PUSKESMAS KALIGONDANG
Disusun Oleh :
1. Hestiyani (P1337433218003)
2. Feltine Ika Tilofa (P1337433218024)
1. Hestiyani (P1337433218003)
2. Feltine Ika Tilofa (P1337433218024)
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
”Laporan Praktik Lapangan di Puskesmas Kaligondang” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Klinik Sanitasi, Administrasi Manajemen Kesehatan Lingkungan (AMKL) dan Manajemen
Resiko Lingkungan (MRL).
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan kepada dosen dan teman-teman
demi memperbaiki dan untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vii
Bab I PENDAHULUAN...................................................................................................1
iv
3.4.1 Puskesmas...........................................................................................12
3.4.2 Puskesmas Pembantu..........................................................................13
3.4.3 Posyandu dll..........................................................................................13
3.5 Cakupan Kegiatan Kesling meliputi : .............................................................13
3.5.1 Air Minum.............................................................................................13
3.5.2 Jamban Keluarga..................................................................................14
3.5.3 TTU/Wisata...........................................................................................14
3.5.4 TPM......................................................................................................14
3.5.5 TP 3......................................................................................................15
3.5.6 Industri, dan Seterusnya.......................................................................15
5.1 Simpulan......................................................................................................32
5.2 Saran-saran.................................................................................................32
Bab IV PENUTUP........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
LAMPIRAN................................................................................................................... 36
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Deskriptif Faktor Penderita Scabies di Wilayah Kerja Puskesmas Kaligondang
Berdasarkan Hasil Observasi Lapangan di Rumah Pasien...............................22
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Umum
Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan perumahan yang
berhubungan degan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan dan mampu
melakukan intervensi terhadap permasalahan yang diketemukan.
b. Khusus
1. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan paramedis dan tenaga medis untuk
menangani penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan dan mampu melakukan
intervensi terhadap permasalahan yang diketemukan.
2. Mahasiswaa mampu menganalisis faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit
yang diderita pasien di Puskesmas.
3. Mahasiswa mampu melakuakan interview terhadap pasien di puskesmas.
4. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan rumah yang
berhubungan dengan penyakit pasien di puskesmas.
5. Mahasiswa mampu menjadi fasilitator terhadap permaslahan kesehatan
lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.
6. Mahasiswa mampu melakukan konseling terhadap pasien penyakit berbasis
lingkungan
7. Mahasiswa mampu melakukan promosi kelompok/keluarga.
8. Mahasiwa mampu menyusun laporan kegiatan praktik klinik sanitasi.
1.3 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat terutama adalah pasien/klien klinik sanitasi dapat menjadi sumber
untuk memperoleh informasi tentang masalah kesehatan dan penyakit berbasis
lingkungan, membantu mengatasi masalah kesehatan lingkungan dengan
memberikan beberapa alternatif dan masukan guna pemecahan masalah kesehatan
yang dihadapi terutama adalah masalah penyakit berbasis lingkungan, selain itu
dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan utamanya kesehatan lingkungan yang
dapat mengganggu status kesehatan masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai media informasi dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
berbasis lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang dan bagi petugas
sanitarian yaitu dapat menambah ketrampilan dan kemampuan petugas dalam hal
mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten
Mendukung dan memperlancar kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas sebagai bahan
evaluasi kegiatan klinik sanitasi selanjutnya.
4. Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi dan kepustakaan bagi mahasiswa lain yang belum
melaksanakan praktik klinik sanitasi sebelumnya agar lebih baik.
5. Mahasiswa
Menambah pengalaman secara langsung, mahasiswa mampu mengetahui masalah
kesehatan lingkungan di wilayah kerja puskesmas, menganalisis faktor risiko, dan
2
memberikan saran tindak lanjut perbaikan kesehatan lingkungan.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.2 Organisasi
Untuk kelancaran kegiatan klinik sanitasi dari sejak pembekalan sampai
evalusi maka disusun satuan tugas dengan susunan sebagai berikut :
Pelindung : Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
2.3 Kegiatan
1. Persiapan
a. Rapat-rapat
b. Penyusunan Buku Pedoman
c. Surat menyurat
3
d. Pertemuan koordinasi
2. Pelaksanaan
a. Teori – Pembekalan
b. Kerja Praktik Klinik Sanitasi di Puskesmas
c. Bimbingan dan Supervisi
3. Evaluasi dan Pelaporan
Rincian tahapan-tahapan kegiatan klinik sanitasi meliputi :
a. Rapat – rapat
1) Rapat penentuan waktu, kelompok, kegiatan dll
2) Pematangan rencana kegiatan
b. Penyusunan buku pedoman
Buku pedoman sebagai pegangan mahasiswa dalam melakukan
kegiatan praktik klinik sanitasi.
c. Surat menyurat
Surat menyurat baik ke Dinas Kesehatan maupun ke instansi yang terkait.
d. Pertemuan Koordinasi
1) Pertemuan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas
2) Pertemuan koordinasi dengan petugas sanitasi
3) Pertemuan koordinasi dengan kepala Puskesmas yang akan menjadi
lokasi praktik.
e. Pembekalan Teori Berupa :
1) Pembekalan materi tentan klinik sanitasi
2) Pemberian materi tentang pemberdayaan masyarakat
3) Pemberian materi tentang inspeksi sanitasi perumahan dan
lingkungan
4) Pemberian materi tentang pengolahan air
5) Pemberian materi tentang pengambilan sampel
6) Pemberian materi tentang intervensi lingkungan
7) Pemberian materi tentang penyakit yang akan dijadikan sasaran
praktik
8) Praktik interview
9) Praktik inspeksi sanitasi perumahan di sekitar kampus
f. Lapangan
1) Kegiatan di Puskesmas (dalam gedung) meliputi kegiatan sebagai
berikut:
4
a) Melakukan interview/wawancara terhadap pasien dangan kasus
penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk oleh dokter/paramedis
Puskesmas. Adapun jenis penyakit yang menjadi sasaran dalam
praktik klinik sanitasi adalah penyakit Diare, TBC, ISPA,DHF,
Malaria, Demam Berdarah, Kecacingan dan penyakit kulit/ Scabies.
b) Mengambil kesimpulan perlu tidaknya dilakukan kunjungan rumah
untuk inspeksi sanitasi terhadap lingkungan rumah penderita.
c) Melakukan konseling terhadap pasien dan kesepakatan waktu untuk
kunjungan rumah.
2) Kegiatan di Lapangan (luar gedung) meliputi kegiatan sebagai berikut
:
a) Menilai faktor risiko lingkungan rumah yang berkaitan
dengan penyakit yang diderita
b) Menilai kondisi lingkungan secara keseluruhan
c) Mencari adanya kemungkinan penderita lain di sekitar
d) Menarik kesimpulan tentang faktor lingkungan yang berhubungan
dengan penyakit yang diderita
e) Mengambil kesimpulan tentang intervensi yang perlu dilakukan
f) Melukan promosi kelompok/ keluarga
g) Melakukan intervensi penyehatan lingkungan/ rekayasa sanitasi
sesuai dengan analisis factor resiko yang ditemukan. Jenis
intervensi yang dilakukan tiap-tiap penyakit terlampir
3) Intervensi
Melakukan intervensi sesuai dengan analisis faktor risiko yang
diketemukan (jenis intervensi yang dilakukan tiap-tiap penyakit
terlampir).
4) Tata Tertib
a) Kehadiran teori di kelas minimal 75% dari total pertemuan
b) Kehadiran di lahan praktik sanitasi/ puskesmas harus 100%
c) Setiap melakukan kegiatan di Puskesmas harus menggunakan
jaket almamater
d) Selama praktik di Puskesmas mengikuti tata tertib yang berlaku
di Puskesmas.
5) Supervisi
Dilakukan oleh pembimbing atau petugas seksi kesehatan lingkungan
Dinas Kesehatan sebayak 2 kali yakni :
5
a) Pada awal kegiatan sekaligus penyerahan mahasiswa ke kepala
puskesmas.
b) Akhir kegiatan dengan tujuan mengevaluasi dan sekaligus pamit ke
kepala puskesmas.
6) Evaluasi
Penilaian dilakukan oleh pembimbing lapangan berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, presensi, dan laporan mahasiswa, kriteria
penilaian sebagai berikut :
Mekanisme Penilaian Ketentuan lain yang harus dipenuhi
2.4 Pendanaan
Semua pendanaan pembelajaran praktik klinik sanitasi/KS, AMKL dan MRL
dibebankan kepada anggaran Poltekkes Kemenkes Semarang tahun anggaran
2021 untuk proses PBM/institusi.
6
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1.2 Topografi
Luas wilayah kerja Puskemas Kaligondang adalah 3.504,30 km2, desa yang
terluas adalah desa Selakambang dengan luas wilayah adalah 609,64 km2,
sedangkan desa yang terkecil adalah desa Pagerandong yaitu 223,37 km2.
Wilayah kerja Puskesmas Kaligondang mempunyai topografi yang beraneka
ragam meliputi dataran tinggi yang meliputi wilayah Selakambang, Sidareja,
Arenan, Pagerandong, Sidanegara dan wilayah dengan dataran rendah meliputi
wilayah Sinduraja, Selanegara, Penolih, Cilapar dan Kaligondang.
7
3.1.3 Demografi
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Kaligondang pada tahun 2017
adalah 43.188 jiwa dengan perincian sebagai berikut :
- Jumlah penduduk laki-laki : 21.887 jiwa
- Jumlah penduduk perempuan : 21.301 jiwa
- Jumlah total : 43.188 jiwa
Wilayah kerja Puskesmas Kaligondang yang mempunyai kepadatan
penduduk tinggi yaitu Desa Sinduraja dengan jumlah penduduk 6.264 jiwa dan
luas wilayah 269 km2. Sedangkan wilayah Puskesmas Kaligondang dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah Desa Selakambang yaitu 8.766 jiwa, akan tetapi Desa
Selakambang mempuntai luas wilayah yang sangat luas sehingga tidak terjadi
kepadatan penduduk yang tinggi. Desa yang mempunyai jumlah penduduk paling
sedikit yaitu Desa Cilapar dengan jumlah penduduk 1.952.
8
Untuk kegiatan perekonomian, penduduk Puskesmas Kaligondang
memanfaatkan lahan pertanian untuk bekerja sebagai petani dan juga
perindustrian sebagai buruh pabrik. Banyak juga penduduk yang merantau ke luar
jawa untuk bekerja di sektor perkebunan, pertanian, industri dan buruh bangunan.
9
d) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ISPA masih menempati penyakit utama menyebabkan kematian bayi
dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80,00%
sampai 90,00% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan pneumonia.
Pneumonia merupakan penyebab kematian balita dengan peringkat
pertama hasil dari Surkesnes 2001. Upaya dalam rangka pemberantasan
penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut lebih difokuskan pada upaya
penemuan dini dan tata laksana kasus dan tepat terhadap penderita
pneumonia balita yang ditemukan. Pada tahun 2017 angka kasus
pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang adalah 23
kasus.
e) Penyakit Kusta
Meskipun Indonesia mencapai eliminasi kusta pada tahun 2000,
sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya
penderita kusta. Penderita kusta di Kecamatan Kaligondang pada tahun
2016 adalah 2.
2. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I merupakan penyakit-penyakit yang diharapkan dapat
diberantas/ditekan dengan program imunisasi, meliputi penyakit tetanus
neonatorum, campak, difteri, dan polio. Pada tahun 2017 tidak ditemukan
kasus Penyakit Menular yang Dapat dicegah Dengan Imunisasi (PD31) seperti
campak, tetanus neonatorum, difteri dan polio..
3. Penyakit Potensi KLB/Wabah
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tahun 2017, kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang
adalah 8 kasus.
b. Diare
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab kematian bayi
dan balita. Pada tahun 2017 jumlah kasus diare di Puskesmas Kaligondang
yang ditangani sebanyak 737 atau 83,8% dari target penemuan kasus.
c. Filariasis
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan
WHO tahun 2000 yaitu “The Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem Year 2020”. Di Puskesmas Kaligondang sampai dengan tahun
2017 tidak ditemukan adanya kasus penyakit Filariasis.
10
3.2.2 Pola 10 Besar Penyakit
....Berikut adalah data 10 besar penyakit rawat jalan di Puskesmas
Kaligondang tanggal 01-09-2021 s/d 29-09-2021 :
1. Dyspepsia 103 - -
2. Acute nasopharyngitis 94 - -
(Common Cold)
3. Other Rheumatoid Arthritis 74 - -
4. Atopic Dermatitis 46 - -
5. Myalgia 32 - -
6. Heart failure 31 - -
7. Scabies 31 - -
8. Pulpitis 26 - -
3.2.3 Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian di masyarakat dari waktu kewaktu. Disamping itu kejadian
kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Derajat kesehatan masyarakat dapat diuku dari indikator-indikator yang
digunakan antara lain angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Indikator
tersebut dapat diperoleh melalui laporan dan fasilitas kesehatan (facility based) di
desa maupun masyarakat (community based).
Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian
11
kematian dan kesakitan dalam masyarakat. Disamping itu, kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada
umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.
Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Ibu (AKI) masih merupakan
salah satu indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.
12
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yaitu Puskemas Pembantu
Sidanegara, Puskesmas Pembantu Sidareja dan Puskesmas Pembantu
Selakambang. Disamping itu ada juga pelayanan kesehatan yang terletak di tiap
desa, yaitu Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) yang terletak hampir ditiap desa.
Desa yang sudah didirikan Puskesmas Pembantu adalah :
1. Selakambang
2. Sidanegara
3. Sidareja
Desa yang sudah didirikan PKD adalah :
1. Selanegara
2. Cilapar
3. Penolih
4. Selakambang
5. Kaligondang
6. Pagerandong
7. Arenan
8. Sinduraja
13
tempat sampah, dan pengelolaan air limbah (PAL). Pemeriksaan terhadap
kepemilikan sarana sanitasi dasar yang meliputi kepemilikan jamban, tempat
sampah, dan pengelolaan air limbah. Jamban dan SPAL merupakan sarana vital
yang harus dimiliki oleh setiap rumah tangga, akan tetapi tidak semua rumah
tangga di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang memiliki jamban dan SPAL.
Jumlah seluruh rumah tangga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang
pada tahun 2017 yaitu 12.592 rumah tangga. Pada tahun 2017 jumlah rumah
tangga yang memiliki jamban yaitu 8.818 rumah tangga dari rumah tangga yang
diperiksa dan yang memiliki jamban sehat sejumlah 8.675 (98%).
3.5.3 TTU/Wisata
Tempat umum sendiri dapat terdiri dari hotel, pasar tradisional, swalayan,
pertokoan, bioskop, salon kecantikan, atau tempat pangkas rambut, panti pijat,
taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, obyek
wisata dan terminal angkutan umum atau terminal bus termasuk juga transportasi
yang digunakannya yaitu bus.
Untuk wilayah kerja Puskesmas Kaligondang terdapat 2 pasar yaitu Pasar
Sinduraja dan Pasar Kaligondang, tempat ibadah yaitu masjid dan mushola yang
tersebar di setiap desa yang ada di Kecamatan Kaligondang. Sedangkan untuk
wisata, di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang terdapat desa wisata berupa
Desa Kartun atau Cartoon Village dan Sekolah Kartun Kie Art atau Kie Art Cartoon
School di Desa Sidareja. Selain itu, terdapat Taman Bendungan Slinga yang
berada di Dusun III, Slinga, Kaligondang.
3.5.4 TPM
Tempat-tempat umum dan Pengeloaan Makanan (TUPM) merupakan suatu
sarana yang berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. Jenis TUPM
meliputi: hotel, rumah makan/restoran, pasar, dan lain-lain. TUPM yang sehat
adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi yang baik,
luar lantai/ruangan harus sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki
pencahayaan ruangan yang memadai. Data TUPM yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Kaligondang tahun 2017 hanya terdiri dari 2 pasar dengan jumlah di
periksa 2 pasar dan memenuhi syarat kesehatan semua.
3.5.5 TP3
Untuk wilayah Kecamatan Kaligondang tidak terdapat tempat penyimpanan
14
dan pengelolaan pestisida.
BAB IV
15
HASIL KEGIATAN
16
Gambar 4.1.1.2 Distribusi Penyakit Scabies di Wilayah Kerja Puskesmas
Kaligondang Berdasarkan Variabel Orang
5 5
Laki-laki Perempuan
No Nama Alamat
1. Yusuf Satrio Arenan RT 03 / RW 04
2. Mila Lestari Arenan RT 02 / RW 10
3. Muh. Mughini Labib Selakambang RT 05 / RW 03
4. Wafa Ali Abdul M. Selakambang RT 05 / RW 03
5. Laili Mahfudhoh Sidareja RT 09 / RW 04
17
6. Ro’up Selakambang RT 03 / RW 03
7. Silvi Nur Aisyah Sinduraja RT 02 / RW 04
8. Ajianto Arenan RT 01 / RW 10
9. Fifi Eka Ningsih Sidareja RT 16 / RW 06
10. Vera Dwi A. Selakambang RT 05 / RW 04
0
Arenan Selakambang Sidareja Sinduraja
18
4.1.1.4 Gambaran Penyakit Menurut Waktu
Tabel 4.1.1.4 Distribusi Penyakit Scabies di Wilayah Kerja Puskesmas Kaligondang
Berdasarkan Variabel Waktu
No Nama Jadwal Kunjungan
1. Vera Dwi A. Senin, 8 Februari 2021
2. Fifi Eka Ningsih Senin, 8 Maret 2021
3. Ajianto Senin, 5 April 2021
4. Silvi Nur Aisyah Senin, 5 April 2021
5. Ro’up Senin, 5 April 2021
6. Laili Mahfudhoh Senin, 17 Mei 2021
7. Yusuf Satrio Rabu, 6 Oktober 2021
8. Mila Lestari Rabu, 6 Oktober 2021
9. Muh. Mughini Labib Jum’at, 8 Oktober 2021
10. Wafa Ali Abdul M. Jum’at, 8 Oktober 2021
0
Senin, 8 Senin, 8 Maret Senin, 5 April Senin, 17 Mei Rabu, 6 Oktober Jum'at, 8
Februari 2021 2021 2021 2021 Oktober 2021
7. Silvi Nur Aisyah - Sumber air bersih - Kontak langsung - Hindari kontak
berasal dari sumur dengan penderita langsung maupun
gali scabies tidak langsung
- Secara fisik air - Menggunakan dengan penderita
tidak berbau, tidak sabun mandi - Gunakan sabun
berwarna, dan secara bersama secara terpisah
jernih - Handuk tidak antara penderita
- Jarak sumber air dijemur dibawah dengan orang lain
bersih dengan air sinar matahari - Gunakan handuk
pencemar > 10 m secara terpisah
26
- Terdapat sabun - Terapkan PHBS
mandi dikamar - Jemur handuk di
mandi bawah sinar
matahari langsung
29
Selanegara RT 02/RW 03, Kaligondang dengan jumlah karyawan 7 orang.
Dari hasil inspeksi didapatkan presentase untuk kelompok utama yaitu
100% yang artinya telah memenuhi syarat dan kelompok penunjang 58%
yang berarti tidak memenuhi syarat.
2. TPM Tahu Umpak Pak Jono
Inspeksi TPM Tahu Umpak Pak Jono milik Sujono dilakukan pada
hari Sabtu Oktober 2021. Lokasi TPM tersebut berada di Selanegara RT
02/RW 04, Kaligondang dengan jumlah karyawan 5 orang. Dari hasil
inspeksi didapatkan presentase untuk kelompok utama yaitu 69% dan
kelompok penunjang 50%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik
kelompok utama maupun kelompok penunjang tidak memenuhi syarat.
2) Vaksinasi Covid-19
Membantu dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan di beberapa
tempat antara lain :
- Vaksinasi dosis 1 AstraZeneca di Desa Sinduraja, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 1 di Desa Cilapar, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 2 di Desa Pagerandong, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 1 di Desa Pagerandong, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 1 di Desa Penolih, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 2 Sinovac di Puskesmas Kaligondang
- Vaksinasi dosis 2 di Desa Sidareja, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 2 di Desa Penolih, Kaligondang
- Vaksinasi dosis 2 di SMK Negeri 1 Kaligondang
30
5) Family Gathering
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Oktober 2021 bertempat di
Puskesmas Kaligondang. Kegiatan family gathering kesehatan jiwa dalam rangka
hari kesehatan jiwa sedunia dihadiri oleh sekitar 15 orang.
b. An-Najwa
Alamat : Banjaranyar 2/1
Penanggung jawab : Ahmad Rosadi
Tanggal Pengambilan Sampel : 28 September 2019
c. Toya
Alamat : Klahang 2/4
Penanggung jawab : Sidik
Tanggal Pengambilan Sampel : 28 September 2019
d. O₃
Alamat : Sokaraja Lor 5/4
Penanggung jawab : Marsono
Tanggal Pengambilan Sampel : 28 September 2019
Prosedur pengambilan sampel DAMIU untuk parameter mikrobiologi adalah
sebagai berikut :
- Alat dan Bahan :
1) Alat tulis
2) Botol sampel steril
3) Alkohol 70%
4) Kapas steril
5) Korek api
6) Kertas label
7) Cooler box
- Prosedur pengambilan sampel air untuk parameter mikrobiologi :
1) Sanitarian menentukan lokasi pengambilan sampel air DAMIU.
2) Sanitarian menetukan titik pengambilan sampel air DAMIU.
31
3) Sanitarian menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
4) Sanitarian aseptiskan tangan menggunakan alkohol.
5) Lalu ambil kapas yang sudah terendam oleh alkohol 70%.
6) Capitkan kapas dengan crustang steril.
7) Kemudian nyalakan api ke kapas.
8) Apabila sampel air DAMIU diambil dari kran maka kran dibuka selama 1
menit, setelah itu mulut kran dlidah apikan, apabila sampel air DAMIU
diambil langsung dari gallon maka mulut kran galon tidak perlu dilidah
apikan.
9) Siapkan botol sampel steril, kemudian buka mulut botor lalu lidah apikan.
10) Arahkan botol sampel steril ke tempat pengambilan sampel air DAMIU
baik dari kran alat ataupun kran galon.
11) Masukan air sampel hingga volume ¾ bagian botol sampel steril.
12) Matikan kran alat/kran dari galon.
13) Lidah apikan kembali botol sampel steril dan tutup botol kembali
14) Lalu ikat botol dengan karet dan beri label dengan keterangan (nama
sampel, jenis sampel, alamat, penanggungjawab, tanggal dan jam
pemeriksaan, petugas pengambil sampel, dan parameter).
15) Masukan botol sampel steril kedalam plastik bening bertujuan agar
sampel air tidak tumpah dan setelah itu masukan ke dalam cooler box
untuk diperiksakan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten
Banyumas.
- Prosedur pengambilan sampel air untuk parameter mikrobiologi prinsip
pengambilannya harus aseptis, sedangkan untuk pemeriksaan parameter kimia
harus tidak terjadi aerasi.
32
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1) Berdasarkan variabel orang, presentase jumlah penderita Scabies berjenis kelamin
laki-laki sebesar 50 % dan perempuan sebesar 50 %.
2) Berdasarkan variabel tempat tinggal, presentase penyakit Scabies tertinggi berada di
Desa Selakambang dengan jumlah 4 penderita.
3) Hasil presentase kunjungan pasien Scabies tanggal 8 Februari 2021 sebesar 10 %,
tanggal 8 Maret 2021 sebesar 10 %, tanggal 5 April 2021 sebesar 30 %, tanggal 17
Mei sebesar 10 %, tanggal 6 Oktober 2021 sebesar 20 % dan tanggal 8 Oktober
2021 sebesar 20 %.
4) Berdasarkan dari hasil konseling di ruangan dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mengakibatkan pasien menderita Scabies yaitu menggunakan handuk secara
bersama dengan anggota keluarga yang lain, menggunakan sabun batang, tidak
mengganti handuk secara berkala, tidak menjemur handuk, baju, tempat tidur di terik
matahari serta karena tertular oleh penderita lain (pondok pesantren).
5) Berdasarkan dari hasil observasi lapangan rumah pasien, dapat diketahui bahwa
faktor resiko lingkungan terhadap penyakit Scabies yaitu perilaku penderita yang
kurang bersih, kurang diterapkannya PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
kondisi kesehatan lingkungan disekitar tempat tinggal juga kemungkinan dapat
menjadi faktor resiko.
6) Adanya kegiatan manusia juga dapat menimbulkan resiko pencemaran lingkungan,
apabila kegiatan tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang ada, maka kegiatan
yang dilakukan tersebut memiliki peluang besar untuk merusak atau mencemari
lingungan.
33
5.2 Saran-saran
1) Bagi Masyarakat
- Masyarakat hendaknya meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam
kehidupan sehari-hari seperti membuang sampah di tempat sampah, mandi 2 kali
sehari, rajin memotong kuku.
- Meningkatkan personal hygiene.
- Memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar.
- Melakukan pengaturan jarak antara sumber pencemar dengan sumber air.
- Menyediakan tempat sampah yang tertutup dan kedap air di rumah.
- Menghindari kontak dengan orang atau benda yang mungkin terinfeksi.
2) Bagi Puskesmas
- Meningkatkan program kegiatan klinik sanitasi dengan menyediakan
perlengkapannya.
- Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor di kecamatan ataupun
kabupaten dalam upaya pengulangan penyakit berbasis lingkungan beserta faktor
resikonya.
3) Bagi Pemerintah
- Mengadakan penyuluhan kesehatan terpadu dan dilakukan terus menerus
kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
keseahatan lingkungan.
- Mengadakan program-program kesehatan lingkungan baru yang dapat
meningkatkan aspek kesehatan lingkungan di lingkungan masyarakat.
- Penggalakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
- Untuk tercapainya target dalam setiap program alangkah lebih baiknya dilakukan
evaluasi setiap selesai terlaksana program, sehingga kendala dam
hambatan yang ditemukan dapat teratasi dan di eliminasi sehingga untuk
program selanjutnya dapat lebih baik.
34
BAB IV
PENUTUP
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
Klinik Sanitasi
37
Inspeksi Sanitasi Puskesmas Kaligondang
38
Inspeksi Sanitasi SD Negeri 2 Selanegara
39
Inspeksi Sanitasi DAM RO Pengiloan Water
40
TPM Keripik Talas Nusa Indah TPM Tahu Umpak Pak Jono
Entry Data Limbah Medis dan Vaksin Vaksinasi dosis 1 AstraZeneca di Desa
Sinduraja, Kaligondang
41
Apel Pagi (Kamis, 14 Oktober 2021) Vaksinasi dosis 1 di Desa Cilapar,
Kaligondang
Vaksinasi dosis 2 di Desa Pagerandong, Kaligondang
42
Apel Pagi (Kamis, 21 Oktober 2021) Vaksinasi dosis 2 Sinovac di
Puskesmas Kaligondang
Kegiatan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
43
Vaksinasi dosis 2 di Desa Sidareja, Vaksinasi dosis 2 di Desa Penolih,
Kaligondang Kaligondang
Family Gathering Kesehatan Jiwa
44
Vaksinasi dosis 2 di SMK Negeri 1 Vaksinasi dosis 2 di Desa Arenan,
Kaligondang Kaligondang
Pengambilan Sampel Air DAMIU
45