Anda di halaman 1dari 14

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

A. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut


Status kesehatan gigi dan mulut ditentukan oleh prevalensi kebersihan
gigi dan mulut, karies, dan keadaan ginggiva. Pengumpulan data dengan
memeriksa gigi dan mulut meliputi pemeriksaan OHI (Oral Hygiene Index)
adalah pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkan debris index dan
calculus index. Pemeriksaan pengalaman karies dengan menggunakan indeks
DMF-T atau def-t. Indeks DMF-T merupakan indeks yang digunakan untuk
menilai karies pada gigi permanen, def-t sebagai indeks untuk penilaian
karies pada gigi decidui (Alhamda, 2011). Pemeriksaan gingiva indeks (GI)
dilakukan untuk melihat adanya perdarahan atau tidak pada gigi yang
diperiksa (Notohartojo, 2010).
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 1 SDN
Karangwuni I Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

No. Nama OHI-S Elemen Kategori (DMF/def)


1 Amanda Putri Lestari 1,16 52 d
61 e
74 d
2 Amelia Canessa Putry 1,20 54 d
53 d
63 d
64 d
75 d
74 d
84 d
12 D
22 D
3 Muhammad Alnadif 2,60 55 f
54 f
62 d
64 f
65 f
75 d
85 d
4 Muhammad Faizon 2,00 55 d
Lababan
No. Nama OHI-S Elemen Kategori (DMF/def)
54 d
62 d
63 d
64 e
65 e
75 d
74 d
73 d
85 d
16 D
26 D
36 D
46 D
5 Nur Syafitri 1,50 55 d
54 d
62 d
64 d
65 d
75 d
74 d
84 d
85 d
6 Safira Aulia Putri 1
- -
Prayogo
7 Teguh Santoso 1,25 51 d
61 d
62 d
75 e
8 Zafran 1,60 75 d
85 d
Persentase OHI-S baik = 50%
Persentase OHI-S sedang = 50%
Prevalensi OHI-S buruk = 0%
Prevalensi karies = 87,5%
PTI (performance treatment index) = 0%
Berdasarkan Tabel 2 pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut Siswa kelas
1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan April tahun 2016, 4 siswa memiliki
OHI-S baik dan 4 siswa memiliki OHI-S sedang dengan persentase masing-
masing 50%, 7 siswa memiliki karies dengan prevalensi 87,5%.
B. Kuesioner
1. Waktu Menyikat Gigi
Menyikat gigi merupakan salah satu upaya untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulut. Menyikat gigi tidak hanya untuk membersihkan
sisa makanan yang menempel di pemukaan gigi. Menyikat gigi juga
bertujuan untuk membersihkan plak,  mencegah karies, menjaga kesehatan
mulut dan jaringan gingiva, serta menyegarkan napas. Menurut American
Dental Association (ADA) frekuensi menyikat gigi minimal dua kali
sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam (Pintauli
dan Harmada 2008).
Tabel 3. Rekapitulasi Waktu Menyikat Gigi Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Waktu Menyikat Gigi


Jenis Pagi,
Nama Pagi Pagi
No. Kela- Usia Sore,
Siswa Pagi dan dan
min dan
Sore Malam
Malam
1 Amanda
Putri P 7 v
Lestari
2 Amelia
v
Canessa P 7
Putry
3 Muhammad
L 7 v
Alnadif
4 Muhammad
Faizon L 6 v
Lababan
5 Nur Syafitri v
P 7
6 Safira Aulia
Putri P 7 v
Prayogo
7 Teguh
L 7 v
Santoso
8 Zafran L 9 v
Persentase 12,5% 62,5% 12,5% 12,5%
Berdasarkan Tabel 3 rekapitulasi waktu menyikat gigi Siswa kelas 1
SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan April 2016, 5 siswa menyikat pada
waktu pagi dan sore dengan persentase 62,5%.

2. Frekuensi Menyikat Gigi


Frekuensi menyikat gigi dilihat dari berapa kali dalam sehari
melakukan tindakan menyikat gigi, sedangkan waktu menyikat gigi dilihat
dari kapan tindakan menyikat gigi dilakukan. Frekuensi menyikat gigi
minimal dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan
malam hari sebelum tidur (Riskesdas, 2007). Frekuensi menggosok gigi
lebih banyak lebih baik daripada yang frekuensi menggosok gigi lebih
sedikit, tetapi pada waktu yang tepat (Anitasari dan Nina, 2005).
Tabel 4. Rekapitulasi Frekuensi Menyikat Gigi Siswa Kelas 1 SDN
Karangwuni I Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Nama Jenis Frekuensi Menyikat Gigi


No. Usia
Siswa Kelamin 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali
1 Amanda
Putri P 7 v
Lestari
2 Amelia
Canessa P 7 v
Putry
3 Muhammad
L 7 v
Alnadif
4 Muhammad
Faizon L 6 v
Lababan
5 Nur Syafitri P 7 v
6 Safira Aulia
Putri P 7 v
Prayogo
7 Teguh
L 7 v
Santoso
8 Zafran L 9 v
Persentase 0% 12,5% 75% 12,5%
Berdasarkan Tabel 4 frekuensi menyikat gigi Siswa kelas 1 SDN
Karangwuni I Yogyakarta bulan April tahun 2016, 6 siswa menyikat gigi 2
kali sehari dengan persentase 75%.
3. Kunjungan ke Dokter Gigi
Dokter gigi merekomendasikan orang tua untuk membawa anak
mereka ke dokter gigi pada tahun pertama usianya, atau sekitar usia 6
bulan ketika gigi pertama mulai tumbuh. Dokter gigi akan memastikan
apakah gigi sulung anak dalam keadaan sehat. Selain itu dokter gigi akan
memeriksa apakah ada kerusakan dini pada gigi anak atau permasalahan
kesehatan gigi lainnya (CDS, 2012). Menurut Tjahja dan Lannywati
(2010), anjuran umumnya berkunjung ke dokter gigi setidaknya 6 bulan
sekali. Kunjungan 6 bulan sekali setidaknya untuk membersihkan karang
gigi, sehingga dapat meningkatkan kebersihan mulut.
Tabel 5. Rekapitulasi Kunjungan ke Dokter Gigi Siswa Kelas 1 SDN
Karangwuni I Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Kunjungan ke Dokter
Jenis Gigi
No. Nama Siswa Usia
Kelamin Belum Jika 6 bulan
pernah sakit sekali
1 Amanda Putri
P 7 v
Lestari
2 Amelia Canessa
P 7 v
Putry
3 Muhammad
L 7 v
Alnadif
4 Muhammad
L 6 v
Faizon Lababan
5 Nur Syafitri P 7 v
6 Safira Aulia Putri
P 7 v
Prayogo
7 Teguh Santoso L 7 v
8 Zafran L 9 v
Persentase 12,5% 75% 12,5%
Berdasarkan Tabel 5 rekapitulasi kunjungan ke dokter gigi Siswa
kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan April tahun 2016, 6 siswa
berkunjung ke dokter gigi jika sakit dengan persentase 75%.
C. Data Pendukung
Jenis pekerjaan orang tua dapat berpengaruh terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anaknya. Pekerjaan mempengaruhi waktu yang
dapat mereka luangkan untuk keluarga dan sumber pendapatan yang dapat
digunakan untuk kesehatan anak. Pekerjaan dapat menambah sumber daya
keuangan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan anak.
Akan tetapi di sisi lain, pekerjaan mungkin dapat mengurangi waktu antara
orang tua dengan anak sehingga perhatian terhadap kesehatan mereka
menjadi berkurang (Hong dan Zong, 2011).
Pendidikan juga mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu, serta pemahaman yang baik dan buruk dalam bertindak.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, ia akan memiliki pemahaman yang
lebih sehingga akan berpengaruh terhadap sikap. Seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang
baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk
hidup sehat. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah
kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan
gigi dan mulut (Lina dan Nila, 2010).
Tabel 5. Rekapitulasi Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas 1
SDN Karangwuni I Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Pendidikan Pekerjaan
Jenis
No. Nama Usia Orang Tua Orang Tua
Kelamin
Ayah Ibu Ayah Ibu
1 Amanda Tidak Tidak Wira-
P 7 IRT
Putri Lestari tahu tahu swasta
2 Amelia
Tidak Tidak Wira-
Canessa P 7 IRT
tahu tahu swasta
Putry
3 Muhammad
L 7 S1 S1 PNS PNS
Alnadif
4 Muhammad
Wira-
Faizon L 6 S1 S1 PNS
swasta
Lababan
5 Nur Syafitri Tidak Tidak Wira-
P 7 IRT
tahu tahu swasta
6 Safira Aulia
Tidak Wira-
Putri P 7 S1 PNS
tahu swasta
Prayogo
7 Teguh Tidak Tidak Wira-
L 7 IRT
Santoso tahu tahu swasta
8 Zafran L 9 SMK SMP Wira- IRT
swasta
Berdasarkan Tabel 5 rekapitulasi pendidikan dan pekerjaan Orang Tua
Siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan April tahun 2016, 2 ayah
siswa berpendidikan S1 dengan persentase 25%, 3 ibu siswa berpendidikan
S1 dengan persentase 37,5%, 7 ayah siswa memiliki pekerjaan wiraswasta
dengan persentase 87,5%, dan 5 ibu siswa memiliki pekerjaan ibu rumah
tangga (IRT) dengan persentase 62,5%.
BAB IV
HASIL PENGOLAHAN DATA PEMERIKSAAN

1. Status Kebersihan Mulut


Menurut Depkes RI (1995) OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
merupakan pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkan skor dari
endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan menempel di gigi
yang diperiksa (DI) dengan skor endapan keras karang gigi) terjadi karena
debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada gigi yang diperiksa
(CI).
Tabel 6. Status Kebersihan Mulut Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Status Kebersihan Mulut (OHI-S)


Kelas n Baik (0,0-1,2) Sedang (1,3-3,0) Buruk (3,1-6,0)
 %  %  %
1 8 4 50 4 50 0 0
Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa status kebersihan Mulut
siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016,
termasuk dalam kategori status kebersihan mulut baik dan sedang dengan
masing - masing sebesar 50%.
2. Status Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi
makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri
Streptococcus Mutans yang terdapat pada mulut (Worotitjan dkk, 2013).
Tabel 7. Status Karies Gigi Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta
Bulan April Tahun 2016

Status Karies Gigi


Kelas n Gigi Sulung Gigi Permanen
d e f Def-t Rerata D M F DMF-T Rerata
1 8 34 4 4 42 5,25 6 0 0 6 0,75
Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa status karies gigi siswa
kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016, rerata def-t
sebesar 6 dan rerata DMF-T sebesar 1.
3. Status Kesehatan Gusi
Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi
gigi dan merupakan jaringan pendukung gigi. Gingiva yang sehat berwarna
merah muda, tepinya sesuai dengan kontur gigi geligi. Salah satu infeksi
jaringan pendukung gigi adalah gingivitis. Gingivitis merupakan suatu
kelainan pada jaringan periodontal. Gingivitis adalah peradangan pada
gingiva, yang ditandai dengan gingiva berdarah, mengalami pembengkakan,
dan kemerahan (Jannah, 2014)
Tabel 8. Status Kesehatan Gusi Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta
Bulan April Tahun 2016

Status Kesehatan Gusi


Sehat Gingivitis (per segmen)
Kelas n
(0 segmen) 1-3 segmen 4-6 segmen
 %  %  %
1 8 6 75 1 12,5 1 12,5
Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa status kesehatan gusi
siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016
sebanyak 75% masuk dalam kategori sehat dan 12,5% termasuk kategori
gingivitis yang melibatkan 1-3 segmen dan 12,5% melibatkan 4-6 segmen.
4. Frekuensi Menyikat Gigi
Jika semua plak dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi
pada kebanyakan orang dapat dikendalikan. Tetapi untuk mencegah atau
mengurangi kerusakan gigi, harus lebih sering lagi menyikat gigi. Menyikat
gigi 2 kali sehari merupakan frekuensi yang tepat (Ariningrum, 2000).
Tabel 9. Frekuensi Menyikat Gigi Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Frekuensi Menyikat Gigi


Kelas n 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali
 %  %  %  %
1 8 0 0 1 12,5 6 75 1 12,5
Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa frekuensi menyikat gigi
siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016, sebesar
75% menyikat gigi 2 kali serta menyikat gigi 1 kali dan 3 kali masing -
masing 12,5%.

5. Waktu Menyikat Gigi


Menurut Niniek (2009) menambah frekuensi sikat gigi dalam
mencegah karies gigi sangat bagus, namun lebih tepat dan efektif jika
diimbangi dengan ketepatan waktu sikat gigi dengan benar. Waktu menyikat
gigi sebaiknya setiap sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Waktu
malam aliran saliva serta pergerakan mulut berkurang, sehingga daya untuk
membersihkan gigi gigi dari debris juga menurun menyebabkan kuman
didalam mulut berkembang pesat dua kali lipat dibanding siang hari.
Tabel 10. Waktu Menyikat Gigi Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Waktu Menyikat Gigi


Pagi dan Pagi dan Pagi, Sore,
Kelas n Pagi saja
Sore Malam dan Malam
 %  %  %  %
1 8 1 12,5 5 62,5 1 12,5 1 12,5
Berdasarkan Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa waktu menyikat gigi
siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016, 62,5%
menyikat gigi pada pagi dan sore serta menyikat gigi pagi saja, pagi dan
malam, dan pagi, sore dan malam masing - masing 12,5%.
6. Kunjungan ke Dokter Gigi
Pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan tindakan
untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi
dan mulut. Tindakan berupa mengurangi konsumsi makanan yang kariogenik,
banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, menggosok gigi sesudah makan dan
kunjungan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali (Radiah dkk, 2013).
Tabel 11. Kunjungan ke Dokter Gigi Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Kelas n Kunjungan ke Dokter Gigi


Tidak Pernah Jika Sakit 6 Bulan Sekali
 %  %  %
1 8 1 12,5 6 75 1 12,5
Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa kunjungan ke dokter
gigi siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016,
75% ke dokter saat sakit.
7. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya
perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut
anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami atau secara terencana
yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah
mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari
perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Sariningrum
dan Irdawati, 2009 sit. Eriska, 2005).
Tabel 12. Tingkat Pendidikan Ayah Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Tingkat Pendidikan Ayah


Kelas n SMP SMA/SMK SARJANA Tidak tahu
 %  %  %  %
1 8 0 0 1 12,5 2 25 5 62,5
Berdasarkan Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
ayah siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016,
12,5% tamat SMA/SMK, 25% tamat sarjana, dan 62,5% tidak diketahui
karena saat dilakukan wawancara siswa menjawab tidak tau.
Tabel 13. Tingkat Pendidikan Ibu Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I
Yogyakarta Bulan April Tahun 2016

Tingkat Pendidikan Ibu


Kelas n SMP SMA/SMK SARJANA Tidak tahu
 %  %  %  %
1 8 1 12,5 0 0 3 37,5 4 50
Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu
siswa kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016, 12,5%
tamat SMP, 37,5% tamat sarjana, dan 50% tidak diketahui karena saat
dilakukan wawancara siswa menjawab tidak tau.
8. Pekerjaan Orang Tua
Perilaku hidup sehat dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi seseoarng.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi yaitu pekerjaan,
pendidikan, pendapatan, serta banyaknya anggota keluarga. Karies gigi
merupakan masalah yang signifikan karena diperparahdengan tingkat sosial
ekonomi yang rendah (Ngantung dkk., 2015).
Tabel 14. Pekerjaan Ayah Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta
Bulan April Tahun 2016

Pekerjaan Ayah Siswa


Kelas n PNS Swasta Wiraswata
 %  %  %
1 8 1 12,5 7 87,5 0 0
Berdasarkan Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ayah siswa
kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016, sebesar
87,5% bekerja di perusahaan swasta.
Tabel 15. Pekerjaan Ibu Siswa Kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta Bulan
April Tahun 2016

Pekerjaan Ibu Siswa


Ibu Rumah
Kelas n PNS Swasta Wiraswasta
Tangga
 %  %  %  %
1 8 3 37,5 0 0 0 0 5 62,5s;
Berdasarkan Tabel 15 dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ibu siswa
kelas 1 SDN Karangwuni I Yogyakarta bulan april Tahun 2016, sebesar
62,5% adalah ibu rumah tangga dan 37,5% sebagai PNS.
Alhamda, Syukra. 2011. Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies
Gigi (Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar
Negeri Kota Bukittinggi. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol.27, No. 2,
Juni 2011.
Anitasari, Silvia; Nina Endang Rahayu. 2005. Hubungan frekuensi menyikat gigi
dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di
kecamatan Palaran kotamadya Samarinda provinsi Kalimantan Timur.
Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal). Vol. 38. No. 2 April-Juni 2005:
88-90.
Chicago Dental Society. Top five tips for caring for an infant’s primary teeth.
Chicago: CDS Review. 2012: 40.
Hong, Liu, Zhong Zhao. Parental job loss and children’s health: ten years after the
massive layoff of the SOEs’ workers in china. China: IZA. 2011: 1-2.
Lina Natamiharja, Nila Silvana Dwi. Hubungan pendidikan, pengetahuan dan
perilaku ibu terhadap status karies gigi balitanya. Dentika dental journal;
5(1). 2010: 37.
Notohartojo, I. T dan Fransx , Suharyanto S. H. 2010. Gambaran Kebersihan
Mulut dan Gingivitis pada Murid Sekolah Dasar di Puskesmas Sepatan,
Kabupaten Tangerang, Media Litbang Kesehatan. Vol XX (no.4) : 182
Pintauli, S dan Harmada T. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat, Pencegahan Dan
Pemeliharaan. Medan: USU Press.
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Tjahja, Indirawati; Lannywati Ghani. 2010. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Ditinjau Dari Faktor Individu Pengun.Jung Puskesmas DKI Jakarta Tahun
2007. Bul. Peneliti Kesehatan. Vol. 38, No 2, 2010:52-66.

Anda mungkin juga menyukai