SKENARIO 3 BLOK 9
Kelompok F (DK 6)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Rudhanton, drg., Sp.Perio. atas
bimbinganya dalam diskusi berlangsung, sehingga penulis dapat menyusun laporan ini dengan
tepat waktu. Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas laporan Problem Based
Learning (PBL).
Penyusunan laporan ini tentunya tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan.
Namun berkat kerjasama teman-teman, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terkait
dengan hal ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran pembuatan tugas laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
sehingga dapat memperbaiki penulisan karya tulis selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………………………………………………………………………..……i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………...................ii
Daftar Isi………………………………………………………………………..............................................iii
I. Skenario…………………………………………………………………………………………………….…….1
III. Keywords………………………………………………………………………………………………………...1
V. Brainstorming………………………………………………………………………………………….……….1
VI. Hipotesis………………………………………………………………………………………….………………2
1. Indeks Maloklusi……………………………………………………………………………………………….3
iii
I. SKENARIO
Perawatan Ortodonti Pasienku, Berhasil atau Tidak?
Seorang anak laki-laki, usia 10 tahun datang ke dokter gigi mengeluhkan giginya
berjejal. Sebelum dilakukan perawatan, dokter gigi melakukan pemeriksaan untuk
mengetahui tingkat kebutuhan perawatan pasien. Hasil pemeriksaan dan
perhituungan, menunjukkan pasien memerlukan perawatan ringan, sehingga
dokter gigi memutuskan untuk menggunakan peranti ortodonti lepasan. Setelah 1
tahun perawatan, dokter gigi ingin mengetahui tingkat keberhasilan perawatan
yang dilakukan. Saat pasien datang, dilakukan pencetakan model studi dan
pengukuran sehingga didapatkan data yang valid, reliable, mudah dipelajari dan
digunakan, serta dapat dipertanggungjawabkan.
II. KATA SULIT
III. KEYWORDS
1. Anak laki-laki 10 tahun
2. Gigi berjejal
3. Peranti ortodonti lepasan
4. Pencetakan model studi
5. Data yang valid dan reliable
V. BRAINSTORMING
1. Fase gigi campuran (mixed dentition)
1
4. Metode pengukuran ruang fase gigi campuran:
• Metode analisis huckaba (Radiografi)
• Tanaka Johnston
• Moyers (Tabel Probabilitas)
• Tabel Sitepu
• Kombinasi
VI. HIPOTESIS
1. Indeks maloklusi
a. Definisi
b. Kriteria
c. Tujuan dan manfaat
d. Macam
e. Cara penggunaan
f. Interpretasi Hasil
g. Kelebihan dan kekurangan
2
VIII. LEARNING OUTCOMES
1. Indeks maloklusi
a. Definisi
- Indeks adalah sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai
indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah
rasio proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan pegamatan
yang terus-menerus (Rahardjo, 2019).
- Maloklusi Suatu penyimpangan dalam pertumbuhan dentofasial yang
dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, berbicara, dan
keserasian wajah
- Index Maloklusi adalah suatu penilaian keparahan maloklusi
perawatan ortodonti yang dilakukan dengan menggunakan suatu
standar yang seragam untuk mengurangi subyektivitas, sebagai
contoh: Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Peer
Assessment Rating Index (PAR), Handicapped Labio-Lingual
Deviation Index, dan Dental Aesthetics Index. Indeks-indeks yang
telah disebutkan sebelumnya hanya melibatkan satu aspek perawatan
ortodonti. Sedangkan Index of Complexity, Outcome, and Need
(ICON) merupakan indeks yang memperhitungkan kompleksitas,
hasil, dan kebutuhan perawatan sekaligus telah dikembangkan dan
digunakan secara luas pada dekade ini (Damaryanti, 2019).
- Metode untuk menentukan jumlah deviasi dari oklusi normal,
tingkatan perawatan yang dibutuhkan, dan untuk evaluasi pasien
serta populasi (Richmond, 1992).
b. Kriteria
- Menurut (Rahardjo P, 2016), syarat suatu indeks maloklusi adalah
sebagai berikut;
• Sahih (valid) artinya indeks harus dapat mengukur apa yang
akan diukur
• Reliable atau dapat dipercaya artinya indeks dapat mengukur
secara konsisten pada saat yang berbeda dan dalam kondisi
yang bermacam-macam serta pengguna yang berbeda-beda.
Kadang- kadang ada yang menyebutnya sebagai reproducible
• Mudah digunakan
• Diterima oleh kelompok pengguna indeks.
- Pemeriksaan yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cepat oleh
pemeriksa walaupun tanpa instruksi khusus dalam diagnosis ortodonti
- Indeks sebaiknya dapat dimodifikasi untuk sekelompok data
epidemiologi tentang maloklusi dari segi prevalensi, insiden dan
keparahan,contohnya frekuensi malposisi dari masing- masing gigi
- Kriteria indeks maloklusi yang baik (Drakker, 1960; Summer, 1971;
Buchanan, 1993) :
• Valid yaitu indeks harus dapat mengukur apa yang akan diukur
• Reliable (dapat dipercaya) yaitu indeks dapat mengukur serta
konsisten pada saat yang berbeda dan dalam kondisi yang
bermacam- macam serta pengguna yang berbeda-beda
• Mudah dipelajari dan digunakan
• Diterima oleh kelompok pengguna indeks (tidak menimbulkan
kontroversi)
• Dapat mendeteksi secara dini adanya perubahan pada suatu
kelompok tertentu
3
• Dapat membedakan beberapa tingkatan dengan jelas
• Dapat dipertanggung jawabkan secara statistik
- Menurut WHO (1996) syarat utama sebuah indeks maloklusi ialah:
• Dapat dipercaya (reliable) artinya bila orang lain menggunakan
indeks tersebut akan mendapatkan hasil yang sama.
• Sahih (valid) artinya indeks tersebut harus merupakan alat ukur
yang sesuai dengan apa yang akan diukur.
• Valid sepanjang waktu (validity during time) artinya indeks
tersebut mempertimbangkan perkembangan normal dari oklusi
d. Macam
Indeks maloklusi yang dihasilkan antara lain: Irregularity Index (Little),
Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR, Salzmann),
Occlusal Index (Summers), Dental Aesthetic Index (DAI, Cons, dkk), Index
of Orthodontic Treatment Need (IOTN, Shaw, dkk), Peer Assessment
Rating Index (PAR Index, Richmond, dkk), dan Index of Complexity,
Outcome, and Need (ICON, Daniels dan Richmond). Indeks yang mudah
digunakan langsung pada pasien adalah HMAR (Rahardjo, 2019).
1. IOTN
1.1. Definisi
- Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) merupakan indeks
untuk menilai kebutuhan dan kelayakan dilakukannya perawatan
4
ortodontik pada anak dibawah 18 tahun dengan alasan kesehatan
gigi.
- Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) dikembangkan di
Inggris oleh Brook dan Shaw pada tahun 1989. IOTN dibagi menjadi
Kesehatan Gigi dan komponen Estetika (Cobourney, 2010). Indeks ini
dibuat untuk membantu menentukan kemungkinan dampak maloklusi
terhadap kesehatan gigi dan kesehatan psikososial seseorang
(Rahardjo, 2012).
- IOTN mempunyai dua komponen yaitu:
a) DHC (Dental Health Component)
DHC dibuat untuk menyatakan keadaan oklusal yang dapat
mempengaruhi fungsi dan kesehatan gigi dalam jangka panjang.
Penggaris IOTN
5
susunan gigi yang paling menarik dari sudut estetik geligi,
sedangkan tingkat 10 menunjukkan susunan geligi yang paling
tidak tidak menarik. Dengan demikian skor ini merupakan refleksi
dari kelainan estetik susunan geligi (Dika et all., 2011).
6
a. Overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas
dengan permukaan labial dari gigi insisivus rahang bawah yang
diukur secara horizontal. Pada DHC, overjet ditandai dengan
subdivisi “a”.
b. Overbite adalah jarak antara tepi insisal rahang atas terhadap
tepi insisal rahang bawah yang diukur secara vertikal, yang ditandai
dengan subdivisi “f”.
c. Crossbite merupakan hubungan yang abnormal dalam arah
labiolingual atau bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih
terhadap satu gigi atau lebih pada rahang yang berlawanan.
d. Open bite adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di
rahang atas dengan gigi di rahang bawah, yang ditandai dengan
subdivisi “e”.
e. Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal insisivus rahang
atas dengan gigi insisivus rahang bawah jika insisivus rahang atas
oklusi dengan permukaan lingual insisivus rahang bawah, ditandai
dengan subdivisi “b”.
f. Hypodontia adalah Kekurangan gigi di dalam deretan lengkung
gigi, yang ditandai dengan subdivisi “h”.
g. Supernumerary teeth adalah kelebihan gigi di dalam deretan
lengkung gigi yang ditandai dengan subdivisi “x”.
Dental Health Components (DHC) biasanya diletakkan di sebelah
kursi secara langsung yang dicobakan pada subyek tetapi juga
didapatkan dari model gigi. Ketika menggunakan model gigi tidak
seperti informasi klinis yang siap diujikan sehingga alasan ini
merupakan sebuah petunjuk yang dikembangkan saat
menggunakan model gigi:
Jika overjet 3.5 mm – 6 mm pada model gigi, diasumsikan bibir
inkompeten dan dinilai kelas 3a
Jika terdapat crossbite pada model gigi, diasumsikan diskrepansi
diantara posisi kontak retrusi dan posisi intercuspal lebih besar dari
2 mm dan dinilai kelas 4c
Jika terdapat kebalikan overjet pada model gigi, diasumsikan
bahwa terjadi gangguan pengunyahan atau kesulitan bicara dan
dinilai 4m (Hagg et al, 2007).
b) AC (Aesthetic Component)
Skor dikategorikan berdasarkan kebutuhan perawatan sebagai
berikut:
·Skor 1 atau 2: tidak membutuhkan perawatan
·Skor 3 atau 4: sedikit membutuhkan perawatan
·Skor 5, 6 atau 7: cukup membutuhkan perawatan
·Skor 8, 9 atau 10: jelas membutuhkan perawatan
Skor akhir didapatkan dari rerata Dental Health Component dan
Aesthetic Component tetapi lebih sering menggunakan Dental
Health Component saja.
Aesthetic Component dianggap subjektif terutama bila digunakan
untuk memeriksa maloklusi kelas III atau gigitan terbuka (open
bite) anterior karena foto-foto yang ada mencerminkan maloklusi
kelas I dan kelas II.
7
(Proffit,2013)
1.4. Kelebihan dan Kekurangan
a) Kelebihan:
- IOTN merupakan indeks klinis untuk menilai kebutuhan perawatan
ortodonti.
- Indeks ini dapat digunakan baik secara langsung pada pasien atau
pada model.
- Validitas dan reliabilitas dari IOTN telah diverifikasi.
- IOTN merupakan salah satu indeks oklusal yang paling umum
digunakan untuk menilai kebutuhan perawatan ortodonti pada
anak-anak dan orang dewasa.
- Indeks mendefinisikan, kategori yang berbeda dari kebutuhan,
termasuk fungsi.
- Penggunaan indeks IOTN memungkinkan peningkatan fokus
layanan dan memiliki potensi untuk menginduksi keseragaman
yang lebih besar pikir profesi dan standardisasi dalam menilai
kebutuhan perawatan ortodonti.
- IOTN telah mendapat pengakuan secara internasional sebagai
metode objektif dalam menilai kebutuhan perawatan.
- Data IOTN memberikan dukungan untuk awal kebutuhan
perawatan ortodonti.
- IOTN adalah tujuan, sintetis dan memungkinkan untuk
perbandingan antara kelompok populasi yang berbeda.
- IOTN terbukti menjadi metode yang mudah digunakan dan dapat
diandalkan untuk menggambarkan kebutuhan perawatan
ortodonti.
- DHC dari IOTN membantu dalam menentukan kebutuhan tenaga
kerja untuk perencanaan perawatan ortodonti.
- AC dari IOTN menggambarkan kebutuhan sosial dan psikologis
untuk kebutuhan perawatan ortodonti (Purba, 2017).
8
- Keuntungan Dental Health Component (DHC) Merekap beberapa
gambaran/ciri oklusal dari suatu maloklusi yang dapat
meningkatkan keabnormalan gigi geligi dan struktur sekitarnya
(variasi maloklusi akan meningkatkan morbiditas gigi). Gambaran
maloklusi tersebut adalah overjet, reverse overjet, overbite,
openbite, crossbite, displacement of teeth, terganggunya erupsi
gigi, oklusi bukal, hipodontia, cleft lip and palate.. selain itu,
gangguan fungsional juga direkap, seperti kompetensi bibir,
displacement mandibula, traumatik oklusi dan kesulitan mastikasi
atau bicara
- DHC menyediakan metode terstruktur untuk penilaian maloklusi--
dapat digunakan sebagai alat epidemiologi (Cobourne, 2010)
- Reproducible (hasil yang didapatkan dapat didapatkan kembali
dengan tingkat reliabilitas yang tinggi ketika analisis dilakukan lagi)
- Mudah untuk diaplikasikan
b) Kekurangan:
- Batasan IOTN adalah ketika diaplikasikan pada pasien mixed
dentition
- Komponen AC dianggap subjektif
2. PAR
2.1. Definisi
- The Peer Assesment Rating Index (PAR) dikembangkan
olehRichmond Dkk (1992). Digunakan untun membandingkan
maloklusi sebelum dansesudah perawatan dalam melakukan
evaluasi standart kualitas hasil perawatan.Indeks PAR menguji
reliabilitas.
- British Orthodontic Standards Working Party membuat Peer
Assessment Rating (PAR) dikarenakan tidak adanya index yang
dibuat untuk mengukur keparahan maloklusi awal dan hasil
perawatan (Araujo, 2016).
- Indeks ini digunakan untuk membandingkan maloklusi sebelum dan
sesudah perawatan dalam menentukan evaluasi standar kualitas
hasil perawatan. Indeks PAR dikembangkan khusus untuk model
studi (Rahardjo, 2012).
- Indeks yang digunakan untuk menentukan hasil perawatan.
Dengan membandingkan model studi sebelum dan sesudah
perawatan pasien serta menilai hasil dari perawatan dalam hal
perubahan dento-oklusal. Penilaian sepenuhnya bergantung pada
model studi pasien dan tidak memperhitungkan peningkatan profil
wajah, kemiringan gigi, lebar lengkung, dan jarak antar gigi
posterior (Singh, 2007).
9
Penilaian antara kasus sebelum dan sesudah perawatan
menggunakan indeks PAR memiliki komponen, masing-masing
komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan kriteria
tertentu berdasarkan keparahannya (Dewi, 2008).
- Komponen indeks PAR antara lain :
• Segmen bukal rahang atas kanan
• Segmen anterior rahang atas
• Segmen bukal rahang atas kiri
• Segmen bukal rahang bawah kanan
• Segmen anterior rahang bawah
• Segmen bukal rahang bawah kiri
• Oklusi bukal kanan
• Overjet
• Overbite
• Garis median
• Oklusi bukal kiri
10
2. Penilaian skor oklusi bukal, bobotnya 1
Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi
kiri dan kanan mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir, dengan
cara melihat dalam tiga arah yaitu anteroposterior, vertikal dan
transversal.
11
5. Penilaian skor garis median, bobotnya 4
Penilaian skor ini dinilai dari hubungan garis tengah lengkung gigi
atas terhadap lengkung gigi bawah. Garis tengah lengkung gigi
diwakili oleh garis pertemuan kedua gigi insisivus pertama atas
terhadap garis pertemuan kedua gigi insisivus bawah.
12
memberikan indikasi beratnya maloklusi. Jelas sulit untuk mencapai
penurunan PAR yang signifikan dalam kasus dengan skor pra-
perawatan yang rendah (Littlewood & Mitchell, 2019)
- Dengan demikian skor nol berarti keselarasan dan oklusi yang
sempurna dan skor yang lebih besar (di atas 50 dalam kasus yang
jarang terjadi) menunjukkan peningkatan tingkat ketidakteraturan
gigi. Indeks digunakan untuk mengevaluasi baik pada awal dan
akhir pengobatan dalam model studi dan perubahan skor total
mencerminkan keberhasilan perawatan dalam menciptakan
keselarasan dan oklusi secara keseluruhan. (Premkumar, 2015)
- Penilaian Keparahan Maloklusi (Rahardjo, 2012)
a. Skor 0 :oklusi ideal
b. Skor 1-16 :maloklusi ringan
c. Skor 17-32 : maloklusi sedang
d. Skor 33-48 : maloklusi parah
e. Skor > 48 :maloklusi sangat parah
13
diadaptasi dari komponen estetik IOTN. Komponen lainnya
termasuk berdesakan, diastema, rahang atas, crossbite, openbite,
overbite anterior, dan relasi AP segmen bukal. Masing-masing
komponen dapat dilihat dari model studi dan model progres. Skor
ICON mencerminkan tingkat dari kebutuhan, kekomplekan dan
derajat perubahan sebagai hasil dari perawatan (Hariyanti, et all.,
2011).
a. AC IOTN (bobot 7)
b. Crowding RA (bobot 5)
c. Crossbite (bobot 5)
d. Overbite (bobot 4)
e. Relasi gigi posterior kiri dan kanan (bobot 3)
- Skor ICON mencerminkan tingkat dari kebutuhan, kekomplekan
dan derajat perubahan sebagai hasil dari perawatan (Hariyanti SRJ,
et al. 2011). Skor total awal yang diperoleh merupakan gambaran
kompleksitas dan kebutuhan perawatan. Skor diatas 43
menunjukkan adanya kebutuhan perawatan, dapat dibaca sebagai
berikut :
a. Mudah < 29
14
b. Ringan 29-50
c. Moderat 51-63
d. Sukar 64-77
e. Sangat sukar >77
Setelah selesai perawatan, kasus tersebut diskor lagi
dan perbedaan skor sebelum dan sesudah perawatan
menunjukkan hasil perawatan yang dinyatakan dengan rumus :
b) Kekurangan:
- Tidak begitu banyak digunakan (cenderung subyektif)
- Pemberian bobot yang besar pada Aesthetic Component IOTN.
- Indeks ini tidak menilai overjet, hanya over bite.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani, N. L. P. M., Hutomo, L. C., & Wirawan, I. M. A. (2017). Hubungan tingkat keparahan
maloklusi berdasarkan ICON (Index of Complexity, Outcome and Need) dengan risiko
karies ditinjau dari lama perlekatan plak pada remaja di SMPN 2 Marga. Bali Dental
Journal, 1(2).
Araujo, Eustaquio A., Buschang, Peter H. 2016. Recognizing and Correcting Developing
Malocclusions: A Problem-Oriented Approach to Orthodontics. United Kingdom: Wiley.
Damaryanti, Endah., Indrawati, Ernani., Firdausi, Adnexa. 2019. Gambaran Tingkat Keparahan
Maloklusi Pada Pasien Orthodonti Antara Tahun 2012-2015 dan 2015-2018 di RS
Universitas Brawijaya Menggunakan Indeks ICON. E-Prodenta Journal of Dentistry : 3(2)
: 240-248
Desmar, Deddy. Penggunaan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) sebagai evaluasi
hasil perawatan dengan peranti lepasan. Orthodontic Dental Journal, Vol. 2 No. 1 Hal.
45-48.
Dika, D. D., Hamid, T., & Sylvia, M. (2011). Penggunaan index of orthodontic treatment need
(iotn) sebagai evaluasi hasil perawatan dengan piranti lepasan. Orthod Dent J, 2(1), 45-
8.
Gill DS. Ortodonsia at a Glance. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteram EGC. 2014: 28.
Littlewood, S.J. & Mitchell, L. 2019. An Introduction to Orthodontics. 5 th ed. United Kingdom:
Oxford University Press. Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. New
Delhi: Jaypee Medical Publishers.
Mulyana, DH. 2010. The Use of Index of Orthodontic Treatment Need and Dental Aesthestic
Index. Orthodontic Dental Journal, Vol. 1 No. 2.
16
Rachmadi MF, Rustamadji RS, Isa MS, Hardjono B. Peer Assessment Rating (PAR) Index
calculation on 2D dental model image for over jet, open bite, and teeth segmentation
on occlusion surface. Journal Of Computer Science and Information 2014; 7(1): 44-53
Rahardjo, Pambudi. 2012. Ortodonti Dasar Edisi 2. Indonesia: Airlangga University Press.
Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Medical
Publishers.
17