Anda di halaman 1dari 55

CASE REPORT

PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


MELALUI PENYULUHAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS CIUMBULEUIT

Disusun Oleh :
Putri Bella Kharisma 160112160509
Ririn Fitri Pebriani 160112170018
Fitria Rahmah 160112170049
Lew Wei Ken 160112162527
Kerk Xi Zhe 160110132028

Pembimbing :
Dr. Dra. Cucu Zubaedah, MS.
Drg. Hendriek Tansil

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


MELALUI PENYULUHAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA
UPT PUSKESMAS CIUMBULEUIT

PENYUSUN :
Putri Bella Kharisma 160112160509
Ririn Fitri Pebriani 160112170018
Fitria Rahmah 160112170049
Lew Wei Ken 160112162527
Kerk Xi Zhe 160110132028

Bandung, Februari 2018

Pembimbing Case Report

Dr. Dra. Cucu Zubaedah, MS.


NIP. 19611205 1989 10 2001

Kepala Departemen IKGK Kepala Puskesmas


FKG UNPAD Ciumbuleuit

Dr. Gilang Yubiliana, drg. M.Kes. dr. Danny Mutiara Thamrin


NIP. 19761219 2003 12 2001 NIP.19720202 200501 1 015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus mengenai

“Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Penyuluhan Kader

Posyandu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit”. Laporan ini disusun

untuk memenuhi salah satu tugas departemen Ilmu Kesehatan Gigi Komunitas.

Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari

berbagai pihak, sehingga berbagai kesulitan yang dihadapi penulis dapat teratasi

dan laporan ini dapat diselesaikan. Penulis berharap kiranya Allah SWT berkenan

membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah bersedia membantu penulis

dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat.

Bandung, Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan Pemecahan Masalah ...............................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
2.1 Promosi Kesehatan .............................................................................4
2.1.1 Visi dan Misi .............................................................................5
2.1.2 Tujuan ........................................................................................7
2.1.3 Sasaran.......................................................................................8
2.1.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ..........................................9
2.1.5 Strategi Promosi Kesehatan.....................................................10
2.2 Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat ...................................................11
2.2.1 Konsep Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat ............................12
2.2.2 Sasaran.....................................................................................13
2.2.3 Indikator Keberhasilan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat ...13
2.3 Perilaku dan Pengetahuan .................................................................14
2.4 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................15
2.4.1 Metode Penyuluhan .................................................................15
2.4.2 Pendekatan Penyuluhan ...........................................................18
2.4.3 Tahap Persiapan Penyuluhan...................................................24
BAB III PEMECAHAN MASALAH .................................................................27
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah .........................................................27
3.2 Prioritas Pemecahan Masalah ...........................................................29
3.3 Hambatan dan Kelemahan Program .................................................31

iii
iv

3.4 Rencana Kerja Operasional ..............................................................32


3.5 Pelaksanaan .......................................................................................36
3.6 Kontrol dan Evaluasi ........................................................................36
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................38
4.1 Simpulan ...........................................................................................38
4.2 Saran .................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................40
LAMPIRAN ..........................................................................................................41
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

2. 1 Bagan Tahapan Persiapan Penyuluhan ..................................................25


3. 1 Pedoman Teori H.L. Blum ....................................................................27

v
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

2. 1 Penyusunan Rencana Kegiatan Penyuluhan ..........................................26


3. 1 Skoring Alternatif Jalan Keluar .............................................................30

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Surat Undangan Penyuluhan Kader Posyandu ......................................41


2. Leaflet Penyuluhan Kader Posyandu .....................................................42
3. Soal Evaluasi Penyuluhan Kader ...........................................................43
4. Kondisi Poli Gigi di Puskesmas Ciumbuleuit .......................................44
5. Foto Kegiatan selama di Puskesmas Ciumbuleuit .................................45

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

UPT Puskesmas Ciumbuleuit berlokasi di Jalan Bukit Resik No 1 Kelurahan

Hegarmanah RT 04 RW 01 Kecamatan Cidadap dengan wilayah kerjanya yang

meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Ledeng, Kelurahan Hegarmanah, dan

Kelurahan Ciumbuleuit. Puskesmas Ciumbuleuit mempunyai luas wilayah kerja

sebesar 612,149 hektar.

Analisis data kependudukan UPT Puskesmas Ciumbuleuit menunjukkan

sebagian besar masyarakat merupakan penduduk dengan pendidikan tidak atau

belum sekolah dan tidak atau belum tamat SD, serta tamat SD yaitu sebanyak

29.424 jiwa. Kondisi ini berkaitan dengan penyampaian materi penyuluhan yang

jika tidak dilakukan secara sederhana, maka pola perilaku masyarakat tentang

kesehatan gigi dan mulut akan sulit berubah menjadi lebih baik. Pendidikan juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Jumlah

penduduk miskin yang ada di wilayah kerja Puskesmas sebesar 13,087 jiwa.

Keadaan ini perlu mendapat perhatian lebih lanjut karena secara tidak langsung

kemiskinan dapat berpengaruh terhadap kesehatan termasuk kesehatan gigi dan

mulut.

Tenaga kesehatan gigi hanya terdiri dari satu orang dokter gigi dan satu perawat

gigi. Jumlah rata-rata pasien yang datang ke poli gigi hanya 5-10 pasien per hari.

Prevalensi penyakit gigi dan mulut di UPT Puskesmas Ciumbuleuit periode Januari

1
2

hingga Desember 2017 yang tertinggi adalah penyakit pulpa dan jaringan periapikal

sebesar 1,025%, sedangkan perawatan terbanyaknya adalah pencabutan gigi tetap

sebanyak 744 kasus. Gigi dengan penyakit pulpa dan jaringan periapikal seharusnya

masih dapat dipertahankan dengan penambalan, tidak dengan tindakan pencabutan.

Keterbatasan pelayanan menyebabkan Puskesmas lebih banyak melakukan

tindakan pencabutan dibandingkan penambalan, dengan rasio tambal dan cabut

mencapai 1:2. Data laporan tahunan Puskesmas menunjukkan bahwa alat

penambalan yang tersedia cukup memadai, namun bahan penambalan gigi yang

tersedia hanya bahan tambal sederhana, yaitu GIC (Glass Ionomer Cement).

Puskesmas seharusnya mengajukan pengadaan bahan tambal lain, mengingat

pasien yang datang kebanyakan mengalami penyakit pulpa dan jaringan periapikal.

Angka kejadian penyakit pulpa dan jaringan periapikal yang tinggi juga

menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak mendapatkan tindakan kuratif,

sehingga fungsi utama dari Puskesmas untuk melakukan upaya promotif dan

preventif belum terlaksana dengan baik. Salah satu upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan upaya

promotif melalui penyuluhan kepada kader posyandu sebagai pelaksana UKGM.

Data yang terdapat pada laporan tahunan menunjukkan bahwa jumlah UKGM

yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit sebanyak 40 UKGM, tetapi

hanya 6 UKGM yang sudah mendapatkan pembinaan. Keadaan ini terjadi karena

kurangnya tenaga kesehatan gigi dalam melaksanakan pembinaan yang

menyebabkan kurangnya kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.


3

Banyaknya masyarakat yang datang untuk mendapatkan tindakan kuratif

disertai dengan pentingnya upaya promotif dan preventif, serta keadaan

penduduknya yang kurang menguntungkan dari segi pendidikan dan sosioekonomi

menyebabkan beban kerja petugas Puskemas bertambah berat. Penyuluhan

terhadap kader posyandu ini diharapkan dapat membantu dalam mengurangi beban

kerja petugas Puskesmas.

Berdasarkan hasil informasi yang didapatkan dari observasi dan data

Puskesmas, pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja UPT

Puskesmas Ciumbuleuit harus ditingkatkan.

1.2 Tujuan Pemecahan Masalah

1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja

UPT Puskesmas Ciumbuleuit.

1.2.2 Tujuan Khusus

Meningkatkan pengetahuan kader Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas

Ciumbuleuit dari 50% menjadi lebih besar dari 70% pada bulan Februari 2018.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Promosi Kesehatan

Hasil analisis situasi yang dilakukan di UPT Puskesmas Ciumbuleuit

ditemukan beberapa masalah, yaitu program promosi kesehatan gigi dan mulut

belum terlaksana dengan baik, kurangnya tenaga kesehatan gigi, dan terbatasnya

tindakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Keadaan sumber daya manusia dan

sarana prasarana di Puskesmas Ciumbuleuit yang kurang optimal menyebabkan

kegiatan promosi kesehatan masyarakat wilayah binaannya rendah, sehingga

kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam hal

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya juga rendah. Keadaan tersebut

memerlukan upaya kerjasama antara pihak Puskesmas dan masyarakat. Diperlukan

masyarakat yang berperilaku dan sikap kesehatan yang paripurna (mandiri),

sehingga masyarakat harus selalu meningkatkan pengetahuan kesehatannya,

khususnya kesehatan gigi dan mulut.

Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan teknik skoring

metode PAHO (Pan American Health Organization). Hasil skoring menunjukkan

masalah yang menjadi prioritas adalah program promosi kesehatan gigi dan mulut

belum terlaksana dengan baik.

Kurangnya program promosi kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja UPT

Puskesmas Ciumbuleuit menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut, sehingga derajat kesehatan gigi

4
5

dan mulutnya terbilang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kejadian

penyakit pulpa dan periapikal yang menempati urutan pertama dari penyakit gigi

terbanyak di UPT Puskesmas Ciumbuleuit dan juga tingginya rasio tambal dan

cabut gigi dewasa yang mencapai 1 : 2. Program promosi kesehatan gigi dan mulut

di wilayah kerja UPT Puskemas Ciumbuleuit dapat dilakukan melalui Upaya

Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).

Promosi kesehatan menurut Ottawa Charter (1986) merupakan suatu proses

pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Kurangnya program promosi kesehatan gigi dan

mulut di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit disebabkan oleh terbatasnya

tenaga kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat

melalui UKGM diharapkan dapat membantu program promosi kesehatan gigi dan

mulut. Namun saat ini hanya 6 dari 40 UKGM yang baru terbina.

2.1.1 Visi dan Misi

Visi promosi kesehatan (khususnya di Indonesia) tidak terlepas dari visi

pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang-

Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 yakni meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia

yang produktif secara sosial ekonomi. Oleh sebab itu, promosi kesehatan

sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil

bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut,


6

sehingga visi promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai masyarakat mau dan

mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2010)

Mewujudkan visi promosi kesehatan tersebut, maka diperlukan upaya-upaya.

Upaya-upaya untuk mewujudkan visi ini disebut sebagai misi promosi

kesehatan. Secara umum misi promosi kesehatan ini, seperti yang termuat dalam

Ottawa Charter (1984) sekurang-kurangnya ada tiga hal yakni :

1. Advokat (Advocate)

Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari

berbagai tingkat, dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini

adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan, bahwa

program kesehatan yang dijalankan tersebut penting. Oleh sebab itu, perlu

dukungan kebijakan atau keputusan dari para pejabat tersebut.

2. Menjembatani (Mediate)

Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani

antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan perkataan

lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan

kesehatan. Kemitraan sangat penting, sebab tanpa kemitraan, niscaya sektor

kesehatan mampu menangani masalah-masalah kesehatan yang begitu kompleks

dan luas.

3. Memampukan (Enabling)

Sesuai dengan visi promosi kesehatan, yakni masyarakat mau dan mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai

misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti, baik secara langsung
7

atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan hanya memberikan

keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang

kesehatan.

2.1.2 Tujuan

Tujuan promosi kesehatan adalah tersosialisasinya program-program

kesehatan dan terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan. Menurut Green,1991

dalam Maulana (2009) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

1. Tujuan Program

Refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang

akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang.

2. Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan.

Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah.

3. Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.

Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap,

tindakan.
8

2.1.3 Sasaran

Maulana (2009) menjelaskan sasaran promosi kesehatan perlu dikenali

secara khusus, rinci, dan jelas agar promosi kesehatan lebih efektif. Adapun

sasaran dari adanya promosi kesehatan adalah individu/ keluarga, masyarakat,

pemerintah/ lintas sektor/ politisi/ swasta dan petugas atau pelaksana program.

Sehubungan dengan hal itu, promosi kesehatan dihubungkan dengan beberapa

tatanan, antara lain tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan

institusi kesehatan, tatanan tempat-tempat umum. Agar lebih spesifik menurut

Maulana (2009), sasaran kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sasaran primer, adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan

mau berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari

perubahan perilaku tersebut. Sasaran primer dalam pelaksanaan program ini

adalah masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit.

2. Sasaran sekunder, adalah individu atau kelompok yang memiliki pengaruh

atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu

mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer. Sasaran

sekunder dalam pelaksanaan program ini adalah kader posyandu di wilayah

kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit.

3. Sasaran tersier, adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-

pihak yang berpengaruh di berbagai tingkat (pusat, provinsi, kabupaten,

kecamatan, dan desa/kelurahan). Sasaran tersier dalam pelaksanaan program

ini adalah lurah Hegarmanah, lurah Ciumbuleuit, dan camat Cidadap.


9

2.1.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Selain membutuhkan sasaran yang jelas, maka promosi kesehatan juga

harus mempunyai ruang lingkup. Berdasarkan Konferensi Internasional Promosi

Kesehatan di Ottawa,Canada tahun 1986, dalam Maulana (2009) promosi kesehatan

dikelompokkan menjadi lima area, yaitu:

1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (health public policy)

Kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal

ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apa pun harus

mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat.

2. Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create

partnership and supportive environment)

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang

mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin

organisasi masyarakat, serta pengelola tempat-tempat umum, dan diharapkan

memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan

masyarakat.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama

antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan diarahkan dengan

menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan masyarakat dalam

pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas


10

kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan

pada pemberdayaan masyarakat.

4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri atas kelompok,

keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan

kelompok, keluarga, dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan

keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat memelihara

serta meningkatkan kualitas kesehatannya.

5. Mamperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action)

Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif, jika unsur-

unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama.

Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan

yang sudah berjalan di masyarakat, sehingga lebih dapat berkembang.

2.1.5 Strategi Promosi Kesehatan

Strategi menurut Notoatmodjo (2010) adalah cara bagaimana mencapai

atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil

guna. Berdasarkan rumusan WHO (1994) dan Kebijakan Nasional Promosi

Kesehatan, strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:

1. Advokasi

Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi

kebijakan publik, melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.


11

Dengan kata lain advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh

komitmen, yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi

yang akurat dan tepat (Notoatmodjo, 2010).

2. Bina Suasana (Social Suppport)

Menurut Effendi dan Makhfudli (2009), bina suasana yaitu penciptaan situasi

yang kondusif untuk memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku

hidup bersih dan sehat dapat tercipta dan berkembang jika lingkungan

mendukung hal ini. Dalam konteks ini lingkungan mencakup lingkungan fisik,

sosial budaya, ekonomi, dan politik.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan masyarakat menurut Notoatmodjo (2010) adalah strategi

promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung dengan

tujuan utama yang ingin dicapai adalah agar terwujudnya kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

masyarakat.

2.2 Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat

Pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi untuk peningkatan kualitas

sumber daya manusia, salah satu diantaranya pembangunan kesehatan gigi dan

mulut. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, diantaranya

pembangunan kesehatan gigi dan mulut dibutuhkan peran serta masyarakat sebagai

salah satu strategi penyelenggaraan pembangunan kesehatan (KEMENKES RI,

2012). Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM) merupakan suatu pendekatan

edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta


12

masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi dengan mengintegrasikan upaya

promotive, preventif pada upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang

berlandaskan pendekatan Primary Health Care seperti Posyandu, Polindes, Bina

Keluarga Balita (Dinkes, 2004).

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah

satu cara untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan, salah satu

diantaranya dengan pemberdayaan kader kesehatan (KEMENKES RI, 2012). Hal

ini diharapkan dapat membantu keterbatasan tenaga kesehatan sehingga tetap

memaksimalkan usaha untuk memperoleh derajat kesehatan semaksimal mungkin.

2.2.1 Konsep Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat

Wujud Upaya Kesehatan bersama masyarakat (UKBM) didalamnya termasuk

kesehatan gigi dan mulut yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar

musyawarah dalam rangka (KEMENKES RI, 2012) :

1. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat

2. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan masyarakat terhadap penyakit dan

masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut.

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri dalam

bidang kesehatan gigi dan mulut.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan.

5. Meningkatkan dukungan dan peran aktif berbagai pihak yang bertanggung

jawab terhadap kesehatan masyarakat.


13

2.2.2 Sasaran

Sasaran dari Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat terdiri dari (KEMENKES

RI, 2012) :

1. Kader kesehatan

2. Perawat gigi

3. Dokter gigi

4. Penanggung jawab program kesehatan gigi dan mulut.

2.2.3 Indikator Keberhasilan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat

1. Indikator Masukan (input) :

1) Ada atau tidak ada forum kesehatan gigi masyarakat

2) Ada atau tidak ada pengobatan gigi yang terintegrasi dalam

polindes/poskesdes.

3) Rasio kader kesehatan dibandingkan jumlah penduduk.

4) Rasio tenaga kesehatan dibandingkan jumlah penduduk.

5) Besaran dana kesehatan perkapita penduduk. 


2. Indikator Proses (procces) :

1) Frekuensi pertemuan forum kesehatan gigi masyarakat.

2) Frekuensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terintegrasi di

polindes/poskesdes.

3) Frekuensi kegiatan penyuluhan/ promosi kesehatan gigi dan mulut (PHBS

gigi dan mulut).

4) Presentase kader kesehatan gigi dan mulut dan tenaga sukarela yang aktif
14

dan berperan serta.

3. Indikator Keluaran (output) :

1) Ada atau tidak dana sehat yang berkelanjutan

2) Presentase pelayanan terintegrasi

3) Frekuensi kunjungan tenaga kesehatan ke Posyandu

4) Jumlah masyarakat wilayah Posyandu berkunjung ke Puskesmas

5) Jumlah masyarakat mengikuti penyuluhan.

2.3 Perilaku dan Pengetahuan

Tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor pengetahuan, sikap dan perilaku atau

tindakan dalam memelihara kesehatan gigi yang masih rendah. Perilaku pelihara

diri masyarakat terhadap kesehatan gigi dapat dilihat dari variabel menyikat gigi.

RISKESDAS 2007 menunjukkan bahwa perilaku penduduk umur 10 tahun

ke atas yang berkaitan dengan kebiasaan menggosok gigi, dan kapan waktu

menggosok gigi dilakukan. Sebagian besar penduduk umur 10 tahun ke atas

(91,1%) mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari. Untuk mendapatkan

hasil yang optimal, menggosok gigi yang benar adalah menggosok gigi setiap hari

pada waktu pagi hari sesudah sarapan dan malam sebelum tidur.

Didapatkan bahwa pada umumnya masyarakat (90,7%) menggosok gigi

setiap hari pada waktu mandi pagi dan atau sore. Proporsi masyarakat yang

menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur

malam hanya 28,7%. Keadaan ini menunjukkan perlu ditingkatkannya pengetahuan


15

masyarakat tentang seberapa penting memelihara kesehatan gigi dan mulut.

2.4 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

2.4.1 Metode Penyuluhan

Penyuluhan dapat diartikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk

mendorong terjadinya perubahan perilaku pada individu, kelompok, komunitas,

ataupun masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi. Sebagai sebuah ilmu, penyuluhan merupakan

organisasi yang tersusun dari bangunan pengetahuan dan pengembangan ilmu. Ilmu

penyuluhan mampu menjelaskan secara ilmiah transformasi perilaku manusia yang

dirancang dengan menerapkan pendekatan pendidikan orang dewasa, komunikasi,

dan sesuai dengan struktur sosial, ekonomi, budaya masyarakat, dan lingkungan

fisiknya (Amanah, 2007). Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan

berupa menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan kepada masyarakat sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tapi juga mau dan bisa melakukan

tindakan dan sikap sesuai dengan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Permenkes, 2017). Menurut Bastian dalam Herijulianti dkk (2002), penyuluhan

kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang membantu menghasilkan penghargaan

masyarakat akan kesehatan gigi dan memberikan pengertian akan cara-cara

bagaimana kesehatan gigi dan mulut.

Menurut pasal 38 UU RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yaitu

“penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat,


16

dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan.” Menurut Herijulianti, dkk (2000),

tujuan penyuluhan kesehatan gigi sendiri yaitu terjadi adanya perubahan perilaku

dari masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Capaian target penyuluhan kesehatan gigi dibagi menjadi

tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Hasil yang

diharapkan dari penyuluhan kesehatan gigi dalam jangka pendek ialah tercapainya

perubahan pengetahuan dari masyarakat. Dalam tujuan jangka menengah, hasil

yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan

yang akan mengubah perilaku masyarakat kearah perilaku sehat. Tujuan jangka

panjang adalah masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalm kehidupan

sehari-harinya.

Dalam suatu penyuluhan terdiri atas komponen-komponen yang merupakan

bagian penting terjadinya penyuluhan dan saling berinteraksi antar komponennya.

Komponen penyuluhan terbagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Penyuluh adalah pihak yang memberi infirmasi terhadap sasaran. Penyuluh

dapat terdiri dari seseorang, beberapa orang maupun lembaga. Komunikasi yang

baik dan tepat dibutuhkan dalam penyuluhan kesehatan sehingga perlunya

kompetensi edukasi tambahan agar seorang penyuluh kesehatan dapat bekerja

dan menggunakan strategi yang tepat untuk tujuan edukasi.

2. Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari pihak penyuluh. Penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut harus sesuai dengan tingkat kemampuan masing-

masing sasaran dan sesuai dengan kriteria sasaran yang dihendaki.


17

3. Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada

sasaran sesuai dengan pengetahuan yang jelas sumbernya baik berupa lisan

maupun tulisan.

4. Media adalah alat bantu pendidikan yang berguna untuk mempermudah sasaran

memahami pesan-pesan tentang kesehatan gigi dan mulut (Poernomo, 2007).

Penyuluhan merupakan proses pemberian pengaruh agar orang mampu

merubah sikap dan perilakunya, serta merencanakan dan melaksanakan tindakan-

tindakan tertentu yang konsisten sesuai dengan tujuan yang telah dintentukan.

Penyuluhan sebagai pendidikan non formal melalui berbagai media komunikasi

harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1. Persepsi, merupakan peningkatan daya tarik yang dimiliki oleh suatu hal

sehingga akan semakin diamati dan diperhatikan.

2. Kognisi, merupakan peran yang disampaikan melalui gambar, suara atau

kalimat yang mudah dimengerti

3. Afektif, yaitu pesan yang dapat mendorong sehingga sasaran berkeinginan

untuk meniru atau melakukan kegiatan tersebut

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan

gigi dan mulut adalah

1. Persiapan

Persiapan yang harus dilakukan yaitu persiapan alat bantu peraga, materi yang

akan disampaikan dan persiapan mental penyuluh yaitu kesiapan dalam

penyuluhan.
18

2. Sikap

Sikap pada saat memberikan penyuluhan, penyuluh sebaiknya berdiri agar

memiliki pandangan yang luas sehingga dapat menguasai seluruh peserta dan tidak

hanya membaca bahan yang akan disampaikan. Penyuluh bersikap sabar, tidak

emosial dan diselingi humor agar suasana yang terbentuk lebih rileks dan tidak

tegang.

3. Suara

Suara pada saat memberikan penyuluhan harus terdengar cukup keras dan jelas

sehingga sasaran dapat menangkap dan memahami pesan yang disampaikan.

4. Alat peraga

Alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan materi penyuluhan yang akan

disampaikan. Semakin banyak alat peraga maka sasaran diharapkan dapat semakin

mudah memahami materi.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sasaran mampu menyerap

materi yang diberikan. Penyuluh dapat melakukan evaluasi dengan mengadakan

tanya jawab langsung terhadap sasaran, pengisian kuesioner dan pemeriksaan

kebersihan gigi dan mulut.

2.4.2 Pendekatan Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua


19

metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan.

Secara garis besar ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :

1. Metode Didaktik (one way method)

Dalam metode didaktik, penyuluh harus aktif sedangkan pihak sasaran tidak

diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Contoh dari metode ini yaitu

metode ceramah yang mana materi disampaikan secara lisan kepada sasaran yang

berjumlah banyak.

2. Metode Sokratik (two way method)

Dalam metode sokratik, terjadi komunikasi dua arah antara penyuluh dengan

sasaran. Sasaran diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta

bekerja sama saling memberikan keterangan. Contoh dari metode ini yaitu

demonstrasi, yaitu penyuluh memberikan materi dengan memperlihatkan cara

melakukan suatu tindakan atau prosedur yang mana tujuan dari metode demonstrasi

ialah dapat meyakinkan sasaran bahwa mereka dapat melakukannya dan dapat

meningkatkan minat untuk belajar.

Menurut Effendy (2001), penyuluhan akan berhasil dipengaruhi oleh tiga

faktor. Faktor pertama yaitu faktor penyuluh, seperti kurang persiapan, menguasai

materi yang akan dijelaskan dan kurang jelas dalam menjelaskan materi. Kedua,

yaitu faktor sasaran, seperti tingkat pendidikan dan sosial ekonomi rendah, kondisi

lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

Lalu ketiga adalah faktor proses dalam penyuluhan seperti waktu dan tempat

penyuluhan tidak sesuai, alat peraga dan metode yang kurang tepat dan bahasa yang

dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran.


20

Dalam penyuluhan perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang biasa

dilakukan dalam pendidikan umum seperti pendekatan secara pribadi (individual

approach), pendekatan secara kelompok (group approach) dan pendekatan secara

massal (mass communication approach).

1. Pendekatan secara pribadi (individual approach)

Pada pendekatan secara pribadi, penyuluh berhubungan secara langsung

maupun tidak langsung dengans asarannya secara perorangan Dalam penyuluhan

kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang

telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Menurut

Kartasapoetra dalam Setiana (2005), metode ini sangat efektif digunakan dalam

penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan

bimbingan khusus dari penyuluh. Namun, jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang

ingin dicapai, pendekatan ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh

untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu serta akan lebih tepat

digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh. Adapun

bentuk dari pendekatan ini yaitu:

1) Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.

Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian

akan menerima perilaku tersebut.


21

2) Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima

perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi

itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka

perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Pendekatan secara kelompok (group approach)

Kelompok penyuluhn pada pendekatan secara kelompok berhubungan dengan

sasaran penyuluhan secara kelompok. Menurut Kartasapoetra dalam Setiana

(2005), pendekatan ini dinilai cukup efektif dikarenakan sasaran yang dibimbing

dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih

produktif berdasarkan kerja sama. Manfaat yang dapat diambil dalam pendekatan

kelompok di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar

pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang

bersangkutan yang mana pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi.

Pendekatan secara kelompok lebih menguntungkan karena memungkinkan

adanya umpan balik (feed back) dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan

bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma

paraanggotanya. Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil karena
22

efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.

Metode ini mencakup kelompok besar dan kecil diantaranya yaitu:

1) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.

Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang memiliki pendidikan tinggi maupun

rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah

adalah:

1) Persiapan

Keberhasilan ceramah akan terjadi apabila penceramah itu sendiri menguasai

materi apa yang akan diceramahkan. Oleh karena itu penceramah harus

mempersiapkan diri seperti mempelajari materi dengan sistematika yang baik

dan akan lebih baik jika disusun dalam diagram atau skema serta

mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

2) Pelaksanaan

Acuan keberhasilan pelaksanaan ceramah yaitu apabila penceramah dapat

menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran, penceramah dapat

menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan dan tidak boleh

bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara penceramah hendaknya cukup keras

dan jelas. Penceramah sebaiknya berdiri sehingga pandangan tertuju ke

seluruh peserta dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2. Seminar
23

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

2) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.

Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah

pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Pendekatan secara massal (mass communication approach).

Pendekatan secara massal dilakukan langsung dengan menyampaikan

informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.

Pendekatan ini tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

ekonomi, dan tingkat pendidikan yang disebabkan oleh sasaran yang bersifat umum

sehingga pesan kesehatan yang akan disampaikan harus disusun sedemikian rupa

agar dapat ditangkap oleh sasaran. Pada umumnya bentuk pendekatan massal

menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah

umum yang dilakukan pada acara-acara tertentu dimana pejabat kesehatan

berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

gigi dan mulut. Selain itu, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara

pasien dan petugas kesehatan, tulisan-tulisan dimajalah atau koran, bill board yang

dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster yang berkaitan dengan promosi

kesehatan massa.
24

2.4.3 Tahap Persiapan Penyuluhan

Puskesmas memiliki fungsi utama secara promotif dan preventif. Berdasarkan

data laporan tahun 2016 dari UPT Puskesmas Ciumbuleuit yang didapatkan

menunjukkan bahwa masyarakat yang datang ke puskesmas untuk perawatan

pencabutan gigi lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang datang untuk

perawatan penambalan gigi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa program

preventif tidak berjalan sesuai dengan yang seharusnya karena pada kenyataannya

masyarakat datang ke puskesmas terindikasi untuk mendapatkan program kuratif

dan rehabilitatif. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan

giginya secara rutin masih rendah sehingga fungsi utama puskesmas tidak berjalan

secara optimal.

Berdasarkan paparan diatas, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjadjaran bekerja sama dengan pihak tenaga kesehatan UPT Puskesmas

Ciumbuleuit dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut melakukan suatu

upaya promotif dan preventif berupa kegiatan penyuluhan yang dilakukan kepada

para kader RW di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit pada hari Jumat, 2

Februari 2018.

Berikut bagan proses tahapan persiapan penyuluhan yang akan dilakukan

kepada para kader RW di wilayah UPT Puskesmas Ciumbuleuit.


25

Menentukan Menentukan jumlah


Mengurus perizinan
penyuluh sasaran

Materi Mempersiapkan
Instruksi persiapan
tersampaikan dan materi dan alat
kepada sasaran
dimengerti sasaran peraga

Gambar 2. 1 Bagan Tahapan Persiapan Penyuluhan

Setiap mahasiswa akan memberikan penyuluhan dan mempresentasikan

materi-materi dan demonstrasi cara menyikat gigi kepada kader yaitu Putri Bella,

Ririn, Fitria, Kerk dan Ken. Setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di UPT

Puskesmas Ciumbuleuit dan mengurus perizinan ke Puskesmas, surat izin untuk

melakukan kegiatan penyuluhan pun didapatkan dan dilakukan penyebaran

undangan kepada para kader di wilayah kerja puskesmas. Lalu, sasaran dan jumlah

sasaran juga ditentukan. Jumlah kader-kader yang akan hadir ke penyuluhan

sebanyak 20-30 orang.

Sebelum dilakukan pemberian materi, para kader akan diberikan terlebih

dahulu soal pre-test untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Materi yang disediakan memiliki konten seperti cara sikat gigi yang benar dan

manfaatnya, urutan erupsi gigi geligi, pola makanan yang sehat, dan pola hidup

sehat. Alat peraga yang diperlukan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah power
26

point, model gigi untuk demonstrasi cara sikat gigi, dan leaflet untuk membantu

dalam penyampaian materi dengan lebih menarik dan menyentuh sasaran.

Setelah materi diberikan kepada para kader, kegiatan selanjutnya yaitu

dilakukan evaluasi berupa pemberian soal post-test untuk memastikan sasaran telah

memahami materi penyuluhan yang disampaikan agar bisa diteruskan kepada

masyarakat. Berikut tabel penyusunan rencana kegiatan penyuluhan yang akan

dilakukan.

Tabel 2. 1 Penyusunan Rencana Kegiatan Penyuluhan


No Rencana Kegiatan Keterangan
Penyuluhan
1 Tujuan Umum Meningkatnya pengetahuan kader posyandu
mengenai kesehatan gigi dan mulut di wilayah
kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit
2 Tujuan Khusus Meningkatkan pengetahuan kader Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Ciumbuleuit dari 50%
menjadi >70% pada bulan Februari 2018
3 Materi Cara menyikat gigi dengan benar dan
manfaatnya, urutan erupsi gigi geligi, pola hidup
sehat dan makanan sehat untuk kesehatan gigi
dan mulut
4 Metode
5 Alat bantu peraga Power point, leaflet, model gigi dan sikat gigi
6 Waktu 2 jam
7 Penilaian Soal pre-test dan post-test
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Proses perencanaan yang dilakukan setelah proses penentuan tujuan adalah

menentukan alternatif pemecahan masalah dengan menjabarkan pilihan-pilihan

intervensi yang potensial yang dapat dilakukan. Pilihan intervensi potensial

berdasarkan teori H.L.Blum menjadi acuan dalam menentukan alternatif

pemecahan masalah untuk mencapai tujuan UPT Puskesmas Ciumbuleuit dalam

mendorong dan membangkitkan kesadaran untuk meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut masyarakat melalui UKGM.

Gambar 3. 1 Pedoman Teori H.L. Blum

27
28

Berdasarkan teori H.L Blum terdapat 4 kelompok pilihan intervensi yaitu:

1. Intervensi pelayanan kesehatan

Melakukan kunjungan ke posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas

Ciumbuleuit untuk memberikan konsultasi dan/atau pemeriksaan gigi dan mulut

kepada balita, anak-anak, ibu hamil dan lansia.

2. Intervensi lingkungan

1) Pemasangan poster edukasi kesehatan gigi dan mulut di ruang tunggu UPT

Puskesmas Ciumbuleuit.

2) Pemutaran video edukasi kesehatan gigi dan mulut di ruang tunggu UPT

Puskesmas Ciumbuleuit.

3. Intervensi perilaku individu dan masyarakat

1) Melaksanakan usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi

dan mulut menggunakan media penyuluhan berupa power point, model gigi,

sikat gigi, dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan para kader

posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit.

2) Melaksanakan usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi

dan mulut menggunakan media penyuluhan secara langsung kepada

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang berada di

wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit seperti kepada ibu-ibu yang

memiliki anak SD dan guru SD.

4. Intervensi kependudukan : tidak ada


29

3.2 Prioritas Pemecahan Masalah

Kemampuan yang dimiliki organisasi selalu bersifat terbatas, maka dipilih

salah satu alternatif jalan keluar yang paling menjanjikan. Untuk mendapatkan

prioritas jalan keluar, Cara memilih prioritas jalan keluar yang dianjurkan yaitu

dengan menggunakan teknik matriks. Kriteria yang dimaksud adalah:

1. Efektivitas jalan keluar

Nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan angka

1 (paling tidak efektif) sampai dengan 5 (paling efektif). Kriteria tambahan yang

digunakan adalah:

1) Magnitude: besarnya masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar

masalah yang dapat diatasi, semakin tinggi masalah tersebut menjadi prioritas

jalan keluar.

2) Importancy: pentingnya jalan keluar, makin langgeng selesainya masalah,

makin penting jalan keluar masalah tersebut.

3) Vulnerability: sensitivitas jalan keluar, makin cepat masalah teratasi, makin

sensitif jalan keluar tersebut.

2. Efisiensi jalan keluar

Nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan 1 (paling

tidak efisien) sampai 5 (paling efisien), nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan

biaya (cost) yang diperlukan untuk menentukan jalan keluar. Makin besar biaya

yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut.


30

Tabel 3. 1 Skoring Alternatif Jalan Keluar


No Daftar Alternatif Jalan Keluar Efektivitas Efisiensi Jumlah
M I V C MxIxV/C
1 Melakukan kunjungan ke posyandu di 3 3 3 4 6.75
wilayah kerja UPT Puskesmas
Ciumbuleuit untuk memberikan
konsultasi dan/atau pemeriksaan gigi dan
mulut kepada balita, anak-anak, ibu hamil
dan lansia.
2 Pemasangan poster edukasi kesehatan 3 3 3 3 9
gigi dan mulut di ruang tunggu UPT
Puskesmas Ciumbuleuit.
3 Pemasangan video edukasi kesehatan gigi 3 3 3 2 13.5
dan mulut di ruang tunggu UPT
Puskesmas Ciumbuleuit.
4 Melaksanakan usaha promotif berupa 4 4 3 3 16
penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan
mulut menggunakan media penyuluhan
berupa power point, model gigi, sikat
gigi, dan leaflet, untuk meningkatkan
pengetahuan pelaksana kegiatan UKGM
di wilayah kerja UPT Puskesmas
Ciumbuleuit
5 Melaksanakan usaha promotif berupa 2 3 2 3 4
penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan
mulut menggunakan media penyuluhan
secara langsung kepada masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat
yang berada di wilayah kerja UPT
Puskesmas Ciumbuleuit seperti kepada
ibu-ibu yang memiliki anak SD dan guru
SD.

Setelah menentukan prioritas pemecahan masalah menggunakan teknik

matriks, prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah melaksanakan

usaha promotif berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut

menggunakan media penyuluhan berupa power point, model gigi, sikat gigi, dan

leaflet, untuk meningkatkan pengetahuan pelaksana kegiatan UKGM di wilayah

kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit.


31

3.3 Hambatan dan Kelemahan Program

Hambatan dan kelemahan program yang dilaksanakan mungkin akan terjadi

pada saat pelaksanaan program. Hal ini perlu dikaji untuk mencegah atau

mewaspadai timbulnya hambatan. Jenis hambatan dan kelemahan program

dikategorikan ke dalam dua hal

1. Yang bersumber pada kemampuan organisasi

1) Kelemahan organisasi seperti terbatasnya pengetahuan dan kurangnya

kerjasama dari para pelaksana program yang akan dilaksanakan

2) Terbatasnya peralatan dan dana yang ada

3) Laporan kegiatan yang kurang akurat

2. Yang terjadi pada lingkungan (menggunakan analisis SWOT)

Pemecahan masalah yang dipilih mempertimbangkan situasi dan kondisi di

UPT Puskesmas Ciumbuleuit, melalui analisis SWOT.

1) Strength

Pemberi materi penyuluhan terdiri dari lima mahasiswa kedokteran gigi dengan

peserta yang terdiri dari beberapa kader posyandu sehingga materi yang

disampaikan dapat diteruskan ke masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas

Ciumbuleuit.

2) Weakness

Partisipasi tidak menyeluruh dari para kader karena setiap kader memiliki

kesibukan yang berbeda-beda, sehingga tidak semua peserta dapat hadir.


32

3) Opportunity

Mampu mengatasi keterbatasan sumber daya manusia dari UPT Puskesmas

Ciumbuleuit yang menyebabkan penyebaran pengetahuan kesehatan gigi dan

mulut rendah karena dapat terwakilkan oleh kader setempat.

4) Threat

Masyarakat kurang antusias dalam menerima informasi yang disampaikan oleh

kader Posyandu.

3.4 Rencana Kerja Operasional

1. Alasan Utama Disusun RKO (Why)

Masalah kesehatan gigi dan mulut utama yang terjadi di UPT Puskesmas

Ciumbuleuit adalah program promosi kesehatan belum terlaksana dengan baik

karena kurangnya tenaga kesehatan gigi di Puskesmas dalam memberikan

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Kader posyandu sebagai pelaksana UKGM

diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan gigi di UPT Puskesmas Ciumbuleuit

dalam proses promosi kesehatan gigi dan mulut.

2. Tujuan (What)

Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader Posyandu di

wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit dari 50% menjadi lebih besar dari 70%,

sehingga pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diberikan secara meluas

kepada masyarakat.
33

3. Kegiatan Program (How)

1) Penentuan lokasi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan di Aula UPT

Puskesmas Ciumbuleuit

2) Penentuan materi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk kader, dimana

materi dibuat semenarik mungkin dan dengan bahasa yang sederhana sehingga

mudah dimengerti oleh kader dan masyarakat lainnya. Materi yang disampaikan

antara lain:

(1) Pengetahuan tentang rongga mulut

(2) Pengetahuan tentang gigi

(3) Periode pertumbuhan gigi

(4) Cara menjaga kebersihan gigi dan mulut

(5) Kelainan dan penyakit gigi dan mulut

(6) Mengenal kebiasaan buruk

(7) Penyakit tubuh akibat kerusakan gigi

(8) Kelompok rawan terhadap penyakit gigi dan mulut

(9) Pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut

3) Menentukan media penyuluhan berupa power point, model gigi, dan leaflet

4) Membagikan surat undangan untuk para kader

5) Kader diberikan pre-test mengenai kesehatan gigi dan mulut

6) Memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kader dengan power

point

7) Kader diberikan post-test setelah penyuluhan selesai dilakukan.


34

Teknis detail pelaksanaan acara :

No Waktu Kegiatan Keterangan


1. 07.00-07.15 Kumpul dan briefing panitia Logistik tersedia
2. 07.15-08.00 Setting ruangan Logistik tersedia
3. 08.00-08.30 Penerimaan peserta penyuluhan Absen, snack, modul,
leaflet
4. 08.30-08.32 Pembukaan dan doa Fitria
5. 08.32-08.37 Sambutan oleh Kepala Puskesmas dr. Danny
6. 08.37-08.42 Sambutan oleh Dokter Gigi Puskesmas drg. Hendriek
7. 08.42-08.55 Pengisian soal pre-test oleh peserta Kertas soal, pulpen
tersedia
8. 08.55-10.00 Pemberian materi oleh panitia PPT, model+sikat,
proyektor
9. 10.00-10.10 Sesi tanya jawab
10. 10.10-10.25 Pengisian soal post-test oleh peserta Kertas soal, pulpen
tersedia
11. 10.25-10.30 Penutupan dan doa Fitria

4. Pelaksana dan Sasaran (Who)

1) Pelaksana Kegiatan : Dokter Gigi Muda dari FKG UNPAD sebanyak lima

orang.

2) Sasaran Kegiatan : Kader Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas

Ciumbuleuit
35

5. Sumber Daya Pendukung (What Kind of Support)

1) Peralatan yang Dibutuhkan

No. Jenis Barang Jumlah Ketersediaan


1. Proyektor 1 Tidak ada
2. Model Gigi dan Sikat Gigi 2 Ada
3. Kursi Panjang 6 Ada
4. Laptop 2 Ada
5. Terminal 1 Ada
6. Kamera 1 Ada
7. Pulpen 30 Tidak Ada

2) Alokasi Dana

No. Kebutuhan Biaya Jumlah Barang Total


1. Snack Rp 5.000 30 buah Rp 150.000
2. Print Leaflet Rp 1.500 30 buah Rp 45.000
3. Fotocopy Modul Rp 1.000 30 buah Rp 30.000
4. Sewa Proyektor Rp 25.000 4 jam Rp 100.000
5. Beli pulpen Rp 1.500 15 buah Rp 12.500
6. Fotocopy Soal Pre-Test dan Rp 400 30 buah Rp 12.000
Post-Test
Total Keseluruhan Rp 349.500

6. Tempat (Where)

Tempat pelaksanaan penyuluhan yaitu Aula UPT Puskesmas Ciumbuleuit.

7. Waktu Pelaksanaan (When)

Penyuluhan dilakukan pada hari Jumat, 02 Februari 2018 pukul 08.30-10.30.


36

8. Rencana Evaluasi

Rencana evaluasi keberhasilan penyuluhan, yaitu dengan membandingkan

hasil pengisian soal pre-test dan post-test oleh kader posyandu yang hadir.

3.5 Pelaksanaan

Penyuluhan kepada kader Posyandu dilakukan di Aula UPT Puskesmas

Ciumbuleuit pada hari Jumat, 2 Februari 2018 pukul 08.30-10.30. Media

penyuluhan pada kegiatan ini terdiri dari power point, model gigi dan leaflet. Kader

diberikan soal pre-test sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.

Setelah proses penyampaian materi dan sesi tanya jawab selesai, kader diberikan

soal post-test untuk mengetahui bagaimana pengetahuan kader setelah

dilakukannya penyuluhan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran gigi Universitas

Padjajaran.

3.6 Kontrol dan Evaluasi

Evaluasi kegiatan ini terdiri dari evaluasi input, proses dan output. Evaluasi

input terdiri dari sumber daya yang terkait dengan kegiatan ini yang terdiri dari

pemateri yang berjumlah 5 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Padjajaran serta alat dan bahan untuk mendukung kegiatan yang terdiri dari

proyektor, model gigi, leaflet, dan modul untuk para kader Posyandu.

Evaluasi proses untuk kegiatan ini adalah kegiatan berjalan sesuai dengan

rencana meskipun kegiatan mulai terlambat 30 menit dari jadwal yang telah

direncanakan, tetapi berakhir dengan tepat waktu. Selama kegiatan, para kader
37

sangat antusias terhadap materi yang disampaikan, sehingga banyak terjadi diskusi

antara pemateri dengan para kader dengan suasana yang menyenangkan.

Evaluasi output diantaranya yaitu tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

kader Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit dari 50% menjadi

lebih besar dari 70% pada bulan Februari 2018 telah tercapai. Evaluasi lain untuk

kegiatan ini adalah jumlah perwakilan kader yang datang lebih dari 1 orang dari

setiap RW dimana hal ini tidak sesuai dengan jumlah kader yang telah ditetapkan

yaitu 1 orang setiap RW dan terdapat 1 perwakilan RW yang tidak hadir.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan analisis situasi maupun program di wilayah UPT Puskesmas

Ciumbuleuit, telah diperoleh beberapa masalah. Prioritas masalah yang ditemukan

selama di Puskesmas Ciumbuleuit adalah program promosi kesehatan belum

terlaksana dengan baik. Hal ini salah satunya dapat disebabkan karena keterbatasan

tenaga kesehatan gigi dan mulut, sehingga cakupan pembinaan Upaya Kesehatan

Gigi Masyarakat (UKGM) belum maksimal yang berakibat pada kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Terdapat beberapa pemecahan masalah yang dipilih untuk masalah tersebut.

Prioritas pemecahan masalah yang dlakukan yaitu melaksanakan usaha promotif

berupa penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut menggunakan media

penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pelaksana kegiatan UKGM melalui

kader Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Ciumbuleuit.

Kegiatan UKGM yang dilakukan diawali dengan memberikan soal pre-test

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan kader, lalu soal post-test setelah

penyuluhan mengenai pengetahuan dasar kesehatan gigi dan mulut, penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut serta cara menjaga kesehatan gigi

dan mulut kepada kader Posyandu kelurahan Ciumbuleuit dan Hegarmanah di Aula

UPT Puskesmas Ciumbuleuit. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan

38
39

pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi

dan mulut.

Tidak ada hambatan yang terlalu signifikan dalam pelaksanaan kegiatan

penyuluhan ini. Salah satu hambatan saat program ini berlangsung adalah jumlah

perwakilan kader yang datang lebih dari 1 orang dari setiap RW, dimana hal ini

tidak sesuai dengan jumlah kader yang telah ditetapkan yaitu 1 orang setiap RW

dan terdapat 1 perwakilan RW yang tidak hadir. Meskipun demikian, tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan kader Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas

Ciumbuleuit dari 50% menjadi >70% pada bulan Februari 2018 telah tercapai.

4.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan program, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Penyebaran informasi oleh para kader posyandu yang telah mengikuti penyuluhan

kepada masyarakat di lingkungan posyandu.

2. Penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut diadakan kepada seluruh anggota

kader posyandu tidak hanya kepada perwakilan setiap RW saja.

3. Penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut diadakan secara rutin.

4. Penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut diadakan dengan berbagai tema

yang spesifik.

5. Penambahan tenaga kesehatan gigi di Puskesmas untuk menjalankan kegiatan

promotif dan preventif kesehatan gigi, sehingga UKGM dan UKGS dapat

berjalan lebih optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Amanah S. 2007. Makna Penyuluhan dan Transformasi Perilaku Manusia. Jurnal


Penyuluhan IPB. Vol 3 No.1.
Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:
Salemba Medica.
Effendy OU. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Herijulianti E, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pelatihan Kader Kesehatan Gigi dan Mulut di
Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2012.
Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Poernomo SD. 2007. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan
Teknologi Kedokteran Gigi. FKG UPDM Vol 4.
Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Undang-Undang Tentang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Pasal 38 (Jakarta: Presiden
Republik Indonesia)
Departemen Kesehatan R1. 2004. Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
(UKGM). Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Undangan Penyuluhan Kader Posyandu

41
42

Lampiran 2. Leaflet Penyuluhan Kader Posyandu


43

Lampiran 3. Soal Evaluasi Penyuluhan Kader Posyandu


44

Lampiran 4. Kondisi Poli Gigi di Puskesmas Ciumbuleuit


45

Lampiran 5. Foto Kegiatan selama di Puskesmas Ciumbuleuit

Kegiatan Posyandu

Kegiatan UKGS
46

Penyuluhan kepada Pasien Puskesmas Ciumbuleuit


47

Pelaksanaan Program Penyuluhan kepada Kader Posyandu

Anda mungkin juga menyukai