 4.0
48.2
Kuala Satong 1.8
54.0
Sei Melayu 2.8
56.8
Tumbang Titi 0.8
65.1
Sei Awan 1.0
69.9
Tuan - Tuan 1.1
70.0
Tanjung Pura 2.3
80.7
Hulu Sungai 2.7
81.5
Nanga Tayap 1.1
88.7
Balai Berkuak 1.3
91.6
Sungai Laur 0.4
98.1
- 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Grafik 4.21
Cakupan D/S dan BGM Terhadap Balita Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
Ketapang 2.4
51.7
Kedondong 2.8
20.4
Mulia Baru 1.6
27.1
Riam 6.4
27.9
Air Upas 2.7
28.5
Manis Mata 0.7
31.5
Sei Besar 6.4
34.6
Pesaguan 4.9
34.9
Sukabangun 9.0
38.7 BGM
Tumbang Titi 1.9
44.0
Kuala Satong 3.3 D/S
46.5
Simpang Dua 1.7
53.3
Suka Mulya 1.2
55.8
Sandai 0.9
56.8
Hulu Sungai 5.0
59.7
Balai Berkuak 1.6
64.5
Sungai Laur 1.6
66.9
Tuan - Tuan 1.3
69.9
Nanga Tayap 1.9
71.1
Sei Awan 2.0
71.9
Sei Melayu 2.3
73.8
Marau 1.9
76.9
Tanjung Pura 3.5
77.4
Kendawangan 1.4
78.5
Pemahan 2.9
78.7
- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0
Grafik 4.22
Kasus Balita Gizi Buruk Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
58
60
50
40
30
20
9 8
10 6 6 4 4 4
3 3 3 2 2 2 2
- - - - - - - - - -
-
Kedondong
Riam
Tumbang Titi
Simpang Dua
Kendawangan
Mulia Baru
Manis Mata
Balai Berkuak
Marau
Pemahan
Pesaguan
Sungai Laur
Ketapang
Sei Besar
Nanga Tayap
Kuala Satong
Sukabangun
Suka Mulya
Sei Melayu
Sandai
Air Upas
Tuan - Tuan
Tanjung Pura
Hulu Sungai
Sei Awan
Sumber: Seksi Perbaikan Gizi
Grafik 4.23
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/setingkat
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 94
92
90
80
70
60
50
40
30
21
20
10
- - - - - - - - - -
-
Tuan - Tuan
Hulu Sungai
Sungai Laur
Mulia Baru
Sandai
Kendawangan
Tumbang Titi
Pemahan
Kedondong
Sukabangun
Sei Melayu
Tanjung Pura
Riam
Nanga Tayap
Sei Besar
Manis Mata
Suka Mulya
Air Upas
Simpang Dua
Marau
Kuala Satong
Ketapang
Balai Berkuak
Pesaguan
Sei Awan
Grafik 4.24
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
140.0
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
-
Sungai Laur
Hulu Sungai
Sandai
Kendawangan
Mulia Baru
Tumbang Titi
Tuan - Tuan
Sukabangun
Tanjung Pura
Sei Melayu
Riam
Kedondong
Pemahan
Sei Besar
Nanga Tayap
Manis Mata
Suka Mulya
Air Upas
Simpang Dua
Kuala Satong
Marau
Balai Berkuak
Pesaguan
Ketapang
Sei Awan
komitmen yang kuat dan kepemimpinan yang konsisten baik ditingkat nasional
maupun ditingkat daerah.
D. Keadaan Lingkungan
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator
yang menggambarkan kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, TUPM, air
bersih dan sarana sanitasi dasar seperti pembuangan air limbah, tempat
sampah dan kepemilikan jamban serta sarana pengolahan limbah di sarana
pelayanan kesehatan.
1. Rumah Sehat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan:
tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, komponen rumah harus memenuhi
persyaratan fisik dan biologis, pencahayaan (minimal intensitasnya 60 lux
dan tidak menyilaukan), kualitas udara (suhu udara nyaman berkisar
antara l8°C sampai 30°C, kelembaban udara berkisar antara 40% sampai
70%, konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam, pertukaran
udarakonsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam, konsentrasi gas
formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3), ventilasi, tidak ada binatang
penular penyakit (tidak ada tikus dirumah), air (air bersih dengan kapasitas
minmal 60 lt/hari/orang dan harus memenuhi persyaratan kesehatan air
bersih dan air minum), tersediannya sarana penyimpanan makanan yang
aman dan hygiene, pengelolaan limbah, kepadatan hunian ruang tidur.
Cakupan pada tahun 2018 sebesar 48,68% (tabel 58 lampiran profil)
Grafik 4.25
Cakupan Penduduk yang Memiliki Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
296.1
300.0
250.0
200.0
150.0
83.4 78.1
100.0 74.5 72.4 70.2 67.7
61.5 59.2 57.9 60.7
43.7 40.5 39.2 37.9 36.1
33.2 29.8 27.3
50.0 22.3 19.7 19.7 18.2 15.7
11.7
Tuan - Tuan
Sungai Laur
Hulu Sungai
Tumbang Titi
Sandai
Mulia Baru
Kendawangan
Kedondong
Sukabangun
Pemahan
Sei Melayu
Riam
Tanjung Pura
Sei Besar
Simpang Dua
Nanga Tayap
Suka Mulya
Manis Mata
Air Upas
Marau
Kuala Satong
Ketapang
Balai Berkuak
Pesaguan
Sei Awan
Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja
Grafik 4.26
Cakupan Penduduk dengan Sanitasi yang Layak Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
120.0 109.2
100.0 89.5
83.8
75.1 74.1
80.0 71.9
65.8 64.1
62.5 62.0 61.1 60.3
55.9
60.0 53.2
47.5
43.5
Mulia Baru
Sungai Laur
Hulu Sungai
Kendawangan
Sandai
Tumbang Titi
Sukabangun
Tuan - Tuan
Riam
Kedondong
Sei Melayu
Pemahan
Nanga Tayap
Sei Besar
Tanjung Pura
Manis Mata
Suka Mulya
Air Upas
Kuala Satong
Marau
Simpang Dua
Pesaguan
Balai Berkuak
Ketapang
Sei Awan
5. Desa STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan melalui 5 pilar yang
biasa dikenal sebagai 5 pilar STBM. Kelima pilar tersebut adalah: Stop
Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS); Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS); Pengelolaan Air Minum-Makanan Rumah Tangga (PAMM RT);
7. TPM menurut syarat higiene santasi dan TPM memenuhi syarat diuji
petik
Tempat Pengelolaan Makanan disingkat (TPM) adalah
tempat/perusahaan dimana makanan dan minuman tersebut diproduksi,
diolah, disimpan, diangkut, dijual/disajikan bagi umum.TPM yang dimaksud
meliputi rumah makan dan restoran, jasaboga atau catering, industri
makanan, kantin, warung dan makanan jajanan dan sebagainya. Salah
satu syarat kesehatan TPM yang penting dan mempengaruhi kualitas
hygiene sanitasi makanan tersebut adalah faktor lokasi dan bangunan
TPM. Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
memudahkan terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, jamur, virus dan parasit serta bahan-bahan kimia yang
dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan.
Dari 763 buah TPM tidak memenuhi syarat, yang dibina sebanyak
709, TPM yang memenuhi syarat higiene sanitasi sebanyak 837 yang
dilakukan uji petik sebanyak 158 (18,9%) (tabel 65 lampiran profil).
E. Ketersediaan Obat
Tingkat ketersediaan obat yang diukur sebanyak 150 item obat (tidak
semua item obat yang ada di pelayanan kesehatan). 150 item obat tersebut
(tabel 66 lampiran profil) yang diperkirakan bisa mewakili, yang merupakan
obat emergency, fast moving, penunjang utama dan life saving, serta yang
wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular. Upaya pelayanan
kefarmasian/penyediaan obat dan perbekalan kesehatan pada tahun 2017
bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan kecukupan jenis obat pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya agar pelayanan kesehatan
dasar (PKD) dianggarkan melalui dana APBD Kabupaten Ketapang.
Perhitungan persentase ketersediaan dihitung dari jumlah item obat
yang terpenuhi selama 12 bulan atau lebih dibandingkan dengan total item
obat yang dihitung (150 item). Kegiatan distribusi dari Instalasi Farmasi
Kabupaten ke sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
jaringannya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
Dalam rangka mendukung kualitas pelayanan kesehatan maka pengadaan
obat dilakukan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), sedangkan perbekalan
kesehatan (bahan medis habis pakai) melalui APBD dan DAK.
sangat membutuhkan perhatian yang sangat serius dan saling bersinergi dari
para petugas kesehatan serta dukungan dan komitmen yang tinggi dari para
pemegang kebijakan termasuk kerja sama dari berbagai lintas sektor serta
dukungan dari masyarakat karena pencapaian beberapa indikator kinerja
SPM Bidang Kesehatan belum tercapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan. Program yang cakupannya turun dan tidak mencapai target, agar
dapat dianalisa dan dicari penyebab rendahnya cakupan. Pencapaian target
kinerja SPM bidang kesehatan di Kabupaten Ketapang selama tahun 2018
seperti ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Cakupan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
Hasil/ Target/
Prosentase
NO Nama Indikator Target Realisasi Sasaran
(%)
(absolut) (absolut)
1 2 3 4 5
Cakupan pelayanan kesehatan ibu
1. 100 % 8,791 11,251 78.14
hamil (K4)
Cakupan pelayanan kesehatan ibu
2. 100 % 4,264 10,739 39.71
bersalin
Cakupan pelayanan kesehatan bayi
3. 100 % 7,861 8,631 91.08
baru lahir
4. Cakupan pelayanan kesehatan balita 100 % 25,058 50,001 50.11
Cakupan pelayanan kesehatan pada
5. 100 % 6,275 21,427 29.29
usia pendidikan dasar
Cakupan pelayanan kesehatan pada
6. 100 % 13,382 358,175 3.74
usia produktif
Cakupan pelayanan kesehatan pada
7. 100 % 11,501 32,953 34.90
usia lanjut
Cakupan pelayanan kesehatan
8. 100 % 18,245 92,409 19.74
penderita Hipertensi
Cakupan pelayanan kesehatan
9. 100 % 9,039 24,714 36.57
penderita Diabetes Melitus
Cakupan pelayanan kesehatan orang
10. 100 % 290 545 53.21
dengan gangguan jiwa berat
Cakupan pelayanan kesehatan orang
11. 100 % 546 1,407 38.81
dengan TB
Cakupan pelayanan kesehatan orang
12. 100 % 610 1,588 38.41
dengan risiko terinfeksi HIV
Sumber : Sub Bagian Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
Situasi tenaga kesehatan di Kabupaten Ketapang hingga tahun 2018
dari segi kuantitas maupun kualitas masih belum mencukupi, terutama
tenaga-tenaga strategis seperti bidan, dan tenaga teknis medis seperti analis
kesehatan, gizi, hygiene sanitasi dan asisten apoteker. Pengangkatan tenaga
kesehatan, terutama untuk kategori tenaga seperti tersebut di atas melalui
jalur formasi CPNS tidak berimbang dengan jumlah sarana kesehatan yang
dibangun setiap tahun melalui dana DAK Bidang Kesehatan maupun dana
APBD kabupaten Ketapang.
Hal ini telah diimbangi dengan penerimaan tenaga-tenaga kesehatan
sesuai dengan kopertensi melalui APBD yaitu kegiatan Revitalisasi Sistem
Kesehatan (Sub Sitem SDM Kesehatan). Selain itu distribusi tenaga
kesehatan yang tidak merata antar unit pelayanan kesehatan merupakan
permasalahan tersendiri yang masih dihadapi dalam optimalisasi tenaga
kesehatan yang ada. Distribusi tenaga kesehatan antara sarana kesehatan
yang terletak di wilayah perkotaan dan pesisir pantai dibandingkan dengan
sarana kesehatan yang terletak di wilayah terpencil/sangat terpencil belum
merata. Keadaan ini menjadi salah satu kendala dalam upaya peningkatan
akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah
terpencil/sangat terpencil. Kondisi geografis dan sarana transportasi sebagian
besar wilayah kecamatan yang masih relatif sulit dan terbatas. Terutama bila
memasuki musim penghujan, maka untuk menjangkau wilayah-wilayah
pedalaman relatif sangat sulit. Upaya untuk mengatasi permasalahan ini,
Grafik 5.1
Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga per 100. 000 penduduk
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018
Bidan 238.1
Perawat 189.1
Gizi 11.3
Dokter Gigi 3
C. Anggaran Kesehatan
Pembiayaan program dan kegiatan bidang kesehatan di Kabupaten
Ketapang diperoleh dari berbagai sumber di antaranya APBD yaitu APBD
Provinsi maupun APBD kabupaten/kota dan dari dana APBN (DAK). Alokasi
anggaran untuk pembangunan sektor kesehatan yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sejak tahun 2012 sampai
dengan 2018 berkisar diantara 8,4-11,24 persen. Proporsi anggaran untuk
sektor kesehatan per tahun yang bersumber dari APBD Kabupaten Ketapang
adalah sebagaimana ditampilkan pada grafik 5.2 berikut ini :
Grafik 5.2
Proporsi Alokasi Anggaran Kesehatan
Bersumber APBD di Kabupaten Ketapang Tahun 2012 –2018
12
11.42
10 11.04
8 9.05
8.7
8.3
6 7.01
6.03
4
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber : Sub Bag Keuangan Dinas Kesehatan dan RSUD Dr. Agoesdjam Ketapang
Tabel 5.1
Alokasi Anggaran Sektor Kesehatan Menurut Sumber Anggaran
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2011 – 2018
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pembangunan kesehatan merupakan bidang pembangunan strategis
pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang juga kebutuhan utama
masyarakat sesuai dengan perkembangan pembangunan. Gambaran situsasi
kesehatan masyarakat dan keberhasilan pembangunan kesehatan Kabupaten
Ketapang tahun 2018 serta keterkaitannya dengan mewujudkan visi
pembangunan kesehatan Kabupaten Ketapang yang mengacu pada visi
Pemerintah Kabupaten Ketapang yaitu “Ketapang Yang Maju Menuju
Masyarakat Sejahtera” dapat diamati dari indikator pencapaian derajat
kesehatan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
dalam profil Kesehatan sebagai berikut:
masa pengobatan.
b. Cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita sebesar 2,07%
(22 kasus) dari perkiraan penderita penumonia Balita sebanyak 1.065.
Capaian program ini sangat rendah bila dibanding dari target Renstra
yaitu 100% dan cakupan lebih rendah dari tahun 2017 sebesar 0,38%.
c. Jumlah penderita AIDS yang dilaporkan pada tahun 2018 sebanyak 53
kasus. Proporsi terbanyak pada kelompok umur 25 – 49 tahun (77,36%)
dengan jumlah kematian akibat AIDS 21 kasus. Sedangkan jumlah
penderita syphilis tahun 2018 yang dilaporkan sebanyak 28 kasus
dengan proporsi terbanyak ada pada jenis kelamin laki-laki (71,43%).
d. Penemuan kasus baru kusta (NCDR/New Case Detection Rate) pada
tahun 2018 sebesar 1,39/100.000 penduduk (7 kasus) lebih rendah bila
dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 3,23/100.000 penduduk (16
kasus).
e. Pada tahun 2018 Kabupaten Ketapang telah mencapai target AFP yaitu
0 kasus atau 0 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Tetapi hal ini harus
tetap diwaspai, dengan tetap melakukan kegiatan surveilans dan
imunisasi polio masih harus tetap dilaksanakan hingga nantinya dapat
dipastikan bahwa kasus AFP tidak ditemukan lagi dan sebagai bukti
bahwa Kabupaten Ketapang terbebas dari penyakit polio.
f. Situasi penyakit pada tahun 2018 yang perlu mendapat perhatian
mendalam yaitu IR DBD (Incidence Rate/angka kesakitan = 160,31 per
100.000 penduduk atau 808 kasus) dengan CFR (Case Fatality
Rate/angka kematian karena DBD = 0,62% atau 5 kematian) meningkat
drastis dibandingkan tahun 2017 dengan IR = 71,70% atau 355 kasus
dengan CFR 0,56% atau 2 kematian.
g. Angka kesakitan malaria (API/Annual Paracite Incidence) pada tahun
2018 sebesar 0,08/1.000 penduduk beresiko, menurun bila
dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 0,01/1.000 penduduk.
h. Angka kesakitan filariasis (penyakit kaki gajah) menurun dari
3,2/100.000 penduduk pada tahun 2017 menjadi 2,4/100.000 penduduk
pada tahun 2018.
i. Fokus pencegahan penyakit tidak menular (PTM) yaitu pada faktor
resiko antara lain: merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok,
minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan
bidang kesehatan tahun 2018, masih banyak yang belum mencapai target.
Dari 12 indikator yang harus dicapai pada tahun 2018, hanya 4 indikator
yang capaian targetnya di atas 50%; cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil (K4) 78,14%, cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir 91,08%,
cakupan pelayanan kesehatan balita 50,11%, cakupan pelayanan
kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat 53,21%. Upaya-upaya
dalam percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang
kesehatan tetap dilakukan agar dapat mencapai target 100% sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tanggal 31
Agustus 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, serta
mempertahankan capaian target yang sudah tercapai agar pencapaiannya
tetap stabil atau dapat lebih meningkat lagi.