Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA RADIKULAR

DI SUSUN OLEH :

FADLI ARIANSYAH
23149011120

Dosen Pembimbing: Ns. Aris Citra Wisuda, S.Kep., M.Kes.,


M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Kista Radikular

Kista adalah suatu rongga patologis yang tumbuh secara abnormal

berisi cairan dalam suatu kapsul yang dibatasi membran epithelium.

Biasanya kista disebabkan oleh trauma, peradangan, gangguan

pertumbuhan, ataupun retensi.

Kista radikular adalah kista yang berhubungan dengan peradangan

(inflammatory cysts). Kista radikular biasanya ditemukan berukuran kecil

dan tidak menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan dan berbatas

jelas apabila tidak terjadi infeksi (Kristiani, dkk, 2008). Kista tersebut

berasal dari sisa-sisa sel epitel Malassez di ligamen periodontal sebagai

hasil periodontitis apikalis yang mengikuti kematian nekrosis pulpa.

Pembesaran kista pada bagian mandibula dapat menyebabkan asimetris pada

wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang

berhubungan dengan lokasi kista, serat terjadinya pergeseran gigi (Ghom &

Ghom, 2012; Malik, 2012).

2. Epidemiologi Kista Radikular

Kista radikular merupakan jenis kista yang paling sering ditemukan

pada maksila dan mandibula sekitar 52% sampai 68%. Lokasi tersering

terjadi pada maksila terutama region anterior dan mandibula pada region

posterior, namun kista ini dapat terjadi di region mana saja di rahang.

Insiden tertinggi terjadi pada usia 30 sampai 40 tahun dan jarang terjadi
pada anak. Kista radikular lebih banyak ditemukan pada laki-laki sekitar

58% dibandingkan dengan wanita 42% (Medscape, 2014).

3. Etiologi Kista Radikular

Kista radikular mandibula dapat terjadi akibat faktor trauma fisik,

kimia, atau bakteri sehingga terjadi kematian pulpa yang diikuti oleh

stimulasi sel sisa epitel Malassaez yang normalnya terdapat pada

ligamentum periodontal. Kista ini berhubungan dengan proliferasi dari rest

(sisa) dental lamina. Kista periapikal berkembang dari perluasan periapikal

granuloma, yang mana merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan

granulasi yang berlokasi pada tulang di bagian apeks dari gigi non-vital.

Granuloma periapikal terjadi dan terbentuk oleh degradasi produksi dari

jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari epitelial rest malassez terjadi

akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan kista terjadi akibat

adanya poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk pemisahan stimulus

inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di sekitarnya (Sirait, Rahayu,

Sibarani, & Brigitta, 2010).

Kista radikular berasal dari sisa epitel Mallassez (rest of Mallassez)

pada apeks granuloma atau periapikal gigi non vital yang terstimulasi untuk

berproliferasi oleh proses inflamasi. Kista radikular secara umum terjadi

karena infeksi pulpa yang terjadi pada gigi yang karies. Bakteri yang berasal

dari sulkus ginggiva atau kantong periodontal mencapai kanal sisa akar gigi

melalui pembuluh darah periodontal. Mikroba juga dinyatakan berasal dari


nekrosis pulpa melalui sirkulasi darah (anachoresis). Lingkungan

endodontic merupakan habitat untuk tumbuhnya flora khususnya bateri

anaerob. Habitat tersebut memiliki sifat-sifat biologis dan patologis seperti

antigenisitas, aktivitas mitogenik, kemotaksis, enzim hitiolitik, dan aktivasi

sel pejamu. Mikroba dan produknya menginvasi saluran akar dan kemudian

ke periapeks. Sebagai respon, tubuh memiliki pertahanan tubuh berupa sel-

sel tertentu, antibodi, dan molekul efektor. Mikroba dan perlawanan

pertahanan tubuh yang terjadi menyebabkan merusakan dari jaringan

periapikal dan terentuk berbagai kategori lesi periodontitis apical (Sirait,

Rahayu, Sibarani, & Brigitta, 2010).

4. Klasifikasi Kista Radikular

Kista pada rongga mulut terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

kista odontogenik dan kista non odontogenik. Kista odontogenik adalah

kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi. Kista

odontogenik diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu developmental

dan inflammatory. Kista developmental merupakan kista yang tidak

diketahui penyebabnya sedangkan kista inflammatory merupakan kista yang

terjadi karena adanya inflamasi. Klasifikasi kista odontogenik berdasarkan

penyebabnya adalah kista developmental dan kista inflammatory.

 Kista Dentigerous
 Kista erupsi
Developmental
 Kista odontogenik keratosis
 Kista Gingival pada bayi
 Kista lateral periodontal
 Kista radikular (periapikal/apical
Inflammatory periodontal)
 Kista residual

Penelitian Jean-Paul M., et.al. (2006) menunjukkan presentase kista

odontogenk yang terdapat di Pitie-salpetiere University Hospital, Paris,

Prancis menunjukkan bahwa kista yang paling sering ditemukan adalah

kista radikular yaitu sebanyak 53,5% dari keseluruhan responden. Kista

radikular juga diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan lokasi

asalnya yaitu sebagai berikut:

 Kista periapikal merupakan kista radikular yang berasal dari apeks akar

 Kista lateral radikular merupakan kista radikular yang berasal dari

pembukaan saluran akar aksesori lateral yang menyinggung gigi

 Kista residual merupakan kista radikular yang masih tersisa setelah

ekstraksi yang menyinggung gigi.

5. Patofisiologi Kista Radikular

Inflamasi adalah respon fisiologis tubuh terhadap suatu peradangan

dan gangguan oleh faktor eksternal. Respon peradangan meliputi suatu

perangkat kompleks yang mempengaruhi perubahan vaskular dan selular

(Brunner & Suddarth, 2008). Bakteri dapat masuk ke dalam pulpa dengan

tiga cara yaitu pertama, invasi langsung melalui dentin, seperti karies,

fraktur mahkota atau akar, terbukanya pulpa pada waktu preparasi kavitas,
atrisi, abrasi, erosi atau retak pada mahkota. Kedua, invasi melalui

pembuluh darah atau limfatik terbuka yang ada hubungannya dengan

penyakit periodontal, suatu kanal aksesori pada daerah furkasi, infeksi gusi,

atau scaling gigi-gigi. Ketiga, invasi melalui darah, misalnya selama

penyakit infeksius atau bakteremia transient (Walton & Mahmou, 2008).

Patogenesis kista asli (true cyst) terjadi dalam 3 fase yaitu Fase

pertama (inisiasi), secara umum telah diketahui bahwa lapisan epitel kista

radikular berasal dari sel sisa epitel Mallassez (rest of Malassez) dalam

ligamentum periodontal. Sel sisa Malassez yang mati (dormant) mengawali

proliferasi sebagai akibat langsung dari inflamasi, kemungkinan dibawah

kendali antigen bakteri, epidermal growth factors, sel-sel mediator, dan

metabolit yang dilepaskan oleh berbagai sel yang berdiam pada lesi

periodontal. Fase kedua (pembentukan kista), ada dua teori tentang

pembentukan kista :

1) Teori defisiensi nutrisi

Teori defisiensi nutrisi didasarkan bahwa massa epitel dari sel–sel

pada bagian sentral menjadi terpisah semakin jauh akibat perbandingan

nutrisi yang berbeda pada lapisan basal, yang terjadi oleh karena

gagalnya pemenuhan nutrisi yang adekuat sehingga terjadi degenerasi

berbentuk cairan (liquofaction) dan nekrosis, hal ini menyebabkan

terbentuknya suatu rongga berlapis epitel berisi cairan. Alternatif lain

berupa sel-sel dapat membentuk lembaran yang mencakup bagian dari


granuloma dengan akibat yang sama berupa pecahnya isi dari granuloma

yang terbuka sehingga terbentuk pusat berupa cairan dari kista.

2) Teori abses

Dasar dari teori abses bahwa proliferasi lapisan epitel rongga abses

dibentuk oleh jaringan nekrosis dan jaringan yang lisis oleh karena sifat

alami dari sel-sel epitel akan menutupi permukaan yang terpapar oleh

jaringan ikat.

Fase ketiga pembesaran kista, penelitian menunjukkan osmosis

memiliki peranan dalam peningkatan ukuran kista. Adanya jaringan

nekrotik, eksudat plasma protein, dan asam hialuronat dalam rongga kista

mengakibatkan tekanan osmosis cairan kista lebih tinggi dari cairan jaringan

sekitarnya sehingga akan menarik cairan masuk kedalam rongga kista

menyebabkan ukuran kista membesar.

Mekanisme pembentukan kista radikular bentuk kantong diawali

dengan sebuah perluasan yang menyerupai gelembung kecil dari ruang

saluran akar gigi yang terinfeksi ke periapikal. Ruang lumen kecil ini

ditutup oleh epitel skuamosa bertingkat kemudian bertumbuh dan

membentuk leher (collar) yang tersusun dari epitel sekitar ujung akar gigi.

Epitel berbentuk leher tersebut melakukan perlengketan ke permukaan akar

gigi yang terinfeksi dan di bagian lain lumen kecil berbentuk kistik disekitar

periapikal. Hadirnya mikroorganisme pada saluran akar apikal menarik

granulosit netrofil melalui proses kemotaksis kedalam mikrolumen. Lumen


yang menyerupai kantong membesar untuk menampung debris untuk

membentuk divertikulum dari ruang saluran akar ke daerah apikal.

6. Manifestasi Klinis Kista Radikular Mandibula

Kista radikular kecil biasanya tanpa gejala dan dapat ditemukan saat

intraoral periapikal (IOPA) radiografi yang diambil dari gigi non-vital.

Perluasan kista radikular menyebabkan erosi, hal ini akan menekan gigi

disekitarnya sehingga menyebabkan nyeri. Nyeri dan infeksi adalah

manifestasi klinis lain dari beberapa kista radikular. Kista ini tidak

menimbulkan rasa sakit kecuali terinfeksi. Kista radikular yang lebih besar

akan menunjukkan pembengkakan. Pembesaran awalnya terjadi pada tulang

keras dan menyebabkan penipisan pada tulang dan dapat menyebabkan

perubahan tulang (Kenneth & Cohen, 2011).

7. Pemeriksaan Penunjang Kista Radikular Mandibula

1) Radiografi

Gambaran radiologis presentasi kista radikular biasanya tampak sebagai

berikut (Manaktala, 2014):

Pinggiran dan bentuknya

Pinggiran biasanya memiliki perbatasan kortikal yang tegas. Garis besar

kista radikular biasanya melengkung atau melingkar kecuali dipengaruhi

oleh struktur sekitarnya seperti batas kortikal.


Struktur internal

Biasanya struktur internal dari kista radikular adalah radiolusen bulat

atau bulat telur dikelilingi oleh margin radio-opak sempit, yang

membentang dari Lamina Dura dari terlibat gigi. Dalam kista terinfeksi

atau yang cepat membesar, margin radio-opak tidak dapat dilihat.

Efek pada struktur sekitarnya

Jika kista radikular besar, perpindahan dan resorpsi akar gigi yang

berdekatan mungkin terjadi. Pola resorpsi biasanya membentuk garis

melengkung. Dalam kasus yang jarang terjadi, kista dapat menyerap akar

gigi non-vital terkait. Lempeng kortikal mandibula juga semakin luas

berbentuk melengkung atau melingkar.

2) Histopatologi

Spesimen kista radikular massa berbentuk bulat atau bulat telur, tetapi

sering mereka tidak teratur. Dindingnya bervariasi dari yang sangat tipis

dengan ketebalan sekitar 5 mm. Permukaan bagian dalam mungkin halus

atau bergelombang (Manaktala, 2014).

8. Penatalaksanaan Kista Radikular Mandibula

Sumber penyebab dari kista harus dihilangkan oleh pulpectomy penuh

atau ekstraksi, dan enukleasi.

1) Endodontik

Lesi perifer termasuk kista radikular dieliminasi oleh tubuh setelah agen

penyebab dihapus. Mayoritas kista radikular dapat menjalani root Canal


Treatment dan tidak memerlukan intervensi bedah. Dilakukan penyisipan

bagian saluran akar lain di luar foramen apikal sehingga menghasilkan

peradangan akut sementara yang dapat merusak lapisan epitel radikular

kista dan mengubahnya menjadi granuloma (Kenneth & Cohen, 2011;

Walton & Mahmou, 2008; Tarigan, 2006).

2) Pembedahan

a. Enukleasi

Enukleasi merupakan suatu proses dilakukan pembuangan total lesi kista.

Sebuah kista dapat dilakukan prosedur enukleasi karen lapisan dari

fibrous connective tissue berada diantara komponen epitelial (yang

membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista.

Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk

mengangkat kista dalam satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan

mengurangi kesempatan rekurensi. Namun pada praktiknya,

pemeliharaan keutuhan kista tidak selalu dapat terjaga, hancurnya

potongan kista dapat terjadi. Enukleasi merupakan perawatan pilihan

untuk pengangkatan kista pada rahang dan seharusnya digunakan pada

kista yang dapat diangkat dengan aman tanpa terlalu membahayakan

jaringan sekitar (Tarigan, 2006).

Keuntungan utamanya adalah pemeriksaan patologis dari keseluruhan

kista dapat dilakukan. Keuntungan lainnya adalah initial excisional

biopsy (enukleasi) juga telah merawat lesi. Pasien tidak harus merawat
marsupial cavity dengan irigasi konstan. Setelah akses flap

mukoperiosteal sembuh, pasien tidak lagi terganggu dengan kavitas kista.

Jika terdapat indikasi-indikasi untuk melakukan marsupialisasi, maka

akan terdapat banyak kerugian untuk prosedur enukleasi. Sebagai contoh,

dapat membahayakan jaringan normal, fraktur tulang rahang dapat

terjadi, atau gigi dapat menjadi non-vital. (Kenneth & Cohen, 2011;

Tarigan, 2006)

b. Marsupialisasi

Marsupialisasi adalah membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam

pembedahan, mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara

kista dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian

kista yang diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan

oral mukkosa dibiarkan pada tempatnya. Proses ini dapat mengurangi

tekanan intrakista dan membantu penyusutan dari kista serta pengisian

tulang. Marsupialisasi dapat digunakan sebagai suatu perawatan tunggal

atau sebagai suatu perawatan awal dan selanjutnya dilakukan tahap

enukleasi (Walton & Mahmou, 2008; Tarigan, 2006).

Terdapat beberapa indikasi dilakukan marsupialisasi diantaranya:

 Jumlah kerusakan jaringan

Jika letak kista berdekatan dengan struktur anatomis yang vital,

perawatan dengan enukleasi akan mengakibatkan kerusakan jaringan

yang tidak perlu. Sebagai contoh, jika enukleasi akan menyebabkan

fistula pada sekitar rongga hidung atau dapat menyebabkan kerusakan


jaringan saraf (saraf alveolar inferior), serta dpat menyebabkan

devitalisasi dari gigi yang vital.; maka marsupialisasi diperlukan.

 Akses pembedahan

Jika akses pembedahan sulit dicapai, maka biasanya bagian dari

dinding kista akan tertinggal, menyebabkan rekurensi. Karena hal itu,

marsupialisasi dapat dipertimbangkan

 Membantu erupsi gigi

Jika gigi yang belum bererupsi terlibat dengan kista (dentigerous cyst)

dan gigi tersebut dibutuhkan untuk kestabilan lengkung dental, maka

marsupialisasi dapat membanu akses erusi gigi tersebut

 Besar/tidaknya tindakan bedah

Jika pasien kista memiliki penyakit sistemik atau tingkat stress yang

tinggi, dapat dipilih marsupialisasi, karena caranya mudah dan tidak

menimbulkan stress yang besar

 Ukuran kista

Pada ukuran kista yang sangat besar, enukleasi dapat menyebabkan

resiko patahnya tulang rahang. Maka itu dapat dipilihkan

marsupialisasi dan dilakukan enukleasi setelah adanya pengisian

kembali oleh tulang gigi

Kerugian dari marsupialisasi adalah kemungkinan tertinggalnya jaringan

yang patologis, tanpa adanya pemeriksaan histopatologi. Walaupun

setelah pengeluaran isi kista dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi,

tetapi lesi yang lebih agresif dapat tertinggal pada jaringan kista yang
tersisa. Selain itu pasien juga harus memperhatikan kebersihan rongga

kista, karena biasanya sisa-sisa makanan terperangkap disana. Untuk itu,

pasien harus rutin mengirigasi kavitas kista beberapa kali dalam sehari,

sampai beberapa bulan selanjutnya, tergantung pada besarnya ukuran

kista dan laju pengisian tulang (Kenneth & Cohen, 2011)

9. Komplikasi Kista Radikular

 Karsinomatosa/neoplastik

Terkadang kista radikular dapat berkembang menjadi karsinoma pada

beberapa kasus. Karsinoma sel skuamosa atau epidermoid karsinoma

terkadang timbul dari lapisan epitel radikular Kista.

 Patologis Jaw Fracture

Jika kista telah benar-benar mengikis tulang khususnya jika itu muncul di

wilayah posterior yang sangat langka dalam kasus radikular Kista dapat

menyebabkan fraktur tulang rahang patologis.

 Infeksi Sekunder

Kista bisa mendapatkan sekunder terinfeksi dan menciptakan komplikasi

lebih lanjut.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Kista Radikular Mandibula

Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri dan mengeluh terjadi pembengkakan pada bagian

rahang yang semakin membesar

Data Objektif

Pasien tampak meringis, tampak memegangi area nyeri dan terlihat adanya

pembengkakan pada rahang

Pengkajian Sistem Tubuh

a) Makanan/cairan

Kaji status nutrisi dan cairan pasien. Kaji apakah kista pada daerah

mandibula menyebabkan penurunan nafsu makan pada pasien.

b) Nyeri/kenyamanan

Klien terganggu tingkat kenyamanannya karena adanya rasa nyeri dan

ngilu pada rahangnya.

c) Keamanan

Klien berisiko mengalami infeksi karena adanya pembengkakan dan

inflamasi pada daerah sekitar kista. Kaji tanda-tanda adanya infeksi lokal

maupun sistemik.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan Kepala ditemukan adanya pembengkakan pada pipi

tepatnya pada mandibula baik sinistra maupun dekstra kadang disertai

maupun tidak disertai nyeri.


Pemeriksaan Penunjang

Radiologi

Gambaran radiologi menunjukkan adanya massa dengan pinggiran yang

berbatas tegas membentuk lengkungan atau lingkaran pada bagian sekitar

madibula.

2. Diagnosa Keperawatan Kista Radikular Mandibula

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan

melaporkan nyeri secara verbal, pasien tampak meringis, pasien tampak

memegangi area yang terasa nyeri.

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

sekunder : supresi respon inflamasi.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai

dengan mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan, khawatir.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit ditandai dengan

respon non verbal terhadap persepsi perubahan penampilan dan

mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan

tentang penampilan.

Anda mungkin juga menyukai