DAN DIAGNOSIS
MAKALAH
disusun oleh:
Dosen Pembina:
drg. Farina Pramanik, MM., Sp. RKG
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat
Klinis dan Diagnosis” sebagai salah satu tugas di Departemen Radiologi Fakultas
arahan, serta dukungan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
1. Dr. Nina Djustiana, drg., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
2. drg. Farina Pramanik, MM., Sp. RKG selaku pembimbing utama journal reading
kami.
reading.
Bandung, 2018
Penuli
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kista merupakan ruangan yang diisi dengan cairan, dibatasi dengan epitel dan
dikelilingi dinding jaringan ikat (White and Pharoah, 2004). Kista lebih sering terjadi
pada rahang dibandingkan tulang yang lain karena kebanyakan kista berasal dari epitel
odontogenik yang tersisa setelah pembentukan gigi (White and Pharoah, 2004).
tidak sakit dan terdapat di banyak lokasi di maksila dan mandibula, tetapi jarang pada
kondilus dan prosessus koronoid (White and Pharoah, 2004). Kista Periodontal Lateral
merupakan kista yang berkembang dari cell rest of dental lamina atau sisa reduced
Kista periodontal Lateral merupakan kista dengan frekuensi yang jarang tetapi
sangat dapat dikenali sebagai tipe kista odontogenik developmental dan lebih umum
terjadi pada orang dewasa (Saygun, et al., 2001). Kista ini biasanya terletak di
permukaan lateral akar gigi yang masih vital pada regio gigi kaninus dan premolar
terhadap terjadinya kista periodontal lateral, tetapi beberapa studi juga melaporkan
3
4
bahwa kista periodontal lateral lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kista periodontal lateral merupakan kista yang muncul dari epitel jaringan
periodontal lateral pada akar gigi. Kondisi ini bersifat unicystic, tetapi dapat muncul
sebagai gambaran beberapa gabungan kista kecil, dimana pada kondisi ini disebut
Kista periodontal lateral merupakan kista non inflamasi pada permukaan lateral
akar gigi yang vital (Meseli, et al., 2014). Lokasi yang dilaporkan paling banyak
terdapat kista periodontal lateral yaitu area gigi premolar mandibula diikuti regio gigi
2.2 Karakteristik
dari 1 cm (Whaites, 2007). Kista periodontal lateral merupakan lesi non inflamasi yang
kurang umum pada rongga mulut, merupakan kista intraosseous yang berhubungan
dengan akar gigi yang vital dengan tidak ada tanda atau gejala secara klinis. Kadang-
kadang pembengkakan pada gingiva atau mukosa alveolar dapat terlihat (Meseli, et al.,
2014).
5
6
Gambar 2.1 Gambaran Klinis Kista Periodontal Lateral (Meseli, et al., 2014)
2.2.2 Predileksi
Kista periodontal lateral merupakan kista yang kurang umum terjadi dengan
persentase 0,7%-1% dari seluruh kista yang ditemukan pada rahang. Insidensi
terjadinya kista periodontal lateral lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan (Santos, et al., 2011). Kista periodontal lateral lebih banyak terjadi pada
usia 20-90 tahun (usia rata-rata 50 tahun) (Whaites, 2007). 50-75% kista ini
berkembang di mandibula, terutama pada regio gigi insisif lateral sampai gigi premolar
2.2.3 Etiopatogenesis
Patogenesis kista periodontal lateral belum diketahui secara pasti, namun ada
1. Reduced enamel epitelium pada gigi yang erupsi; terdapat kemiripan pada
periodontal.
odontogenik lainnya, terdiri dari tahap inisiasi kista dan tahap ekspansi atau
merupakan kista non-inflamatori atau developmental yang hingga saat ini, masih belum
diketahui apa stimulus yang dapat menginisiasi pembentukan kista ini (Malik N.A.,
2012).
Asal mula kista periodontal lateral masih belum pasti, namun pada awalnya telah
disampaikan tiga teori mengenai asal kista ini, yaitu dari reduced enamel epithelium
atau epithelial cell of Malassez dalam ligamen periodontal atau rest of dental lamina
Namun penelitian histologis lebih lanjut menemukan bahwa asal mula kista
periodontal lateral ini berhubungan dengan rest of dental lamina, tepatnya yang sedang
dalam keadaan post-fungsional, akibat adanya suatu stimulus yang tidak diketahui,
Sivapathasundharam, 2012). Hal ini didukung kenyataan bahwa kista ini seringkali
ditemukan di bagian fasial atau bukal dari tulang alveolar, dimana di daerah ini juga
telah terbukti terdapat konsentrasi rest of dental lamina yang lebih tinggi daripada
Beberapa penulis juga mengusulkan bahwa LPC muncul dari kista dentigerous
yang berkembang di permukaan lateral mahkota gigi dan kemudian setelah gigi yang
8
bersangkutan erupsi, kista ini tertinggal dan menempati posisi di permukaan lateral akar
gigi. Teori ini didukung beberapa hipotesis bahwa kista ini cenderung terjadi di area
dimana kista dentigerous sering ditemukan yaitu pada gigi yang impaksi vertikal
(premolar rahang bawah) dan juga pada kista dentigerous dan kista periodontal lateral
membesar (hal ini sama untuk semua jenis kista meskipun asalnya dapat berbeda-beda).
luasnya daerah kantung atau proliferasi epitel, resorbsi tulang sekitarnya, dan terkadang
Gambar 2.3 Ilustrasi pathogenesis kista periodontal lateral. Kiri: awalnya, folikel di dalam tulang meluas
secara asimetris pada mahkota. Selama proses erupsi gigi, beberapa bagian folikel tertinggal di
dalam tulang. Folikel yang tersisa ini mewakili sisi ekspansi folikuler eksentrik. Di sisi lain,
9
terdapat folikel yang terserap di daerah arah erupsi gigi. Akhirnya, sisa-sisa epitel yang
terkapsulasi terletak intraosseous di samping akar gigi yang sepenuhnya erupsi (Friedrich, et al.,
2014)
Secara histologis, kista periodontal lateral terdiri dari ruangan kista dengan epitel
squamousa non keratin dengan ketebalan 1-5 sel dan secara umum tidak terdapat sel
1. Terdapat penebalan epitel atau "plak" yang menurut Shear dan Pindborg
patologis
2. Terdapat sel yang kaya akan glikogen pada "plak" atau pada lapisan superficial
epitel.
Gambar 2.4 Gambaran Histologi Kista Periodontal Lateral menunjukkan plak epitel (Mendes and Waal,
2005)
10
radiolusen jelas dan tegas dengan batas kortikal dan berbentuk bulat atau oval.
(umumnya dengan diameter tidak melebihi 1 cm) dengan tepi radiopak, berada lateral
dengan akar gigi yang vital (Carvalho, et al., 2010). Meskipun tidak umum, resorpsi
akar pada gigi sebelahnya dapat terjadi, serta hilangnya lamina dura dan ligamen
Gambar 2.5 Gambaran Radiografi Kista Periodontal Lateral di Regio Gigi Premolar Mandibula A. batas
kortikal jelas B. batas kortikal tidak terlalu jelas (White and Pharoah, 2004)
Gambar 2.6 Gambaran Radiografi Kista Periodontal Lateral di Regio Gigi Premolar Mandibula meskipun
sudah direstorasi, masih vital dan tidak ada gejala (Whaites, 2007)
11
penunjang terkadang diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Salah satu
pemeriksaan penunjang yang sering dijalani untuk mendiagnosis lesi di rongga mulut
dimana posisi film ada di dalam mulut pasien dan ekstraoral dengan posisi film di luat
mulut pasien.
periodontal lateral, berikut beberapa teknik radiografi yang dapat digunakan sesuai
indikasinya masing-masing.
1. Radiografi Panoramik
Teknik ini dapat digunakan secara umum untuk mengevaluasi area tengkorak dan
mendeteksi penyakit, lesi, dan kelainan lainnya pada rahang; memeriksa lesi besar yang
2. Radiografi Periapikal
Teknik ini dapat digunakan untuk melihat adanya infeksi atau inflamasi pada
daerah apikal; melihat suspek kelainan pada bagian periodontal; melihat kondisi gigi
serta tulang alveolar setelah trauma; melihat malposisi pada gigi yang belum erupsi;
pemeriksaan preoperatif dan postoperatif pada bedah apikal; dan evaluasi secara
mendetil pada kista apikal dan lesi lainnya pada tulang alveolar (Goaz and White,
2006).
12
3. Radiografi Oklusal
Teknik ini dapat digunakan untuk melihat gambaran daerah yang luas dari rahang,
tepatnya daerah periapikal semua gigi dan permukaan proksimal semua gigi posterior
(Whaites, 2007); melihat akar yang persistensi, gigi supernumerer, gigi impaksi, batu
saliva, celah palatum, fraktur rahang maksilaris dan madibularis, osteomyelitis; melihat
suspek keganasan pada palatum; melihat batas tengah, depan, dan pinggir dari sinus
maksilaris; melihat sisi medial dan lateral dari bagian yang terkena kista (Margono,
1998); mendeteksi benda asing yang ada atau mengekspansi ke dalam tulang rahang;
serta melihat benda-benda asing yang tidak terlihat pada periapikal standar (Anonim,
2009). Teknik radiografi ini juga dapat digunakan untuk pasien yang trismus sehingga
sulit membuka mulut jika menggunakan teknik periapikal standar (Margono, 1998).
1.1 Definisi
Kista radikuler atau yang dikenal juga dengan kista periapikal atau radicular cyst
terstimulasi untuk berproliferasi dan mengalami degenerasi cystic akibat inflamasi dari
Kista radikuler merupakan jenis kista pada rahang yang paling sering ditemukan.
Kista jenis ini berawal dari gigi yang sudah nonvital karena berbagai alasan seperti
karena karies yang luas, restorasi yang besar, atau karena trauma. Kista radikuler jarang
dipalpasi akan terasa keras seperti tulang jika korteksnya masih utuh, berkrepitasi jika
tulang korteksnya sudah menipis, dan fluktuan jika korteksnya telah hilang.Insidensi
kista radikuler ini lebih besar ditemukan pada usia dekade ketiga hingga keenam,
Pada umumnya, pusat dari suatu kista radikuler terletak di sekitar apeks gigi yang
nonvital namun terkadang juga dapat ditemukan di permukaan mesial atau distal dari
akar gigi, di bukaan kanalis aksesoris, atau yang paling jarang pada poket periodontal
yang dalam. Kebanyakan kista radikuler (sebanyak 60%) ditemukan pada rahang atas,
tepatnya di sekitar gigi insisif dan kaninus. Kista yang berasal dari gigi insisif lateral
rahang atas mungkin dapat menginvaginasi ke dalam antrum dikarenakan akar yang
cenderung memiliki inklinasi ke distal. Kista radikuler yang terbentuk dari gigi molar
sulung yang nonvital dapat ditemukan di permukaan bukal gigi premolar yang tumbuh
Kista jenis ini biasanya memiliki batas kortikal yang jelas dan tegas meskipun jika
terjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi dari tulang sekitarnya mungkin menyebabkan
hilangnya korteks atau batas yang semula kortikal ini menjadi batasan sklerotik. Kista
radikuler biasanya berbentuk sirkuler kecuali jika ada struktur di sekeliling yang dapat
radiolusen. Terkadang pada kista yang telah lama dibiarkan dapat terjadi kalsifikasi
14
distrofik yang terlihat sebagai gambaran partikel radioopak kecil yang tersebar secara
Kista radikuler yang besar dapat menyebabkan perpindahan atau resorbsi pada
akar gigi sebelahnya atau pada gigi yang nonvital itu sendiri meskipun jarang. Kista
juga dapat masuk ke dalam antrum meskipun masih akan terdapat batasan yang jelas
antara isi kista dengan struktur internal dalam antrum. Kista juga dapat menyebabkan
adanya tonjolan berbentuk sirkuler pada plat kortikal di maksila dan mandibula. Kista
Gambar 2.7. A. Kista radikular pada gigi non vital B. Kista radikular pada gigi dengan pengisian
saluran akar C. Kista radikular unilokular pada gigi non vital (Whaites, 2007)
2. Ameloblastoma
2.1 Definisi
tumor yang persisten dan invasif secara lokal; agresif namun sifatnya jinak. Kejadian
ameloblastoma tercatat sebesar 1% dari semua tumor epitelial odontogenik oral dan
15
yang terbentuk dari sisa-sisa dental lamina dan epitelium odontogenik. Ada tiga tipe
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan, dan jika ada, gejala akan muncul di
tahap awal. Tumor ini seringkali ditemukan saat pasien merasa wajahnya perlahan
berubah menjadi asimetri dan datang untuk pemeriksaan gigi dan mulut rutin. Pada
kasus ameloblastoma pada rahang atas yang tidak terawat, 95% keluhan utama pasien
yaitu pembengkakan di pipi, gusi, atau palatum keras. Mukosa yang meliputi massa
tumor ini tampak normal, namun gigi pada regio yang terlibat bisa menjadi goyang atau
berpindah tempat. Pada awalnya, pasien dengan ameloblastoma tidak akan merasakan
nyeri, parestesis, fistula, ulser, atau gigi goyang namun seiring perkembangannya,
tumor ini dapat meluas ke tulang dan terkadang merusak plat kortikal sekitar hingga
tumor ini dapat berkembang menjadi semakin besar, dan jika di rahang atas, dapat
meluas ke struktur lain seperti sinus paranasal, orbital, nasofaring, bahkan sampai
mencapai basis kranial. Angka rekurensi lebih tinggi ditemukan pada pasien yang lebih
namun dapat meluas hingga ke daerah simfisis. Pada rahang atas, lesi ini kebanyakan
terjadi di daerah molar ketiga dan meluas ke sinus maksilaris dan dasar nasal. Lokasi
asal tumor ini biasanya di oklusal dari gigi yang sedang erupsi (Whaites, 2007)..
16
Batasnya umumnya berliku-liku, dan pada lesi yang kecil, batas dan bentuk lesi
seringkali menyerupai kista sehingga sulit dibedakan. Lesi di rahang atas biasanya lebih
internal. Septa ini dapat berbentuk lurus atau berliku dan berasal dari tulang normal
yang terperangkap dalam tumor. Karena tumor ini seringkali memiliki komponen sistik
tampak seperti pola sarang lebah / honeycomb (kompartemen kecil atau lokul yang
banyak) atau pola gelembung sabun / soap bubble (kompartemen lebih besar dengan
ukuran beragam). Pada umumnya, lokul di mandibula posterior lebih besar daripada di
mandibula anterior. Pada tipe desmoplastik, dalam struktur internal dapat ditemukan
tulang sklerotik yang tidak beraturan menyerupasi bone dysplasia (Whaites, 2007)..
Gambar 2.9 Ameloblastoma yang berkembang selama 4 tahun (Rajendran and Sivapathasundharam,
2012)
3.1 Definisi
KOT atau yang dikenal juga dengan istilah OKC (odontogenic keratocyst) atau
kista primordial sekarang ini oleh WHO telah diklasifikasikan menjadi tumor
sendirinya seperti yang dimiliki tumor jinak pada umumnya, berbeda dengan kista yang
perkembangannya yang berbeda dan juga lapisan epitel yang yang dimilikinya
terkeratinisasi dan tipis. Terkadang, epitel dari lapisan basal dapat berproliferasi ke
seperti satelit. Kista ini biasanya berisi material kental yang berasal dari lapisan epitel
(Whaites, 2007).
18
KOT menempati 10% dari seluruh lesi kista yang ditemukan pada rahang. Kista
ini ditemukan pada berbagai kelompok umur, namun paling banyak ditemukan pada
usia dekade kedua dan ketiga, dan lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Kista ini
terkadang terbentuk di sekitar gigi yang tidak erupsi. KOT pada umumnya tidak
menimbulkan gejala apapun kecuali pembengkakan ringan namun akan terasa nyeri
jika ada infeksi sekunder. Jika diaspirasi, akan didapatkan material yang kuning, pekat,
KOT paling sering ditemukan pada rahang bawah bagian posterior (90% di
belakang gigi kaninus, lebih dari 50% pada ramus mandibula) dengan pusatnya biasa
terdapat di atas kanalis nervus alveolaris inferior. Dilihat dari posisi perikoronal, KOT
memiliki kesamaan dengan kista dentigerous oleh karena itu kedua lesi ini sulit
dibedakan.
Sama seperti kista lainnya, KOT juga memiliki batas kortikal kecuali jika ada
infeksi sekunder. KOT dapat ditemukan dengan bentuk bundar atau oval yang halus
seperti bentukan kista lainnya atau dapat juga berbentuk scallop atau bergelombang.
Salah satu karakteristik unik yang dimiliki KOT yaitu kecenderungan untuk
tumbuh mengikuti aspek internal rahang terutama mandibula sehingga ekspansi yang
ditimbulkan lebih minimal, kecuali di ramus bagian atas dan prosesus koronoid.
Terkadang, lesi yang besar dapat terus meluas sehingga periosteum tidak lagi dapat
19
membentuk tulang baru, sehingga dinding kista akhirnya berkontak dengan jaringan
lunak yang bersebelahan tepat dengan korteks luar mandibula. Ekspansi minimal dari
terdeteksi, ditemukan KOT dalam ukuran yang besar. KOT dapat menyebabkan
perpindahan atau resorbsi pada gigi namun tidak separah yang disebabkan kista
inferior lebih ke bawah. Jika ditemukan di maksila, kista ini dapat masuk dan
Gambar 2.10 KOT secara radiografi tidak dapat dibedakan dengan kista periodontal lateral (Neville, et
al., 2016)
2.1 Perawatan
Perawatan kista periodontal lateral dapat dilakukan dengan enukleasi, yang mana
teknik ini dapat dilakukan tanpa melukai gigi sebelahnya (Carvalho, et al., 2010)..
mengamati keadaan rekurensi dan regenerasi tulang (Meseli, et al., 2014). Rekurensi
20
kista setelah enukleasi umumnya jarang terjadi, namun terdapat beberapa studi yang
melaporkan rekurensi terjadi pada varian kista botryoid (Carvalho, et al., 2010).
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada praktik klinis, dokter gigi dihadapi dengan mendiagnosa lesi yang
mungkin bermanifestasi dengan tanda dan gejala yang mirip dengan lesi endodontik.
Seperti kista periodontal lateral (LPC). Kerusakan ini terlihat sebagai gambaran
radiolusen interradikular, jarang, tetapi tipe yang dikenal dengan jelas pada kista
pada akar gigi yang vital. Mayoritas kista ini terjadi di regio premolar dan kaninus
rahang bawah dan beberapa terjadi di area gigi insisif (Gambar 3.1). Tidak ada kasus
yang menunjukkan pada regio molar di rahang bawah ataupun rahang atas. Pada rahang
atas, lesi yang serupa dicatat terutama pada daerah gigi insisif lateral. Predileksi tipe
kista ini ditemukan pada laki-laki, sedangkan tidak ada predileksi jenis kelamin. Usia
pasien yang mengalami kista tipe ini berada diantara 50-60 tahun, dengan jarak 20-85
tahun (2,4). LPC dilaporkan pertama kali pada tahun 1958 oleh Standish dan Shafer (5).
klinis dan diagnosis banding dengan lesi yang lain, serta perawatan LPC dan untuk
21
22
3.4 Etiopatogenesis
Pernah terpikir suatu saat bahwa LPC muncul dari berkurangnya epitel enamel
atau istirahatnya epitel Malassez dalam ligamen periodontal. Observasi secara histologi
mengusulkan bahwa asal kista ini berhubungan dengan proliferasi lamina dental yang
istirahat. Karena kista ini muncul sepanjang bagian fasial tulang alveolar, hal ini
berhubungan dengan tingginya konsentrasi sisa lamina dental pada regio ini
dibandingkan epitel Malassez yang istirahat (3), yang lebih banyak disekitar apikal gigi
(4,6,7).
Beberapa penulis mengusulkan bahwa LPC muncul dari kista dentigerous yang
tertinggal setelah erupsi gigi. beberapa hipotesis mendukung bahwa kista ini cenderung
terjadi di di area dimana kista dentigerous berhubungan dengan gigi yang impaksi
vertikal (premolar rahang bawah), dan dengan menemukan plak epitel yang sama pada
primordial pada benih gigi yang berlebih atau muncul dari sisa lamina dental atau dari
reduced enamel epithelium. Wysocki dan rekan kerjanya telah mengamati kesamaan
antara LPC dan kista gingiva pada dewasa, yang keduanya tanpa rasa sakit, berbatas
jelas, lesi yang tumbuh lambat yang secara umum terjadi di gusi cekat; tidak seperti
LPC, kista gingiva muncul dari istirahatnya jaringan lunak daripada istirahatnya dental
lamina.
LPC dilapisi dengan tipis, epitel non keratin. Kelompok sel yang jelas dapat
dicatat sebagai penebalan nodular dalam lapisan kista. Sel ini mengandung agregat
23
glikogen, yang dapat ditunjukkan dengan pewarnaan yang sesuai. Hal yang kurang
umum bahwa LPC dianggap morfologi polikistik, di mana kasus ini disebut kista
odontogenik botryoid dan dikenal secara radiografi sebagai varian multilokuler LPC
kelompok sisa lamina dental mengalami degenerasi kistik dan fusi berikutnya. Kedua
LPC terlihat secara klinis kecil, pembengkakan jaringan lunak dalam atau sedikit
inferior pada papila interdental. Secara radiografi terlihat dengan batas yang jelas,
berbentuk gambaran radiolusen bulat atau seperti air mata dengan tepi radioopak di
sepanjang permukaan lateral akar gigi dan tidak berhubungan dengan gejala klinis.
Area yang terlibat jarang meliputi divergensi akar. Morfologi paling sering yaitu
monokistik tetapi dapat juga polikistik atau multilokular sebagaimana telah dijelaskan
diatas.
3.6 Diagnosis
yang rutin. Kadang kala pembengkakan yang jelas, sebagaimana diketahui yang terlihat
pada permukaan labial gingiva dan mungkin dapat salah diagnosis sebagai abses
periapikal atau periodontal. Kebanyakan LPC berukuran kecil (diameter kurang dari 1
cm), tetapi beberapa lebih besar dan mungkin melibatkan keseluruhan panjang akar.
Diagnosis akhir harus didasarkan pada riwayat dental, pemeriksaan klinis dan
radiografi dan tes vitalitas pulpa. Harus diingat bahwa pada kebanyakan kasus, pulpa
gigi yang bersebelahan yaitu vital. Bagaimanapun juga, kesulitan dalam mendiagnosa
dapat muncul saat salah satu gigi yang bersebelahan sedang dilakukan perawatan
endodontik, sebagaimana pada kasus kedua, sejak terdapat kemungkinan bahwa lesi
mungkin karena infeksi yang muncul dari saluran lateral. Pada beberapa situasi,
mana harus dibedakan dari LPC. Contoh tipe lesi dan anatomi dengan gambaran
radiolusen yaitu foramen mental, sinus maksila dan kanal nutrisi; kista yang berasal
mentale, yang terlihat sebagai gambaran radiolusen kecil dan bundar di daerah
periapikal gigi premolar rahang bawah. Terkadang, gambaran radiolusen ini dapat
ditemui di antara akar dari gigi geligi . Gambaran radiolusen anatomis lain yang dapat
dijumpai yaitu bayangan sinus maksilaris yang mungkin memiliki berbagai variasi yang
mirip dengan kista periodontal lateral. Ada kalanya, meskipun jarang, terdapat
penonjolan kecil dari dinding sinus di sisi bukal yang tampak seperti lesi radiolusen
menyerupai kista di antara akar gigi geligi . Pada beberapa individu, saluran nutrisi pada
gigi terkadang terlihat jelas pada radiografi periapikal rahang bawah. Pada radiografi
individu yang masih bergigi, saluran ini tampak sebagai gambaran radiolusen seperti
pita yang sempit dalam posisi vertikal, yang terdapat di antara gigi geligi. Terkadang
ketika sinar x-ray diarahkan pada sumbu panjang saluran nutrisi tertentu, saluran ini
Kista radikular lateral terjadi ketika suatu saluran tambahan berukuran cukup
besar yang berhubungan dengan saluran akar yang telah terinfeksi membuka ke arah
permukaan akar lateral. Suatu kista radikular lateral kecil di tahap awal letaknya masih
terbatas hanya di suatu daerah kecil pada tulang interradikular di sebelah permukaan
26
akar. Ketika kista terinfeksi, dapat terjadi pembengkakan dan menyebabkan rasa nyeri,
biasanya di dekat puncak tulang alveolar. Kista ini diperkirakan terjadi akibat penyakit
periodontal sehingga dapat mempengaruhi gigi apa pun. Isi poket mungkin merupakan
bahan iritan yang dapat menstimulasi sisa-sisa sel Malassez pada ligamen periodontal.
premolar dan molar 1 rahang bawah, kemudian dapat meluas ke atas menuju daerah
antara akar-akar gigi tersebut. Pada kasus yang langka, ketika struktur utama yang
terlibat yaitu tulang interradikular, kehancuran tulang di bawah apeks gigi yang terjadi
hanya kerusakan ringan. Gambaran radiolusen ini berbentuk lebih oval atau panjang
dan sempit (slit-like), tidak sebundar kista periodontal lateral. Kista ini terutama
dijumpai pada daerah bergigi di mandibula pada individu berusia di 30 tahun ke bawah.
proses identifikasinya.
premineralisasi dan ameloblastoma dapat berasal dari tulang interradikular, oleh karena
itu, pada tahap awalnya, kedua tumor ini dapat menyerupai kista periodontal lateral.
Beberapa dari tumor ini mungkin memang merupakan kista radikular lateral yang
berasal dari saluran lateral. Tumor jinak pada jaringan yang melewati tulang seperti
27
neurilenoma mungkin tampak seperti gambaran radiolusen berbatas jelas dan berkontur
halus seperti kista. Perlu ditekankan bahwa tumor-tumor tersebut merupakan tumor
yang jarang ditemukan pada tulang rahang. Tumor jenis lain yang harus dibedakan
paradental, dan giant cell granuloma. Berbagai keadaan patologis yang telah
disebutkan di atas dapat dikelirukan sebagai kista periodontal lateral, namun, riwayat
penunjang lainnya akan membantu mengarahkan klinisi pada diagnosis yang tepat.
3.7 Perawatan
kecenderungan kecil untuk terjadi rekurensi. Menurut literatur sejauh ini hanya
ditemukan dua kasus kista rekuren, dan keduanya merupakan kista odontogenik
botryoid. Prosedur bedah enuklease untuk kista periodontal lateral harus dilakukan
Kasus 1
riwayat medis diketahui pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pasien mengeluhkan
adanya bengkak di daerah gigi premolar kanan rahang atas. Pada pemeriksaan intra-
oral ditemukan bengkak dengan bentuk bulat berdiameter hampir 1 cm di gusi cekat
antara gigi kaninus kanan rahang atas dan gigi premolar 1 (Gambar 3.3).
28
Lesi asimtomatik, dengan warna fisiologis, dan cukup keras saat dipalpasi.
Pemeriksaan vitalitas pulpa dilakukan dengan tes dingin dan EPT membuktikan pulpa
gigi kaninus masih vital sedangkan vitalitas pulpa gigi premolar 1 tidak diketahui
lesi radiolusen dengan batas yang jelas di antara akar gigi kaninus dan premolar 1.
Namun, ketika difoto dengan teknik angled horizontal beam, lesi tampak jauh dari akar.
Gambar 3.3a. Gambaran radiografi panoramik dengan tabung intraoral (atau radiografi staturs-x)
menunjukkan lesi kista.
Gambar 3.3c. Gambaran radiografi angled horizontal beam menunjukkan lesi kista.
Berdasarkan temuan ini, pada diagnosis klinis dapat dinyatakan “lesi yang tidak
berasal dari pulpa”, kemudian direncanakan perawatan dengan enuklease pada daerah
tersebut.
3.5a). Permukaan akar tampak normal tanpa tanda-tanda resorbsi (Gambar 3.5b).
30
Gambar 3.5 a. Lesi setelah enuklease. b. Kerusakan pada tulang setelah pengangkatan kista.
kista yang dilapisi epitel gepeng tipis tidak berkeratin kira-kira 3-5 lapis sel tebalnya
dan didukung oleh jaringan ikat fibrosa. Pada beberapa daerah dari epitel ini penebalan
terpusat (plak) yang diselingi oleh sel-sel jernih yang mengandung glikogen. Jaringan
ikat tampak mengalami inflamasi kronis ringan (Gambar 3.6). Diagnosis histologisnya
Gambar 3.6 Gambaran histologis memperlihatkan kavitas kista yang dilapisi selapis tipis epitel gepeng
tidak berkeratin, dan didukung jaringan ikat fibrosa. Perhatikan adanya proses hyalinisasi
di bawah lapisan epitel dan kurangnya inflamasi di dinding jaringan ikat.
Kasus 2
daerah gigi insisif kiri rahang bawah. Bengkak awalnya muncul sejak 6 bulan yang lalu
dan telah mereda setelah mengonsumsi antibiotik. Bengkak kemudian muncul kembali
di daerah yang sama, namun saat pemeriksaan, pasien mengaku simtom telah mereda.
berdiameter hampir 1 cm pada gusi cekat di antara gigi insisif lateral kiri rahang bawah
Lesi asimtomatik, dengan warna fisiologis, dan cukup keras saat dipalpasi.
daerah tersebut menunjukkan lesi radiolusen dengan batas jelas di antara akar gigi
Gigi kaninus diberi perawatan saluran akar dan pengisian saluran akar.
Diagnosis klinis yang dibuat yaitu “lesi yang bukan berasal dari pulpa”, kemudian
dilakukan bedah eksisi pada lesi. Selama prosedur pembedahan, seluruh lesi
histologis dari spesimen memperlihatkan suatu kavitas kista yang dilapisi epitel gepeng
tipis dan tidak berkeratin serta didukung jaringan ikat fibrosa dengan inflamasi kronis.
Diagnosis histologis yang dibuat yaitu “kista periodontal lateral yang merupakan kista
3.9 Simpulan
jarang ditemukan dan biasanya lokasi penemuannya di aspek lateral dari suatu akar gigi.
Lesi ini kebanyakan ditemukan saat pemeriksaan radiografik rutin dan penanganannya
perawatan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar gigi sebelahnya.
BAB IV
DISKUSI
Kista periodontal lateral merupakan kista yang cukup jarang terjadi dengan
presentase 0,8% -2 % dari kista odontogenik lainnya (Carvalho, et al., 2010). Kista ini
pada umumnya muncul pada gigi yang erupsi dan vital. Pada kasus pertama, gigi 13
menggunakan crown.
Pada kasus kedua, gigi 32 masih vital dan gigi 33 sudah dilakukan perawatan
endodontik yang berarti bahwa lesi bukan berasal dari pulpa, dimana menurut Carvalho
developmental non keratin dan non inflamasi yang terletak di sebelah akar gigi yang
vital.
lateral, terutama pada regio premolar, diikuti area insisif lateral dan kaninus (Santos, et
al., 2011). Hal ini didukung dengan lokasi kista periodontal lateral pada salah satu kasus
yang menyatakan bahwa kista ini terdapat pada regio gigi insisif lateral dan kaninus kiri
pada mandibular.
perempuan berusia 62 tahun , sedangkan pada kasus kedua juga terdapat pada seorang
34
35
perempuan namun berusia 44 tahun. Pada beberapa literature menyebutkan bahwa kista
ini lebih banyak muncul pada individu berusia 40-70 tahun dan tidak memandang jenis
radiografi periapikal untuk melihat gambaran kista. Selain itu, pada pasien juga
ruang kista dikelilingi oleh epitel squoamous tipis, non keratin dan diikuti oleh jaringan
ikat fibrosa. Selain itu pada pemeriksaan histologi juga terdapat penebalan pada epitel
(plak) diikuti terdapatnya glikogen pada sel. Hal ini sesuai menurut Carvalho et al
(2010) yang menjelaskan bahwa gambaran histologi pada kista periodontal lateral yaitu
lapisan epitel squamous tipis non keratin terdiri dari 1-5 lapisan sel, pada beberapa area
Peawatan kista pada kasus dilakukan dengan teknik enukleasi total pada
kerusakan yang terjaidi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Meseli et al (2014) yang
dengan enukleasi, perawatan endodontik atau bedah periapical pada gigi yang terinfeksi
kista tidak diperlukan selama gigi tersebut masih dalam keadaan vital.
36
kasus 1
Elemen 13 14
Mahkota Tidak ada kelainan Gambaran radiopak pada
mahkota dari oklusal
sampai servikal
menyerupai crown
Akar 1, lurus 1, lurus
Ruang Membran Menghilang di 1/3 cervikal Menghilang di ½ apikal
Periodontal akar distal akar mesial
Laminadura Menghilang di 1/3 cervikal Menghilang di ½ akar
akar distal mesial
Alveolar Crest Gambaran radiolusen Gambaran radiolusen
berbentuk oval 1 cm di berbentuk oval 1 cm di
distal, batas jelas dan tegas mesial, batas jelas dan
diantara gigi 13 dan 14 tegas diantara gigi 13 dan
14
Furkasi - -
Periapikal - -
Kesan Terdapat kelainan pada Terdapat kelainan pada
mahkota, membran mahkota, membran
periodontal, lamina dura, periodontal, lamina dura
alveolar crest dan alveolar crest
Suspek Kista periodontal lateral Kista periodontal lateral
Radiodiagnosis
Tabel 4.1 Interpretasi foto Rontgen kasus 1
37
Kasus 2
Elemen 32 33
Mahkota Tidak ada kelainan Gambaran radiopak pada
mahkota dari oklusal sampai
servikal
dengan keluhan bengkak di area premolar kanan maksila. pada pemeriksaan intra oral
dan premolar pertama maksila. Tes vitalitas menunjukkan gigi kaninus dalam keadaan
Pada kasus kedua, pasien perempuan berusia 44 tahun datang dengan keluhan
bengkak di area insisif kiri mandibula. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan
pembengkakan pada gingiva cekat berdiameter 1 cm diantara gigi insisif lateral dan
kaninus mandibula. Tes vitalitas menunjukkan gigi 32 dalam keadaan vital sedangkan
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mahkota gigi 13 tidak ada kelainan yang berarti
gigi tersebut masih vital, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan
bahwa kista periodontal lateral merupakan kista non inflamasi yang terletak pada
permukaan lateral akar gigi yang vital (Meseli, et al., 2014) meskipun gigi 14 terdapat
sedangkan pada gigi 33 terdapat gambaran radiopak pada mahkota dari oklusal sampai
servikal. Hal ini menunjukkan bahwa gigi 33 telah dilakukan perawatan endodontik.
Diagnosa klinis menjelaskan bahwa lesi bukan berasal dari pulpa. Meskipun demikian,
terdapat pernyataan pada beberapa literatur yang menyatakan bahwa vitalitas pada gigi
sebelahnya tidak selalu menjadi faktor dalam berkembangnya kista (Dubey, et al.,
2010).
39
Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa akar gigi yang terdapat kista tidak
mengalami resorpsi. Selain itu, pada daerah yang terdapat kista periodontal lateral,
ligamen periodontal dan lamina dura pada kedua gigi yang terdapat kista juga
menghilang. Hal ini sesuai dengan beberapa studi yang menyatakan bahwa umumnya
tidak terjadi resorpsi akar pada daerah yang terdapat kista. Meskipun tidak umum,
resorpsi akar pada gigi sebelahnya juga dapat terjadi, serta hilangnya lamina dura dan
Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa pada alveolar crest gigi yang terdapat
dikelilingi gambaran radiopak dengan batas jelas dan tegas. Hal ini sesuai dengan
lateral berbentuk bulat atau oval radiolusen dengan batas jelas dan tegas, biasanya
KESIMPULAN
bahwa kista periodontal lateral merupakan kasus kista yang jarang terjadi dengan
persentase 0,7% hingga 1% dari seluruh kasus kista pada rahang. Kista periodontal
lateral ini biasanya tidak menimbulkan gejala namun dapat juga terlihat adanya
pembengkakan pada gingiva cekat atau mukosa alveolar. Gambaran radiografi kista
periodontal lateral berupa gambaran radiolusen dengan berbatas jelas dan tegas,
berbentuk bulat atau oval atau teardrop dengan diameter yang kurang dari 1 cm. Kista
periodontal lateral biasanya ditemukan berada di lateral akar gigi yang masih vital
radiografi. Teknik radiografi yang dapat digunakan pada kasus kista periodontal lateral
yaitu teknik konvensional seperti foto panoramik, foto periapikal, dan foto oklusal
maupun teknik digital. Perawatan kista periodontal lateral dapat dilakukan dengan
enukleasi namun terdapat beberapa kasus yang telah dilaporkan oleh karena itu pasien
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Chapter 41: Intraoral Radiography. USA: Elsevier Inc. Diakses pada 29
http://slideplayer.com/slide/4991660/.
Carvalho, L.F. et al. 2010. Lateral Periodontal Cyst : a Case Report & Literature
Dubey, K.N. et al. 2010. Diagnosis and Osseous Healing of a Lateral Periodontal Cyst
Goaz, P.W. dan S.C. White. 2006. Oral Radiology Principles and Interpretation 3rd
Kerezoudis, N.P. et al. 2000. The Lateral Periodontal Cyst: Aetiology, Clinical
16:144-150.
Malik, N.A. 2012. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 3rd Edition. New Delhi:
Lateral Periodontal Cyst- Report of two cases. Journal Medicine Oral Pathology
41
42
Meseli, S.E. et al. 2014. Treatment of Lateral Periodontal Cyst with guided Tissue
Neville, B.W. et al. 2016. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. Canada:
Elsevier.
Santos, M.E. et al. 2011. Lateral Periodontal Cyst with Extremely Rare Clinical
Saygun, I. et al. 2001. Lateral Periodontal Cyst. Turki Journal Medical Science Vol 31:
375-378.
London: Elsevier.
White, S.C.; Pharoah, M.J. 2004. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 5th
https://www.slideshare.net/babai1993/introduction-to-cyst