1. IDENTITAS
No. Kartu : H. 11662.02.16
Nama Pasien : Hawa Hamid
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ketang Baru, Wonasa Tengah
2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 73 tahun yang berdomisili di Wonasa
Tengah datang ke klinik RSGM PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin
dibuatkan gigi palsu rahang atas dan rahang bawah karena gigi palsu yang
dipakai sebelumnya sudah terasa longgar dan tidak nyaman lagi ketika
digunakan serta pasien mengalami kesulitan ketika mengkonsumsi makanan.
Foto wajah
Gambaran Klinis
3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hiper/hipotensi
Kelainan darah
Haemophilia
Diabetes melitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi obat
Alergi makanan
Hamil/menyusui
5. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : Tidak bengkak; Tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
Pemeriksaan
Dilakukan secara (1) palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari
telunjuk ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian
pasien diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan.
Rasakan apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. (2) auditori, pada
saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula menggunakan
stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). (3) visual, memperhatikan kondilus
ketika bagian ini menggerakan kulit pelindungnya, bila terdapat kelainan
(pembengkakan) maka hentakan/lompatan dapat terlihat dengan jelas pada
regio ini. (4) nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan
bagian lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan
kedalam Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya kearah
depan. Rasa sakit menunjukkan adanya peradangan/pembengkakan.
e. Hubungan RA RB : normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior
RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara
vertikal dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung
kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar
dengan linggir rahang bawah, (2) retrognatik, apabila linggir rahang
bawah terletak lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila
linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas.
Pemeriksaan ini berguna memberi pedoman untuk penyusunan gigi
dengan tidak menganggu estetik.
Gambar 11. Klasifikasi kesejajaran linggir rahang atas dan rahang bawah
(2) sedang, , bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar
rahang bawah 10-15 mm, (3) kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas
ke puncak alveolar rahang bawah < 10 mm.
o. Tahanan jaringan linggir : (1) besar di region posterior kanan dan kiri
rahang atas, (2) sedang di region posterior kanan RB dan anterior RA, (3)
kecil di region posterior kiri RB.
Pemeriksaan
q. Retromylohyoid : Dalam
Pemeriksaan
Keterangan:
: Sisa akar gigi
X : Missing
6. DIAGNOSIS KLINIK
7. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan penuh lepasan pada rahang atas dan rahang bawah
Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi
ini diberikan dan pasien setuju selanjutnya pasien diminta menandatangani
informed consent.
Gambar 20. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien
Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien.
Saat mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan
pasien.
Gambar 22. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air)
menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik
sehingga sesuai untuk ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung
udara dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga
adonan terlihat homogen (adonan sewarna, konsistensi lunak dan
permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang
atas, aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal
(posterior) kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok
cetak. Bila mencetak rahang bawah, aplikasikan adonan ke dalam sendok
cetak melalui bagian lingual lengkung gigi anterior kemudian menyusuri
bagian oklusal gigi kearah posterior sendok cetak.
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan
penekanan secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk
mengerutkan bibir sekuatnya. Sedangkan untunk rahang bawah masukan
sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan secara vertikal arah
bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat lidah. Pertahankan posisi
sampai bahan mengeras.
1
1 2
2
Keterangan :
Rahang Atas dan Rahang Bawah:
1 Plat akrilik
2 Elemen gigi tiruan
studi/model anatomis. Pada model studi dapat dibuat sendok cetak perorangan
yang akan digunakan untuk mencetak cetakan akhir. Cetakan rahang ialah
bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Setelah di cor
maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang yang lazim disebut model
rahang. Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan, kemantapan, dan
dukungan pada gigi tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak seakurat
mungkin sehingga landasan gigi tiruan dapat mempertahankan kesehatan
jaringan pendukungnya.
Cetakan anatomis merupakan langkah awal pembuatan suatu gigi tiruan
penuh. Model studi yang diperoleh dari hasil pencetakan tahap ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan sendok cetak perorangan.
cetakan ini dibuat menggunakan endentulous perforated stock tray dengan
cara dan teknik mencetak yang sama seperti pada pembuatan diagnostic
impression/cetakan pendahuluan.
Hasil cetakan yang baik akan terlihat dengan jelas bagian-bagain sebagai
berikut:
- Prosessus alveolaris yang tidak bergigi
- Perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali
pada daerah-daerah yang mengambarkan perlekatan otot.
- Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
- Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat
- Cetakan rahang atas harus mencakup hamular notch
- Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad
Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) frenulum
labialis, (2) frenulum bukalis, (3) vestibulum labialis, (4) vestibulum bukalis,
(5) papilla insisivum, (6) rugae palatine, (7) hamular notch, (8) tuberositas
maksila, (9) palatum, (10) mukobukalfold.
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) frenulum labialis,
(2) frenulum bukalis, (3) frenulum lingualis, (4) Vestibulum labialis, (5)
vestibulum bukalis, (6) retromolar pads (7) retromylohioid, (8)
mukobukalfold.
- Lapis selembar malam merah yang telah dilunakkan diatas model studi
kemudian ditekan mengikuti batas desain yang telah digambar. Malam
merah berfungsi sebagai bahan pelapis antara bahan shellac base plate
dengan model studi, agar kelak terdapat ruang untuk bahan cetak ketika
sendok cetak perorangan di gunakan.
- Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.
Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah. Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone
gips untuk memperoleh model kerja. Setelah stone gips mengeras, lempeng
dinding malam, sendok dan bahan cetak dilepas, jangan sampai modelnya
rusak.
9. Pembuatan base plate gigi tiruan dan Bite Rim
Occlusal bite rim terdiri dari dua bagian yaitu base plate dan bite rim.
1) Membuat base plate
- Membuat gambar desain gigi tiruan penuh pada model kerja,
berdasarkan pada batas tepi dengan memperhatikan daerah
mucobuccal fold.
- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu
diletakkan di atas working model dan ditekan mulai dari bagian
palatum dengan batas-batas sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas
sehingga mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan
pisau malam.
2) Pembuatan bite rim
Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah sama
- Buat cetakan berbentuk balok panjang dari kertas karton tebal dengan
ukuran yang mengacu pada ukuran bite rim rahang atas yakni anterior
(t: 12 mm, l: 4 mm) posterior (t: 10-11 mm, l: 6 mm) dan rahang
bawah yakni anterior (t: 12 mm, l: 4mm) dan posterior (t:10-11mm, l:
5 mm)
- Kemudian oles permukaan dalam cetakan balok dengan vaselin.
- Panaskan malam diatas bunsen burner hingga larut menggunakan
sendok.
- Tuang malam yang telah larut ke dalam cetakan balok dan tunggu
hingga mengeras
3) Bite rim yang telah dibuat diletakkan di atas base plate dengan patokan
sebagai berikut:
- Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada bite rim sehingga
garis puncak linggir rahang letaknya pada bite rim rahang atas yaitu di
bagian bukal : bagian palatal 2 : 1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di
bagian palatal), sedangkan pada bite rim rahang bawah yaitu bagian
bukal : bagian lingual 1 : 1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian
lingual).
- Sudut bite rim terhadap base plate dibuat 80-85 terhadap dataran
oklusal
- Panjang bite rim sampai bagian distal molar kedua. Kontur bagian
bukal bite rim dirapikan dengan menggunakan pisau malam.
- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape diatas
api bunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan
tinggi ite rim di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.
Gambar 40. Ilustrasi hasil pembuatan base plate dan bite rim
10. Melakukan uji coba occlusal bite rim
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan uji coba base plate dan
bite rim ialah:
1. Profil
- Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) merupakan
indikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Terdapat tiga macam
bentuk profil muka yaitu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung
(concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk
labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
- Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga buah
titik pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung
(subnasion), dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada
satu garis lurus maka profil mukannya lurus. Bila titik pada glabella dan
puncak dagu berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka
profilnya adalah cekung, dan profil cembung terjadi pada arah yang
sebaliknya
2. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetris atau tidak.
Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakan sebuah
instrumen yang digerakkan ke segala arah, hal tersebut disebut movable in
all direction, bila tidak, keadaan ini disebut dengan inmovable in all
direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
- Penetapan gigit
Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu Occlusal bite rim rahang atas
dimasukan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit
Uji coba Occlusal bite rim RA dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
1) Adaptasi base plate gigi tiruan :
- Base plate gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas
atau bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
- Permukaan base plate gigi tiruan harus rapat dengan jaringan
pendukung.
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Pasien harus terlihat normal seakan-akan seperti bergigi. Penilaiannya
dilihat dari sulkus nasolabialis dan philtrum pasien tampak tidak
terlalu dalam atau alurnya hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat
pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi bite rim rahang atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat
dari muka, sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan garis
tragus-alanasi.
- Apabila pasien tersenyum, garis insisal/bidang orientasi bite rim
rahang atas terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir.
4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.
Gambar 41. Hubungan antara garis interpupil mata, campers line dan bidang oklusal.
Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.
Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge. Pertama-tama cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
a) Bagian anterior dengan garis pupil.
b) Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke
tragus, caranya menarik benang katun yang telah dihubungkan ke
gelang karet pada kedua ujungnya. Lalu gelang karet tersebut dikaitkan
pada daun telinga kanan dan kiri (tragus) sedangkan benang katun
diposisikan pada sub nasal. Selanjutnya dibuat penyesuaian pada basis
gigi tiruan dan bite rim rahang atas sehingga diperoleh kesejajaran
terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
8) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah
harus dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila
memerlukan pengurangan yang banyak, barulah bite rim atas bisa
dikurangi.
9) Pengurangan bite rim rahang atas harus hati-hati jangan sampai kehilangan
kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.
10) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite
rim rahang bawah dengan menggunakan wax agar ketebalannya merata
dan tidak mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
11) Jangan pernah menambah bite rim rahang atas, karena akan menambah
garis insisal yang telah ditentukan sebelumnya.
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
lancip, dan lonjong dilihat drai pandangan fasial
- Terdapat tiga profil wajah yaitu datar, cembung dan cekung yang sesuai
dengan bentuk kontur gigi pandangan proksimal
3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi sedangkan
wanita bentuk giginya lonjong dan sudutnya distalnya mebulat.
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral, sedangkan
wanita gigi insisivusnya lateralnya jauh lebih kecil dari yang central.
Gambar 50. Perbedaan bentuk gigi (A) pria dan (B) wanita
Ukuran elemen gigi bervariasi sesuai dengan garis orientasi :
1) Elemen gigi anterior
- Garis senyum garis orientasi insisal untuk panjang elemen gigi yaitu
sama dengan panjang elemen gigi insisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen gigi
anterior atas.
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen gigi kaninus atas.
Gambar 51. Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)
2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari
distal kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio
distalnya sehingga bentuknya sebanding.
arah anterior posterior, curve of Wilson ke arah lateral kiri dan kanan serta
kesejajaran terhadap bidang orientasi.
Gambar 53. Perbandingan dari 3 macam posisi gigi anterior atas serta pengaruhnya:
A-A = Susunan benar, estetik baik
B-B = Susunan sedikit ke palatal, estetik kurang baik
C-C = Susunan salah, estetik jelek
Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.
Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar
mesio-distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas
dan bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibular
berada dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah
pada sisi yang berlawanan dengan working occlusion
Gambar 56. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi I-2 atas.
c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line,
- Puncak cups menyentuh bidang oklusi
Gambar 57. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi caninus atas.
Gambar 58. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-1
Bawah
Gambar 59. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
c. caninus inferior
1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi miring ke mesial
- Tampak proksimal
1) Bagian servikal permukaan labial lebih prominent
2) Ujung cusp berada diantara gigi-gigi caninus superior dan
incisivus lateralis superior
2. Protrusive relation
- Facies insisal atas dan bawah menunjukan hubungan edge to
edge
- Insisal edge lateralis superior kanan dan kiri berkontak dengan
sisi mesial gigi-gigi caninus inferior.
Gambar 60. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
3. Working occlusion
Distal labial slope caninus inferior kanan dan kiri berkontak
dengan mesio palatal slope caninus superior kanan dan kiri.
Gambar 62. Kurva anteroposterior (a) bidang datar horizontal (b) bidang oblique
Gambar 64. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-1 atas
Gambar 65. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2
atas
2. Inklinasi bukopalatal :
- Tonjol mesio palatina menyentuh bidang oklusal
- Tonjol mesio bukal dan tonjol disto bukal dinaikkan 0,5 mm
dari bidang oklusal
- Tonjol disto palatina dinaikkan 0,8-0,75 dari bidang oklusal.
Gambar 66. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-
1 atas
Gambar 67. (kiri) Inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2
atas
Gambar 68. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas
berasada pada mesiobukal developmental groove M-1 bawah
Gambar 69. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
Gambar 70. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
Gambar 71. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
M-2 bawah
Setelah try in gigi tiruan malam pada pasien, kedua gigi tiruan rahang atas
dan bawah ditempatkan kembali pada working model di artikulator.
Gambar 74. Ilustrasi pembentukan kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring)
Setelah proses wax contouring, model ditunjukkan kepada instruktur dan
selanjutnya dilakukan proses laboratorium berupa:
- Flasking
Proses penanaman model dan trial denture malam dalam suatu flask/ cuvet
untuk membuat sectional mold.
- Packing
Proses mencapur monomer dan polimer resin akrilik
- Curing
proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimerisasinya
bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
- Deflasking
Proses melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan tanamnya,
tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya agar gigi tiruan dapat
diremounting di articulator kembali.
19. Insersi
Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan
benar-benar telah dibuat dengan baik oleh tekniker, dengan memperhatikan
hal hal sebagai berikut :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur
(kasar) yang tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.
Gambar 75. ilustrasi gigi tiruan yang siap diinsersi ke mulut pasien
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam mulut
pasien, yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicoba pada pasien, dilihat apakah GTP sudah memiliki retensi
yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut. Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan
dalam mulut (belum boleh dioklusikan) buat PIP (pressure indicator paste)
untuk mengetahui letak rasa sakit. PIP dibuat dengan mencampurkan
fletcher dan minyak zaitun sampai terbentuk pasta, aplikasikan dengan
kuas kecil ke permukaan cetakan (bagian dalam gigi tiruan), masukkan ke
dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh beroklusi) dan harus per rahang),
daerah yang sakit dan menekan akan terlihat dengan hilangnya pasta di
daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan dari penekanan
dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi, artikulasi, dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan
antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan
gerakan pengunyahan 3 4 kali. Titik titik dimana terjadi kontak oklusal
pada permukaan gigi dapat dilihat setelah articulating paper diangkat.
Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara semua gigi asli
maupun gigi tiruan.
- Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergerakan pada saat tes ini dilakukan.
Pemeriksaan estetik dan fonetik.
- Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat pada pasien
yang dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
pasien diminta untuk mencoba memasang dan melepaskan alat sendiri
tanpa bantuan operator.
Instruksi yang diberikan pada pasien :
- Gigi tiruan dipakai secara terus menerus untuk proses adaptasi.