Anda di halaman 1dari 42

KISTA PERIODONTAL LATERAL: ETIOLOGI, GAMBARAN KLINIS

DAN DIAGNOSIS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas di Departemen Radiologi FKG UNPAD

disusun oleh:

Putri Bella Kharisma (160112160509)

Catherine Gitta Mokianto (160112170042)

Dosen Pembina:
drg. Farina Pramanik, MM., Sp. RKG

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kista Periodontal Lateral: Etiologi, Gambaran

Klinis dan Diagnosis” sebagai salah satu tugas di Departemen Radiologi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

Dalam pelaksanaannya penulis mendapatan banyak bantuan, bimbingan,

arahan, serta dukungan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Nina Djustiana, drg., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran.

2. drg. Farina Pramanik, MM., Sp. RKG selaku pembimbing utama journal reading

kami.

3. Seluruh teman-teman kami yang membantu dalam menyelesaikan tugas journal

reading.

Bandung, 2018

Penuli

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kista merupakan ruangan yang diisi dengan cairan, dibatasi dengan epitel dan

dikelilingi dinding jaringan ikat (White and Pharoah, 2004). Kista lebih sering terjadi

pada rahang dibandingkan tulang yang lain karena kebanyakan kista berasal dari epitel

odontogenik yang tersisa setelah pembentukan gigi (White and Pharoah, 2004).

Kista merupakan lesi radiolusen dengan gejala klinis terdapat pembengkakan,

tidak sakit dan terdapat di banyak lokasi di maksila dan mandibula, tetapi jarang pada

kondilus dan prosessus koronoid (White and Pharoah, 2004). Kista Periodontal Lateral

merupakan kista yang berkembang dari cell rest of dental lamina atau sisa reduced

enamel epithelium pada permukaan lateral akar gigi (Whaites, 2007).

Kista periodontal Lateral merupakan kista dengan frekuensi yang jarang tetapi

sangat dapat dikenali sebagai tipe kista odontogenik developmental dan lebih umum

terjadi pada orang dewasa (Saygun, et al., 2001). Kista ini biasanya terletak di

permukaan lateral akar gigi yang masih vital pada regio gigi kaninus dan premolar

mandibula atau insisif lateral maksila (Whaites, 2007).

Beberapa literatur melaporkan bahwa tidak ada predileksi jenis kelamin

terhadap terjadinya kista periodontal lateral, tetapi beberapa studi juga melaporkan

3
4

bahwa kista periodontal lateral lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan (Saygun, et al., 2001).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kista periodontal lateral merupakan kista yang muncul dari epitel jaringan

periodontal lateral pada akar gigi. Kondisi ini bersifat unicystic, tetapi dapat muncul

sebagai gambaran beberapa gabungan kista kecil, dimana pada kondisi ini disebut

sebagai kista botyroid odontogenik (Whaites, 2007).

Kista periodontal lateral merupakan kista non inflamasi pada permukaan lateral

akar gigi yang vital (Meseli, et al., 2014). Lokasi yang dilaporkan paling banyak

terdapat kista periodontal lateral yaitu area gigi premolar mandibula diikuti regio gigi

anterior maksila (Saygun, et al., 2001).

2.2 Karakteristik

2.2.1 Gejala klinis

Kista periodontal lateral biasanya bersifat asimptomatik dengan diameter kurang

dari 1 cm (Whaites, 2007). Kista periodontal lateral merupakan lesi non inflamasi yang

kurang umum pada rongga mulut, merupakan kista intraosseous yang berhubungan

dengan akar gigi yang vital dengan tidak ada tanda atau gejala secara klinis. Kadang-

kadang pembengkakan pada gingiva atau mukosa alveolar dapat terlihat (Meseli, et al.,

2014).

5
6

Gambar 2.1 Gambaran Klinis Kista Periodontal Lateral (Meseli, et al., 2014)

2.2.2 Predileksi

Kista periodontal lateral merupakan kista yang kurang umum terjadi dengan

persentase 0,7%-1% dari seluruh kista yang ditemukan pada rahang. Insidensi

terjadinya kista periodontal lateral lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan (Santos, et al., 2011). Kista periodontal lateral lebih banyak terjadi pada

usia 20-90 tahun (usia rata-rata 50 tahun) (Whaites, 2007). 50-75% kista ini

berkembang di mandibula, terutama pada regio gigi insisif lateral sampai gigi premolar

kedua (Whaites, 2007).

2.2.3 Etiopatogenesis

Patogenesis kista periodontal lateral belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa hal yang diduga menyebabkan pembentukan dan perkembangan kista

periodontal lateral, yaitu (Saygun, et al., 2001).:

1. Reduced enamel epitelium pada gigi yang erupsi; terdapat kemiripan pada

morfologi tepi kista dan reduced enamel epithelium

2. Rest of dental lamina


7

3. Rest of Malassez. Struktur ini secara karakteristik muncul pada ligament

periodontal.

Pembentukan kista periodontal lateral pada umumnya sama dengan kista

odontogenik lainnya, terdiri dari tahap inisiasi kista dan tahap ekspansi atau

pembesaran kista. Berbeda dengan kista odontogenik inflamatori yang menggunakan

infeksi sebagai stimulus untuk menginisasi pembentukannya, kista periodontal lateral

merupakan kista non-inflamatori atau developmental yang hingga saat ini, masih belum

diketahui apa stimulus yang dapat menginisiasi pembentukan kista ini (Malik N.A.,

2012).

Asal mula kista periodontal lateral masih belum pasti, namun pada awalnya telah

disampaikan tiga teori mengenai asal kista ini, yaitu dari reduced enamel epithelium

atau epithelial cell of Malassez dalam ligamen periodontal atau rest of dental lamina

(Saygun, et al., 2001).

Namun penelitian histologis lebih lanjut menemukan bahwa asal mula kista

periodontal lateral ini berhubungan dengan rest of dental lamina, tepatnya yang sedang

dalam keadaan post-fungsional, akibat adanya suatu stimulus yang tidak diketahui,

mengalami proliferasi dan selanjutnya mengalami degenerasi cystic (Rajendran and

Sivapathasundharam, 2012). Hal ini didukung kenyataan bahwa kista ini seringkali

ditemukan di bagian fasial atau bukal dari tulang alveolar, dimana di daerah ini juga

telah terbukti terdapat konsentrasi rest of dental lamina yang lebih tinggi daripada

konsentrasi rest of Malassez (Kerezoudis, et al., 2000).

Beberapa penulis juga mengusulkan bahwa LPC muncul dari kista dentigerous

yang berkembang di permukaan lateral mahkota gigi dan kemudian setelah gigi yang
8

bersangkutan erupsi, kista ini tertinggal dan menempati posisi di permukaan lateral akar

gigi. Teori ini didukung beberapa hipotesis bahwa kista ini cenderung terjadi di area

dimana kista dentigerous sering ditemukan yaitu pada gigi yang impaksi vertikal

(premolar rahang bawah) dan juga pada kista dentigerous dan kista periodontal lateral

telah ditemukan plak epitel yang serupa (Kerezoudis, et al., 2000).

Setelah proses pembentukan kista terinisiasi, kista terus berkembang dan

membesar (hal ini sama untuk semua jenis kista meskipun asalnya dapat berbeda-beda).

Mekanisme pembesaran lesi kista meliputi bertambahnya volume isi, bertambah

luasnya daerah kantung atau proliferasi epitel, resorbsi tulang sekitarnya, dan terkadang

disertai perpindahan jaringan lunak sekitarnya (Malik N.A., 2012).

Gambar 2.2 Pembentukan Kista (https://www.slideshare.net/babai1993/introduction-to-cyst)

Gambar 2.3 Ilustrasi pathogenesis kista periodontal lateral. Kiri: awalnya, folikel di dalam tulang meluas
secara asimetris pada mahkota. Selama proses erupsi gigi, beberapa bagian folikel tertinggal di
dalam tulang. Folikel yang tersisa ini mewakili sisi ekspansi folikuler eksentrik. Di sisi lain,
9

terdapat folikel yang terserap di daerah arah erupsi gigi. Akhirnya, sisa-sisa epitel yang
terkapsulasi terletak intraosseous di samping akar gigi yang sepenuhnya erupsi (Friedrich, et al.,
2014)

2.2.4 Gambaran Histopatologis

Secara histologis, kista periodontal lateral terdiri dari ruangan kista dengan epitel

squamousa non keratin dengan ketebalan 1-5 sel dan secara umum tidak terdapat sel

inflamasi (Meseli, et al., 2014). Kista periodontal lateral menunjukkan 2 karakteristik

histologi yaitu (Mendes and Waal, 2005):

1. Terdapat penebalan epitel atau "plak" yang menurut Shear dan Pindborg

merupakan odontogenik rekapitulasi oleh epitel odontogenik dibawah kondisi

patologis

2. Terdapat sel yang kaya akan glikogen pada "plak" atau pada lapisan superficial

epitel.

Gambar 2.4 Gambaran Histologi Kista Periodontal Lateral menunjukkan plak epitel (Mendes and Waal,
2005)
10

2.2.5 Gambaran Radiografi

Kista periodontal lateral pada gambaran radiografi terlihat sebagai gambaran

radiolusen jelas dan tegas dengan batas kortikal dan berbentuk bulat atau oval.

(Whaites, 2007). Kista juga dapat muncul dengan gambaran teardrop-shaped

(umumnya dengan diameter tidak melebihi 1 cm) dengan tepi radiopak, berada lateral

dengan akar gigi yang vital (Carvalho, et al., 2010). Meskipun tidak umum, resorpsi

akar pada gigi sebelahnya dapat terjadi, serta hilangnya lamina dura dan ligamen

periodontal juga dapat ditemukan (Mendes and Waal, 2005).

Gambar 2.5 Gambaran Radiografi Kista Periodontal Lateral di Regio Gigi Premolar Mandibula A. batas
kortikal jelas B. batas kortikal tidak terlalu jelas (White and Pharoah, 2004)

Gambar 2.6 Gambaran Radiografi Kista Periodontal Lateral di Regio Gigi Premolar Mandibula meskipun
sudah direstorasi, masih vital dan tidak ada gejala (Whaites, 2007)
11

2.2.5 Pemilihan Teknik Radiografi

Setelah dilakukan pemeriksaan klinis pada rongga mulut pasien, pemeriksaan

penunjang terkadang diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Salah satu

pemeriksaan penunjang yang sering dijalani untuk mendiagnosis lesi di rongga mulut

yaitu pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiografi dibagi menjadi 2, intraoral

dimana posisi film ada di dalam mulut pasien dan ekstraoral dengan posisi film di luat

mulut pasien.

Untuk menegakkan diagnosis kista di dalam rongga mulut, terutama kista

periodontal lateral, berikut beberapa teknik radiografi yang dapat digunakan sesuai

indikasinya masing-masing.

1. Radiografi Panoramik

Teknik ini dapat digunakan secara umum untuk mengevaluasi area tengkorak dan

rahang; melihat pertumbuhan dan perkembangannya; mengevaluasi gigi impaksi;

mendeteksi penyakit, lesi, dan kelainan lainnya pada rahang; memeriksa lesi besar yang

meluas; mengevaluasi trauma; dan mengevaluasi daerah sendi temporomandibular

(Goaz and White, 2006).

2. Radiografi Periapikal

Teknik ini dapat digunakan untuk melihat adanya infeksi atau inflamasi pada

daerah apikal; melihat suspek kelainan pada bagian periodontal; melihat kondisi gigi

serta tulang alveolar setelah trauma; melihat malposisi pada gigi yang belum erupsi;

melihat morfologi akar gigi sebelum diekstraksi; keperluan perawatan endodontik;

pemeriksaan preoperatif dan postoperatif pada bedah apikal; dan evaluasi secara

mendetil pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar (Goaz and White,

2006).
12

3. Radiografi Oklusal

Teknik ini dapat digunakan untuk melihat gambaran daerah yang luas dari rahang,

tepatnya daerah periapikal semua gigi dan permukaan proksimal semua gigi posterior

(Whaites, 2007); melihat akar yang persistensi, gigi supernumerer, gigi impaksi, batu

saliva, celah palatum, fraktur rahang maksilaris dan madibularis, osteomyelitis; melihat

suspek keganasan pada palatum; melihat batas tengah, depan, dan pinggir dari sinus

maksilaris; melihat sisi medial dan lateral dari bagian yang terkena kista (Margono,

1998); mendeteksi benda asing yang ada atau mengekspansi ke dalam tulang rahang;

serta melihat benda-benda asing yang tidak terlihat pada periapikal standar (Anonim,

2009). Teknik radiografi ini juga dapat digunakan untuk pasien yang trismus sehingga

sulit membuka mulut jika menggunakan teknik periapikal standar (Margono, 1998).

2.2.6 Diagnosis Banding


1. Kista Radikular

1.1 Definisi

Kista radikuler atau yang dikenal juga dengan kista periapikal atau radicular cyst

merupakan kista yang terbentuk ketika sel-sel Malassez di ligamen periodontal

terstimulasi untuk berproliferasi dan mengalami degenerasi cystic akibat inflamasi dari

gigi yang nonvital (Whaites, 2007).

1.2 Gambaran Klinis

Kista radikuler merupakan jenis kista pada rahang yang paling sering ditemukan.

Kista jenis ini berawal dari gigi yang sudah nonvital karena berbagai alasan seperti

karena karies yang luas, restorasi yang besar, atau karena trauma. Kista radikuler jarang

menimbulkan gejala kecuali jika terjadi infeksi sekunder (Whaites, 2007).


13

Kista yang telah membesar dapat menyebabkan pembengkakan yang jika

dipalpasi akan terasa keras seperti tulang jika korteksnya masih utuh, berkrepitasi jika

tulang korteksnya sudah menipis, dan fluktuan jika korteksnya telah hilang.Insidensi

kista radikuler ini lebih besar ditemukan pada usia dekade ketiga hingga keenam,

dengan predominansi lebih banyak pada laki-laki (Whaites, 2007).

1.3 Gambaran Radiografi

Pada umumnya, pusat dari suatu kista radikuler terletak di sekitar apeks gigi yang

nonvital namun terkadang juga dapat ditemukan di permukaan mesial atau distal dari

akar gigi, di bukaan kanalis aksesoris, atau yang paling jarang pada poket periodontal

yang dalam. Kebanyakan kista radikuler (sebanyak 60%) ditemukan pada rahang atas,

tepatnya di sekitar gigi insisif dan kaninus. Kista yang berasal dari gigi insisif lateral

rahang atas mungkin dapat menginvaginasi ke dalam antrum dikarenakan akar yang

cenderung memiliki inklinasi ke distal. Kista radikuler yang terbentuk dari gigi molar

sulung yang nonvital dapat ditemukan di permukaan bukal gigi premolar yang tumbuh

menggantikannya (Whaites, 2007).

Kista jenis ini biasanya memiliki batas kortikal yang jelas dan tegas meskipun jika

terjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi dari tulang sekitarnya mungkin menyebabkan

hilangnya korteks atau batas yang semula kortikal ini menjadi batasan sklerotik. Kista

radikuler biasanya berbentuk sirkuler kecuali jika ada struktur di sekeliling yang dapat

mempengaruhinya (Whaites, 2007).

Pada umumnya, struktur internal dari kista radikuler merupakan gambaran

radiolusen. Terkadang pada kista yang telah lama dibiarkan dapat terjadi kalsifikasi
14

distrofik yang terlihat sebagai gambaran partikel radioopak kecil yang tersebar secara

jarang (Whaites, 2007)..

Kista radikuler yang besar dapat menyebabkan perpindahan atau resorbsi pada

akar gigi sebelahnya atau pada gigi yang nonvital itu sendiri meskipun jarang. Kista

juga dapat masuk ke dalam antrum meskipun masih akan terdapat batasan yang jelas

antara isi kista dengan struktur internal dalam antrum. Kista juga dapat menyebabkan

adanya tonjolan berbentuk sirkuler pada plat kortikal di maksila dan mandibula. Kista

ini juga dapat menyebabkan berpindahnya kanalis nervus alveolaris di mandibula ke

arah inferior (Whaites, 2007).

Gambar 2.7. A. Kista radikular pada gigi non vital B. Kista radikular pada gigi dengan pengisian
saluran akar C. Kista radikular unilokular pada gigi non vital (Whaites, 2007)

2. Ameloblastoma

2.1 Definisi

Ameloblastoma, neoplasma yang berasal dari epitelium odontogenik, merupakan

tumor yang persisten dan invasif secara lokal; agresif namun sifatnya jinak. Kejadian

ameloblastoma tercatat sebesar 1% dari semua tumor epitelial odontogenik oral dan
15

11% dari semua tumor odontogenik. Ameloblastoma merupakan neoplasma agresif

yang terbentuk dari sisa-sisa dental lamina dan epitelium odontogenik. Ada tiga tipe

ameloblastoma, tipe multisistik, unisistik, dan desmoplastic (Whaites, 2007).

2.2 Gambaran Klinis

Ameloblastoma tumbuh secara perlahan, dan jika ada, gejala akan muncul di

tahap awal. Tumor ini seringkali ditemukan saat pasien merasa wajahnya perlahan

berubah menjadi asimetri dan datang untuk pemeriksaan gigi dan mulut rutin. Pada

kasus ameloblastoma pada rahang atas yang tidak terawat, 95% keluhan utama pasien

yaitu pembengkakan di pipi, gusi, atau palatum keras. Mukosa yang meliputi massa

tumor ini tampak normal, namun gigi pada regio yang terlibat bisa menjadi goyang atau

berpindah tempat. Pada awalnya, pasien dengan ameloblastoma tidak akan merasakan

nyeri, parestesis, fistula, ulser, atau gigi goyang namun seiring perkembangannya,

tumor ini dapat meluas ke tulang dan terkadang merusak plat kortikal sekitar hingga

menginvasi jaringan lunak di sekitarnya. Jika ameloblastoma dibiarkan tidak terawat,

tumor ini dapat berkembang menjadi semakin besar, dan jika di rahang atas, dapat

meluas ke struktur lain seperti sinus paranasal, orbital, nasofaring, bahkan sampai

mencapai basis kranial. Angka rekurensi lebih tinggi ditemukan pada pasien yang lebih

tua dan pada lesi multilokuler (Whaites, 2007)..

2.3 Gambaran Radiografi

Kebanyakan ameloblastoma (80%) berkembang di daerah ramus mandibula,

namun dapat meluas hingga ke daerah simfisis. Pada rahang atas, lesi ini kebanyakan

terjadi di daerah molar ketiga dan meluas ke sinus maksilaris dan dasar nasal. Lokasi

asal tumor ini biasanya di oklusal dari gigi yang sedang erupsi (Whaites, 2007)..
16

Ameloblastoma biasanya berbatas jelas dan seringkali dikelilingi batas kortikal.

Batasnya umumnya berliku-liku, dan pada lesi yang kecil, batas dan bentuk lesi

seringkali menyerupai kista sehingga sulit dibedakan. Lesi di rahang atas biasanya lebih

tidak jelas (Whaites, 2007)..

Struktur internal ameloblastoma bervariasi, mulai dari seluruhnya radiolusen

hingga bercampur dengan adanya septa tulang sehingga membentuk kompartemen

internal. Septa ini dapat berbentuk lurus atau berliku dan berasal dari tulang normal

yang terperangkap dalam tumor. Karena tumor ini seringkali memiliki komponen sistik

internal, septa-septa ini seringkali berubah bentuk menjadi berliku-liku sehingga

tampak seperti pola sarang lebah / honeycomb (kompartemen kecil atau lokul yang

banyak) atau pola gelembung sabun / soap bubble (kompartemen lebih besar dengan

ukuran beragam). Pada umumnya, lokul di mandibula posterior lebih besar daripada di

mandibula anterior. Pada tipe desmoplastik, dalam struktur internal dapat ditemukan

tulang sklerotik yang tidak beraturan menyerupasi bone dysplasia (Whaites, 2007)..

Gambar 2.8 Lesi Radiolusen Unilokular Ameloblastoma (Neville, et al., 2016)


17

Gambar 2.9 Ameloblastoma yang berkembang selama 4 tahun (Rajendran and Sivapathasundharam,
2012)

3. Keratocystic Odontogenic Tumor (KOT)

3.1 Definisi

KOT atau yang dikenal juga dengan istilah OKC (odontogenic keratocyst) atau

kista primordial sekarang ini oleh WHO telah diklasifikasikan menjadi tumor

odontogenik unicystic atau multicystic karena epiteliumnya memiliki karakteristik

seperti tumor. Epitelium pada KOT memiliki kemampuan berkembang dengan

sendirinya seperti yang dimiliki tumor jinak pada umumnya, berbeda dengan kista yang

perkembangannya disebabkan karena adanya tekanan osmotik. Gambaran radiografi

KOT tampak berbeda daripada kista pada umumnya karena mekanisme

perkembangannya yang berbeda dan juga lapisan epitel yang yang dimilikinya

terkeratinisasi dan tipis. Terkadang, epitel dari lapisan basal dapat berproliferasi ke

dinding jaringan ikat sekitarnya sehingga membentuk mikrokista di sekelilingnya

seperti satelit. Kista ini biasanya berisi material kental yang berasal dari lapisan epitel

(Whaites, 2007).
18

3.2 Gambaran Klinis

KOT menempati 10% dari seluruh lesi kista yang ditemukan pada rahang. Kista

ini ditemukan pada berbagai kelompok umur, namun paling banyak ditemukan pada

usia dekade kedua dan ketiga, dan lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Kista ini

terkadang terbentuk di sekitar gigi yang tidak erupsi. KOT pada umumnya tidak

menimbulkan gejala apapun kecuali pembengkakan ringan namun akan terasa nyeri

jika ada infeksi sekunder. Jika diaspirasi, akan didapatkan material yang kuning, pekat,

dan kental (Whaites, 2007).

3.3 Gambaran Radiografi

KOT paling sering ditemukan pada rahang bawah bagian posterior (90% di

belakang gigi kaninus, lebih dari 50% pada ramus mandibula) dengan pusatnya biasa

terdapat di atas kanalis nervus alveolaris inferior. Dilihat dari posisi perikoronal, KOT

memiliki kesamaan dengan kista dentigerous oleh karena itu kedua lesi ini sulit

dibedakan.

Sama seperti kista lainnya, KOT juga memiliki batas kortikal kecuali jika ada

infeksi sekunder. KOT dapat ditemukan dengan bentuk bundar atau oval yang halus

seperti bentukan kista lainnya atau dapat juga berbentuk scallop atau bergelombang.

Struktur internal KOT umumnya berupa gambaran radiolusen, adanya keratin

tidak sampai meningkatkan radioopasitasnya. Pada beberapa kasus, adanya septa

internal di dalam lesi menyebabkan lesi tampak multiokuler (Whaites, 2007)..

Salah satu karakteristik unik yang dimiliki KOT yaitu kecenderungan untuk

tumbuh mengikuti aspek internal rahang terutama mandibula sehingga ekspansi yang

ditimbulkan lebih minimal, kecuali di ramus bagian atas dan prosesus koronoid.

Terkadang, lesi yang besar dapat terus meluas sehingga periosteum tidak lagi dapat
19

membentuk tulang baru, sehingga dinding kista akhirnya berkontak dengan jaringan

lunak yang bersebelahan tepat dengan korteks luar mandibula. Ekspansi minimal dari

KOT seringkali menyebabkan keterlambatan dalam mendeteksinya sehingga saat

terdeteksi, ditemukan KOT dalam ukuran yang besar. KOT dapat menyebabkan

perpindahan atau resorbsi pada gigi namun tidak separah yang disebabkan kista

dentigerous. KOT juga dapat menyebabkan perpindahan kanalis nervus alveolaris

inferior lebih ke bawah. Jika ditemukan di maksila, kista ini dapat masuk dan

menempati keseluruhan antrum maksilaris (Whaites, 2007).

Gambar 2.10 KOT secara radiografi tidak dapat dibedakan dengan kista periodontal lateral (Neville, et
al., 2016)

2.1 Perawatan

Perawatan kista periodontal lateral dapat dilakukan dengan enukleasi, yang mana

teknik ini dapat dilakukan tanpa melukai gigi sebelahnya (Carvalho, et al., 2010)..

pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiografi lebih lanjut untuk

mengamati keadaan rekurensi dan regenerasi tulang (Meseli, et al., 2014). Rekurensi
20

kista setelah enukleasi umumnya jarang terjadi, namun terdapat beberapa studi yang

melaporkan rekurensi terjadi pada varian kista botryoid (Carvalho, et al., 2010).
BAB III

LAPORAN KASUS

Pada praktik klinis, dokter gigi dihadapi dengan mendiagnosa lesi yang

mungkin bermanifestasi dengan tanda dan gejala yang mirip dengan lesi endodontik.

Seperti kista periodontal lateral (LPC). Kerusakan ini terlihat sebagai gambaran

radiolusen interradikular, jarang, tetapi tipe yang dikenal dengan jelas pada kista

developmental odontogenik dengan prevalensi 1.5% dalam kista pada rahang.

LPC tidak berkeratin, non inflamasi, perkembangan kista terjadi bersebelahan

pada akar gigi yang vital. Mayoritas kista ini terjadi di regio premolar dan kaninus

rahang bawah dan beberapa terjadi di area gigi insisif (Gambar 3.1). Tidak ada kasus

yang menunjukkan pada regio molar di rahang bawah ataupun rahang atas. Pada rahang

atas, lesi yang serupa dicatat terutama pada daerah gigi insisif lateral. Predileksi tipe

kista ini ditemukan pada laki-laki, sedangkan tidak ada predileksi jenis kelamin. Usia

pasien yang mengalami kista tipe ini berada diantara 50-60 tahun, dengan jarak 20-85

tahun (2,4). LPC dilaporkan pertama kali pada tahun 1958 oleh Standish dan Shafer (5).

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mendiskusikan etiopatogenesis, gambaran

klinis dan diagnosis banding dengan lesi yang lain, serta perawatan LPC dan untuk

menghadirkan 2 kasus yang berhubungan dengan lesi ini.

21
22

3.4 Etiopatogenesis

Pernah terpikir suatu saat bahwa LPC muncul dari berkurangnya epitel enamel

atau istirahatnya epitel Malassez dalam ligamen periodontal. Observasi secara histologi

mengusulkan bahwa asal kista ini berhubungan dengan proliferasi lamina dental yang

istirahat. Karena kista ini muncul sepanjang bagian fasial tulang alveolar, hal ini

berhubungan dengan tingginya konsentrasi sisa lamina dental pada regio ini

dibandingkan epitel Malassez yang istirahat (3), yang lebih banyak disekitar apikal gigi

(4,6,7).

Beberapa penulis mengusulkan bahwa LPC muncul dari kista dentigerous yang

tertinggal setelah erupsi gigi. beberapa hipotesis mendukung bahwa kista ini cenderung

terjadi di di area dimana kista dentigerous berhubungan dengan gigi yang impaksi

vertikal (premolar rahang bawah), dan dengan menemukan plak epitel yang sama pada

kista dentigerous dengan LPC.

Beberapa penulis lain percaya bahwa LPC berhubungan dengan kista

primordial pada benih gigi yang berlebih atau muncul dari sisa lamina dental atau dari

reduced enamel epithelium. Wysocki dan rekan kerjanya telah mengamati kesamaan

antara LPC dan kista gingiva pada dewasa, yang keduanya tanpa rasa sakit, berbatas

jelas, lesi yang tumbuh lambat yang secara umum terjadi di gusi cekat; tidak seperti

LPC, kista gingiva muncul dari istirahatnya jaringan lunak daripada istirahatnya dental

lamina.

LPC dilapisi dengan tipis, epitel non keratin. Kelompok sel yang jelas dapat

dicatat sebagai penebalan nodular dalam lapisan kista. Sel ini mengandung agregat
23

glikogen, yang dapat ditunjukkan dengan pewarnaan yang sesuai. Hal yang kurang

umum bahwa LPC dianggap morfologi polikistik, di mana kasus ini disebut kista

odontogenik botryoid dan dikenal secara radiografi sebagai varian multilokuler LPC

(1,9,10). Penjelasan yang memungkinkan mengenai multilokular yaitu beberapa

kelompok sisa lamina dental mengalami degenerasi kistik dan fusi berikutnya. Kedua

kista mempunyai penampilan histologi yang sama.

3.5 Gambaran Klinis

LPC terlihat secara klinis kecil, pembengkakan jaringan lunak dalam atau sedikit

inferior pada papila interdental. Secara radiografi terlihat dengan batas yang jelas,

berbentuk gambaran radiolusen bulat atau seperti air mata dengan tepi radioopak di

sepanjang permukaan lateral akar gigi dan tidak berhubungan dengan gejala klinis.

Area yang terlibat jarang meliputi divergensi akar. Morfologi paling sering yaitu

monokistik tetapi dapat juga polikistik atau multilokular sebagaimana telah dijelaskan

diatas.

Gambar 3.1 Distibusi LPC pada rahang


24

Gambar 3.2 Gambaran klinis LPC

3.6 Diagnosis

LPC biasanya asimtomatik dan ditemukan selama pemeriksaan radiografi gigi

yang rutin. Kadang kala pembengkakan yang jelas, sebagaimana diketahui yang terlihat

pada permukaan labial gingiva dan mungkin dapat salah diagnosis sebagai abses

periapikal atau periodontal. Kebanyakan LPC berukuran kecil (diameter kurang dari 1

cm), tetapi beberapa lebih besar dan mungkin melibatkan keseluruhan panjang akar.

Diagnosis akhir harus didasarkan pada riwayat dental, pemeriksaan klinis dan

radiografi dan tes vitalitas pulpa. Harus diingat bahwa pada kebanyakan kasus, pulpa

gigi yang bersebelahan yaitu vital. Bagaimanapun juga, kesulitan dalam mendiagnosa

dapat muncul saat salah satu gigi yang bersebelahan sedang dilakukan perawatan

endodontik, sebagaimana pada kasus kedua, sejak terdapat kemungkinan bahwa lesi

mungkin karena infeksi yang muncul dari saluran lateral. Pada beberapa situasi,

diagnosis dapat berdasarkan gambaran klinis kerusakan dan penemuan radiografi

dengan sinar dengan sudut horizontal.


25

Diagnosis banding termasuk gambaran radiolusen interradikular lainnya yang

mana harus dibedakan dari LPC. Contoh tipe lesi dan anatomi dengan gambaran

radiolusen yaitu foramen mental, sinus maksila dan kanal nutrisi; kista yang berasal

dari pulpa, kista rahang; odontoma dan tumor lainnya.

Gambaran Radiolusen Anatomis / Radiolusensi Anatomis

Gambaran radiolusen anatomis yang paling sering dijumpai yaitu foramen

mentale, yang terlihat sebagai gambaran radiolusen kecil dan bundar di daerah

periapikal gigi premolar rahang bawah. Terkadang, gambaran radiolusen ini dapat

ditemui di antara akar dari gigi geligi . Gambaran radiolusen anatomis lain yang dapat

dijumpai yaitu bayangan sinus maksilaris yang mungkin memiliki berbagai variasi yang

mirip dengan kista periodontal lateral. Ada kalanya, meskipun jarang, terdapat

penonjolan kecil dari dinding sinus di sisi bukal yang tampak seperti lesi radiolusen

menyerupai kista di antara akar gigi geligi . Pada beberapa individu, saluran nutrisi pada

gigi terkadang terlihat jelas pada radiografi periapikal rahang bawah. Pada radiografi

individu yang masih bergigi, saluran ini tampak sebagai gambaran radiolusen seperti

pita yang sempit dalam posisi vertikal, yang terdapat di antara gigi geligi. Terkadang

ketika sinar x-ray diarahkan pada sumbu panjang saluran nutrisi tertentu, saluran ini

tampak seperti wormhole kecil.

Kista yang berasal dari Pulpa dan Kista Rahang

Kista radikular lateral terjadi ketika suatu saluran tambahan berukuran cukup

besar yang berhubungan dengan saluran akar yang telah terinfeksi membuka ke arah

permukaan akar lateral. Suatu kista radikular lateral kecil di tahap awal letaknya masih

terbatas hanya di suatu daerah kecil pada tulang interradikular di sebelah permukaan
26

akar. Ketika kista terinfeksi, dapat terjadi pembengkakan dan menyebabkan rasa nyeri,

sehingga gigi di sekitarnya menjadi sensitif terhadap perkusi.

Inflamasi pada kista periodontal lateral terjadi pada ligamen periodontal,

biasanya di dekat puncak tulang alveolar. Kista ini diperkirakan terjadi akibat penyakit

periodontal sehingga dapat mempengaruhi gigi apa pun. Isi poket mungkin merupakan

bahan iritan yang dapat menstimulasi sisa-sisa sel Malassez pada ligamen periodontal.

Kista tulang traumatik utamanya melibatkan tulang di bawah apeks gigi

premolar dan molar 1 rahang bawah, kemudian dapat meluas ke atas menuju daerah

antara akar-akar gigi tersebut. Pada kasus yang langka, ketika struktur utama yang

terlibat yaitu tulang interradikular, kehancuran tulang di bawah apeks gigi yang terjadi

hanya kerusakan ringan. Gambaran radiolusen ini berbentuk lebih oval atau panjang

dan sempit (slit-like), tidak sebundar kista periodontal lateral. Kista ini terutama

dijumpai pada daerah bergigi di mandibula pada individu berusia di 30 tahun ke bawah.

Kista primordial dapat terjadi di bagian interradikular, pada daerah dengan

kegagalan pembentukan gigi. Kista dentigerous terkadang juga dapat melibatkan

daerah interradikular, namun lokasinya yang perikoronal biasanya membantu dalam

proses identifikasinya.

Odontoma dan Tumor lainnya

Odontoma sering dijumpai sebagai lesi interradikular pada tahap

premineralisasi dan ameloblastoma dapat berasal dari tulang interradikular, oleh karena

itu, pada tahap awalnya, kedua tumor ini dapat menyerupai kista periodontal lateral.

Beberapa dari tumor ini mungkin memang merupakan kista radikular lateral yang

berasal dari saluran lateral. Tumor jinak pada jaringan yang melewati tulang seperti
27

neurilenoma mungkin tampak seperti gambaran radiolusen berbatas jelas dan berkontur

halus seperti kista. Perlu ditekankan bahwa tumor-tumor tersebut merupakan tumor

yang jarang ditemukan pada tulang rahang. Tumor jenis lain yang harus dibedakan

dengan kista periodontal lateral, seperti tumor odontogenik adenomatoid, kista

paradental, dan giant cell granuloma. Berbagai keadaan patologis yang telah

disebutkan di atas dapat dikelirukan sebagai kista periodontal lateral, namun, riwayat

medis pasien, pemeriksaan intra-oral, interpretasi radiograf, dan pemeriksaan

penunjang lainnya akan membantu mengarahkan klinisi pada diagnosis yang tepat.

3.7 Perawatan

Tatalaksana untuk kista periodontal lateral yaitu enuklease total. Terdapat

kecenderungan kecil untuk terjadi rekurensi. Menurut literatur sejauh ini hanya

ditemukan dua kasus kista rekuren, dan keduanya merupakan kista odontogenik

botryoid. Prosedur bedah enuklease untuk kista periodontal lateral harus dilakukan

dengan hati-hati supaya struktur akar di sebelahnya tidak rusak.

3.8 Laporan Kasus

Kasus 1

Seorang wanita berusia 62 tahun dirujuk ke klinik Diagnosis Oral di Sekolah

Kedokteran Gigi, University of Athens untuk mendapatkan pemeriksaan gigi. Dari

riwayat medis diketahui pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pasien mengeluhkan

adanya bengkak di daerah gigi premolar kanan rahang atas. Pada pemeriksaan intra-

oral ditemukan bengkak dengan bentuk bulat berdiameter hampir 1 cm di gusi cekat

antara gigi kaninus kanan rahang atas dan gigi premolar 1 (Gambar 3.3).
28

Lesi asimtomatik, dengan warna fisiologis, dan cukup keras saat dipalpasi.

Pemeriksaan vitalitas pulpa dilakukan dengan tes dingin dan EPT membuktikan pulpa

gigi kaninus masih vital sedangkan vitalitas pulpa gigi premolar 1 tidak diketahui

karena adanya mahkota. Pemeriksaan radiografis pada daerah tersebut menunjukkan

lesi radiolusen dengan batas yang jelas di antara akar gigi kaninus dan premolar 1.

Namun, ketika difoto dengan teknik angled horizontal beam, lesi tampak jauh dari akar.

Gambar 3.3a. Gambaran radiografi panoramik dengan tabung intraoral (atau radiografi staturs-x)
menunjukkan lesi kista.

Gambar 3.3b. Gambaran radiografi periapikal menunjukkan lesi kista.


29

Gambar 3.3c. Gambaran radiografi angled horizontal beam menunjukkan lesi kista.

Berdasarkan temuan ini, pada diagnosis klinis dapat dinyatakan “lesi yang tidak

berasal dari pulpa”, kemudian direncanakan perawatan dengan enuklease pada daerah

tersebut.

Gambar 3.4. Kista yang terekspos setelah pembedahan.

Lesi kemudian dihilangkan tanpa mengekspos akar gigi sebelahnya (Gambar

3.5a). Permukaan akar tampak normal tanpa tanda-tanda resorbsi (Gambar 3.5b).
30

Gambar 3.5 a. Lesi setelah enuklease. b. Kerusakan pada tulang setelah pengangkatan kista.

Pemeriksaan histologis dari specimen yang didapat memperlihatkan rongga

kista yang dilapisi epitel gepeng tipis tidak berkeratin kira-kira 3-5 lapis sel tebalnya

dan didukung oleh jaringan ikat fibrosa. Pada beberapa daerah dari epitel ini penebalan

terpusat (plak) yang diselingi oleh sel-sel jernih yang mengandung glikogen. Jaringan

ikat tampak mengalami inflamasi kronis ringan (Gambar 3.6). Diagnosis histologisnya

yaitu kista periodontal lateral yang merupakan kista developmental.

Gambar 3.6 Gambaran histologis memperlihatkan kavitas kista yang dilapisi selapis tipis epitel gepeng
tidak berkeratin, dan didukung jaringan ikat fibrosa. Perhatikan adanya proses hyalinisasi
di bawah lapisan epitel dan kurangnya inflamasi di dinding jaringan ikat.

Kasus 2

Seorang wanita berusia 44 tahun dirujuk ke Klinik Endodontik di Sekolah

Kedokteran Gigi, University of Athens untuk mendapat pemeriksaan gigi. Riwayat

medisnya tidak terdapat penyakit sistemik. Pasien mengeluhkan bengkak simtomatis di


31

daerah gigi insisif kiri rahang bawah. Bengkak awalnya muncul sejak 6 bulan yang lalu

dan telah mereda setelah mengonsumsi antibiotik. Bengkak kemudian muncul kembali

di daerah yang sama, namun saat pemeriksaan, pasien mengaku simtom telah mereda.

Pada pemeriksaan intra-oral ditemukan bengkak dengan bentuk ovoid

berdiameter hampir 1 cm pada gusi cekat di antara gigi insisif lateral kiri rahang bawah

dengan gigi kaninus.

Gambar 3.7 Gambaran klinis kista periodontal lateral kedua.

Lesi asimtomatik, dengan warna fisiologis, dan cukup keras saat dipalpasi.

Pemeriksaan vitalitas pulpa menyatakan gigi 32 vital. Pemeriksaan radiografis di

daerah tersebut menunjukkan lesi radiolusen dengan batas jelas di antara akar gigi

insisif lateral dan kaninus


32

Gambar 3.8 Gambaran radiografi yang menunjukkan lesi kista.

Gigi kaninus diberi perawatan saluran akar dan pengisian saluran akar.

Diagnosis klinis yang dibuat yaitu “lesi yang bukan berasal dari pulpa”, kemudian

dilakukan bedah eksisi pada lesi. Selama prosedur pembedahan, seluruh lesi

dienuklease sehingga permukaan akar gigi sebelah terekspos.

Gambar 3.9. Kerusakan pada tulang setelah pengangkatan kista

Permukaan akar tampak normal tanpa adanya tanda resorbsi. Pemeriksaan

histologis dari spesimen memperlihatkan suatu kavitas kista yang dilapisi epitel gepeng

tipis dan tidak berkeratin serta didukung jaringan ikat fibrosa dengan inflamasi kronis.

Diagnosis histologis yang dibuat yaitu “kista periodontal lateral yang merupakan kista

developmental”, hal ini menegaskan diagnosis klinis yang dibuat sebelumnya.


33

3.9 Simpulan

Kista periodontal lateral merupakan suatu kista developmental odontogenik yang

jarang ditemukan dan biasanya lokasi penemuannya di aspek lateral dari suatu akar gigi.

Lesi ini kebanyakan ditemukan saat pemeriksaan radiografik rutin dan penanganannya

meliputi tindakan bedah enuklease dan pemeriksaan mikroskopis spesimen. Prosedur

perawatan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar gigi sebelahnya.
BAB IV

DISKUSI

4.1 Diskusi Kasus

Kista periodontal lateral merupakan kista yang cukup jarang terjadi dengan

presentase 0,8% -2 % dari kista odontogenik lainnya (Carvalho, et al., 2010). Kista ini

pada umumnya muncul pada gigi yang erupsi dan vital. Pada kasus pertama, gigi 13

dalam keadaan vital, sedangkan gigi 14 vitalitasnya masih dipertanyakan karena

menggunakan crown.

Pada kasus kedua, gigi 32 masih vital dan gigi 33 sudah dilakukan perawatan

endodontik yang berarti bahwa lesi bukan berasal dari pulpa, dimana menurut Carvalho

et al (2010) menjelaskan bahwa kista periodontal lateral merupakan kista

developmental non keratin dan non inflamasi yang terletak di sebelah akar gigi yang

vital.

Mandibula merupakan lokasi yang paling banyak terdapat kista periodontal

lateral, terutama pada regio premolar, diikuti area insisif lateral dan kaninus (Santos, et

al., 2011). Hal ini didukung dengan lokasi kista periodontal lateral pada salah satu kasus

yang menyatakan bahwa kista ini terdapat pada regio gigi insisif lateral dan kaninus kiri

pada mandibular.

Pada kasus pertama, kista periodontal dilaporkan terdapat pada seorang

perempuan berusia 62 tahun , sedangkan pada kasus kedua juga terdapat pada seorang

34
35

perempuan namun berusia 44 tahun. Pada beberapa literature menyebutkan bahwa kista

ini lebih banyak muncul pada individu berusia 40-70 tahun dan tidak memandang jenis

kelamin (Friedrich, et al., 2014).

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pada pasien yaitu

radiografi periapikal untuk melihat gambaran kista. Selain itu, pada pasien juga

dilakukan pemeriksaan histologi. Pada pemeriksaan histologi menunjukkan bahwa

ruang kista dikelilingi oleh epitel squoamous tipis, non keratin dan diikuti oleh jaringan

ikat fibrosa. Selain itu pada pemeriksaan histologi juga terdapat penebalan pada epitel

(plak) diikuti terdapatnya glikogen pada sel. Hal ini sesuai menurut Carvalho et al

(2010) yang menjelaskan bahwa gambaran histologi pada kista periodontal lateral yaitu

lapisan epitel squamous tipis non keratin terdiri dari 1-5 lapisan sel, pada beberapa area

terdapat penebalan epitel yang terdiri dari glikogen.

Peawatan kista pada kasus dilakukan dengan teknik enukleasi total pada

kerusakan yang terjaidi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Meseli et al (2014) yang

menyatakan bahwa pendekatan perawatan kista periodontal lateral umumnya dilakukan

dengan enukleasi, perawatan endodontik atau bedah periapical pada gigi yang terinfeksi

kista tidak diperlukan selama gigi tersebut masih dalam keadaan vital.
36

4.2 Interpretasi Foto Rontgen

kasus 1

Gambar 4.1 Gambaran radiografi kasus 1

Elemen 13 14
Mahkota Tidak ada kelainan Gambaran radiopak pada
mahkota dari oklusal
sampai servikal
menyerupai crown
Akar 1, lurus 1, lurus
Ruang Membran Menghilang di 1/3 cervikal Menghilang di ½ apikal
Periodontal akar distal akar mesial
Laminadura Menghilang di 1/3 cervikal Menghilang di ½ akar
akar distal mesial
Alveolar Crest Gambaran radiolusen Gambaran radiolusen
berbentuk oval  1 cm di berbentuk oval  1 cm di
distal, batas jelas dan tegas mesial, batas jelas dan
diantara gigi 13 dan 14 tegas diantara gigi 13 dan
14
Furkasi - -
Periapikal - -
Kesan Terdapat kelainan pada Terdapat kelainan pada
mahkota, membran mahkota, membran
periodontal, lamina dura, periodontal, lamina dura
alveolar crest dan alveolar crest
Suspek Kista periodontal lateral Kista periodontal lateral
Radiodiagnosis
Tabel 4.1 Interpretasi foto Rontgen kasus 1
37

Kasus 2

Gambar 4.2 Gambaran radiografi kasus 2

Elemen 32 33
Mahkota Tidak ada kelainan Gambaran radiopak pada
mahkota dari oklusal sampai
servikal

Akar 1, lurus 1, terdapat gambaran


radiopak menyerupai bahan
pengisi saluran akar
Ruang Membran Menghilang di 1/3 cervikal Menghilang di ½ akar
Periodontal akar distal mesial
Laminadura Menghilang di 1/3 cervikal Menghilang di ½ akar
akar distal mesial
Alveolar Crest Gambaran radiolusen Gambaran radiolusen
berbentuk oval  1 cm, batas berbentuk oval  1 cm,
radiopak jelas dan tegas batas radiopak batas jelas
diantara gigi 32 dan 33 dan tegas diantara gigi 32
dan 33
Furkasi - -
Periapikal - -
Kesan Terdapat kelainan pada Terdapat kelainan pada
mahkota, membran mahkota,membran
periodontal, lamina dura, periodontal, lamina dura
alveolar crest dan alveolar crest
Suspek Kista periodontal lateral Kista periodontal lateral
Radiodiagnosis
Tabel 4.2 Interpretasi foto Rontgen kasus 2
38

4.3 Pembahasan Interpretasi Foto Rontgen

Kasus pertama menjelaskan bahwa pasien perempuan berusia 62 tahun datang

dengan keluhan bengkak di area premolar kanan maksila. pada pemeriksaan intra oral

ditemukan pembengkakan pada gingiva cekat berdiameter 1 cm diantara gigi kaninus

dan premolar pertama maksila. Tes vitalitas menunjukkan gigi kaninus dalam keadaan

vital sedangkan gigi premolar dipertanyakan karena terdapat crown.

Pada kasus kedua, pasien perempuan berusia 44 tahun datang dengan keluhan

bengkak di area insisif kiri mandibula. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan

pembengkakan pada gingiva cekat berdiameter 1 cm diantara gigi insisif lateral dan

kaninus mandibula. Tes vitalitas menunjukkan gigi 32 dalam keadaan vital sedangkan

gigi 33 telah dilakukan perawatan endodontik.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mahkota gigi 13 tidak ada kelainan yang berarti

gigi tersebut masih vital, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan

bahwa kista periodontal lateral merupakan kista non inflamasi yang terletak pada

permukaan lateral akar gigi yang vital (Meseli, et al., 2014) meskipun gigi 14 terdapat

gambaran radiopak menyerupai crown dan vitalitasnya masih dipertanyakan.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mahkota gigi 32 tidak terdapat kelainan,

sedangkan pada gigi 33 terdapat gambaran radiopak pada mahkota dari oklusal sampai

servikal. Hal ini menunjukkan bahwa gigi 33 telah dilakukan perawatan endodontik.

Diagnosa klinis menjelaskan bahwa lesi bukan berasal dari pulpa. Meskipun demikian,

terdapat pernyataan pada beberapa literatur yang menyatakan bahwa vitalitas pada gigi

sebelahnya tidak selalu menjadi faktor dalam berkembangnya kista (Dubey, et al.,

2010).
39

Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa akar gigi yang terdapat kista tidak

mengalami resorpsi. Selain itu, pada daerah yang terdapat kista periodontal lateral,

ligamen periodontal dan lamina dura pada kedua gigi yang terdapat kista juga

menghilang. Hal ini sesuai dengan beberapa studi yang menyatakan bahwa umumnya

tidak terjadi resorpsi akar pada daerah yang terdapat kista. Meskipun tidak umum,

resorpsi akar pada gigi sebelahnya juga dapat terjadi, serta hilangnya lamina dura dan

ligamen periodontal juga dapat ditemukan (Carvalo, et al., 2010).

Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa pada alveolar crest gigi yang terdapat

kista periodontal lateral, terdapat gambaran radiolusen berbentuk oval  1 cm

dikelilingi gambaran radiopak dengan batas jelas dan tegas. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang menyatakan gambaran radiografi menunjukkan kista periodontal

lateral berbentuk bulat atau oval radiolusen dengan batas jelas dan tegas, biasanya

dengan margin sklerotik (Saygun, et al., 2001).


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa kista periodontal lateral merupakan kasus kista yang jarang terjadi dengan

persentase 0,7% hingga 1% dari seluruh kasus kista pada rahang. Kista periodontal

lateral ini biasanya tidak menimbulkan gejala namun dapat juga terlihat adanya

pembengkakan pada gingiva cekat atau mukosa alveolar. Gambaran radiografi kista

periodontal lateral berupa gambaran radiolusen dengan berbatas jelas dan tegas,

berbentuk bulat atau oval atau teardrop dengan diameter yang kurang dari 1 cm. Kista

periodontal lateral biasanya ditemukan berada di lateral akar gigi yang masih vital

tepatnya di bagian tulangnya dan biasanya disertai dengan kehilangan ligamen

periodontal serta lamina dura akibat adanya lesi tersebut.

Penegakkan diagnosis kista periodontal lateral dapat dilakukan dengan

pemeriksaan klinis ditunjang dengan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan

radiografi. Teknik radiografi yang dapat digunakan pada kasus kista periodontal lateral

yaitu teknik konvensional seperti foto panoramik, foto periapikal, dan foto oklusal

maupun teknik digital. Perawatan kista periodontal lateral dapat dilakukan dengan

enukleasi. Kista periodontal lateral umumnya jarang mengalami rekurensi setelah

enukleasi namun terdapat beberapa kasus yang telah dilaporkan oleh karena itu pasien

harus tetap melakukan pemeriksaan radiografi lebih lanjut.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Chapter 41: Intraoral Radiography. USA: Elsevier Inc. Diakses pada 29

Mei 2018. Diakses dari http://slideplayer.com/slide/1525037/ atau

http://slideplayer.com/slide/4991660/.

Carvalho, L.F. et al. 2010. Lateral Periodontal Cyst : a Case Report & Literature

Review. Journal Oral Maxillofacial Vol 1(4): e5.

Dubey, K.N. et al. 2010. Diagnosis and Osseous Healing of a Lateral Periodontal Cyst

Mimicking a Deep Unusual Interdental Pocket in a Young Patient. Contemporary

Clinical Dentistry Vol 1(1): 47-50.

Goaz, P.W. dan S.C. White. 2006. Oral Radiology Principles and Interpretation 3rd

Edition. St. Louis: Mosby Co.

Kerezoudis, N.P. et al. 2000. The Lateral Periodontal Cyst: Aetiology, Clinical

Significance and Diagnosis. Journal Endodontic Dental Traumatology Vol

16:144-150.

Malik, N.A. 2012. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 3rd Edition. New Delhi:

Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

Margono, G. 1998. Radiografi Intraoral: Teknik, Prosesing, Interpretasi Radiogram

Edisi ke-1. Jakarta: ECG Penerbit Buku Kedokteran.

Mendes, R.A; Wall, I. 2006. An Unusual Clinical Radiographic Presentation of a

Lateral Periodontal Cyst- Report of two cases. Journal Medicine Oral Pathology

Vol 11: 85-87

41
42

Meseli, S.E. et al. 2014. Treatment of Lateral Periodontal Cyst with guided Tissue

Regeneration. European Journal of Dentistry Vol 8(3): 419-423.

Neville, B.W. et al. 2016. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. Canada:

Elsevier.

Rajendran, R. & B. Sivapathasundharam. 2012. Shafer’s Textbook of Oral Pathology

7th Edition. India: Elsevier.

Santos, M.E. et al. 2011. Lateral Periodontal Cyst with Extremely Rare Clinical

Radiographc Presentation. Rev Odonto Cienc Vol 26(2): 176-181.

Saygun, I. et al. 2001. Lateral Periodontal Cyst. Turki Journal Medical Science Vol 31:

375-378.

Whaites, E. 2007. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 4th Edition.

London: Elsevier.

White, S.C.; Pharoah, M.J. 2004. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 5th

Edition. Philadelphia: Mosby. Hal: 384-385; 398-399.

https://www.slideshare.net/babai1993/introduction-to-cyst

Anda mungkin juga menyukai