SKRIPSI
SURMIYATI
3209003
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul: Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi
pada Lansia di Dusun Dukuh Seyegan Sleman.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bimbingan, bantuan, arahan
dan saran dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Dewi Retno Pamungkas, MNg., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Dr. Sri Werdati, SKM.,M.Kes., selaku pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan pendapat yang sangat berguna.
4. Dewi Utari, MNS., selaku pembimbing II, yang telah memberikan semangat
dan tidak lelah meluangkan waktunya dalam memberikan masukan untuk
skripsi ini.
5. Agus Warseno, M.Kep selaku penguji yang telah member arahan saran dan
pendapat yang sangat berguna.
6. Seluruh dosen keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman serta mendidik kami.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.
Sungguh merupakan suatu anugerah yang tak terhingga yang harus
disyukuri ketika penulis berhasil menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari
bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan penuh dengan kekurangan.
Namun demikian diharapkan semoga penelitian ini dapat berguna bagi siapa saja
yang membaca dan membutuhkan.
Penulis
Surmiyati
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
INTISARI ........................................................................................................ xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. LatarBelakang ...................................................................... 1
B. RumusanMasalah ................................................................. 4
C. TujuanPenelitian .................................................................. 4
D. ManfaatPenelitian ................................................................ 5
E. KeaslianPenelitian................................................................ 6
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 42
A. HasilPenelitian ..................................................................... 42
B. Pembahasan.......................................................................... 47
C. Keterbatasan ......................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel1. Keaslian penelitian ......................................................................... 6
Tabel 2. Definisi Operasional ......................................................................... 33
Tabel3. Kisi-kisi Kuesioner DukunganKeluarga.......................................... 34
Tabel4. Kisi-kisi Kuesioner Depresi ............................................................ 34
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
Pendidikan dan Status Perkawinan di Dusun Dukuh Seyegan
Sleman ............................................................................................. 43
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Dimensi Dukungan Keluarga Pada lansia
di Dusun Dukuh Seyegan Sleman ................................................... 44
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada lansia di Dusun
Dukuh Seyegan Sleman................................................................... 44
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia di Dusun
Dukuh Seyegan Sleman................................................................... 45
Tabel 9. Tabulasi Silang Karakteristik dengan Tingkat Depresi pada
Lansiadi Dusun Dukuh Seyegan Sleman ........................................ 45
Tabel 10. Tabulasi Silang dan Hasil Uji Kendal tau Hubungan Dukungan
Keluargadengan Tingkat Depresi pada Lansia di Dusun Dukuh
Seyegan Sleman............................................................................... 46
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar1. KerangkaTeori............................................................................ 27
Gambar2. KerangkaKonsep ........................................................................ 28
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. JadwalPenyusunanSkripsi
Lampiran 2. PermohonanMenjadiResponden
Lampiran 3. PersetujuanMenjadiResponden
Lampiran 4. Karakteristik Responden
Lampiran5. Kuesioner
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dukungan Keluarga
Lampiran 7. Analisis Data Statistik
Lampiran8. SuratIjinPenelitian
x
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA LANSIA DI DUSUN DUKUH SEYEGAN SLEMAN
INTISARI
Latar Belakang : Jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 60 tahun pada
tahun 2009 sekitar 8.37% atau 19.3 juta jiwa. Lansia mulai kehilangan pekerjaan,
kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, resiko terkena penyakit, terisolasi dari
lingkungan, dan kesepian. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan mental.
Salah satu gangguan mental yang sering ditemukan pada pasien lanjut usia yaitu
depresi. Dukungan keluarga merupakan faktor penting yang dapat membantu
lansia mengatasi masalah depresi.
Tujuan Penelitian :
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di
Dusun Dukuh Seyegan Sleman.
Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling yaitu 59 lansia.
Instrumen penelitian adalah kuesioner dengan alat ukur tingkat depresi
menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) dan kuesioner dukungan
keluarga. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kendall’s Tau.
Hasil penelitian : Dukungan keluarga kepada lansia di Dusun Dukuh Seyegan
Sleman kategori cukup sebanyak 24 orang (40,7%). Tingkat depresi pada lansia di
Dusun Dukuh Seyegan Sleman kategori ringan sebanyak 24 orang (40,7%). Hasil
uji Kendall Tau diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,425dengan nilai p
0,000 < 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi
pada lansia di Dusun Dukuh Seyegan Sleman dengan keeratan hubungan sedang.
1
Mahasiswa Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
1
ABSTRACT
1
Nursing Student of School of Health Science of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Lecturer of School of Health Science of Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berumur 60 tahun ke
atas, menurut UU RI Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.
Peningkatan usia harapan hidup mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk
usia lanjut. Menua atau menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua
(Comer, 2006).
Jumlah lansia di Indonesia telah memasuki era penduduk struktur lansia
karena pada tahun 2009 jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun sekitar 8.37%
atau 19.3 juta jiwa (Komisi Lanjut Usia, 2009). Provinsi yang mempunyai jumlah
penduduk lansia yang paling banyak adalah Jawa dan Bali sekitar 7 % (Irawan,
2013). Berdasarkan proporsi, provinsi DIY memiliki lansia tertinggi yaitu 14.02%
dibanding dengan provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010). Jumlah penduduk lansia pada tahun 2013 sebanyak
18,861,763 jiwa dengan usia harapan hidup 67.4 tahun. Populasi lansia di
Indonesia diprediksi meningkat sekitar 28.8 juta jiwa atau 11.34% pada tahun
2020 (Kemenkes RI, 2014).
Peningkatan jumlah lansia membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan seperti yang disebutkan dalam UU No.36 tahun 2009 ayat
1 yaitu “ Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi
sesuai dengan martabat kemanusiaan” dan di Indonesia baru dalam taraf
perintisan. Pada ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis
(Maryam dkk, 2008).
Seiring bertambahnya usia, penuaan tidak dapat dihindarkan dan terjadi
perubahan keadaan fisik, psikologis, dan sosial. Lansia mulai kehilangan
pekerjaan, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, resiko terkena penyakit,
1
2
terisolasi dari lingkungan, dan kesepian. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
gangguan mental (Papila, 2009). Salah satu gangguan mental yang sering
ditemukan pada pasien lanjut usia yaitu depresi. Berdasarkan data di Indonesia 5-
10% lansia yang hidup dalam komunitas mengalami depresi, sedangkan yang
hidup dalam lingkungan Panti 30-40% mengalami depresi dan cemas (Taqui et.,
al. 2007). Gangguan depresi lansia merupakan suatu masalah klinis dan kesehatan
umum yang masih jauh dari sentuhan medis, sosial dan ekonomi (Saputri dan
Indrawati, 2011). Resiko depresi meningkat pada wanita, terutama yang memiliki
riwayat depresi, baru saja kehilangan pasangan, hidup sendiri, lemahnya
dukungan sosial, tinggal di rumah perawatan dalam jangka panjang, penurunan
kesehatan, dan keterbatasan fungsional (Dowell, 2006). Menurut Irawan (2013)
prevalensi depresi pada lansia diperkirakan 1-2%, prevalensi wanita 1.4% dan
laki-laki 0.4%. Penelitian Wardiyah (2007) menunjukkan 66.67% lansia
mengalami kesepian tingkat sedang dan 81.67% lansia tergolong dalam depresi
tingkat rendah.
Tingginya angka depresi pada lansia wanita lebih berhubungan dengan
transisi fungsi reproduksi dan hormonal atau menopouse (Azizah, 2011).
Terjadinya depresi pada lanjut usia merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor
biologi, psikologik, dan sosial (Kusharyadi, 2010). Secara umum depresi ditandai
oleh suasana perasaan yang murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang
semangat, lemah, lesu, dan rasa tidak berdaya (Varcarolis, 2011). Masalah depresi
pada lansia dapat menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas
sehari-hari, pada kasus yang parah depresi dapat menyebabkan bunuh diri.
Nugroho (2008) menyebutkan bahwa lansia yang mempunyai keluarga akan lebih
mudah dalam menghadapi permasalahan depresi.
Keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat, keluarga berfungsi sebagai
variabel intervensi kritis yang memiliki tujuan utama sebagai perantara dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap anggota keluarga. Keluarga memiliki
pengaruh yang sangat penting terhadap pembentukan identitas seorang individu
dan perasaan harga diri (Sudiharto, 2007). Keberadaan anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, maupun sanak saudara yang masih memperhatikan, membantu
3
(care) dan peduli dengan permasalahan yang dihadapi lansia sangat penting bagi
lansia (Lee & Holm, 2011). Lansia yang hidup sendiri, telah kehilangan pasangan,
memiliki pasangan tetapi tidak punya anak, berada jauh dari anak-anak (rantauan)
akan membuat lansia merasa kesepian dan tidak ada perhatian dari lingkungan
(Hudson dan Moore, 2009).
Pendekatan keluarga diperlukan dalam penatalaksanaan depresi pada lansia
yaitu dengan memberikan dukungan pada lansia. Kebutuhan akan dukungan dan
perhatian keluarga berlangsung sepanjang hidup sehingga jika seorang lansia tidak
mendapat dukungan mereka akan mengalami episode mayor dari depresi yaitu
gambaran melankolis, merasa rendah diri, perasaan tidak berdaya, dan hal yang
paling mengancam adalah keinginan untuk bunuh diri. Melalui dukungan
keluarga, lansia akan merasa masih ada yang memperhatikan (Lee & Holm,
2011).
Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian,
bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran, memberikan
pengetahuan dan sebagainya (Astuti, 2010). Dukungan penuh dari keluarga dan
teman dapat meningkatkan kualitas hidup bagi lansia sehingga lansia dapat
terhindar dari gangguan mental seperti depresi (Li et., al. 2011). Berdasarkan
penelitian Mitarini (2011) lansia di Desa Deresan Yogyakarta mayoritas mendapat
dukungan emosional yang tinggi dari keluarga dimana dukungan ini berupa
dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan perhatian sehingga lansia
cenderung memiliki kualitas hidup yang baik.
Menurut laporan Dinkes Kabupaten Sleman tahun 2011 dalam Werdati
(2013) jumlah lansia dengan presentasi tertinggi adalah di Kecamatan Seyegan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni
2014, menurut informasi yang didapat peneliti dari Puskesmas, Dusun Dukuh
Kecamatan Margoagung Seyegan merupakan Dusun yang masih tertinggal dan
memiliki banyak lansia yang mengalami gangguan mental. Lansia yang tinggal di
Dusun Dukuh sebanyak 69 orang lansia. Menurut Kepala Dusun Dukuh terdapat 7
dari 10 lansia yang mengalami gangguan mental seperti depresi, bingung serta
linglung. Ada beberapa kegiatan kemasyarakatan di Dusun Dukuh salah satunya
4
Posyandu lansia yang diadakan rutin sebulan sekali. Menurut kader Posyandu,
50% lansia aktif dalam mengikuti kegiatan tersebut. Hasil wawancara kepada 10
lansia, semuanya tinggal dengan keluarganya dengan bermacam latar belakang
sosial seperti tingkat ekonomi, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan keluarga.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti banyak lansia
mengalami kesepian dikarenakan kurangnya perhatian dan dukungan dari
keluarga terdekat lansia seperti anak dan cucu-cucunya, perpisahan dengan salah
satu pasangan hidup (meninggal atau menikah lagi). Dari 10 lansia semuanya
masih aktif bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Lansia mengatakan tentang
kehidupan di masa tua yang berbeda dengan masa mudanya, banyak perubahan
yang dialami oleh lansia terutama fisik dan kesehatan. Keadaan tersebut
menjadikan lansia sering mengalami ketakutan karena perubahan yang
mengakibatkan mereka tidak mampu bekerja mencari uang seperti dulu. Lansia
yang tinggal bersama keluarga terkadang masih merasa kesepian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya
adalah :
“Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di
Dusun Dukuh Seyegan Sleman”
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan tingkat depresi pada lansia yang tinggal dengan keluarga di
Dusun Dukuh Seyegan Sleman.
2. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada lansia di Dusun Dukuh Seyegan
Sleman.
3. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kejadian tingkat depresi
pada lansia.
4. Menganalisis keeratan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi
pada lansia di Dusun Dukuh Seyegan Sleman.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memberikan gambaran implementasi konsep perawatan lansia dengan depresi
kepada keluarga tentang fungsi dan tugas keluarga dengan lansia.
2. Praktis
a. Bagi Lansia
Untuk mempersiapkan kehidupan baru yaitu membentuk hubungan baik
dengan orang lain dengan melakukan penyesuaian terhadap kehidupan
sosial/masyarakat secara santai sehingga lansia mampu mempersiapkan diri
untuk menghadapi kematiannya atau kematian pasangan.
b. Bagi Keluarga
Mengetahui dukungan keluarga dalam menangani depresi pada lansia
sehingga keluarga mampu mengetahui kebutuhan lansia baik secara fisik
dan psikis.
c. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan bagi perawat mengenai masalah kesehatan pada
lansia. Sehingga bisa memberikan tindak lanjut terkait permasalahan
tersebut.
d. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan data Puskesmas mengenai depresi pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Seyegan sehingga dapat memberikan follow up
pada lansia dan keluarga.
6
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian
No Nama/Judul Metodologi Hasil Penelitian Persamaan/
Penelitian Perbedaan
1 Wardiyah (2007) Desain penelitian 66.67% lansia Persamaan:
Hubungan Antara deskriptif korelasional mengalami Jenis penelitian
Kesepian dengan dengan pendekatan cross kesepian tingkat dan variabel
Depresi pada sectional. Data sedang dan 81.67% terikat.
Lansia di Dusun dikumpulkan dengan lansia tergolong Perbedaan:
Sendowo menggunakan kuesioner dalam depresi variabel bebas dan
Kelurahan Sinduadi Skala kesepian Lansia dan tingkat rendah. analisis data.
Kecamatan Mlati Geriatric Depression
Kabupaten Sleman Scale. Analisis data
Yogyakarta. menggunakan rumus
korelasi Pearson’s.
2 Fadillah (2012) Desain penelitian Dukungan keluarga Persamaan:
Hubungan Antara deskriptif korelasional yang paling banyak Jenis penelitian
Dukungan Sosial dengan pendekatan cross diterima oleh dan variabel bebas.
Keluarga dengan sectional. Instrumen responden adalah Perbedaan:
Perilaku makan dukungan sosial keluarga dukungan Variabel terikat
Penderita dengan kuesioner dari instrumental dan analisis data
Hipertensi Lanjut social support sedangkan
Usia di Questionnaire dan dukungan sosial
Suryodiningratan perilaku makan keluarga yang
Mantrijeron menggunakan Eating dirasakan paling
Yogyakarta. Behaviour Patterns puas adalah
Questionaire. dukungan
informasional.
3 Mitarini (2012) Desain deskriptif Terdapat hubungan Persamaan:
Hubungan korelasional dengan antara dukungan Jenis penelitian
dukungan keluarga pendekatan cross keluarga dengan dan variabel bebas.
dengan kualitas sectional. Instrumen yang kualitas hidup Perbedaan:
hidup lansia digunakan adalah lansia di Dusun Variabel terikat
menggunakan short kuesioner dukungan Deresan dan analisis data
form 36 di Dusun keluarga yang dibuat Ringinharjo Bantul
Ringinharjo Bantul sendiri oleh peneliti dan
pada instrumen kualitas
hidup menggunakan
kuesioner baku Short
Form (SF 36) dari the
Medical Outcomes Study
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dusun Dukuh Seyegan Sleman terletak di wilayah Desa Margoagung,
kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman yang masih merupakan wilayah kerja
Puskesmas Seyegan. Batas-batas wilayah Dusun Dukuh Seyegan Sleman an
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Dusun Watukarung
Sebelah Selatan : Dusun Nginogondang
Sebelah Timur : Dusun Tegalsepuluh
Sebelah Barat : Dusun Kurahan
Wilayah pedusunan Dukuh Seyegan Sleman terdiri dari 2 RW dan 3 RT.
Jumlah penduduk di wilayah pedusunan Dukuh Seyegan sebanyak 573 orang
dengan 162 KK.
Pelayanan kesehatan bagi lansia yang ada di Dusun Dukuh Seyegan
meliputi posyandu lansia dan puskesmas. Kegiatan posyandu lansia
dilaksanakan satu kali dalam sebulan meliputi pemeriksaan kesehatan dan
penyuluhan oleh kader posyandu. Kegiatan lain yang dapat diikuti lansia di
Dusun Dukuh Seyegan yaitu perkumpulan warga, pengajian, dan arisan RT.
2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian terhadap karakteristik responden lansia di Dusun Dukuh
Seyegan Sleman disajikan pada tabel berikut:
42
43
3. Analisis Univariat
a. Dukungan keluarga
Hasil penelitian dukungan keluarga pada lansia di Dusun Dukuh
Seyegan Sleman disajikan pada tabel berikut:
44
b. Tingkat Depresi
Hasil penelitian tingkat depresi pada lansia di Dusun Dukuh Seyegan
Sleman disajikan pada tabel berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi pada Lansia
di Dusun Dukuh Seyegan Sleman
Berdasarkan tabel 9 diatas didapatkan hasil bahwa lansia dengan jenis kelamin
laki-laki mayoritas memliki kejadian depresi yang ringan dengan persentase
46
Kejadian depresi τ p-
Dukungan Tidak Ringan Sedang Berat Total value
keluarga ada
gejala
f % f % f % F % F %
Baik 7 11,9 5 8,5 1 1,7 0 0 13 22,0 0,425 0,000
Cukup 2 3,4 14 23,7 8 13,6 0 0 24 40,7
Kurang 3 5,1 5 8,5 14 23,7 0 0 22 37,3
Total 12 20,3 24 40,7 23 39,0 0 0 59 100
Sumber: Data Primer Tahun 2015
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Responden yang berjenis kelamin laki-laki dalam penelitian ini adalah
sebanyak 31 orang (52,5%) lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 28 orang (47,5%). Jenis kelamin merupakan faktor resiko
yang mempengaruhi kejadian depresi. Perempuan lebih sering mengalami
depresi, hal ini karena perempuan sering terpajan dengan stressor lingkungan
dan memiliki tingkatan ambang stressor lebih rendah dibanding dengan laki -
laki. Selain itu, adanya depresi pada perempuan juga erat kaitannya dengan
ketidakseimbangan hormon sehingga depresi lebih sering terjadi pada
perempuan (Amir, 2005). Menurut Ibrahim (2011) perempuan dua kali lebih
sering terdiagnosa depresi dari pada pria karena perubahan hormonal dalam
siklus menstruasinya yang berhubungan dengan kehamilan, kelahiran dan
menopouse. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Seifert et al.
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan depresi.
Usia responden sebagian besar adalah 60-74 tahun yaitu sebanyak 37
orang (62,7%). Bertambahnya usia maka secara alamiah juga akan
mempengaruhi terjadi penurunan kemampuan seperti fungsi perawatan diri
48
2. Dukungan Keluarga
a. Dukungan emosional
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
responden mendapatkan dukungan emosional yang cukup dari keluarga
sebanyak 24 orang (40,7%). Hasil penelitian ini mendukung temuan
Kristiyaningsih (2011) yang menyimpulkan dari 96 responden didapatkan
49
18% keluarga selalu memberikan kasih sayang terhadap segala hal yang
terbaik bagi lansia serta keluarga memberikan kepercayaan perhatian
keluarga juga selalu mendengarkan segala keluh kesah yang dialami oleh
lansia.
Friedman et al (2010) menyatakan bahwa setiap orang membutuhkan
dukungan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik
dan empati, cinta, kepercayaan, dan perhatian. Pada dukungan emosional ini
keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat (Phelan
et., al. 2010).
Dukungan emosional yang paling banyak diberikan adalah keluarga
menanyakan/mendengarkan keluhan-keluhan yang lansia rasakan dan
keluarga memperhatikan ketika lansia tidak ingin makan. Kemauan keluarga
mendengarkan keluhan-keluhan lansia dan perhatian keluarga ketika lansia
tidak ingin makan akan memberikan lansia perasaan nyaman dan merasa
dicintai sehingga lansia merasa berharga. Sedangkan dukungan keluarga
yang paling sedikit diberikan adalah menenangkan lansia ketika lansia
marah. Menurut Locher, et al (2010) dukungan sosial yang diberikan
keluarga akan sangat membantu lansia dalam menghadapi kehidupan karena
merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri namun masih ada orang
lain yang memperhatikan, mau mendengarkan segala keluhan, bersimpati
dan empati terhadap persoalan yang dihadapi, bahkan mau membantu
memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Dukungan instrumental
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa responden
mendapatkan dukungan instrumental yang cukup dari keluarga sebanyak 28
orang (47,5%). Hasil penelitian ini mendukung temuan Kristiyaningsih
(2011) yang menyimpulkan dari 96 responden didapatkan 18% keluarga
selalu memperhatikan kesehatan lansia, selalu menyediakan kebutuhan
kebutuhan makan, kebutuhan minum dan keluarga juga selalu berusaha
mengingatkan dan membatasi segala kegiatan lansia serta keluarga juga
mengingatkan dan menyediakan tempat untuk istirahat.
50
tidak berdaya, dan hal yang paling mengancam adalah keinginan untuk bunuh
diri. Melalui dukungan keluarga, lansia akan merasa masih ada yang
memperhatikan (Lee & Holm, 2011). Dukungan penuh dari keluarga dan
teman dapat meningkatkan kualitas hidup bagi lansia sehingga lansia dapat
terhindar dari gangguan mental seperti depresi (Li et., al. 2011).
Keluarga bermanfaat untuk mengeluarkan segala perasaan dan masalah
merasa diterima, dan disayangi dalam keadaan apapun, sehingga dapat
mengurangi stres berat yang dialami individu. Seseorang yang menerima
dukungan keluarga akan memunculkan pikiran positif dan akan merangsang
medulla spinalis, sistem limbik, dan korteks serebri pada bagian otak yang
berfungsi sebagai tempat pengaturan pikiran dan emosi yang akan
mengeluarkan hormon dopamine, serotonin, enkafalin dan beta-endorfrin yang
berfungsi sebagai pergerakan, emosional, perasaan, koordinasi, penilaian, dan
perasaan bahagia sehingga dapat menurunkan depresi pada lansia (Lubis,
2009).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat lansia yang memiliki dukungan
keluarga baik dan cukup namun mengalami depresi sedang. Hal ini dapat
disebabkan faktor genetic, faktor biologic (disregulasi aminbiogenik,
penurunan aktivitas serotonergik dan dopaminergik, juga disregulasi
asetilkolin), serta faktor psikososial seperti peristiwa hidup dan stres
lingkungan, ciri kepribadian premorbid tertentu (obsif kopulsi, histeria, dan
ketergantungan), kehilangan objek yang dicintai saat kanak-kanak, adanya
ketidakberdayaan. Disamping itu juga terdapat lansia yang memiliki dukungan
keluarga kurang namun memiliki tingkat depresi ringan. Hal ini dapat
disebabkan faktor biologis lansia yang tidak mudah panik, tidak mudah cemas
dan asertif sehingga lansia tidak mudah mengalami depresi. Selaian itu lansia
juga tidak mengalami peristiwa hidup yang dapat memicu depresi dan tidak
adanya stress sosial.
57
C. Keterbatasan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Sebagian besar dukungan keluarga kepada lansia di Dusun Dukuh Seyegan
Sleman memiliki kategori cukup.
2. Sebagian besar lansia di Dusun Dukuh Seyegan Sleman memiliki tingkat
depresi yang seimbang antara ringan dan sedang.
3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat
depresi pada lansia di Dusun Dukuh Seyegan Sleman ditunjukkan dengan hasil
uji Kendall tau diperoleh nilai p (0,000) < 0,05.
4. Keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada
lansia di Dusun Dukuh Seyegan Sleman kategori sedang ditunjukkan dengan
nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,425 terletak pada rentang 0,400-0,500.
Keeratan hubungan yang sedang disebabkan dalam penelitian ini belum
dilakukan pengontrolan terhadap faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi
terjadinya depresi pada lansia, seperti penyakit fisik, aspek kepribadian,
kehilangan orang terdekat, dan hal-hal bersifat supranatural.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Lansia
Lansia hendaknya dapat menyesuaikan dengan perubahan fisik dan kesehatan
yang terjadi dan memanfaatkan sumber-sumber dukungan yang ada baik dari
keluarga maupun dari dukungan sosial (teman dan kader) sehingga dapat
mengurangi risiko terjadinya depresi.
2. Bagi Keluarga
Meningkatkan pengetahuan tentang cara bagaimana memberikan dukungan
keluarga dalam merawat lansia melalui media seperti internet, buku dan tenaga
kesehatan.
58
59
3. Bagi Perawat
Perawat perlu memberikan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki lansia
tentang kesehatan lansia dan pentingnya dukungan keluarga untuk mengurangi
risiko depresi pada lansia.
4. Bagi Puskesmas Seyegan
Puskesmas Seyegan hendaknya melakukan promosi kesehatan kepada keluarga
yang memiliki lansia melalui kegiatan penyuluhan-penyuluhan sehingga
termotivasi untuk memberikan dukungan kepada lansia.
60
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, V.W. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada
Lansia di Posyandu Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Jurnal STIKES RS.
Baptis Kediri Volume 3, No.2, Desember.
Birchenall., N. & Streight., Eileen. (2003). Home Care Aide 2nd edition. St. Louis,
Missouri. Mosby.
Colangelo, L.A., Craft, L.L., Ouyang, P., Liu, K., Schreiner, P.J., Michos, E.D.
(2013). Association of Sex Hormones and SHBG with Depressive
Symptoms in Post-menopausal Women: the Multi-Ethnic Study of
Atherosclerosis. NIH Public Access, Author Manuscript, 2013 August ;
19(8): 877–885. doi:10.1097/gme.0b013e3182432de6.
Comer. S. (2006). Geriatric Nursing Care Plans third edition. Delmar Learning
Thomson Canada.
61
Deckx, L., Van Der Akken, M., Daniels, L., De Joge, E., Bulens, P., Tjan-
Heijnen, C., L Van Abbema, D. & Buntix, F. (2015). Geriatric screening
tools are of limited value to predicy decline in functional status and quality
of life: result of a cohort study. Beligium: BMC Family Practice ; DOI 10.
1186/s 12875-015-0241-x.
Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut
untuk Tenaga Kesehatan. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Bina
KesehatanMasyarakat.
Heo, M., Murphy, C.F., Fontaine, K.R., Bruce, M.L., Alexopoulos, G.S. (2011).
Population projection of US adults with lifetime experience of depressive
disorder by age and sex from year 2005 to 2050. Int J Geriatr Psychiatry .
2011 November ; 23(12): 1266–1270.
Hudson. A. & Moore, L. (2009). Caring for Older People in the Community.
Black well-Wiley. Singapore.
Kaplan & saddock’s. (2010). Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, jilid 2. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Lee, YM. & Holm., K. (2011). Family Relationship and Depression among
Elderly korean Immigrants. Chicago Vol 2011, Page 7.
Lievre. A., Alley. D., Crimmins. E.M. (2010). Educational Differentials in Life
Expectancy With Cognitive Impairment Among the Elderly in the United
States. Journal Aging Health. 2010 June; 20(4): 456–477.
Li., H. Ji., Y. & Chen., T. (2014). The Roles of Different Sources of Social
Support on Emotional Well-Beingamong Chinese elderly. Vol 9. Issue 3.
McCleary, N. J., Wigler, D., Berry. D., Sato, K., Abrams, T., Chan, J., Enzinger,
P., Ng, K., Wolpin, B., Schrag, D., Fuschs, C.S., Hurria, A. & Meyerhardt,
J. A. (2013). Feasibility of Computer-Based Self-Administred Cancer-
Specific Geriatric Assessment in Older Patiens With Gastrointestinal
Malingnancy. Alpha Med Press. The Oncologist; 18:64-72.
Nyoman, P.Y.I., Wayan, A.I, dan Made, A.S.N. (2014). Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Kejadian Depresi Pada Lansia di Desa Pererenan,
Mengwi Badung. Jurnal Dunia Kesehatan. Volume 3, nomor 1.
Phelan, E.A., Gensshaft, S., Williams, B., Logerfo, J. P. & Wagner, E. H. (2008).
How “Geriatric” is Care Provided by Fellowship-Trained Geriatricians
Compared to that of Generalist. J Am Geriatr Soc. 0ctober; 56 (10): 1807-
1811.
64
Santoso, H & Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian Medis
dan Pedagogis-Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Seifert, C.R., Poppert, H., Sander, D., Faurer, R., Etgen, T., Ander, K.H. (2012).
Depressive Symptoms and the Risk of Ischemic Stroke in the Elderly—
Influence of Age and Sex. PLoS ONE 7(11): e50803.
doi:10.1371/journal.pone.0050803.
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta: EGC.
Taqui., A. Itrat., Qidwai., W. & Qadri., Z. (2007). Depression in the elderly: Does
Family System Play Role? A Cross-Sectional Study. BMC Psychiatry. 7:
57.
65