MODUL 2
BENJOLAN PADA BIBIR BAWAH, KADANG PECAH DAN
TIDAK SAKIT
OLEH : KELOMPOK X1
BLOK OROMAKSILOFASIAL 2
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 2
yang berjudul “benjolan pada bibir bawah, kadang pecah dan tidak sakit ” sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kami.
Penyusun
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 4
1.2 Skenario ............................................................................................................... 4
1.3 Kata Kunci ........................................................................................................... 5
1.4 Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
2.1 Etiologi benjolan pada bibir sesuai skenario....................................................... 6
2.2 Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada kasus............. 6
2.2.1 Pemeriksaan Subjektif........................................................................................ 6
2.2.2 Pemeriksaan objektif .......................................................................................... 8
2.2.3 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 8
2.3 Patofisiologi benjolan pada bibir sesuai dengan skenario .................................. 9
2.4 Diagnosis pada skenario .................................................................................... 10
1.5 Gambaran klinis kasus pada skenario ............................................................... 10
1.6 Diagnosis banding pada skenario...................................................................... 11
1.7 Perawatan untuk kasus pada skenario ............................................................. 15
1.8 Komplikasi yang dapat terjadi sesuai dengan skenario .................................... 18
2.9 Prognosis perawatan kasus pada skenario........................................................ 18
BAB III ................................................................................................................................ 19
PENUTUP ........................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 19
3.2 Saran ...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Skenario
Seorang wanita berusia 18 tahun datang ke klinik gigi dengan keluhan
benjolan pada bibir bawah kiri. Dari anamnesa, bibir bawah pernah tergigit
kurang lebih satu bulan yang lalu diikuti dengan timbulnya benjolan yang
tidak sakit. Benjolan pernah pecah dan timbul kembali. Dari pemeriksaan
klinis ditemukan benjolan pada labii inferior sinistra berwarna kebiru-biruan
dengan diameter +10 mm, dapat digerakkan dari dasarnya, berkapsul, dan
tidak terdapat nyeri tekan.
4
1.3 Kata Kunci
1. Wanita berusia 18 tahun
2. Benjolan pada bibir bawah kiri
3. Bibir pernah tergigit ±1 bulan yang lalu
4. Benjolan yang tidak sakit
5. Benjolan pernah pecah dan timbul kembali
6. Benjolan berwarna kebiru-biruan dengan diameter +10 mm
7. Benjolan dapat digerakkan dari dasarnya, berkapsul, dan tidak terdapat
nyeri tekan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Tabel 1. Riwayat Rasa Sakit
Gambaran Deskriptor
Letak Lokasi anatomis
Keparahan Ringan, sedang, berat
Onset Baru saja, sudah berlangsung lama, akut, kronis, beberapa
hari/ minggu/ bulan/ tahun
Rasa sakit Tajam, tumpul
Durasi Transien, konstan, berlangsung selama beberapa detik/
menit/ hari/ minggu
Pemicu Suhu (panas/ dingin), tekanan, makanan/ minuman tertentu
Gejala Malaise, demam, limfadenopathy, sakit kepala
Penyerta
c) Riwayat Dental
Riwayat dental membantu dalam melihat gambaran/ kondisi kesehatan gigi
dan muut pasien serta riwayat perawatan gigi dan mulut pasien. Riwayat dental
dapat memberikan informas mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan.
d) Riwayat Keluarga
Beberapa penyakit memang diwariskan dan memiliki ciri khas yang dapat
diturunkan dari beberapa generasi, misalnya penyakit kelainan darah. Penyakit
7
lain menunjukkan dominasi dalam mempengaruhi individu dalam suatu kelompok
keluarga, tetapi sulit diprediksi individu mana yang terkena dampak
e) Riwayat sosial
Dapat berhubungan dengan penyakit pada rongga mulut dan kondisi kesehatan
umum pasien. Contohnya, konsumsi tembakau meningkatkan risiko
berkembangnya kanker pada rongga mulut, seperti penyakit sistemik lainnya;
penyakit kardiovaskular dan penyakit hati dapat menjadi informasi tambahan dan
dapat mempengaruhi rencana perawatan.2
2.2.2 Pemeriksaan objektif
a. Pemeriksaan secara umum
Meliputi pemeriksaan tanda vital seperti pemeriksaan suhu tubuh,
denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah.
b. Pemeriksaan Ekstra Oral
Meliputi inspeksi terhadap kesimetrisan wajah dan palpasi pada
temporomandibular joint (TMJ), limfe nodus dan kelenjar saliva.
c. Pemeriksaan Intra Oral
Meliputi pergerakan rahang dan cara membuka mulut, keadaan gigi
geligi (jumlah, ukutan & bentuk, warna dan karies pada gigi), keadaan
gingival ( warna, bentuk dan ukutan, kontur, ada tidaknya perdarahan,
ulserasi, pertumbuhan abnormal, poket), keadaan mukosa alveolar (warna,
kontur, konsistensi), keadaan mukosa labial (ada tidaknya perubahan
warna, tekstur atau perubahan pada vermillion border), keadaan mukosa
buccal (warna, kontur, dan konsistensi), keadaan palatum (warna, kontur,
konsistensi, pembesaran/ infeksi pada tonsil, pergerakan jaringan lunak),
keadaan lidah (ukuran, bentuk, protrusi, retrusi dan pergerakan lateral),
keadaan lantai dasar mulut (warna, pembengkakan, ulserasi, terbukanya
duktus akibat dilatasi, inflamasi, sialolitis)
8
Adanya lesi idiopatik yang sudah muncul lebih dari dua minggu
Adanya lesi inflamasi yang tidak merespon terhadap perawatan
topical selama dua minggu
Adanya pembengkakan yang persisten yang dapat terlihat/
dirasakan dengan palpasi namun belum dapat dipastikan
diagnosisnya
Adanya lesi malignant
Adanya lesi pada tulang yang tidak dapat didiagnosa hanya dengan
menggunakan teknik radiografi saja.3
9
saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong
dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi yang berakibat pada
pembentukan dinding jaringan konektif yang terbuat dari jaringan granulasi
penumpukan mucin yang terjadi di luar duktus saliva, yang tidak dibatasi oleh
epitelium, maka disebut dengan pseudocyst.4
Reaksi keluarnya mucin terdiri dari 3 fase yaitu pada fase pertama,
keluarnya mukus secara difus dari duktus ekskretori ke jaringan penghubung
dimana sejumlah leukosit dan histiosit ditemukan. Pada fase kedua, tampak
granuloma selama fase resorpsi karena histiosit, makrofag, dan sel
multinukleat besar yang berhubungan dengan benda asing. Dan fase akhir sel
konektif membentuk kapsul semu (pseudocyst) tanpa epitelium di sekitar
mukosa.5
10
mokocele yang dalam tampak sewarna dengan mukosa normal, dan terasa
lebih tegas ketika dipalpasi daripada yang superfisial. Durasinya mungkin
berhari-hari hingga bertahun-tahun. Pasien akan sering melaporkan bahwa lesi
tersebut dengan cepat menjadi lebih besar, dan kemudian menyusut.
Mucocele yang sudah terdrainase tidak memberi gambaran fluktuan
sedangkan mucocele kronis akan mengalami fibrosis. Lokasi yang paling
umum adalah bibir bawah, tetapi mukocele juga dapat ditemukan di mukosa
bukal, ventral lidah bagian anterior. Mucocele biasanya tidak menyebabkan
nyeri, mucocele dapat ruptur secara spontan oleh trauma yang dapat memicu
pelepasan mukus didalam lesi. Akan tetapi, pada kebanyakan kasus dapat
mengalami rekurensi. Jika mucocele pecah oleh trauma secara terus menerus,
lesi dapat menjadi kenyal ketika dipalpasi dan tidak dapat ruptur dengan
mudah.4
11
Gambar 1. Fibroma
2. Ranula9
Ranula terletak di dasar mulut dan biasanya unilateral, dengan diameter
berkisar 1-3 cm. Secara klinis, ini muncul sebagai pembengkakan fluktuatif
lunak dengan rona normal atau kebiruan, dan menyerupai perut katak. Ini
berkembang secara bertahap dan, tergantung pada ukurannya, dapat
menyebabkan penyimpangan medial dan superior lidah, menciptakan masalah
selama berbicara, pengunyahan, dan deglutition. Jika ukurannya besar, ia
dapat berkembang di jaringan dalam dan melintasi garis tengah sambil
memproyeksikan secara submandibular dan posterior. Dinding kista sangat
12
tipis, dan ketika pecah, ekstravasasi mucin inspissated terjadi, mengakibatkan
kerongkongan rongga setelah evakuasi isinya
Gambar 2. Ranula
3. Lipoma10
Lipoma adalah tumor mesenkhimal jinak yang terdiri dari adiposit dewasa.
Mereka umum di daerah kepala dan leher, tetapi penampilan mereka di rongga
mulut jarang terjadi. Hanya 1-5% lesi terletak di area ini; mewakili 2,2% dari
semua lipoma. Daerah yang paling umum adalah mukosa bukal, bibir, lidah,
langit-langit, ruang depan, lantai mulut dan daerah retromolar. Biasanya
mereka dibatasi dengan baik, tanpa rasa sakit dan tumor tumbuh lambat.
Etiologi dan patogenesisnya tidak jelas, meskipun faktor-faktor seperti
mekanis, endokrin, inflamasi, hiperkolesterolemia dan obesitas, radiasi serta
kelainan kromosom telah dipertimbangkan
Gambar 3. Lipoma
13
4. Oral Hemangioma11
Secara klinis, hemangioma jaringan lunak mulut jinak, diperbesar,
hamartoma vaskular tampak sebagai tidak nyeri, lunak, massa halus atau
berlobus, sesil atau bertangkai dan mungkin terlihat dalam berbagai ukuran
mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Perkembangan lesi
ini biasanya lambat dan muncul dengan warna merah tua atau merah kebiruan
dan cukup kuat untuk palpasi. Biasanya, lesi memiliki rona kebiru-biruan
ringan dan lunak. Mereka sangat kompresibel dan terisi kembali secara
perlahan, sehingga efek "Blanching" yang khas diperhatikan. Mayoritas
hemangioma melibatkan kepala dan leher. Namun, mereka jarang di rongga
mulut tetapi dapat terjadi pada lidah, bibir, mukosa bukal, gingiva, mukosa
palatal, kelenjar saliva, ridge alveolar, dan tulang rahang. Mereka terjadi di
awal kehidupan dan lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada pada
anak laki-laki. Hemangioma dapat membesar dengan cepat atau progresif saat
pasien tumbuh. Mereka biasanya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi dapat
mengalami ulserasi dan kemungkinan perdarahan jika mengalami trauma.
Diagnosis banding dapat dibedakan dari mucocele pada bibir bawah berdasarkan
berbagai klinis, pemeriksaan radiografi, dan histopatoplogi.
14
Tabel 2. Differential Diagnosis of mucocele7,10
15
telur, susu, buah jeruk, gandum, kayu manis, dan makanan laut). Terlepas dari
langkah ini mucocele terus muncul kembali. Clobetasol propionate dimulai
kembali 3 kali sehari. Segera setelah perbaikan diamati, obatnya dikurangi
secara bertahap.
b. Terapi bedah mulut minor9
Terapi bedah mulut minor yang dapat dilakukan untuk penyakit mucocele
yang direkomendasikan menurut Salivary Gland Center adalah eksisi total
massa termasuk juga mukosa yang melapisinya dan kelenjar ludah minor yang
terlibat. Adapun prosedurnya adalah:
1. Lakukan anastesi lokalpada jaringan normal disekitar benjolan.
16
kista tersebut pecah dan mengerut sehingga menyulitkan pengangkatan
kista tersebut. Untuk mempermudah, tempatkan kain kassa di kavitas
kista tersebut sehingga kavitasnya tidak meluas dan dapat pulih ke
kondisi semulanya.
5. Setelah pengangkatan, sekitar marginal bekas luka dilakukan pemisahan
perlekatan dengan gunting jaringan tumpul.
c. Terapi Penunjang1
1. Kateter laksimal, digunakan untuk melebarkan saluran sehingga
menghilangkan sumbatan mucocele tipe retensi
2. Marzupilization, dalam kasus ini marzupilization akan membantu untuk
menghindari kerusakan pada struktur vital dan mengurangi resiko merusak
cabang labial saraf mental.
17
3. Cyrosurgery merupakan metode pendekstruksian lesi dengan rapid
freezing. Lesi akan dibekukan menggunakan zat pembeku (nitrogen cair)
dan jaringan nekrotik dibiarkan mengelupas.
4. Laser karbondioksida (CO2), metode ini telah berhasil digunakan untuk
mengobati berbagai patologi jaringan lunak dalam pembedahan oral dan
maxillofacial. Keuntungannya operasi mudah dan pembengkakan pasca
operasi berkurang. Selain itu, juga dapat mengurangi edema dan nyeri
pasca operasi
5. Argon laser, metode yang digunakan untuk meminimalkan pembengkakan
serta mempersingkat penyembuhan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mucocele merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya
duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling
jaringan lunak. Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.
Mucocele biasanya muncul sebagai nodul asimtomaik, dengan warna normal
atau kebiruan. Perawatan mukokel pada kasus ini yaitu dengan eksisi total
massa termasuk juga mukosa yang melapisinya dan kelenjar ludah minor
yang terlibat. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita mukokel yaitu
adanya rasa tidak nyaman, gangguan pengunyahan dan mastikasi, serta
pembengkakan lesi eksternal yang dapat terjadi tergantung dari ukuran dan
lokasi mucocele, terjadinya rekurensi.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan digunakan
untuk menambah wawasan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca, karena penulis menyadari makalah
ini memiliki banyak kekurangan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Rao PK., Hegdo D., Shetty SR., Chata L., Shenai P. Oral mucocele
diagnosis and managemen. Journal of dentistry medicine and medical
science. 2012; 2(2): 1-2 ,29
2. Robinson M, Keith H, Michael P, Phillip S. Soames’ dan Southen’s Oral
Pathology. 5th Ed. Great Clarendom : OXFORD University Press. 2018.
p.2-5
3. Balaji SM, Padma PB. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd
Ed. New Delhi : ELSEVIER. p. 57-58, 70-76, 208
4. Dody S, Bambang D, Elizabeth TRA. Eksisi mucocele rekuren pada
ventral lidah dengan anestesi lokal. MKGK. April 2016; 2(1): 1-3
5. Chalathadka M, Ranganathan AHK, Kunnilathu A, Gera M, Unakalkar S,
Rachana PB. Management of mucocele: a review. J Res Adv Dent. 2018;
8(2): 1-2
6. Ongole R, Praveen BN. Textbook of oral medicine, oral diagnosis and
oral radiology. Ed 2. New delhi: Elsavier saunders. 2013. h. 279
7. Singh S, et al. Mucous Extravasation Cyst: A Case Series and Review of
Literature. International Journal of Dental And Medical Research. 2015;
1(5): 79.
8. Valério RA, et al. Mucocele and Fibroma: Treatment and Clinical Features
for Differential Diagnosis. Brazilian Dental Journal. 2013; 24(5): 537-9.
9. Fragiskos D. Oral Surgery. New York: Springer Berlin Heidelberg. 2007.
p. 331-334.
10. Moreno SE, et al. Intraoral Lipomas: Review of Literature and Report of
Two Clinical Cases. J Clin Exp Dent. 2016; 8(5): 598-600.
11. Rashmi G, Dilip SS, Siddharatha V, Wasim K. A Review of
Hemangiomas of The Oral Cavity. Unique Journal of Medical and Dental
Sciences. 2015; 3(4): 5.
20
12. Luizz Ana C, Hiraki Karen, et all. Treatment of Painful and Reccurent
Oral Mucoceles with a High-Potency Topical Corticosteroid. Journal Oral
Maxillofacial Surgery. 2008; 66(1): 1737.
13. Bagheri SC, Jo C. Clinical Review of Oral and Maxillofacial Surgery.
Mosby:Elsevier. 2008.p.127
14. More C.B. et al. Oral mucocele: A clinical and histopathological study.
Journal of oral and Maxillofacial pathology. 2014: 8(1). pp.4-5
21
1