Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Kista mengandung bahan cairan atau setengah padat dan terdapat garis

kantung epitel. Sel epitel pertama berploriferasi dan kemudian mengalami degenerasi

dan menjadi cair, yang kemudian menyebabkan pembentukan kista. Tapi dalam

beberapa kasus perubahan karena perlawanan tidak seimbang dihasilkan oleh gigi

disekitarnya. Ini juga dapat menyebabkan perpindahan gigi dan tulang kortikal oleh

tekanan yang dihasilkan sela,a perluasdan kista. Kista secara umum diklasifikasikan

sebagai kista odontogenik dan kista non-odontogenik.1,2

Kista odontogenik adalah kista yang paling sering dijumpai oleh dokter gigi.

Kista jenis ini merupakan jenis kista yang paling umum mempengaruhi daerah

maksilofasial dan sebagian besar terjadi akibat adanya ploriferasi dari sisa epitel pada

saat perkembangan gigi. Kista odontogenik dibagi nmenjadi 2 kelompok berdasarkan

etiologinya, yaitu developmental dan inflammatory. Kista inflamatory terjadi akibat

proses inflamasi, sedang kista developmental atau kista pertumbuhan merupakan

suatu keadaan yang asimtomatik yang tidak diketahui penyebabnya tapi terjadi bukan

hasil dari proses inflamasi.1,.2

Kemungkinan telah terjadi pertumbuhan kista secara klinis harus selalu

diwaspadai apabila ditemukan penderita dengan disertai pembengkakan dirongga

mulut atau ditemukannya gambaran radiolusen pada pemeriksaan roengent foto,

walaupun tidak selalu bahwa gambaran radiolusen tersebut merupakan suatu

bentukan kista.
Pemahaman proses odontogenesis atau pemnbentukan gigi sangat penting

untuk mengetahui bagaimana suatu kista tumbuh dan diklasifikasikan. Selain itu ada

beberapa hal yang juga harus dipahami, klasifikasi kista menurut Wotld Health

Organization (WHO), gambaran radiologis dan patologis, serta perawatan dari kista

odontogenik tersebut.3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Kista Odontogenik2,3

Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan dan dibatasi oleh lapisan epitel

dan jaringan ikat.

Kista Odontogenik merupakan kista yang dinding epitelnya berasal dari

proliferasi sisa-sisa epitel odontogenesis, seperti: epithelial rest Malassez, gland of

Serres, reduced enamel epithelium.

B. Mekanisme terbentuknya kista odontogenik1

Untuk memahami asal pertumbuhan kista, maka perlu memahami tahapan atau

fase pertumbuhan gigi di rahang. Pertumbuhan gigi terjadi melalui proses interaksi

epitel rongga mulut dan sel-sel mesenchym di bawahnya. Pertumbuhan gigi

berlangsung melalui tahapan bud stage, cup stage, dan bell stage. Adapun tahapan

pertumbuhan gigi dimana enamel berasal dari jaringan ectodermal dan terlihat

jaringan mesenchyme dental papilla mengelilingi enamel organ. Sedangkan diregio

mahkota gigi terjadi proses diferensiasi penuh sel-sel odontobls dan ameloblast di

region mahkota gigi. Pembuluh darah mulai tumbuh diregio dental papilla yang

merupakan satu-satunya struktur yang mempunyai vaskularisasi di region enamel

organ, dibagian luar enamel epithelium mengandung pleksus-pleksus kapiler.

Melalui pengenalan proses odontogenesis dapat diketahui asal pertumbuhan

patologis kista yang berasal dari sisa-sisa epitel pembentuk gigi. Secara umum

pertumbuhan kista berasal dari sisa-sisa epitel pembentukan gigi yang mengalami
proliferasi kistik. Epitel rest Malassez yang merupakan sisa-sisa epitel pembentukan

akar gigi tersebut masih dapat ditemukan di dalam jaringan peridonsium walaupun

akar gigi telah terbentuk sempurna.

Kista odontogenik tumbuh dari pola umum pertumbuhan suatu kista yang terjadi

karena adanya stimulasi (cytokinese) pada sisa-sisa sel epitel (epithel rest)

pertumbuhan yang kemudian mengalami proses proliferasi dan di dalam

pertumbuhannya tidak menginvasi jaringan sekitarnya. Sisa epitel tersebut kemudian

akan berploriferasi membentuk massa padat. kemudian massa akan semakin

membesar, sehingga sel-sel epitel dibagian tengah massa akan kehilangan aliran

darah, akibatnya aliran nutrisi yang terjadi melalui proses difusi terputus. Kematian

sel-sel di bagian tengah massa kista tersebut akan menyebabkan terbentuk suatu

rongga yang didalamnya berisi cairan yang bersifat hipertonis. Keadaan hipertonis

akan menyebabkan terjadinya proses transudasi cairan dari ekstra lumen menuju ke

dalam lumen, sehingga mengakibatkan terjadinya tekanan hidrostatik yang

mengakibatkan massa kista semakin membesar. Akibat pembesaran massa kista maka

tulang di sekitar dinding kista akan mengalami resoprsi akibat desakan massa kista.
C. Jenis-jenis Kista Odontogenik

Berdasarkan etilogi, kista odontogenik dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:

1. KISTA INFLAMATORI1,2,3,4,5

Kista inflamatori merupakan jenis kista odontogenik yang terbentuk karena

adanya proses inflamasi atau peradangan. Adapun jenis-jenisnya, yaitu:

a. Kista Radikular

Kista radikular atau biasa juga disebut kista periapikal yaitu kista yang

terjadi akibat proses keradangan dinding epitel dari proliferasi sel epitel

Malassez yang berada di ligament periodontal sebagai akibat dari proses

inflamasi.

Proses pathogenesis kista radikuler dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase inisiasi,

fase formasi kista, dan fase pembesaran kista. Pada fase inisiasi, produk iritan

berupa endotoksin dari bakteri yang disekresi secara konstan akan menginfeksi

pulpa, menyebar ke jaringan periapikal, dan merangsang terjadinya proses

inflamasi. Pada saat proses inflamasi berlangsung, host cell ( fibroblast,

granulosit, magrofag, dan limfosit) akan mensekresi proinflamatory cytokines,

mediator inflamasi ( prostaglandin), dan growth factor (EGF, KGF, TGF, TGF-

a, FGF, HGF) untuk mengeliminasi bakteri. Kolaborasi tersebut akan memicu

proliferasi sel malassez.

Saat massa semakin membesar, sel yang terletak di bagian tengah massa

terletak semakin jauh dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplai


nutrisic terhambat, sel yang di tengah massa akan mati dan ruangan yang di

tengah massa akan menjadi suatu lumen.

Gambaran klinis: Kista radikular bersifat asimptomatik dengan proses

pembesaran perlahan dan tidak disadari oleh penderita sampai ukurannya

membesar dan tampak secara klinis.

Gambaran histopatologi: kista radikular ditunjukkan dengan adanya suatu

rongga berlapis epitel yang tidak berkeratin dan memiliki ketebalan yang

bervariasi. Gambaran khas dari kista ini menunjukkan adanya kerusakan pada

dinding epitel akibat proses radang sehingga ditemukan sel neutrofil dan sel

radang lainnya di dinding kista tersebut.

Gambaran radiografi: kista radikular nampak sebagai area bulat radiolusen

berbatas tegas di apeks gigi.

Gambar 1. Gambaran radiografi kista radikular pada gigi insisvius lateralis


b. Kista residual

Kista residual merupakan kista yang ditemukan pada rahang akibat tidak

terambilnya kista tersebut pada saat pencabutan gigi sebelumnya. Biasanya

ditemukan saat dilakukan pemeriksaan radiologis secara kebetulan pada saat

diperlukan pemeriksaan gigi lainnya.

Gambaran klinis: kista residual bersifat asimptomatik dan terjadi secara

perlahan dan tidak disadari oleh penderita sehingga kista ini sering ditemukan

secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan radilogis gigi.

Gambaran histopatologi: gambarannya hampir sama dengan kista radikular

yang dilapisi stratified squamosal epithelium yang tidak mengalami keratinisasi

squamous dan menunjukkan adanya proses inflamasi pada dinding epitel.

Gambaran radiografi: adanya gambaran radiolusen berbatas tegas di region

tidak bergigi.

Gambar 2. Gambaran radiografi kista residual yang tidak terambil saat ekstraksi gigi
c. Kista Paradental

Kista paradental merupakan jenis kista peradangan dari hasil proliferasi

epithel rest of Malassez di bagian lateral jaringan periodonsium. Kista

paradental merupakan kasus yang jarang terjadi.

Gambaran klinis: kista tumbuh di bagian lateral akar gigi sebagai akibat dari

proses radang di region poket periodontal.

Gambaran histopatologi: Gambaran histopatologi kista paradental tidak

dapat dibedakan dengan kista radikuler. Kista dibatasi oleh spongiotic stratified

squamous epithel yang tidak mengalami keratiniasasi.

Gambaran radiografi: gambaran radiolusen sekitar akar gigi

Gambar 3. Gambaran radiografi kista paradental pada region poket periodontal molar

2. KISTA DEVELOPMENTAL ( KISTA PERTUMBUHAN)1,2,4,6

Kista developmental atau kista pertumbuhan merupakan jenis kista

odontogenik yang asimtomatik yang tidak diketahui penyebabnya.


a. Keratosis Odontogenik (OKC)

Merupakan kista yang berasal dari proliferasi dental lamina atau sisa epitel

pertumbuhan yang terdapat di rahang. Dinamakan ‘keratocyst’ karena epitel

kista menghasilkan begitu banyak keratin yang mengisi lumen kista.

Gambaran klinis: Keratosis odontogenik sering menyebabkan

pembengkakan di daerah fasial atau lingual dari tulang rahang, dan terlihat

menonjol. Gejala klinis lainnya yaitu parastesia pada bibir, gigi tanggal, dan

nyeri.

Gambaran histopatologi: Keratosis odontogenik digolongkan menjadi dua

tipe yaitu parakeratin dan ortokeratin. Penggolongan tersebut sesuai dengan

keratinisasi yang terbentuk dari epitel di sekitarnya. Tipe parakeratin

menunjukkan lapisan dinding terluar kista berbentuk pipih, tidak membentuk

suatu struktur, dan biasanya memiliki tebal 8-10 lapis sel. Sedangkan tipe

ortokeratin menunjukkan adanya lapisan sel granular dibawah lapisan

permukaan yang datar dan lapisan keratin yang memenuhi ruang kista dengan

bahan semi padat, dan lapisan sel basal kurang jelas, dan didapatkan sel

skuamosa lebih banyak daripada jenis parakeratin.

Gambaran radiografi: Keratosis odontogenik menunjukkan gambaran

radiolusen unilokular atau multilokular dengan batas yang jelas berupa sclerotic

border.
Gambar 4. Gambaran radiografi dari keratosis odontogenik

b. Kista Dentigerous

Kista dentigerous merupakan kista yang terbentuk disekitar mahkota gigi

dan melekat pada cement-enamel junction gigi yang tidak erupsi. Kista

dentigerous juga biasa disebut kista folikular karena merupakan hasil

pembesaran folikel yang berasal dari akumulasi cairan antara reduced enamel

epithelium dan enamel gigi.

Terdapat dua teori tentang pertumbuhan kista dentigerous, yaitu teori

pertama mengatakan bahwa pembentukan kista dimulai dengan pengumpulan

cairan di antra reduced enamel epthelium ( sisa epitel pembentuk enamel) dan

mahkota gigi, dimana tekanan cairan akan menyebabkan terjadinya proliferasi

reduced enamel epithelium menjadi suatu kista. Sedangkan teori kedua

mengatakan bahwa pembentukan kista terjadi dimulai denga terpecahnya

stellate reticulum yang akan menyebabkan terjadinya pembentukan cairan

diantara outer dan inner epithelium, dimana cairan tersebut akan memicu

proliferasi outer enamel epithelium yang menyisakan perlekatan pada gigi


dibagian cement-enamel junction, sehingga inner epithelium tertekan ke atas

permukaan mahkota.

Gambaran klinis: kista dentigerous bersifat asimptomatik, namun ukuran

kista dentigerous dapat menjadi sangat besar sehingga bias menyebabkan

asimetris wajah pada penderita.

Gambaran histopatologi: dinding kista dentigerous dilapisi oleh jaringan

ikat dan epitel pipih yang bersatu dengan reduced enamel epithelium dan

menutupi mahkota gigi.

Gambaran radiografi: kista dentigerous memiliki adanya korteks yang

berbatas dengan outline berbentuk kurva atau sirkuler dan melekat pada

cemento-enamel junction pada mahkota gigi yang tidak erupsi.

Gambar 5. Gambaran radiografi kista dentigerous

c. Kista Erupsi

Kista erupsi terbentuk di dalam gusi diatas mahkota gigi yang akan erupsi

karena terjadi akumulasi cairan jaringan atau darah di dalam suatu ruang

folikular yang membesar di sekitar mahkota gigi. Kista erupsi ini merupakan

tipe lain dari kista dentigerous dan mempunyai patogenesis yang sama.
Perbedaannya hanya pada waktu terbentuknya kista, dimana kista erupsi

terbentuk pada saat gigi akan erupsi.

Gambaran klinis: kista erupsi tampak sebagai pembengkakan gusi yang

lunak, translusen, dan bila berisi darah akan berwarna kebiruan.

Gambar 6. Tampak kista erupsi di sekitar gigi yang akan erupsi

Gambaran histopatologi: kista erupsi tumbuh di atas mahkota gigi yang

akan erupsi dan menekan jaringan mukosa di atasnya.

Gambaran radiografi: terdapat gambaran radiolusen tipis di bagian koronal

gigi yang akan erupsi.

d. Kista Gingival pada bayi ( Gingival Cyst of Infant)

Kista gingival pada bayi juga dikenal dengan kista dental lamina pada bayi

atau Born’s nodule. Kista gingival pada bayi tumbuh dari hasil diferensiasi sel-

sel epitel dental lamina. Sisa-sisa epitel dental lamina yang disebut dengan

gland of Serres mempunyai kapasitas untuk berploriferasi dan mengalami

keratiniksasi kemudian membentuk kista kecil sejak dimulainya tahapan awal

pertumbuhan, yaitu pada usia 10 minggu intrauterine. Pada masa

morfodiferensiasi, yaitu pada tahapan late bell stage apabila terjadi


pertumbuhan kista yang berasal dari sisa dental lamina, maka pada tahapan ini

(15-20 usia kehamilan) massa kista akan mengalami percepatan pertumbuhan.

Gambar 7. Tampak kista gingival tumbuh di permukaan gingival pada bayi

Gambaran klinis: Terdapat nodul-nodul kecil seperti mutiara pada ridge

processus alveolaris di daerah bukal atau lingual.

Gambar histopatologi: Kista gingiva memiliki dinding yang dilapisi oleh

lapisan epitel tipis jenis stratified squamous dan jaringan keratin mengisi

kavitas kista.

e. Kista gingiva pada orang dewasa ( Ginghival Cyst of Adult)

Kista gingiva tumbuh hanya pada jaringan lunak yang tidak melibatkan

tulang. Kista ini muncul berbentuk gelembung translusen. Jika lumen kista

berisi darah, kista akan tampak berwarna biru.

Gambaran klinis: Adanya pembengkakan berbatas jelas dengan diameter

kira-kira 1cm di region attached gingiva atau di papilla gingiva. Permukaan


kista akan terlihat halus dengan warna lesi seperti warna normal gingiva atau

mungkin kebiruan.

Gambar 8. Gambaran klinis kista gingival

Gambaran histopatologi: Kista mempunyai dinding yang sangat tipis yang

dibentuk oleh jaringa epitel yang terdiri atas 1 tau 2 lapisan sel-sel pipih atau

bebrbentuk kubus.

Gambaran radigrafi: gambaran radiografinya tidak jelas, namun dapat juga

berupa suatu bayangan yang memperlihatkan adanya erosi tulang di daerah

yang terdapat kista.

f. Kista Periodontal Lateral

Kista periodontal lateral merupakan jenis kista yang tumbuh dari sisa epitel

dental lamina yang tertinggal di daerah tulang regio interradicural crestal atau

di daerah tulang setinggi setengah panjang akar. Oleh karena itu kista jenis ini

akan tumbuh di antara gigi, baik mandibula maupun maksila.

Gambaran klinis: kista ini bersifat asimptomatik, tidak tampak secara klinis,

sehingga sering ditemukan tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis rutin.


Gambaran histopatologi: kista lateral periodontal menunjukkan kista dilapisi

oleh dua atau tiga lapisan epitel yang tipis, dan pada lapisan tersebut akan

terlihat pemadatan epitel yang mendorong kea rah luar atau ke dalam lumen.

Gambaran radiografi: terlihat gambaran radiolusen berbentuk oval di

daerah interdental dan umumnya terjadi di region kaninus dan premolar.

Gambar 9. Gambaran radiografi kista periodontal lateral diantara gigi premolar

g. Kista Odontogenik yang Terkalsifikasi ( Calcifying Odontogenic Cyst )

Kista odontogenik yang terkalsifikasi merupakan jenis kista yang

menyerupai odontogenic keratocyst tetapi tidak mudah rekuren. COC berasal

dari sisa epitel odontogenik di dalam gingiva atau dalam mandibul atau maksila.

Kista jenis ini memiliki diameter antar 1- 8 cm.

Gambaran klinis: Kista ini sering terjadi pada lokasi ekstaosseus atau

peripheral. Biasanya terletak pada anterior hingga region molar pertama. Seperti

jenis-jenis kista lainnya, COC umumnya ditemukan secara kebetulan pada saat

dilakukan pemeriksaan radiologi rutin.

Gambaran histopatoligi: Kebanyakan COC menunjukkan proliferasi kista

yang memiliki gambaran yang bagus dengan adanya fibrosa jaringan yang
digaris oleh epitel odontogenik. Garis epitel memiliki ketebalan yang beragam.

Epitel basal merupakan bagian yang mencolok, dengan pola hipercromatik

nucleus dan cuboidal columnar.

Gambaran radiografi: Pada awal pertumbuhan COC mempunyai gambaran

yang sepenuhnya radiolusen. Pada saat telah mengalami maturasi, akan tumbuh

suatu proses kalsifikasi yang akan ditunjukkan dengan gambaran berbatas jelas,

serta gambaran campuran radiolusen dan radiopak.

Gambar 10. Gambaran radiografi menunjukkan adanya kista odontgenik yang terkalsifikasi.

h. Kista glandular odontogenik ( Glandular Odontogenic Cyst )

Sedikit yang bias dilaporkan tentang kista jenis ini karena begitu

sedikit kasus yang telah dilaporkan kista ini dapat memperlihatkan ukuran

yang mengesankan dan nama yang berasal dari pengamatan bahwa lapisan

epitel yang memiliki ruang kecil seperti ‘bebek’ yang membuatnya tampak

seperti kelenjar.
Gambaran klinis: Lesi maksila biasa terjadi pada region anterior. Ekspansi

rahang jarang terjadi namun berhubungan dengan lesi mandibular. Paling sering

terjadi di daerah mandibular.

Gambaran histopatologi: Kista glandular dibatasi oleh epitelium tidak

berkeratin dengan ketebalan tertentu dimana sel epitel di asumsikan berbentuk

lingkaran. Epitel lining mengandung sel cuboidal, sering ditemani dengan silia

pada permukaan luminal.

Gambaran radiografi: Pada awal kasus tampak gambaran radiolusen

unilocular, lesi rekuren dapat menjadi multilocular. Lesi menunjukkan ukuran

yang bervariasi , dari ukuran 1 cm hingga mengenai mandibular secara bilateral.

Batas radiografi kista akan tampak jelas atau sklerotik.

Gambar 11. Gambaran radiografi dari kista glandular odontogenik di maksila


D. Perawatan Kista Odontogenik3,7

a. Enuklease

Perawatan dengan enuklease digunakan untuk pengangkatan kista yang

berukuran kecil (diameter kurang dari 2cm), kista yang cenderung kambuh,

dan lesi yang cukup besar apabila penutupan rekonstruksi cacat yang

diakibatkan lesi tersebut dapat dilakukan. Pemeriksaan roentgen foto sangat

membantu dalam melakukan perencanaan enukleasi. Sebelum dilakukan

enukleasi, vitalitas gigi yang terkait diperiksa dan lesi daspirasi. Enuklease

biasanya tidak sulit apabila jalan masuk di dapatkan. Kesalahan operasi yang

cukup sering terjadinya biasanya disebabkan karena tidak membuat flap yang

cukup besar untuk pengambilan tulang yang menutupi kista dan tepi flap tidak

dibebaskan seluruhnya.

b. Marsupialisasi

Adalah tindakan menghilangkan kondisi tertutup yang terdapat pada kista

yang menyebabkan proses perluasan karena tekanan internal yang berlebihan

dan pertumbuhan kontinyu dari membran pembatasnya, sehingga memberi

kesempatan untuk menghilangkan cacat melalui regenerasi dan reparasi

tulang.

Seperti dikenalkan pertama kali di Eropa dan kadang diterapkan,

marsupialisasi biasanya dilakukan dengan membuka atap kista ( surgical

window pada dinding kista ) dan menjahit pembatas kista ke mukosa mulut
untuk mengubah cacat pada tulang menjadi bagian dari rongga mulut, kadang-

kadang digunakan untuk kista maksilari yang lebih besar ( diameter lebih dari

2 cm), apabila membahayakan gigi vital dan bila tulang pematas antara

dinding kista dengan sinus atau hidung sangat tipis, atau bahkan tidak ada

c. Enuklease dan kuretase

Teknik ini dilakukan untuk membuang beberapa sel epitel yang tersisa

pada dinding kavitas. Pertama-tama dilakukan teknik enukleasi, kemudian

dilakukan kuretase untuk mengangkat 1-2 mm tulang sekitar periphery kavitas

kista.

d. Marsupialisasi dan enuklease

Walaupun marsupialisasi sering merupakan metode yang ideal dan

konservatif untuk menangani kista yang besar, tetapi karena pada prosedur ini

membrane kista tidak bias diperiksa secara keseluruhan dengan pemeriksaan

histopatologi, maka hal ini merupakan kelemahan yang serius dari proses

marsupialisasi, karena kista tertentu cenderung mempunyai kecenderungan

untuk kambuh.

Apabila ukuran dan letak kista mengharuskan dilakukannya marsupialisasi

dan kemampuan pasien untuk menjalani perawatan jangka panjang

meragukan, eksternalisasi yang diikuti dengan enuklease ( eksisi dinding

kista) merupakan teknik yang lebih baik.


Teknik ini sebelumnya telah dilakukan marsupialisasi terlebih dahulu

sampai terjadi pnyembuhan tulang dan penurunan ukuran kista atau setelah

terjadi pengkerutan kista yang cukup besar ( dibuktikan dengan roentgen

foto), maka dapat dilakukan proses enukleasi dinding kista tanpa

mebahayakan struktur penting di sekitarnya.

KESIMPULAN

Kista Odontogenik merupakan kista yang dinding epitelnya berasal dari

proliferasi sisa-sisa epitel odontogenesis, seperti: epithelial rest Malassez, gland of

Serres, reduced enamel epithelium.

Kista odontogenik dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu:

1. Kista Inflamatory, seperti kista radikular, kista residual, dan kista paradental

2. Kista devepmental, yaitu kista dentigerous, kista erupsi, odontogenik keratosis,

kista gingiva pada bayi baru lahir, kista gingiva pada orang dewasa, kista

periodontal lateral, kista glandular odontogenik, dan kalsifikasi kista

odontogenik.

Perawatan yang dapat dilakukan pada kista odontogenik adalah enukleasi,

marsupialisasi, enkluasi dengan kuret, dan marsupialisasi dengan enuklease.

Anda mungkin juga menyukai