Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PKL

KOMPETENSI KEAHLIAN FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS

TAHUN 2022

RUMKIT TK.IV 03.07.04 GUNTUR GARUT

OLEH :

DESRY MULYA RAHAYU

SMK NEGERI 1 GARUT

BISNIS, MANAJEMEN, TEKNOLOGI, KESEHATAN

Jl. Cimanuk No. 309 A Telp./Fax (0262) 233316 Garut 44151

Website : www.smknegeri1garut.sch.id e-mail : smkn1garut@ymail.com


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI RUMKIT TK.IV 03.07.04 GUNTUR GARUT

Disusun Oleh :

DESRY MULYA RAHAYU

NIS : 202110431

Garut , Desember 2022

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Nova Martina,S.Si Ayu Rizkita Maulida S,S.Farm

Mengetahui,

Ketua Kompetensi Keahlian FKK

SMK NEGERI 1 GARUT

Reni Puspita Dewi, S.Si

NIP.19800301201001201

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya penulis dapat menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini hingga selesai.
Laporan PKL ini disusun sebagai persyaratan untuk menyusun tugas dan bukti telah
dilaksanakannya kegiatan PKL jurusan Farmasi di SMK Negeri 1 Garut.
Laporan PKL ini ditulis berdasarkan informasi yang di kumpulkan dari berbagai  pihak
selama pelaksanaan PKL pada tanggal 01 September 2022 s/d 31 Desember 2022 di Rumkit
TK.IV 03.07.04 Guntur |Garut.
PKL ini merupakan suatu hal yang benar-benar membuka wawasan saya selaku tenaga
kesehatan dibidang farmasi untuk menghadapi dunia kerja secara langsung. Hal ini tentunya
tidak lepas dari peran serta dukungan dan kerja sama. Dengan terselesaikannya laporan ini,
saya selaku penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak H. Bejo Siswoyo, S.Tp., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK NEGERI 1 GARUT
2. Ibu Reni Puspita Dewi, S.Si. selaku Ketua Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis Dan
Komunitas
3. Bapak Mayor Ckm dr. Feri Nirantara Swaspitaradya, Sp.PD selaku KARUMKIT TK. IV
03.07.04 GUNTUR
4. Ibu Ayu Rizkita Maulida S, S.Farm. selaku Guru Pembimbing selama pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan (PKL)
5. Ibu apt. Nova Martina, S.Si selaku pembimbing Institusi Praktek Kerja Lapangan di
RUMKIT TK. IV 03.07.04 GUNTUR
6. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian, dan Pegawai lainnya yang bekerja di Instalasi
Farmasi RUMKIT TK. IV 03.07.04 GUNTUR yang telah membimbing selama kami
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
7. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dorongan doa dan dukungan kepada kami.

ii
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan PKL ini, masih  banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan yang kami miliki baik itu sistematika penulisan maupun
penggunaan bahasa. Untuk itu Kami  mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang
bersifat membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi
pembaca  secara umum dan Kami secara khusus.
Akhir kata Kami mengucapkan banyak terima kasih.

Garut, 31 Desember 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Tujuan PKL .........................................................................................................1
1.3 Manfaat PKL .......................................................................................................2
1.4 Waktu, Tempat dan Teknis Pelaksanaan ............................................................2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG INSTITUSI RS. GUNTUR 3

2.1 Ketentuan Umum Rumah Sakit............................................................................3


2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ...........................................................................4
2.3 Pendirian Rumah Sakit ........................................................................................6
2.4 Pencabutan Izin Rumah Sakit...............................................................................8
2.5 Pengelolaan Sumber Rumah Sakit.......................................................................8
2.6 Pelayanan di Rumah Sakit .................................................................................12

BAB III TINJAUAN IFRS GUNTUR 20

3.1 Sejarah Rumah Sakit Guntur..............................................................................20


3.2 Semboyan Rumah Sakit Guntur.........................................................................20
3.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Guntur...........................................................20
3.4 Lokasi Rumah Sakit Guntur...............................................................................20
3.5 Visi, Misi Falsafah Moto Dan Tujuan Rumah Sakit Guntur..............................21
3.6 Ketenagaan Di IFRS Guntur..............................................................................22
3.7 Pengelola Obat Di IFRS Guntur.........................................................................23

BAB IV TUGAS KHUSUS 29

4.1 Diagnosis Resep.................................................................................................29


4.2 Resep..................................................................................................................30

iv
4.2 Uraian Obat..........................................................................................................32
4.3 Persyaratan Administrasi.....................................................................................32
4.4 Kesesuaian Farmasetika.......................................................................................32
4.5 Pertimbangan Klinis............................................................................................35
4.6 Konseling Kepada Pasien (PIO)..........................................................................36

BAB V PEMBAHASAN 37

BAB VI PENUTUPAN 40

6.1 Kesimpulan ........................................................................................................40


6.2 Saran..................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 53

1. Denah lokasi RS. TK. IV. 03.07.04 Guntur Garut..............................................42


2. Denah Bangunan RS.TK.IV 03.07.04 Guntur Garut...........................................43
3. Contoh Etiket dan Label yang digunakan di Rumah Sakit Guntur 44
4. Contoh surat pesanan obat atau LPLPO..............................................................47
5. Contoh Surat Pesanan Psikotropika.....................................................................48
6. Contoh Surat Pesanan Narkotika.........................................................................48
7. Contoh Apograph................................................................................................49
8. Contoh Kwitansi..................................................................................................50
9. Contoh Laporan Penggunaan Narkotika..............................................................51
10. Contoh Laporan Penggunaan Psikotropika.........................................................52
11. Contoh Lemari Narkotika dan Psikotropika.......................................................53

v
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Prakerin merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh siswa/i
SMKN 1 GARUT. Dengan diadakannya prakerin para siswa/i dituntut untuk bisa
mengapresiasikan dan mempraktikan ilmu yang didapat di sekolah dan dapat diterapkan di
dunia kerja yang sebenarnya umtuk menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan di
bidang farmasi.
Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat meningkatkan potensi
serta mempersiapkan diri untuk mampu berkompetisi dan lebih siap serta matang berperan
sebagai tenaga kefarmasian, juga dapat mengenal kegiatan di Rumah Sakit.
Sarana tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan PRAKERIN yaitu di Rumah
Sakit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut. Pendidikan sistem dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja yang profesional di bidangnya. Melalui pendidikan sistem ganda
diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional tersebut.Dimana para siswa yang
melaksanakan pendidikan tersebut diharapkan menerima ilmu yang dapat da sekaligus
mempelajari dunia industri. Tanpa diadakannya Pendidikan sistem ganda ini kita tidak dapat
langsung terjun ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi
lingkungan kerja.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Adapun maksud dan Tujuan Praktik kerja industri ini adalah :

1. Mengenal dunia kerja atau usaha


2. Melatih untuk berkomunikasi atau berinteraksi secara langsung di dunia kerja yang
sebenarnya.
3. Mengaplikasikan semua teori-teori yang didapat dibangku sekolah melalui kerja nyata
di dunia kerja dalam praktik kerja industri.
4. Menambah ilmu pengetahuan tentang kesehatan khususnya dalam bidang kefarmasian.
5. Sebagai pengalaman dan gambaran bagi calon Asisten Apoteker dalam berdisiplin,
kemampuan kerja, motivasi kerja dan kualitas kerja secara optimal.
2

6. Sebagai tolak ukur dan menjadi acuan untuk mempertahankan serta meningkatkan
usaha kesehatan di tahun yang akan datang.
7. Memberi kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang belum diberikan secara intensif di Sekolah.
8. Mempraktikan ilmu yang didapat di Sekolah ke dalam dunia kerja yang nyata.
9. Untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga kerja
kefarmasian yang profesional dan handal.
10. Mendidik siswa dan siswi untuk memiliki rasa disiplin dan tanggung jawab yang
besar.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan


1. Memberikan pengetahuan kepada siswa-siswi farmasi di SMK Negeri 1 Garut
mengenai kegiatan kefarmasian di lapangan kerja
2. Mengenalkan kita pada lingkungan kerja di dunia industri dan usaha
3. Membantu mengasah keterampilan yang sebelumnya telah diberikan di Sekolah
4. Dapat menjalin kerjasama
5. Menambah wawasan mengenai dunia kerja

1.4 Waktu Tempat dan Teknis Pelaksanaan

Pelatihan Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dari tanggal 1 September sampai
dengan 31 Desember 2022. Yang bertempatkan di Rumah Sakit Guntur Garut lebih tepatnya
di Jalan Bratayudha No. 111 Garut. Sedangkan teknis pelaksanaanya dibagi menjadi 2 shift
yaitu:

Shift pagi : 07.00 - 14.00


Shift siang : 13.45 - 20.00
3

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Ketentuan Umum Rumah Sakit


2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun
2018 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. (Supartiningsih 2017) juga mendefinisikan rumah sakit adalah suatu organisasi yang
dilakukan oleh tenaga medik profesional yang terorganisir baik dari sarana prasarana
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien.

(Bramantoro, 2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan
kesehatan yang melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada
upaya penyembuhan dan pemulihan yang terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung
jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri dari pelayanan
paripurna mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan
atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat
jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di Rumah sakit. Pelayanan Rumah sakit umum dan spesialis, mencakup pelayanan
langsung pada penderita dan pelayanan Rumah sakit yang merupakan program Rumah sakit
secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Pasal 21 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit disebutkan bahwa : Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika, dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan
anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial. Adapun tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah seperti dirumuskan dalam Pasal 3
Undang-Undang Kesehatan, disebutkan bahwa : Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dan sebagai investasi
pembangunan sumber daya yang produktif secara sosial dan ekonomi
4

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit
adalah :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

Dalam upaya menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum


menyelenggarakan kegiatan :
1) Pelayanan medis
2) Pelayanan dan asuhan keperawatan
3) Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
4) Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
5) Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6) Administrasi umum dan keuangan

1. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi


Tugas pokok Instalasi Farmasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi
antara lain:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur
kefarmasiaan dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
d. Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi.
5

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.


f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
Rumah Sakit.

Sedangkan fungsi Instalasi Farmasi antara lain:


1) Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit yang
merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
Rumah Sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang merupakan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis jumlah dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain kombinasi metode
konsumsi, dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
c. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah
bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan non steril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
d. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Klinik.

2) Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


a. Mengkajikan intruksi pengobatan atau resep pasien yang meliputi kajian
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
6

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat


kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga pasien.
f. Memberikan konseling kepada pasien atau keluarga pasien.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penanganan obat kanker.
i. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
j. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
k. Melaporkan setiap kegiatan.

2.1.3 Pendirian Rumah Sakit


Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klarifikasi dan Perizinan Rumah Sakit adalah:
a. Bahwa penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang profesional dan bertanggung
jawab dibutuhkan dalam mendukung upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu;
b. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
hukum;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (4) dan Pasal 28 Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

Dasar hukum Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan


Rumah Sakit adalah:
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
7

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5584) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
8

2.1.4 Pencabutan Izin Rumah Sakit


Izin penyelengaraan Rumah Sakit dapat di cabut apabila Rumah Sakit melakukan  :
1. Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menggantikan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit karena perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum.
2. Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyebutkan
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
3. Izin Mendirikan Rumah Sakit adalah izin usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota setelah pemilik Rumah
Sakit melakukan pendaftaran sampai sebelum pelaksanaan pelayanan kesehatan
dengan memenuhi persyaratan dan/atau komitmen menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
4. Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit juga
menyebutkan bahwa Izin Operasional Rumah Sakit atau Izin Operasional adalah izin
komersial atau operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, gubernur, atau bupati/wali kota setelah pemilik Rumah Sakit mendapatkan
Izin Mendirikan.

2.5 Pengelolaan Sumber Rumah Sakit


2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Jenis tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Guntur antara lain :
1. Dokter
2. Perawat
3. Ahli teknologi laboratorium medik
4. Tenaga gizi
5. Tenaga kefarmasian
6. Apoteker
7. Bidan
8. Perekam Medis
9. Fisioterapis
10. Radiografer
9

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, keuangan,


administrasi, personalia, keamanan, dan kegiatan operasional lain yang ada di Rumah Sakit.

2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya


Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian.
Tujuan dari pengelolaan sedian farmasi adalah agar terciptanya sediaan farmasi yang bermutu
serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga dalam
rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Ada 4 metode dalam
perencanaan yaitu:
1) Metode epidemiologi, yaitu berdasarkan data pola penyebaran penyakit dan
pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar.
2) Metode konsumsi, yaitu berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu.
Selanjutnya, data tersebut dikelompokkan dalam kelompok fast moving (cepat
beredar) maupun yang slow moving.
3) Metode kombinasi, yaitu gabungan dari metode epidemiologi dan metode
konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola penyebaran
penyakit dan melihat kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya.
4) Metode just in time, yaitu dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang
tersedia di Apotek dalam jumlah terbatas. Digunakan untuk obat-obat yang
jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu
kadaluarsa yang pendek.
Perencanaan di Apotek dilakukan dengan melakukan pengumpulan data obat-
obatan yang akan dipesan ditulis dalam buku defecta, yaitu jika barang habis
atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-
bulan sebelumnya.
10

Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan


farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan atau dibeli.
Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat antara lain:
● Mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
● Menghindari terjadinya kekosongan obat atau penumpukan obat.

b. Pengadaan
Pengadaan biasanya dilakukan oleh bagian unit pembelian yang meliputi pengadaan
obat bebas, bebas terbatas, obat keras tertentu, narkotika, psikotropika, dan alat
kesehatan. Pengadaan bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi dengan jumlah dan
jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Perbekalan dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Pengadaan Rutin
Pengadaan rutin merupakan pengadaaan perbekalan farmasi yang paling
utama. Pengadaan rutin yaitu pembelian barang kepada para distributor
perbekalan farmasi untuk obat-obat yang kosong berdasarkan data dari buku
defecta.
Pemesanan dilakukan dengan cara membuat SP (Surat Pesanan) dan
dikirimkan ke masing-masing distributor atau PBF yang sesuai dengan jenis
barang yang dipesan. PBF (Pedagang Besar Farmasi) akan mengirim barang-
barang yang dipesan ke Apotek beserta faktur sebagai bukti pembelian barang.
2) Pengadaan Mendesak
Pengadaan mendesak dilakukan apabila barang yang diminta tidak ada dalam
persediaan serta untuk menghindari penolakan obat atau resep. Pembelian
barang dapat dilakukan ke Apotek lain yang terdekat sesuai dengan jumlah
sediaan farmasi yang dibutuhkan tidak dilebihkan untuk stok di Apotek.

c. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang aman dan
dapat menjamin mutunya.
11

Adapun prosedur tetap penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah
sebagai berikut:
1) Berdasarkan golongan obat
a. Narkotika dan psikotropika di dalam lemari khusus dan pintu yang
dilengkapi dengan kunci dan terletak menempel pada lemari besar
dengan tujuan tidak bisa dipindahkan sehingga sulit untuk dicuri.
b. Obat bebas dan obat bebas terbatas disebut juga dengan obat OTC
(Over The Counter) disimpan di rak penyimpanan
c. Obat keras disimpan di rak penyimpanan dan disusun alfabetis dan
sesuai dengan efek farmakologinya.
2) Bentuk sediaan obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya.
Padat, cair, semi solid, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga, oral drop, inhaler,
aerosol, suppositoria, ovula dan insulin.
3) Obat generic dan paten di simpan dalam rak penyimpanan warna hijau dan
pink berdasarkan efek farmakologinya dan di susun secara alphabetis.

4) Berdasarkan sifat obat


Terdapat obat yang disimpan dilemari es, contohnya insulin, suppositoria,
ovula, dan obat yang mengandung Lactobacillus sp. Contohnya adalah Lacto-
B.
5) Alat Kesehatan disimpan dalam etalase dekat dengan obat bebas.
6) FIFO ( First In First Out) dan FEFO ( First Expired First Out)
7) LASA (Look Alike Sound Alike), yaitu obat-obat yang memiliki nama, rupa,
dan ucapan yang mirip dan perlu diwaspadai agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan obat.

d. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, baik sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
Rumkit Guntur atau pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
12

1) Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai telah
dilakukan,
2) Sumber daya untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, dan
3) Sumber daya untuk pembuatan laporan.

e. Keuangan
1) Pencatatan stok, sistem pencatatan bisa dilakukan dengan cara pembukuan
secara berkala missal 2 minggu sekali atau 1 bulan sekali. Pencatatan stok
barang langsung pada jumlahnya dan harga pokoknya. Dengan sistem yang
seperti ini dapat langsung terlihat berapa jumlah persediaan beserta harga
pokok yang jelas dan akurat.
2) Menghitung pemasukan dan pengeluaran, pendataan pemasukan bukan
hanya untuk mendata hasil yang didapatkan melainkan pemasukan barang-
barang atau obat yang di suplay oleh suplayer kepada Apotek. Pendataan
bisa dilakukan dengan sistem pembukuan atau menggunakan software untuk
lebih mudah dalam pendataan. Pencatatan pengeluaran seperti modal pokok
untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan di Apotek dan memisahkan
uang modal dan uang penghasilan Apotek agar dalam proses perhitungan
laba dan rugi lebih mudah dan lebih akurat.
3) Pembukuan, dilakukan secara berkala untuk menghindari penumpukan stok
barang yang belum terjual atau barang yang sudah terjual.

2.6 Pelayanan Rumah Sakit


2.6.1 Pelayanan Resep/pesanan
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter mata kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi
aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,
peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep
dilakukan sebagai berikut :
a. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
13

1) Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor


rekam medik, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara
penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
2) Pertimbangan Rumkit Guntur, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
3) Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.
b. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik obat.
2) Peracikan obat.
3) Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru
untuk obat luar.
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
c. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat.
2) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
kurang stabil.
3) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
4) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat,
dll
d. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak
biasa, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan
14

obat  yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku
Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi
Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku
lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur
obat  yang berisi:
1. Nama dagang obat  jadi.
2. Komposisi.
3. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah.
4. Dosis pemakaian.
5. Cara pemakaian.
6. Khasiat atau kegunaan.
7. Kontraindikasi (bila ada).
8. Tanggal kadaluarsa.
9. Nomor izin edar/nomor registrasi..
10. Nomor kode produksi.
11. Nama dan alamat industri

Informasi obat  yang diperlukan pasien adalah :


1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai
cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu
seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat  tetes hidung, obat
semprot hidung, tetes telinga,  suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet
vagina.
15

2.6.2 Promosi dan Edukasi


Salah satu bentuk pengawalan proses pengobatan pada pasien dari awal
sampai sembuh dengan cara melakukan kontak kepada pasien tentang :
a) Bagaimana keadaan penyakit yang diderita selama pengobatan.
b) Melakukan pemantauan terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat.
c) Dalam memberikan motivasi-motivasi untuk menumbuhkan kesadaran
hidup sehat (Healthy Habit).

2.6.3 Pelayanan Residensial (Home Care)


Home care merupakan bentuk pelayanan yang bersifat promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif, maka pelayanan ini dapat dilakukan oleh pemberi layanan
yang memiliki kompetensi dan kewenangan. Pasien-pasien yang memiliki
penyakit khusus dapat menggunakan home care dengan dibantu oleh tim home
care terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan rohaniawan. Serta home care
menyediakan fasilitas perlengkapan alat kesehatan untuk menunjang perawatan
kesehatan dirumah dan memberikan obat-obatan secara continue.. Apoteker
sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang
bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat
catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep


Pelayanan non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang
dilakukan dengan cara pengobatan sendiri atau mandiri yang dikenal
dengan istilah swamedikasi Pasien mengemukakan keluhan atau gejala
penyakit, apoteker hendaknya mampu menginterpretasikan
penyakitnya kemudian memilihkan alternatif obat atau merujuk ke
pelayanan kesehatan lain.
16

2.6.5 Pelayanan Narkotika dan Psikotropika


a. Pelayanan Narkotika

Sesuai dengan Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, pada Pasal 102
Ayat (1) yang menyebutkan bahwa, penggunaan sediaan farmasi yang berupa
Narkotika dan Psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau
dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan. Maka dari itu, pada peraturan
Perundang-undangan No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, pengelolaan obat
Narkotika memerlukan penanganan khusus, dimana Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena obat Narkotika ini dapat menimbulkan
ketergantungan apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan yang
seksama. Dalam menghindari penyalahgunaan obat-obatan ini, maka pemerintah
melakukan pengawasan yang ketat terhadap obat golongan Narkotika mulai dari
pemesanan sampai dengan pemakaiannya dan Apoteker Pengelola
Apotek diharuskan membuat laporan pemakaian dan pemusnahan Narkotika ini.

Pengelolaan Narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya


kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan Narkotika
di Apotek meliputi :
1) Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan Narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang
ditandatangani oleh Apoteker Rumah Sakit. Pemesanan dilakukan ke PT.
Kimia Farma Trade and Distribution (satu satunya PBF narkotika yang
legal di Indonesia) dengan membuat surat pesanan khusus Narkotika
rangkap empat. Satu lembar surat pesanan asli dan dua lembar salinan surat
pesanan diserahkan kepada PBF yang bersangkutan. Sedangkan satu
lembar salinan surat pesanan sebagai arsip di Apotek. Satu surat pesanan
hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) Narkotika, misal
pemesanan Pethidin satu surat pesanan dan pemesanan Codein satu surat
pesanan juga, begitu juga untuk item Narkotika lainnya.
2) Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur
17

tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.


Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah
Narkotika yang dipesan.
3) Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan Narkotika di Apotek disimpan pada
lemari khusus yang terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan
kuat) yang ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri
dari 2 pintu, satu untuk pemakaian sehari hari seperti Codein, dan satu lagi
berisi Pethidin, Morfin dan garam garamannya. Lemari tersebut terletak di
tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh
Asisten Apoteker yang bertugas dan penanggung jawab Narkotika.
4) Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep Narkotika dari resep asli atau salinan
resep yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali
atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
Narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh Apotek
lain. Resep Narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi
garis merah di bawah obat Narkotika.
5) Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan Narkotika dilakukan setiap hari. Laporan
penggunaan obat Narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten Apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan Narkotika dan Psikotropika melalui SIPNAP
lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian
Narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), pasword dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
6) Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan Narkotika dilakukan sebagai berikut :
a) Apoteker Rumah Sakit membuat dan menandatangani surat
permohonan pemusnahan Narkotika yang berisi jenis dan jumlah
Narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.
18

b) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh Apoteker Rumah


Sakit dikirimkan ke BPOM dan akan menetapkan waktu dan tempat
pemusnahan.
c) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA,
Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kabutapten/Kota setempat.
d) Bila pemusnahan Narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
● Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya
pemusnahan,
● Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan,
● Cara pemusnahan,
● Petugas yang melakukan pemusnahan,
● Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
● Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
● Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
● Arsip apotek.

b. Pelayanan Psikotropika
Selain pengelolaan Narkotika, pengelolaan Psikotropika juga diatur secara
khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya
kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan
Psikotropika di Apotek meliputi:
1) Pemesanan Psikotropika
Pemesanan Psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan
lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan ke
berbagai PBF. 
2) Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur
tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.
19

Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah
Psikotropika yang dipesan
3) Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat Psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu
(atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci
(tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai
penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.
4) Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep Psikotropika dari resep asli atau salinan
resep yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama
sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
Psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek
lain.
5) Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan Psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten Apoteker
setiap bulannya menginput data penggunaan Psikotropika melalui SIPNAP
lalu setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi
laporan pemakaian Narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor
urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan) pasword dan
username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
6) Pemusnahan Psikotropika
Tata cara pemusnahan Psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
Narkotika. 
20

BAB III

TINJAUAN IFRS GUNTUR

3.1 Sejarah Rumah Sakit Tk. IV 03.07.04 Guntur


Rumah sakit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut adalah rumah sakit tingkat IV yang
merupakan fasilitas kesehatan umum, gigi dan bedah. Fasilitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut meliputi : Unit Gawat Darurat (UGD),
poliklinik spesialis, rontgen, USG, laparascopy, hemodialis, laboratorium, poliklinik
umum dan gigi, EKG, kebidanan atau kandungan. Terdapat pula pelayanan spesialis yang
meliputi: spesialis anak, spesialis dalam, spesialis mata, spesialis bedah (meliputi bedah
ortopedi dan Caesar) dan spesialis gigi. Rumah sakit TK.IV 03.07.04 Guntur garut ini
adalah Rumah sakit wilayah atau pangkalan yang mempunyai kekhususan di bidang
traumatologi, gawat darurat. Serta dukungan kesehatan operasi dan kesehatan mata.
Jika dilihat dari segi fungsi, kesehatan TNI adalah segala upaya dibidang kesehatan
yang ditunjukan untuk memelihara dan meningkatkan kesiapan fisik serta mental prajurit
TNI agar selalu siap tempur, serta seluruh masyarakat TNI dalam meningkatkan
kesejahteraan. Rumah sakit yang memiliki motto“ Melayani dengan hati” ini didirikan
pada tahun 1962 atau 1963 dengan luas tanah 17.530 m2 dan luas bangunan sekitar 3.000
m2. (mabes TNI, pedoman standarisari 1996).

3.2 Semboyan

“HESTI WIRA SAKTI” artinya TNI siap diterbangkan dan di tempatkan dimana
saja, kapan saja, dan dalam keadaan apapun untuk kesehatan masyarakat terutama
Indonesia.

3.3 Stuktur organisasi

Untuk stuktur organisasi dapat dilihat pada lampiran.

3.4 Lokasi Rumah Sakit

Alamat : Jl. Bratayuda no. 101 Garut

Phone fax : (0262) 235751


21

Kesatuan : DENKESYAH 03.04.02 KESDEM III atau siliwangi.

3.5 Visi, misi, Falsafah Moto dan Tujuan

Untuk mendukung kinerja yang lebih optimal, maka rumah sakit Guntur menetapkan
suatu visi yaitu “ Mewujudkan rumah sakit kebanggaan rakyat priyangan timur “
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka rumah sakit Guntur menetapkan 4 misi, yaitu
sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pembinaan SDM sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
b. Menyelenggarakan pembinaan sarana dan prasarana secara
kesenambungan.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional yang dilandasi iman dan
taqwa.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjangkau.

Falsafah dari rumah sakit TK.IV 03.07.04 Guntur garut ini adalah “sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan yang pofesional dan terjangkau”. Selain memiliki
falsafah, rumah sakit TK.IV 03.07.04 Guntur garut juga memiliki tujuan, yaitu sebagai
berikut :
● Motto :

Melayani dengan “HATI”

H= Hak dan Kewajiban Terpenuhi

A= Aman

T= Tertib

I= Ikhlas

● Tujuan :
a. Terwujudnya SDM yang berkualitas dan komponen.

b. Terwujudnya kualitas dan prasarana yang aman dan mutakhir.

c. Terwujudnya administrasi yang cepat, tepat dan aman.

d. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang paripurna dan bermutu.

e. Terwujudnya peran aktif dalam upaya kesehatan promotif dan preventif.


22

3.6 Ketenagaan di IFRS Guntur

IFRS Guntur di kelola oleh berbagai tenaga kerja yang berjumlah 24 orang terdiri dari 4
apoteker, TTK (S1=5, D3=7) dengan APA tenaga kerja yang terdapat di IFRS Guntur
diantaranya :

1. IFRS Guntur dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
berkedudukan sebagai penanggung jawab. APA di dampingi oleh 3 orang apoteker
pendamping yang bertugas menggantikan APA ketika APA sedang tidak ada di
tempat.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

IFRS Guntur memiliki 12 orang Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertugas untuk
melayani resep dan megentry resep ke komputer. Selain itu, tenaga teknis
Kefarmasian juga bertugas untuk membantu apoteker.

3. Administrasi

Administrasi di IFRS Guntur dikelola oleh 7 orang tugasnya adalah memeriksa


pemasukan dan pengeluaran IFRS ( dalam bidang keuangan).

4. Bagian Gudang

IFRS Guntur mempunyai satu Gudang yaitu: Tugas dari bagian gudang adalah
memeriksa stok obat yang masuk dan keluar.

Sarana : IFRS Guntur memiliki beberapa saran yang menunjang kinerja IFRS Guntur,
diantaranya:
a. Gedung

Ukuran gedung yang dijadikan sebagai IFRS ini tidak terlalu besar dan juga
tidak terlalu sepit.
b. Gudang

IFRS memiliki satu gudang,

c. Lemari Es

IFRS Guntur memiliki 4 unit lemari es yang digunakan sebagai tempat


penyimpanan suppositoria, vaksin dan serum.
23

d. Toilet

Terdapat sebuah toilet yang terletak dibagian ujung IFRS. Toilet ini berukuran
sedang tetapi memiliki pencahayaan dan fentilasi yang baik.

3.7 Pengelola Obat di IFRS Guntur

3.7.1 Perencanaan

Perencanaan yang di gunakan di IFRS Guntur yaitu dengan estimasi dalam


satu bulan, dilihat dari penggunaan obat bulan lalu yang di tambah 25%.
Di IFRS Guntur terdapat jenis resep, diantaranya : resep BPJS, resep umum.
Semua obat untuk BPJS dan umum murni pembelian dari
PBF

a. Obat untuk resep BPJS, obat obatan ini hasil pembelian apotek.

b. Obat resep umum, obat obatan untuk resep umum ini murni hasil pembelian
apotek yang artinya tanpa bantuan dari badan apapun.

3.7.2 Pemesanan

Pemesanan obat di IFRS Guntur ini merupakan tanggung jawab seseorang


dipercaya baik oleh kepala rumah sakit maupun dipercaya oleh Apoteker
Pengelola Apotek ( APA ) yang mengenal jenis indikasi, kontra indikasi dan efek
yang ditimbulkan oleh obat tersebut.
Prosedur pemesanan di IFRS Guntur diantaranya :

a. Menerima pengajuan perbekalan farmasi yang telah habis dari pengelola


gudang.
b. Pengecekan persediaan obat dan alat kesehatan di lakukan dengan melihat
kartu stok.
c. Membuat surat pesanan perbekalan farmasi kepala distributor atau PBF
berdasarkan estimasi bulan sebelumnya.
d. Surat pesanan diajukan kepada kepala rumah sakit untuk di tanda tangani.
24

e. Surat pesanan dibuat rangkap 2 :

⮚ Lembar 1 ( putih ) untuk distributor atau PBF

⮚ Lembar 2 ( pink ) untuk arsip instalasi farmasi yang nantinya untuk


dilaksanakan dengan faktur yang datang.
f. Menerima coppy faktur dari gudang untuk dicatat dibuku penerimaan
g. Memasukan faktur kedalam billing system.
Cara melakukan pemasanan narkotika dan psikotorpika :

IFRS Guntur membuat surat pesanan dengan format N.9 untuk narkotika dan
surat pesanan khusus untuk psikotropika langsung kepada distribusi tunggal
narkotik dan psikotropik yaitu pedagang besar farmasi kimia farma untuk satu
surat pesanan narkotika hanya untuk satu jenis narkotika sedangkan satu jenis
surat pesanan psikotropika bisa untuk beberapa jenis psikotropika.

3.7.3 Pengadaan

Dalam pengadaan harus menerima pengajuan perbekalan farmasi yang


telah habis dari pengelola gudang. Kemudian dilakukan pengecekan persedian
obat dan alat kesehatan dengan melihat kartu stok. Setelah mengetahui obat-
obatan yang harus dipesan, kemudian membuat surat pesanan (SP) perbekalan
farmasi kepada distributor atau PBF berdasarkan estimasi bulan sebelumnya lalu
SP ke karumkit untuk ditandatangani. SP dibuat rangkap dua
a. Lembar 1 (putih) untuk distributor/PBF

b. Lembar 2 (Merah muda) Untuk arsip instalasi farmasi yang nantinya untuk
disamakan dengan faktur yang datang.
Setelah itu menerima copy faktur dari gudang untuk dicatat dibuku
penerimaan, lalu memasukan faktur kedalam billing system.

3.7.4 Penerimaan

Sebelum dimasukan ke gudang, barang yang baru datang dari PBF harus
disesuaikan terlebih dahulu dengan faktur dan SP. Penyesuaian tersebut antara
lain: mencocokan jenis barang yang di pesan dengan barang yang datang, dan
25

mencocokan jumlah barang yang di pesankan dengan barang yang datang,


meneliti expired date dan juga no.batch nya, serta kondisi barang pada saat
datang, setelah sesuai kemudian di sah kan dengan di tanda tangani oleh apoteker
dan dicap apotek.

3.7.5 Penyimpanan

Barang yang sudah diterima akan di letakan pada tempat yang telah
ditentukan. Sistem penyimpanan dikelompokan berdasarkan jenis dan macam
sediaan, yaitu:
a. Bentuk sediaan obat (tablet, kapsul, sirup, drop, salep, krim, injeksi, dan
infus).
b. Alat alat kesehatan

c. Vaksin

Berdasarkan alfabetis dari A-Z sistem yang penyusunanya digunakan:

a. FIFO, First In First Out (obat yang masuk terdahulu diletakan di depan)
b. FEFO, First Expire First Out (obat yang expire date terlebih dahulu
diletakan didepan)
Obat-obat yang disimpan juga harus disimpan ditempat yang aman, terlindung
dari cahaya, matahari langsung, bersih dan tidak lembab. Untuk obat narkotik dan
psikotropik disimpan pada lemari khusus.
Tata cara penyimpanan perbekalan Farmasi di Rumah Sakit TK.IV.01.07.04
Guntur Garut bertujuan sebagai acuan petugas dalam penyimpanan perbekalan
farmasi agar aman dan kondisinya terjaga dengan baik.
a) Sequence location system (alphabetes) Penyimpanan berdasarkan :
• Alphabetes

• Bentuk sediaan

b) Spot

Apabila persediaan obat kosong maka mudah disimpan terbalik.

c) Size ( ukuran )

Ukuran untuk tiap hari kemasan disusun dari yang kecil sampai dengan
ukuran yang paling besar.
26

d) Popularity ( fast move )

Golongan obat yang banyak keluar adalah golongan antibiotik, vitamin,


analgetik, antihistamin, dan hipnotik sedative.
3.7.6 Pendistribusian

Sistem pendistribusian obat adalah kegiatan penyampaian sediaan obat


beserta informasinya kepada pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku. System
pendistribusian obat yang digunakan di IFRS Guntur ini adalah dengan
menggunakan resep individu.

3.7.7 Pemusnahan dan Penarikan

Berdasarkan peraturan pemusnahan resep dilakukan 4-5 tahun sekali.


Namun di RS TK. IV 03.07.04 Guntur Garut jarang dilakukan pemusnahan resep

3.7.8 Pengendalian

Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan


dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengenalian obat tersebut terdiri dari :

a. Pengendalian persediaan

b. Pengendalian penggunaan

c. Penanganan obat hilang

Alat control yang digunaakan yaitu berupa;

a. Kartu stock

b. Lembar resep

c. Buku besar pengeluaran obat

3.7.9 Administrasi

Kegiatan administrasi di RS TK. IV 03.07.04 Guntur Garut terdiri dari


Pencatatan dan Pelaporan.
Pencatatan dilakukan oleh seseorang yang dipercaya oleh Kepala Apotek
maupun Apoteker pengelola Apotek. Cara pencatatan harus sesuai dengan bukti
27

yang ada diruangan. Pihak apotek mencatat obatobatan yang stocknya terbatas
(warning stock) dalam kertas daftar permintaan obat. Kertas daftar penerimaan
tersebut diberikan kepada pihak gudang. Pihak gudang mencatat obat yang keluar
dalam kartu stock dan kemudian dicatat pada dalam buku pengeluaran barang.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan dalam hal penjumlahan
pengeluaran barang.
Pelaporan obat dilakukan oleh seseorang yang ditugaskan oleh Kepala
Ruangan. Pelaporan pemakaian obat ditulis setiap hari, pelaporan ditulis tangan
dibuku khusus.

3.7.10 Pencatatan

Pencatatan dilakukan oleh seseorang yang dipercaya oleh Kepala Apotek


maupun apoteker pengelola apotek cara pencatatan harus sesuai dengan bukti
yang ada di ruangan. Pihak apotek mencatat obat - obatan yang stocknya terbatas
(warning stock) dalam kertas daftar permintaan tersebut diberikan kepada pihak
gudang. Pihak gudang mencatat obat yang keluar dalam kartu stock yang
kemudian dicatat pula dalam buku pegeluaran barang. Hal ini dilakukan agar
tidak terjadi kekeliruan dalam hal penjumlahan pengeluaran barang.

3.7.11 Pelaporan

Pelaporan obat dilakukan oleh seseorang yang ditugaskan oleh kepala


ruangan. Pelaporan pemakaian obat ditulis setiap hari. Pelaporan ditulis
berdasarkan pengeluaran dan pemasukan obat setiap harinya kedalam billing
system.

3.7.12 Pemusnahan

Dalam hal pemusnahan Rumah Sakit TNI AD Guntur Garut dilakukan


dengan secara mandiri. Untuk pemusnahan NAPZA expired harus dilaporkan
terebih dahulu ke balai POM, Dinas Kesehatan, dan kepolisian. Tetapi di Rumah
Sakit Guntur belum pernah melakukannya. Pemusnahan hanya dibuat berita acar
pemusnahan saja empat rangkap, untuk obat selain NAPZA tidak perlu disaksikan
oleh balai POM, Dinas Kesehatan, dan kepolisian.
28

Untuk obat rusak atau expired selain NAPZA akan dikumpulkan terlebih
dahulu di ruang farmasi safety box. Setiap awal bulan dilakukan pemusnahan
dengan cara mandiri. Jika sediaannya berupa injeksi dipatahkan terlebih dahulu
lalu obat tersebut dikeluakan dengan air mengalir dari wastafel, setelah itu obat
injek tersebut masuk dalam IPAL Rumah Sakit. Sedangkan untuk obat berupa
tablet pelaksanaannya sama seperti injeksi, obat digerus terlebih dahulu lalu
dikeluarkan obatnya dengan air mengalir dari wastafel kemudian obat tersebut
masuk kedalam IPAL Rumah Sakit.
29

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Diagnosis Resep


Vip Albumin: Meningkatkan sistem imun dalam tubuh
Zibramax: Antibiotik
Methylprednisolone: Peradangan
Dari indikasi indikasi diatas diketahui bahwa resep dari suatu pasien tersebut mengalami
penyakit peradangan yang disertai adanya infeksi dalam tubuh.
Peradangan tenggorokan menyebabkan rasa sakit dan nyeri dan perlu antibiotik untuk
mengobatinya. Nyeri di tenggorokan adalah salah satu gejala yang paling umum.
Kebanyakan radang tenggorokan disebabkan oleh infeksi atau faktor lingkungan, seperti
udara kering. Meskipun demikian, radang tenggorokan bisa terasa tidak nyaman, biasanya
akan hilang dengan sendirinya. Radang tenggorokan bisa terasa gatal, kering, dan perih..
Penyebab radang tenggorokan berkisar dari infeksi bakteri dan virus.
Berikut antibiotik yang disarankan: Azithromycin
Penggunaan antibiotik untuk radang tenggorokan harus menggunakan resep dokter.
30

4.2 Resep

DATASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03.04.02

RUMAH SAKIT TINGKAT IV 03.07.04/GUNTUR

Poli Ruangan : Poli Anak No.MR :

Dokter : dr. Theresia,Sp.A Tanggal : 06/12/2022

R/ Vip Albumin sachet No. V

S 1 dd 1

R/ Zibramax syr No. I

S 1 dd 3ml

R/ Methylprednisolone tab 8mg No. XV

S 3 dd 1

Pro.

Nama :

Tgl Lahir / Umur : 15 Februari 2019 / 3 Tahun

Nama Orang Tua :-

Pangkat / NRP :-

Kesatuan / Alamat : Sindang Ratu


31

4.3 Uraian Obat


1. Vip Albumin
Indikasi : Meningkatkan sistem imun, menambah kadar albumin dan globulin, serta
mempercepat penyembuhan luka.
Efek samping : Belum ada efek samping yang dilaporkan
Kontraindikasi : -
Golongan : Obat Tradisional

2. Zibramax
Indikasi : Antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Efek Samping : Pusing, kehilangan selera makan,mual dan muntah
Kontraindikasi :
● hipersensitif pada antibiotik azithromycin dan golongan makrolida
● gangguan otot yang disebut myasthenia gravis
● kelainan detak jantung
● gangguan ginjal dan hati
Golongan : Antibiotik Makrolida

3. Methylprednisolone
Indikasi : Obat untuk meredakan peradangan
Efek samping : Sulit tidur, nafsu makan menurun, pusing, perut kembung, mual
dan muntah
Kontraindikasi :
● Infeksi jamur sistemik
● Tukak lambung
● Alergi terhadap obat ini
Golongan : Kortikosteroid
32

4.4 Persyaratan Adminustrasi


Pada Resep
No Uraian
Ada Tidak
1. Nama Dokter ✔
2. Sip Dokter ✔
3. Alamat Praktek Dokter ✔
4. Tanggal Penulisan Resep ✔
5. Tanda R/ ✔
6. Nama Obat ✔
7. Kekuatan Obat ✔
8. Jumlah Obat ✔
9. Nomor RM ✔
10. Nama Pasien ✔
11. Umur Pasien ✔
12. Jenis Kelamin Pasien ✔
13. Berat Badan Pasien ✔

4.5 Kesesuaian Farmasetika


N Nama Obat Alergi Efek Samping Interaksi Kesesuai
o an
1. Vip Albumin Ruam Merah, Belum ada Meningkatkan risiko Sesuai
gatal, mata efek samping reaksi atipikal.
berair, bersin- yang
bersin. dilaporkan. Alkohol, mengurangi
Jika memiliki Efek samping efektivitas suplemen
reaksi yang albumin.
terhadap mungkin
suplemen ini terjadi adalah
segera jika pasien
hentikan memiliki
penggunaann hipersensitivit
ya as terhadap
kandungan
33

2. Zibramax Syr - Pusing, Peningkatan risiko Sesuai


kehilangan terjadinya aritmia
selera makan, yang dapat
kelelahan, membahayakan
mual dan nyawa jika digunakan
muntah. dengan pimozide,
cisapride, terfenadine,
attau obat antiaritmia,
seperti amiodarone
dan quinidine.

Peningkatan risiko
terjadinya efek
samping dari
ciclosporin,
colchicine, atau
digoxin

Peningkatan risiko
terjadinya perdarahan
jika digunakan
dengan obat
antikoagulan oral
seperti warfarin
3. Methylprednisolon - Sulit tidur, Peningkatan risiko Sesuai
nafsu makan terjadinya kejang
menurun, jika digunakan
pusing, perut dengan ciclosporin
kembung,
mual dan Peningkatan risiko
muntah. terjadinya
hipokalemia jika
digunakan dengan
34

amphotericin B atau
diuretik

Peningkatan risiko
terjadinya aritmia
jika digunakan
dengan digoxin

Peningkatan risiko
terjadinya gangguan
pencernaan jika
digunakan dengan
obat antiinflamasi
nonsteroid

Peningkatan risiko
terjadinya efek
samping dari obat
warfarin

Penurunan
efektivitas obat
isoniazid dan obat
antidiabetes

Penurunan
efektivitas vaksin
hidup, seperti vaksin
influenza atau vaksin
BCG
35

4.6 Pertimbangan Klinis

Nama Obat Bentuk Inkompatibi


No. Dosis Kandungan Stabilitas
Sediaan litas
Ophiocepalus Stabil
Hingga
striatus (ikan pada
1. Vip Albumin Sachet 1 sachet Expired
gabus) extract 500 wadah
Date
mg tertutup
Azithromycin
Tahan Hingga
Dihyrdrate
2. Zibramax Sirup 3ml sekitar Expired
seminggu Date

Stabil
Hingga
pada
3. Methylprednisolon Tablet 8mg Methylprednisolon Expired
wadah
Date
tertutup

4.7 Konseling Kepada Pasien (PIO)

✔ Sediaan Obat

✔ Khasiat Obat
36

✔ Cara dipakainya Obat

✔ Informasi pada Obat

BAB V

PEMBAHASAN

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sumberdaya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan
organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat
keilmuannya masing – masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam
rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan
dalam rumah sakit. Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan untuk kepentingan masyarakat serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan atau penelitian.
Rumah Sakit TK.IV.03.07.04 merupakan salah satu lembaga yang mempunyai fungsi
pelayanan yang bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga
masyarakat pada khususnya dan warga masyarakat di luar kabupaten Garut pada umumnya.
Rumah sakit TK.IV.03.07.04 merupakan unit pemerintah daerah yang termasuk kedalam
rumah sakit tipe C.
Rumah Sakit TK.IV.03.07.04 Garut memiliki Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
yang melakukan pelayanan farmasi secara desentralisasi yaitu melalui depo farmasi.
Berdasarkan stuktur dan tata kerja IFRS Garut Rumah Sakit TK.IV.03.07.04 terdapat satu
Depo farmasi pelayanan kepada setiap pasien rawat inap.
37

Pengelolaan perbekalan sediaan farmasi di Rumah sakit Umum Guntur meliputi:


⮚ Perencanaan yang digunakan di IFRS Guntur yaitu dengan estimasi dalam satu bulan,
diliihat dari penggunaan obat bulan lalu yang ditambah 25%.
⮚ Di IFRS Guntur terdapat tiga jenis resep, diantaranya : resep dinas, resep BPJS, dan resep
umum.
Pemesanan obat di IFRS Guntur ini merupakan tanggung jawab seseorang yang di
percaya baik oleh kepala rumah sakit maupun dipercaya oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) yang mengenal jenis indikasi, kontra indikasi dan efek yang ditimbulkan oleh obat
tersebut.
Sebelum dimasukkan ke gudang, barang yang baru datang dari PBF harus disesuaikan
terlebih dahulu dengan faktur dan SP.
Penyesuaian tersebut antara lain: mencocokan jenis barang yang di pesan dengan barang
yang datang, dan mencocokan jumlah barang yang di pesankan dengan barang yang datang,
meneliti expired date dan juga no batch-nya, serta kondisi barang pada saat datang, setelah
sesuai kemudian di sah kan dengan di tanda tangani oleh seorang apoteker dan di cap apotek.
Obat-obatan yang ada disimpan di tempat yang aman, terlindung dari cahaya matahari
langsung, bersih dan tidak lembab. Untuk obat-obatan golongan narkotik disimpan di lemari
khusus.
Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit TK.IV.03.07.04 guntur garut
bertujuan sebagai acuan petugas dalam penyimpanan perbekalan farmasi agar aman dan
kondisinya terjaga dengan baik. Penyimpanan berdasarkan juga disimpan menurut: alphabets,
bentuk sediaan.
Sistem pendistribusiaan obat adalah kegiatan penyampaian sediaan obat beserta
informasinya kepada pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sistem pendistribusiaan
obat yang digunakan di IFRS Guntur ini adalah dengan menggunakan resep individu.
Tujuan dari pengendalian adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan dan kekosongan
obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pencatatan dilakukan oleh seseorang yang dipercaya oleh kepala apotek maupun
apoteker pengelola apotek. Cara pencatatan harus sesuai dengan bukti yang ada di ruangan.
Pihak apotek mencatat obat-obatan yang stocknya terbatas (warning stock) dalam kertas
daftar permintaan tersebut diberikan kepada pihak gudang. Pihak gudang mencatat obat yang
keluar dalam kartu stock dan kemudian dicatat pula dalam buku pengeluaran barang. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan dalam hal penjumlahan pengeluaran barang.
38

Pelapor obat dilakukan oleh seseorang yang ditugaskan oleh kepala ruangan. Pelaporan
pemakaian obat ditulis setiap hari, pelapor ditulis berdasarkan pengeluaran dan pemasukan
obat setiap harinya ke dalam billing sistem.
Pemusnahan Rumah Sakit TNI AD Guntur Garut dilakukan dengan secara mandiri.
Untuk pemusnahan NAPZA expired harus dilaporkan terebih dahulu ke balai POM, Dinas
Kesehatan, dan kepolisian. Tetapi di Rumah Sakit Guntur belum pernah melakukannya.
Pemusnahan hanya dibuat berita acar pemusnahan saja empat rangkap, untuk obat selain
NAPZA tidak perlu disaksikan oleh balai POM, Dinas Kesehatan, dan kepolisian.
Untuk obat rusak atau expired selain NAPZA akan dikumpulkan terlebih dahulu di
ruang farmasi safety box. Setiap awal bulan dilakukan pemusnahan dengan cara mandiri. Jika
sediaannya berupa injeksi dipatahkan terlebih dahulu lalu obat tersebut dikeluakan dengan air
mengalir dari wastafel, setelah itu obat injek tersebut masuk dalam IPAL Rumah Sakit.
Sedangkan untuk obat berupa tablet pelaksanaannya sama seperti injeksi, obat digerus terlebih
dahulu lalu dikeluarkan obatnya dengan air mengalir dari wastafel kemudian obat tersebut
masuk kedalam IPAL Rumah Sakit.

Penyimpanan obat dan alkes disimpan berdasarkan bentuk sediaan atau alpabetis dan
penyimpanan tersebut dibagi menjadi dua Bpjs dan Umum. Obat injeksi di tempat obat
injeksi, alkes di tempat alkes, narkotik dan psikotropik disimpan tersendiri di lemari yang
disediakan.
Instalasi Farmasi di Rumah sakit TK.IV.03.07.04 Garut ini memiliki gudang farmasi
yang mempunyai fungsi dan tugasnya dalam hal pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
dan produksi. Gudang farmasi di Rumah sakit TK.IV.03.07.04 Garut ini sendiri ada dua
gudang Bpjs dan Umum.
Pelayanan Farmasi Klinik Rumah sakit Umum Guntur meliputi :

1. Pengkajian dan pelayanan resep.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan, pemeriksaan


ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai termasuk peracik obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberiaan informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep
persyaratan dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat
(medication error).
2. Penulusuran riwayat penggunaan obat
39

3. Rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat ( PIO )

4. Konseling visite, pemantauan terapi obat ( PTO )

5. Monitoring efek samping obat ( MESO )

6. Evaluasi penggunaan obat ( EPO )

7. Dispensing sediaan steril, dan

8. Pemantauan kadar obat dalam darah.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengetahuan yang kami dapatkan selama Praktek Kerja Lapangan di Rumkit
Guntur dari tanggal 01 September 2022 sampai dengan 31 desember 2022 dapat kami
simpulkan bahwa:

1. Penyimpanan untuk narkotika dan pisikotropika disimpan dalam lemari khusus


dengan pintu rangkap dua
2. Sistem organisasi, administrasi keuangan dan kepegawaian di Rumkit Guntur sudah
berjalan dengan baik
3. Secara umum Rumkit Guntur menunjukan adanya pengkatan tahun ke tahun
memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat sebagai pelayanan kesehatan
masyarakat

6.2 SARAN

Setelah mengikuti kegiatan Pelatihan Kerja Lapangan di Rumkit Guntur selama kurang lebih
empat bulan, bahwa kami mempunyai beberapa usulan yang disarankan bagi Rumkit Guntur
yang terkait dengan Pelatihan Kerja Lapangan ini.
40

1. Kerja sama dan kekompakan antar karyawan maupun dengan siswa atau siswi yang
melaksanakan Praktek kerja lapangan lebih ditingkatkan lagi.
2. Sebaiknya membuat data di buku defecta untuk dibuat BPBA (bon permintaan obat
apotek) dilakukan lebih awal sehingga tidak banyak obat yang mengalami kekosongan
dan agar tidak sering melakukan MB (marketing bisnis ) dengan apotek lain.
3. Perlu diadakan perluasan tempat penyimpanan obat sehingga tidak menyulitkan dalam
penyusunan dan pengaturan obat-obatan.

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. BAB II  TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT.


repository/bitstream/123456789/18308/4/20II.pdf 
(Dinkses tanggal 8 Januari 2014) 
Rosita R, dkk. 2012. Manajemen Farmasi kelas XI. Jakarta: Pilar Media. 
Kemenkes, 2016 
Kepmenkes RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004. Tentang Standar Pelayanan 
Farmasi di Rumah Sakit 
Permenkes RI No. 28/Menkes/PER/I/1978. Tentang Tata Cara Penyimpanan
Narkotika. 
Undang-Undang No. 44 tahun 2009. Tentang Rumah Sakit. 
Undang-Undang No. 35 tahun 2009. Tentang Narkotika. 
Undang-Undang No. 5 tahun 1997. Tentang Psikotropika. Profile Rumah Sakit Guntur
rs-guntur.com/profile/sejarah-rs-guntur/ 
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997 Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta Oleh Pemerintah
Marlina, Y., 2022 Vip albumin. Surabaya : UBAYA.
41

Yulianti, A., 2022 Zibramax Azithromycin. Yogyakarta: Javalitera.


Notoatmodjo, S., 2022 Methylprednisolone. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

Denah Lokasi RS. TK. IV. 03.07.04 Guntur Garut


42

LAMPIRAN 2

Denah Bangunan RS. TK. IV. 03.07.04 Guntur Garut


43
44

LAMPIRAN 3

Contoh Etiket dan Label yang digunakan di RS. Guntur

Etiket Syirup Etiket Tablet

Etiket Injeksi Etiket Obat Luar

Etiket Infus

Etiket Rawat Inap

Etiket Rawat inap


45

Etiket Ruangan

Bougenvile UGD

Flamboyan HCU

Wijaya Kusuma Anggrek


46

Label

LAMPIRAN 4
47

Contoh Surat Pesanan Obat atau LPLPO

LAMPIRAN 5
Contoh Surat Pesanan Psikotropika
48

LAMPIRAN 6

Contoh Surat Pesanan Narkotika


49

LAMPIRAN 7
Contoh Apograph

LAMPIRAN 8

Resep Umum
50

LAMPIRAN 8
Contoh Kwitansi
51

LAMPIRAN 9
Contoh Laporan Penggunaan Narkotika
52

LAMPIRAN 10
Contoh Laporan Penggunaan Psikotropika
53

LAMPIRAN 11
Contoh Lemari Narkotika dan Psikotropika
54

Anda mungkin juga menyukai