Pembimbing:
Kukuh Nuryadi, SKM
i
LEMBAR PENGESAHAN
Studi kasus penelitian dengan judul Gambaran Penampilan dan Ketepatan lauk
Perkedel Tahu dan Perkedel Kentang di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara telah
disetujui oleh pembimbing.
NIM : 22030114120042
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Diponegoro
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan studi kasus
penyelenggaraan makanan dengan judul Gambaran Penampilan dan Ketepatan
laukPerkedel Tahu dan Perkedel Kentang di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan studi kasus penyelenggaraan makanan
ini diajukan guna memenuhi tugas Praktik Belajar Lapangan (PBL) Kepanitraan Gizi
Institusi.
Pada kesempatan ini juga penulis berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun laporan studi kasus
penyelenggaraan makanan ini. Namun, kritik dan saran yang membangun dari
pembimbing dan penguji yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan dijadikan pelajaran bagi laporan
selanjutnya.
Pradita Putri R.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 32
6.1 Simpulan ....................................................................................................... 32
6.2 Saran ............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33
LAMPIRAN ................................................................................................................ 35
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kandungan gizi 100 gram kentang ................................................................ 16
Tabel 2 Kandungan gizi 100 gram tahu ...................................................................... 17
Tabel 3 Definisi operasional ....................................................................................... 21
Tabel 4 Distribusi berat sampel perkedel kentang ...................................................... 24
Tabel 5 Sisa makanan perkedel kentang ..................................................................... 25
Tabel 6 Distribusi berat sampel perkedel tahu ............................................................ 25
Tabel 7 Sisa makanan perkedel tahu ........................................................................... 26
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka konsep ........................................................................................ 19
Gambar 2 Perkedel kentang oring ............................................................................... 23
Gambar 3 Perkedel tahu kukus ................................................................................... 23
Gambar 5 Contoh instrumen pemorsian ..................................................................... 31
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar perkedel kentang dan perkedel tahu .......................................... 35
Lampiran 2 Standar Resep .......................................................................................... 36
viii
BAB I
PENDAHULUAN
9
Untuk menangani masalah penampilan dan besar porsi makanan dalam
pelayanan makanan dibutuhkan standar porsi yang baku. Standar porsi adalah
rincian macam dan jumlah bahan maknan dalam berat bersih mentah untuk
setiap hidangan,5 dapat diukur dengan menggunakan ukuran rumah tangga
(URT) yang telah di standarkan. Untuk menentukan standar porsi dibutuhkan
suatu instrumen yang tepat yang dapat mempermudah petugas produksi dalam
melakukan pemorsian makanan dengan tepat. Selain untuk melakukan
pemorsian dalam jumlah yang tepat dibutuhkan juga instrument yang dapat
membuat bentuk makanan menjadi lebih menarik sehingga akan memperbaiki
penampilan makanan. Dalam hal ini petugas pengolahan di RSUD RA Kartini
Kabupaten Jepara menggunakan instrumen berupa tangan secara langsung
sehingga dapat menyebabkan terjadinya perbedaan antara standar porsi dan
kenyataan pada saat pelaksanaan. Bentuk dari makanan yang dihasilkan juga
masih biasa seperti makanan pada umumnya. Perbedaan antara makanan yang
diproduksi dengan standar porsi menyebabkan kandungan gizi makanan
berbeda dengan yang sudah di tetapkan.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai gamaran penampilan
makanan dan standar porsi lauk perkedel tahu dan perkedel kentang di RSUD
RA Kartini Jepara yang merupakan siklus makanan dalam rumah sakit tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penampilan dan ketepatan porsi lauk perked tahu dan
perkedel kentang di RSUD RAKartini Kabupeten Jepara.
1.3 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi ketepatan pelaksanaan standar porsi
lauk perkedel tahu dan perkedel kentang di RSUD RA Kartini
Kabupaten Jepara
10
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengidentifikasi standar porsi makanan lauk perkedel kentang
dan perkedel tahu di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
1.2.2.2 Mengidentifikasi besar porsi makanan lauk perkedel kentang
dan perkedel tahu di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
1.2.2.3 Mendiskripsikan penampilan makanan lauk perkedel kentang
dan perkedel tahu di di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
1.2.2.4 Mengidentifikasi sisa makanan lauk perkedel kentang dan
perkedel tahu yang disajikan di RSUD RA Kartini Kabupaten
Jepara
1.4 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui gambaran penampilan dan
ketepatan pelaksanaan standar porsi lauk perkedel kentang dan perkedel
tahu di RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara. Mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh dalam manajemen produksi makanan
di rumah sakit.
1.3.2 Manfaat bagi Instalasi Gizi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dan
meningkatkan mutu pelayanan makanan di Instalasi Gizi RSUD RA
Kartini Kabupaten Jepara.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pelayanan Makanan Rumah Sakit
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan salah satu komponen
penunjang diselenggarakan oleh instalasi gizi yang bertujuan untuk
menyelenggarakan makanan bagi pasien.6 Makanan bagi pasien
merupakan hal yang penting dan dikonsumsi selama pasien tinggal di
rumah sakit dan tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dari
luar. Oleh karena itu penyediaan dan konsumsi makanan seimbang
sangat penting untuk memanajemen kesembuhan pasien di rumah
sakit.7
Pelayanan makanan rumah sakit adalah rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan angaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan. Distribusi dan
pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Tujuannya adalah menyediakan
makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat
diterima oleh konsumen untuk memperbaiki status gizi dan
mempertahankan status gizi yang optimal.1
Pelayanan gizi rumah sakit, khususnya pelayanan gizi di ruang
rawat inap mempunyai kegiatan antara lain, menyajikan makanan
kepada pasien yang bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan
kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti
memisahkan diri dari kebiasaan hidup sehari-hari terutama dalam hal
makan, bukan saja macam makanan yang disajikan tetapi juga cara
makanan dihidangkan, tempat, waktu makan, rasa makanan, besar porsi,
dan jenis makanan yang disajikan. Penyelenggaraan makanan institusi
termasuk di rumah sakit, seringkali menjadi sorotan banyak pihak,
khususnya yang berkaitan dengan kepuasan pasien. Hal ini selain
12
karena efek psikologis orang sakit, juga karena makanan sebagai output
penyelenggaraan makanan seringkali tidak memberikan kepuasan
kepada pasien.8 Oleh karena itu penyelenggaraan makanan rumah sakit
sangat diperhatikan untuk mempertahankan status gizi pasien serta
kepuasan dari pasien. Karena kepuasan pasien adalah tujuan yang harus
tercapai dari penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
2.1.2 Penentuan Standar Porsi
Kegiatan perencanaan menu bagi pasien termasuk dalam aspek
penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Salah satu hal yang
berpengaruh dalam perencanaan menu pasien adalah standar porsi.
Standar porsi merupakan rincian macam dan jumlah bahan makanan
dalam jumlah bersih setiap hidangan.5 Standar porsi juga dapat diartikan
banyaknya golongan bahan makanan yang direncanakan setiap kali
makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar
makanan yang berlaku di rumah sakit.1 Penyelenggaraan makanan
dalam jumlah yang besar, seperti di rumah sakit standar porsi sangat
dibutuhkan untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah
hidangan dapat diketahui secara pasti. Standar porsi harus ditentukan
untuk semua jenis makanan, serta dalam penggunaan peralatan atau
instrumen seperti centong, mangkuk, dan sendok sayur. Setiap jenis
peralatan atau instrumen yang digunakan dalam pemorsian harus
distandarkan.9
Standar porsi dapat menjadi gambaran pasien untuk menilai
makanan yang disajikan. Porsi yang disajikan kepada pasien telah
distandarkan dan dihitung dari segi kebutuhan, jenis penyakit,
anggaran, dan bahan makanan yang telah dirancang sebelumnya.8
Standar porsi digunakan pada banyak unit seperti pada saat perencanaan
menu, pembelian bahan makanan yang dibutuhkan untuk produksi,
pengolahan bahan makanan, dan distribusi kepada pasien.10 Dalam
menentukan standar porsi, ukuran porsi yang disajikan harus dapat
13
terlihat menarik di piring. Hal ini berkaitan dengan komposisi bahan
makanan. Selain itu, ukuran porsi juga harus bisa memenuhi kepuasan
pasien serta berdasarkan rekomendasi dari hasil diagnosis gizi pasien.
Kegiatan pemorsian makanan adalah suatu proses atau cara
mencetak makanan, sesuai dengan standar porsi yang telah
ditentukan.Sebuah ukuran porsi menunjukkan berat makanan dari resep
khusus yang akan disajikan. Misal, kentang atau nasi pada umumnya
dituliskan dalam berat (gram) dan dapat pula dijelaskan dalam unit
rumah tangga (URT). Ukuran rumah tangga yang digunakan telah
distandarkan, digunakan untuk memudahkan penggunaan ketika
melakukan pemorsian. Contoh dari penggunaan ukuran rumah tangga
adalah 1 sendok tepung terigu setara dengan 10 gram. Cara megukur
dengan ukuran rumah tangga dinilai cukup teliti dan mudah
digunakan.11
Porsi bahan makanan mentah digunakan dalam pelayanan
makanan harus sesuai dengan standar porsi masing-masing ahan
makanan agar dapat memenhi gizi dari pasien. Porsi matang suatu
hidangan dapat mengalami perubahan atau ketidaksesuaian dengan
standar porsi yang ada, bisa bertambah atau berkurang. Pentingnya porsi
makanan tidak hanya berhubungan dengan penampilan waktu disajikan
tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian
bahan maknan.4 Adanya kesalahan dalam persiapan bahan maknan,
pemotongan maupun pengolahan dapat menjadi salah satu
ketidaksesuaian porsi. Selain itu pengunaan alat porsi yang tidak standar
seperti menggunakan tangan dapat menyebabkan bahan makanan yang
di produksi berbeda ukuran.
2.1.3 Penampilan Makanan
Tahap akhir dari system penyelenggaraan makanan isntitusi
adalah penyajian atau distribusi makanan untuk dikonsumsi. Penyajian
atau pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
14
makana yang sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen
yang dilayanni.
Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan
terhadap berbagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera
penglihatan, indera pencium, dan indera pengecap. Makanan yang
memiliki cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan
menarik, menyebarkan bau yang sedap, dan memberikan rasa yang
lezat. Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama, yaitu
penampilaan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu
dimakan.
Penampilan makanan sewaktu disajikan ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu warna, bentuk, dan besar porsi makanan yang
dihidangkan atau disajikan. Sedangkan rasa makanan merupakan faktor
kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan
makanan itu sendiri. Rasa makanan ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu aroma, rasa, temperature atau suhu dari makanan yang disajikan.12
Menurunnya selera makan pada pasien dirumah sakit membuat.
menurut penelitian pada rumah sakit di Swiss, pasien merasa bahwa
penampilan maknan sewaktu disajikan sangat penting. Beberapa faktor
yang berpengaruh adalah warna makanan, konsistensi dan tekstur
makanan dan bentuk makanan yang disajikan. Bentuk-bentuk makanan
yang disajikan dapat membuat makanan menjadi lebih menarik saat
disajikan. Berbagai macam bentuk makanan saat disajikan adalah
sebagai berikut :
1. Bentuk makanan disajikan sesuai dengan bentuk aslinya
2. Bentuk yang menyerupai bentuk asli
3. Bentuk yang diperoleh dengan cara memotong atau mengiris
(membentuk) menjadi bentuk tertentu
4. Bentuk sajian khusus4
15
Bentuk makanan yang menarik saat dihidangkan akan menimbulkan
ketertarikan pasien sehingga menurunkan adanya sisa makanan.
Makanan yang habis dikonsumsi oleh pasien tanpa sisa akan berdampak
bagi kesembuhan pasien.12
Kandungan Jumlah
Protein 2 gr
Lemak 0.1 gr
Karbohidrat 21.6 gr
Serat 1.5 gr
Kalsium 5 mg
Magnesium 25 mg
16
Zink 0.3 mg
Natrium 5 mg
Vitamin C 13 mg
Kandungan Jumlah
Protein 8.1 gr
Lemak 4.8 gr
Karbohidrat 1.9 gr
Serat 1.2 gr
Kalsium 105 mg
Magnesium 103 mg
Zink 0.8 mg
Natrium 121 mg
Vitamin C 0 mg
17
kebiasaan makan, rasa bosan dan adanya makanan tambahan dari luar.
Pada umumnya, bagi pasien yang berada dalam keadaan sedih, merasa
takut karena menderita suatu penyakit, ketidakbebasan bergerak karena
adanya penyakit tertentu sering menimbulkan rasa putus asa, sehingga
pasien kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, bila pasien dalam keadaan
sehat dan senang biasanya mempunyai nafsu makan yang lebih baik
atau meningkat. Faktor eksternal meliputi cita rasa makanan,
penampilan, cara penyajian, waktu penyajian, sikap petugas.2
Terjadinya sisa makanan dapat menyebabkan asupan pasien tidak sesuai
dengan kebutuhan yang seharusnya di asup.
Keberhasilan suatu sistem penyelenggaraan makanan dapat
dikaitkan dengan adanya sisa makanan pada sistem penyelenggaraan
makanan. Kegiatan pencatatan sisa makanan merupakan langkah yang
sederhana yang dapat dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan
pelayanan gizi rumah sakit. Kepuasan pasien terhadap makanan yang
disajikan di rumah sakit menentukan sisa makanan dan dapat menjadi
penilaian pasien terhadap maknan yang disajikan. Sisa makanan yang
tidak dikonsumsi oleh pasien menyebabkan ada biaya yang hilang
secara sia-sia yang akan berdampak pada anggaran rumah sakit.14 Selain
menjadi evaluasi terhadap kepuasan pasien juga dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi dalam perencanaan yang lebih efektif baik
dalam penggunaan dana maupun dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi
pasien.
Sisa makanan dapat dijadikan evalusi terhadap menu yang disajikan
kepada pasien. Menurut penelitian yang dilakukan di Semarang adanya
sisa makanan dapat dijadikan bahan untuk rumah sakit mengevaluasi
siklus menu yang diberlakukan di rumah sakit. Petugas pengolahan
harus memperhatikan kesesuian porsi yang dapat diatasi dengan
standarisasi alat pemorsian dan juga memberikan pelatihan terhadap
petugas produksi.
18
2.2 Kerangka Konsep
Standar porsi
Pelayanan makan makanan lauk
pasien perkedel kentang Sisa makanan
dan perkedel tahu
19
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : Selasa 12 September dan 17 September 2017
Tempat : Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUD RA Kartini
Kabupaten Jepara
3.2 Pemilihan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adala semua makanan lauk perkedel kentang
dan perkedel tahu pada siklus ke 5 dan 7 kelas VIP di RSUD RA Kartini
Kabupaten Jepara.
3.2.2 Sampel
Sample pada penelitian ini adalah makanan lauk perkedel tahu dan
perkedel kentang kelas VIP siklus menu hari ke 5 dan 7 RSUD RA
Kartini Kabupaten Jepara yang disajikan kepada pasien.
20
2. Standar resep lauk perkedel kentang dan perkedel tahu di RSUD RA
Kartini Kabupaten Jepara
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3 Definisi operasional
21
3.5 Cara Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis deskriptif terhadap data primer
yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan penimbangan berat makanan lauk
perkedel kentang dan pekedel tahu. Analisis dilakukan dengan membandingkan
berat makanan teresebut dengan standar porsi yang telah ditetapkan. Selain itu
melihat apakah terdapat sisa makanan yang disajikan kepada pasien.
22
BAB IV
HASIL
Perkedel tahu juga memiliki bentuk bulat pipih dengan diameter yang kurang
lebih sama dengan perkedel kentang. Warna perkedel tahu kuning kecoklatan
jika mengalami proses penggorengan sedangkan yang tidak mangalami proses
penggorenga memiliki warna putih seperti warna asli dari tahu.
23
4.2 Hasil Pengamatan Perkedel Kentang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada produksi perkedel
kentang dimulai dari melihat proses produksi dari awal yaitu dari penggorengan
kentang, penghalusan kentang, pencampuran dengan bumbu, pemorsian, dan
penggorengan. Pemorsian dilakukan dengan menggunakan tangan tanpa
menggunakan alat bantu yang terstandar. Setelah matang dilakukan
penimbangan terhadap 10 perkedel kentang dan didapatkan hasil sebagai
berikut:
24
Tabel 5 Sisa makanan perkedel kentang
25
12 35g 50g 70%
13 40g 50g 80%
26
BAB V
PEMBAHASAN
Gambaran dari perkdel kentang dan perkedel tahu yang diamati dalah perkedel
yang dibuat untuk pasien VIP pada siklus ke 5 dan ke 7 di RSUD RA Kartini Jepara.
Perkedel kentang memiliki bentuk bulat pipih dengan warna kecoklatan setelah
27
dilakukan proses penggorengan sedangkan kuning yang tidak mengalami proses
penggorengan. Perkedel kentang memiliki ukuran diameter kurang lebih 4.5 cm dan
tebal kurang lebih 1.5 cm. Perkedel tahu juga memiliki bentuk bulat pipih dengan
diameter dan tebal yang kurang lebih sama dengan perkedel kentang. Warna perkedel
tahu kuning kecoklatan jika mengalami proses penggorengan sedangkan yang tidak
mangalami proses penggorenga memiliki warna putih seperti warna asli dari tahu.
Penampilan perkedel kentang dan perkedel kentang yang disajikan kepada pasien
kurang menarik. Terlebih pada penyajian perkedel yang tidak mengalami proses
penggorengan akan memiliki warna yang lebih pucat.
28
Sama dengan perkedel kentang, perkedel tahu juga merupakan lauk nabati yang
berbahan dasar tahu yang mengandung protein. Proses produksi perkedel tahu dimulai
dari melumatkan tahu, mencampurkan dengan bumbu dan bahan lain serta menggoreng
atau mengukus perkedel tahu sesuai dengan jenis diet pasien sesuai dengan standar
resep di instalasi gizi RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara. Standar porsi yang
ditetapkan untuk perkedel kentang adalah 50 gram sama seperti dengan perkedel
kentang. Pemorsian yang dilakukan oleh RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara dengan
menggunakan tangan.
Pengamatan pada perkedel tahu dari 13 sampel, dari 13 sampel yang ditimbang
3 sampel (23.7%) dari pekedel tahu tidak dihabiskan, 1 diantaranya tidak dikonsumsi
sama sekali dan 2 lainnya dikonsumsi namun masih tersisa. Sedangkan 10 sampel
29
(76%) perkedel tahu dikonsumsi hingga habis. Setelah dilakukan pengamatan terhadap
sisa makanan dilakukan wawancara terhadap pramusaji yang mengantarkan dan
mengambil piring makan dari pasien. Menurut wawancara kepada pramusaji di RSUD
RA Kartini Kabuaten Jepara menjelakan bahwa kebanyakan pasien tidak
menghabiskan makanan dikarenakan porsi yang terlalu besar, makanan yang terlalu
banyak, bentuk makanan yang kurang menggugah yang dipengaruhi kondisi fisik
seseorang, dan makan terus menerus.
30
Gambar 4 Contoh instrumen pemorsian
31
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
6.1.1 Standar porsi adalah berat berbagai macam makanan dalam ukuran
rumah tangga (URT). Perkedel kentang dan perkedel tahu yang disajikan
kepada pasien VIP pada siklus 5 dan 7 RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara
memiliki standar porsi 50 g
6.1.2 Besar porsi lauk perkedel kentang dan perkedel tahu di RSUD RA
Kartini Kabupaten Jepara tidak sama, terdapat perkedel kentang dan perkedel
tahu yang tidak sesuai dengan standar porsi yang ditetapkan.
6.1.3 Penampilan akan berpengaruh terhadap selera makan pasien. Perkedel
kentang dan perkedel tahu yang disajikan di RSUD RA Kartini Kabupaten
Jepara memiliki bentuk dan penampilan yang kurang menarik.
6.1.4 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan masih terdapat sisa makanan
pada perkedel kentang dan perkedel tahu
6.2 Saran
6.2.1 Kegiatan pemorsian dapat lebih mudah jika diadakan instrument atau
alat cetak perkedel yang sudah terstandar sesuai standar porsi yang telah
ditetapkan oleh RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara. Selain untuk
mempermudah dilakukan pemorsian adanya instrument pemorsian
diharapkan memiliki bentuk menarik sehingga meningkatkan selera makan
pasien untuk mengurangi sisa makanan
6.2.2 Perlu diakan food model untuk mempermudah petugas produksi dalam
proses pemorsian dan mendapatkan bentuk yang seragam.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
nutrisi-bahan-makanan.html#.WbqJL9GX3IU
14. Umihani A, Pramono A. Analisis Biaya yang Hilang dari Sisa Makanan Pasien
di RSUD DR. ADHYATMA, MPH. J Nutr Coll. 2015;
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar perkedel kentang dan perkedel tahu
35
Lampiran 2 Standar Resep
PERKEDEL TAHU
BAHAN CARA
5 buah tahu kuning, haluskan 1. Langkah pertama, menghaluskan
2 siung bawang putih, cincang terlebih dahulu tahunya,
halus kemudian campurkan tahu yang
1 batang daun bawang, iris tipis sudah dihaluskan dengan semua
PERKEDEL KENTANG
BAHAN CARA
1 kilogram kentang ukuran 1. kukus kentang hingga mudah
sedang, cuci bersih, kukus untuk dihaluskan
hingga matang 2. Siapkan wadah, haluskan
4 butir telur ayam, kocok lepas kentang kukus. Campurkan
200 gr daging sapi cincang dengan bumbu halus dan daging
36
Minyak untuk menggoreng 3. Masukkan daun bawang, dan
Bumbu halus aduk kembali hingga tercampur
6 siung bawang putih rata
10 butir bawang merah 4. Bentuk adonan menjadi bulatan
37