1. IDENTITAS
No. Kartu : P. 12140.06.2016
Nama Pasien : Henny Pangsarian
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Talawaan atas, wori
2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 63 tahun yang berdomisili di Talawaan atas
datang ke klinik RSGM PSPDG UNSRAT dengan keluhan ingin dibuatkan
gigi palsu rahang atas dan rahang bawah karena rahang atas dan rahang bawah
sudah tidak bergigi, sehingga pasien mengalami kesulitan ketika
mengkonsumsi makanan.
Foto wajah
Gambaran Klinis
3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung
Hiper/hipotensi
Kelainan darah
Haemophilia
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal
Hepatitis
Penyakit pernafasan
Kelainan pencernaan
Epilepsi
HIV/AIDS
Alergi obat
Alergi makanan
Hamil/menyusui
K. K. Tl.
Fasial Neuromuscular TMJ
Ludah Limfe Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Gangguan
t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Fungsi
6. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : Tidak bengkak; Tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
Pemeriksaan:
Dilakukan secara
(1) Palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari telunjuk
ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian pasien
diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan. Rasakan
apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur.
(2) Auditori, pada saat digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat
pula menggunakan stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik
berupa bunyi klutuk sendi (clicking) atau kretek sendi (crepitasi).
(3) Visual, memperhatikan kondilus ketika bagian ini menggerakan kulit
pelindungnya, bila terdapat kelainan (pembengkakan) maka
hentakan/lompatan dapat terlihat dengan jelas pada regio ini.
(4) Nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan bagian
lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan kedalam
Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya kearah depan.
Rasa sakit menunjukkan adanya peradangan/pembengkakan.
- Dalam mulut
a. Bentuk lengkung RA : Lonjong
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat langsung ke dalam
rongga mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat (1)
persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan
bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar. (2)
lonjong, apabila bentuk lengkung anterior dan bentuk lengkung posterior
melengkung. (3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior lebih kecil
dibandingkan bentuk lengkung posterior maka, berbentuk lancip.
e. Hubungan RA – RB : normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior
RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara
vertikal dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung
kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar
dengan linggir rahang bawah,(2) retrognatik, apabila linggir rahang bawah
terletak lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila
linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang
atas.Pemeriksaan ini berguna memberi pedoman untuk penyusunan gigi
dengan tidak menganggu estetik.
10
n. Tahanan jaringan linggir : (1) besar di region posterior kanan dan kiri
rahang atas, (2) sedang di region posterior kanan RB dan anterior RA, (3)
kecil di region posterior kiri RB.
11
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan burnisher/kaca mulut dengan cara menekan
daerah ridge edentolus pada bagian anterior dan posterior. Tahanan
jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Perubahan warna menjadi
pucat pada saat ditekan menunjukkan tahan jaringan yang rendah,
sedangkan apabila terjadi perubahan warna ketika ditekan menunjukkan
tahanan jaringan yang besar.
12
p. Retromylohyoid : sedang
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal
tegak lurus hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1)
dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca
mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut
yang terbenam.
13
Keterangan:
X : Missing
14
7. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas:
Missing teeth : 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48
Rahang Bawah : Edentulous
8. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan penuh lepasan pada rahang atas dan rahang bawah
Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi ini
diberikan dan pasien setuju selanjutnya pasien diminta menandatangani
informed consent.
15
Gambar 7. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien
Adapun tata caramelakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.
- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien
dengan cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor
terbesar.Sendok cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila
16
diletakan dalam mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk
rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum lunak dank keras
serta hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai
retromolar pad.Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 1.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien.
Saat mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan
pasien.
17
18
19
pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahap ini dilakukan proses
pengubahan kontur jaringan untuk mengurangi hambatan dan mencari bidang
bimbing. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model
diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan
perubahan-perubahan.
Pada kasus ini hanya akan dilakukan tahap pertama karena hanya tersisa satu
sisa akar yakni pada gigi 13. Pasien akandirujuk ke bagian bedah mulut untuk
dilakukan ekstraksi pada sisa akar gigi 13 sedangkan kontur jaringan tidak
dilakukan karena keadaan kontur jaringan baik dan dirasa cukup untuk
mendukung kekokohan dan kemantapan gigi tiruan.
1
1 2
2
20
Keterangan :
Rahang Atas dan Rahang Bawah:
1 – Plat akrilik
2 – Elemen gigi tiruan
21
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) frenulum labialis,
(2) frenulum bukalis, (3) frenulum lingualis, (4) Vestibulum labialis, (5)
vestibulum bukalis, (6) retromolar pads (7) retromylohioid,
(8) mukobukal fold.
22
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sendok cetak
perorangan yaitu:
- Base plate shellac (warna putih) rahang atas dan rahang bawah
- Selembar malam merah
- Bunsen burner dan cairan spiritus
- Bedak tabur (baby powder)
- Gunting
- Lecron
- Pensil 2B dengan karet penghapus
Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang
atas ialah : (A) notch hamular, (B) Fovea Palatinus, (C) frenulum bukal, (D)
frenulum labial.
23
24
25
26
buccal sheld, maka setelah greenstick dilunakkan dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut, pasien diminta untuk membuka mulut
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Untuk
membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid, pasien diinstruksikan
untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum
durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada
pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke
bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan
instruksi yang sama dengan instruksi border moulding rahang atas.
27
tipis yang rata pada sendok cetak. Bahan yang akan digunakan untuk membuat
cetakan fisiologis ialah bahan cetak elastomer tipe silikon/vinyl
polysiloxane(light body type) yang terdiri dari pasta dan katalis.Bahan cetak
ini memiliki ketahanan yang adekuat, stabilitas dimensi, dan elastisitasnya
sangat baik.
Teknik yang digunakan yakni teknik mencetak mukostatisk yaitu jaringan
lunak mulut berada dalam keadaan istirahat, teknik ini mengharuskan
pencetakan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas rendah, dimana
hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini
sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.
Alat dan bahan yang diperlukan pada tahap ini ialah:
- Sendok cetak perorangan yang telah dibuat border moulding
- Bahan cetak elastomer jenis silikon/vinyl polysiloxane(light body type)
- Glas lab
- Spatula semen dari bahan plastik
- Spidol permanen
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan penentuan A-
line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal.Tahap ini sangat
penting untuk memperoleh retensi yang baik pada gigi tiruan.Teknik yang
umum diggunakan pada tahap ini yakni conventional technique.Adapun proses
pengerjaannya ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “A” berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual dan di
tentukan vibrating line nya. Beri tanda dengan spidol pada batas anterior
dan posterior dari vibrating line.
- Batas anterior vibrating line terletak diantara palatum keras dan palatum
lunak sedangkan batas posterior vibrating line berada dijaringan bergerak
dan tidak bergerak pada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga dapat di tandai dengan spidol bila
diperlukan. Garis pada daerah hamular notch natinya dapat disatukan
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang
utuh.
28
29
30
Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah.Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone
gips untuk memperoleh model kerja.Setelah stone gips mengeras, lempeng
dinding malam, sendok dan bahan cetak dilepas, jangan sampai modelnya
rusak.
9. Pembuatan base plate gigi tiruan dan Bite Rim
Occlusal bite rim terdiri dari dua bagian yaitu base plate dan bite rim.
1) Membuat base plate
- Membuat gambar desain gigi tiruan penuh pada model kerja,
berdasarkan pada batas tepi dengan memperhatikan daerah
mucobuccal fold.
- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu
diletakkan di atas working model dan ditekan mulai dari bagian
palatum dengan batas-batas sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas
sehingga mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan
pisau malam.
2) Pembuatan bite rim
Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah sama
- Buat cetakan berbentuk balok panjang dari kertas karton tebal dengan
ukuran yang mengacu pada ukuran bite rim rahang atas yakni anterior
31
(t: 12 mm, l: 4 mm) posterior (t: 10-11 mm, l: 6 mm) dan rahang
bawah yakni anterior (t: 12 mm, l: 4mm) dan posterior (t:10-11mm, l:
6 mm)
- Kemudian oles permukaan dalam cetakan balok dengan vaselin.
- Panaskan malam diatas bunsen burner hingga larut menggunakan
sendok.
- Tuang malam yang telah larut ke dalam cetakan balok dan tunggu
hingga mengeras
3) Bite rim yang telah dibuat diletakkan di atas base plate dengan patokan
sebagai berikut:
- Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada bite rim sehingga
garis puncak linggir rahang letaknya pada bite rimrahang atas yaitu di
bagian bukal : bagian palatal 2 : 1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di
bagian palatal), sedangkan pada bite rim rahang bawah yaitu bagian
bukal : bagian lingual 1 : 1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian
lingual).
- Sudut bite rim terhadap base plate dibuat 80°-85° terhadap dataran
oklusal
- Panjang bite rim sampai bagian distal molar kedua. Kontur bagian
bukal bite rim dirapikan dengan menggunakan pisau malam.
- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape diatas
apibunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan
tinggi ite rim di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.
32
33
34
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Pasien harus terlihat normal seakan-akan seperti bergigi. Penilaiannya
dilihat dari sulkus nasolabialis dan philtrum pasien tampak tidak
terlalu dalam atau alurnya hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat
pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi bite rim rahang atas setinggi garis bawah bibir atas dilihat
dari muka, sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan garis
tragus-alanasi.
- Apabila pasien tersenyum, garis insisal/bidang orientasi bite rim
rahang atas terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir.
4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.
Gambar 26.Hubungan antara garis interpupil mata, camper’s line dan bidang oklusal.
Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
35
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam ditempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan
yang lebih sempit dan gangguan gerakan lidah..
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukalbite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.
36
37
8) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah
harus dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila
memerlukan pengurangan yang banyak, barulah bite rim atas bisa
dikurangi.
9) Pengurangan bite rim rahang atas harus hati-hati jangan sampai kehilangan
kesejajaran bidang orientasi yang telah didapat.
10) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite
rim rahang bawah dengan menggunakan wax agar ketebalannya merata
dan tidak mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
11) Jangan pernah menambah bite rim rahang atas, karena akan menambah
garis insisal yang telah ditentukan sebelumnya.
38
39
40
1.
1) Bentuk wajah
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
41
3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi sedangkan
wanita bentuk giginya lonjong dan sudutnya distalnya mebulat.
42
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral, sedangkan
wanita gigi insisivusnya lateralnya jauh lebih kecil dari yang central.
Gambar 35. Perbedaan bentuk gigi (A) pria dan (B) wanita
Ukuran elemen gigi bervariasi sesuai dengan garis orientasi :
1) Elemen gigi anterior
- Garis senyum – garis orientasi insisal untuk panjang elemen gigi yaitu
samadengan ⅔ panjang elemen gigi insisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen gigi
anterior atas.
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen gigi kaninus atas.
Gambar 36. Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)
2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari
distal kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko – lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio –
distalnya sehingga bentuknya sebanding.
43
Gambar 38.Perbandingan dari 3 macam posisi gigi anterior atas serta pengaruhnya:
A-A’ = Susunan benar, estetik baik
B-B’ = Susunan sedikit ke palatal, estetik kurang baik
C-C’ = Susunan salah, estetik jelek
44
Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.
Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar
mesio-distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas
dan bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibular
berada dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah
pada sisi yang berlawanan dengan working occlusion
45
2. Tampak proksimal
Inklinasi labiopalatal
- Bagian 1/3 permukaan labial agak tampak depresi
- Insisal edge terletak pada bite-rim bawah
Gambar 41. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi I-2 atas.
46
c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line,
- Puncak cups menyentuh bidang oklusi
- Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum
lateralis superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labio-palatal
- Bagian 1/3 labio-servikal lebih prominent dan ujung cups lebih ke
palatal dan menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak insisal
- Permuakaan labial sesuai dengan lengkung bite rim rahang bawah
Gambar 42. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi caninusatas.
47
2. Protrusive relation
Insisal edge insisivum centralis superior kanan dan kiri berkontak
dengan insisal edge insisivus centralis inferior kanan dan kiri.
Gambar 43. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-1
Bawah
Gambar 44. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
c. caninus inferior
1. Centric occlusion
- Tampak labial
Sumbu gigi miring ke mesial
- Tampak proksimal
1) Bagian servikal permukaan labial lebih prominent
2) Ujung cusp berada diantara gigi-gigi caninus superior dan
incisivus lateralis superior
2. Protrusive relation
- Facies insisal atas dan bawah menunjukan hubungan edge to edge
48
Gambar 45. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi I-2
bawah
3. Working occlusion
Distal labial slope caninus inferior kanan dan kiri berkontak
dengan mesio palatal slope caninus superior kanan dan kiri.
49
Gambar 47. Kurva anteroposterior (a) bidang datar horizontal (b) bidang oblique
Gambar 49. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-1 atas
50
Gambar 50. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2
atas
Gambar 51. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-1
atas
51
Gambar 52. (kiri) Inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2
atas
52
Gambar 53. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas
berasada pada mesiobukal developmental groove M-1 bawah
53
Gambar 54. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
54
3. Balancing contact
Tidak terlihat adanya kontak dengan gigi atasnya.
Gambar 55. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
Gambar 56. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
M-2 bawah
55
56
57
Gambar 59. Ilustrasi pembentukan kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring)
58
- Deflasking
Proses melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan tanamnya,
tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya agar gigi tiruan dapat
diremounting di articulator kembali.
19. Insersi
Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan
benar-benar telah dibuat dengan baik oleh tekniker, dengan memperhatikan
hal – hal sebagai berikut :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur
(kasar) yang tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam mulut
pasien, yaitu:
- Retensi
- Saat GTP dicoba pada pasien, dilihat apakah GTP sudah memiliki retensi
yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTP terhadap
jaringan mulut. Jika terdapat daerah yang sakit saat GTP dimasukkan
dalam mulut (belum boleh dioklusikan) buat PIP (pressure indicator
paste) untuk mengetahui letak rasa sakit. PIP dibuat dengan
mencampurkan fletcher dan minyak zaitun sampai terbentuk pasta,
aplikasikan dengan kuas kecil ke permukaan cetakan (bagian dalam gigi
tiruan), masukkan ke dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh beroklusi)
59
dan harus per rahang), daerah yang sakit dan menekan akanterlihat dengan
hilangnya pasta di daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan
dari penekanan dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi, artikulasi, dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan
antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan
gerakan pengunyahan 3 – 4 kali. Titik – titik dimana terjadi kontak oklusal
pada permukaan gigi dapat dilihat setelah articulating paper diangkat.
Pada keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara semua gigi asli
maupun gigi tiruan.
- Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergerakan pada saat tes ini dilakukan.
Pemeriksaan estetik dan fonetik.
- Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat pada pasien
yang dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
pasien diminta untuk mencoba memasang dan melepaskan alat sendiri
tanpa bantuan operator.
Instruksi yang diberikan pada pasien :
- Gigi tiruan dipakai secara terus – menerus untuk proses adaptasi.
- Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut.
- Pada saat tidur malam, gigi tiruan dilepas dan direndam dalam wadah
tertutup yang berisi air dingin yang bersih.
- Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
- Pasien diminta untuk kembali kontrol satu minggu setelah insersi gigi
tiruan.
20. Tahap Kontrol
1) Kontrol pertama akan dilakukan pada minggu pertama sesudah insersi alat
untuk melihat adaptasi pasien. Selanjutnya dilakukan kontrol kedua pada
minggu kedua untuk melihat kondisi dari gigi tiruan dan jaringan lunak
pasien.
60
61