BLOK 13 MODUL 1
PENCEGAHAN DAN INTERSEPSI ORTODONTIK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
laporan yang berjudul “ Pencegahan dan Intersepsi Ortodontik ” ini tepat
pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber ilmiah
sebagai hasil dari Diskusi Kelompok Kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. drg. Musnar Munir, Sp.KGA selaku tutor kelompok 1 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil
(DKK).
2. drg. Musnar Munir, Sp.KGA selaku dosen penanggung jawab
kuliah modul ini yang telah membimbing dan memberikan tugas
kepada kami.
3. Teman-teman kelompok 1 yang telah menyumbangkan pemikiran
dan tenaganya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2
dapat berjalan dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan
hasil Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun
laporan ini sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya
kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil (DKK) ini.
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….iii
BAB 1 : Pendahuluan………………………………………………………...1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
C. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB 2 : Pembahasan…………………………………………………………3
A. Skenario………………………………………………………………..3
C. Identifikasi masalah…………………………………………………….4
D. Analisa masalah………………………………………………………...5
E. Strukturisasi konsep………………………………………………….....8
F. Learning Objective……………………………………………………...8
G. Belajar mandiri…………………………………………………………8
H. Sintesis………………………………………………………………....8
BAB 3 : Penutup……………………………………………………………..26
A. Kesimpulan............................................................................................26
B. Saran.......................................................................................................26
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan yang terjadi pada manusia terjadi pula
perubahan pada beberapa struktur pada tubuh manusia. Salah satunya adalah
perubahan bentuk dan ukuran rahang serta seiring dengan perkembangan tubuh,
jumlah gigi manusia akan menjadi lebih banyak dan berganti dari gigi susu
menjadi gigi permanen. Namun, sering kali dalam perkembangan tersebut
dijumpai kesalahan atau keabnormalan dari posisi rahang dan malposisi gigi.
Penyebabnya tidak dapat diketahui secara pasti karena etiolginya bersifat
multifactorial, bisa disebabkan karena adanya trauma, kelainan kongenital,
pengaruh lingkungan, defisiensi nutrisi, kekurangan hormone dll. Malposisi dari
gigi tersebut dapat menyebabkan suatu kondsi yang disebut maloklusi, yakni
oklusi yang tidak ideal.
Maloklusi, jika dideteksi secepat mungkin, bisa jadi dihilangkan atau
dibuat lebih ringan, dengan inisiasi prosedur ortodontik interseptif. Pencegahan
prosedur ortodontik juga bersifat interseptif jika dilakukan segera setelah
pengembangan maloklusi. Prosedur intersepsi dilakukan di waktu yang tepat
dapat menghilangkan perkembangan maloklusi atau membuatnya kurang parah,
sehingga memungkinkan ortodontik korektif untuk memberikan hasil yang stabil
dan konservatif dalam waktu perawatan sesingkat mungkin dengan sedikit
ketidaknyamanan bagi pasien. Prosedur ortodontik interseptif akan memastikan
bahwa kebiasaan lisan tidak menjadi tetap dan tidak berubah efek merusak tidak
mempengaruhi pertumbuhan normal dan perkembangan pasien..
1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan perbedaan dari tindakan preventif ortodonti dan intersepsi
ortodonti
2. Menjelaskan mengenai tindakan preventif maloklusi
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
lebih dalam mengenai perawatan ortodonti yang dapat dilakukan pada pasien
anak-anak dengan periode gigi susu atau campuran. Diharapkan, setelah membaca
laporan ini, mahasiswa dapat menjelaskan mengenai perbedaan antara preventif
ortodonti dan intersepsi ortodonti serta menjelaskan lebih dalam mengenai praktik
perawatan intersepsi ortodonti
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
Gigi bertingkat dan kedalam bagaimana ini ?
3
jangan sampai seperti kakaknya ini. Yang perlu bagi ibu memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya gigi geligi serta konsultasi / pemeriksaan
rutin rongga mulut. Banyak faktor penyebab / etiologi maloklusi dan juga ada
faktor keturunan.
C. Identifikasi Masalah
1) Apa saja macam-macam perawatan interseptik orthodonti?
2) Bagaimana pencegahan terjadinya maloklusi?
3) Apa saja etiologi dari maloklusi?
4) Apa perbedaan antara prefentif orthodonti dan interseptik orthodonti?
5) Apa saja alat yang digunakan dalam kasus pada skenario?
6) Apa saja batasan dari maloklusi ringan?
7) Jika maloklusi tidak ditangani, apakah menjadi parah? Dan dalam jangka
waktu berapa lama?
4
8) Apa yang bisa menyebabkan seorang anak dapat mengalami persistensi gigi
sulung?
9) Apakah ada perawatan lainnya selain ortodonti interseptik?
10) Kasus apa saja yang membutuhkan perawatan interseptik orthodonti?
D. Analisa Masalah
1. Apa saja macam-macam perawatan intersepsi ortodontik ?
a) Pencambutan gigi sulung berencana ketika gigi terlihat berjejal
b) Penggunaan space regainer untuk mendapatkan Kembali ruang yang hilang
akibat gigi desidui yang tanggal terlalu cepat
c) Perawatan orto (new therapy).
d) Melakukan frenektomi bagi frenulum yang tinggi
e) Kawat piranti lepasan, untuk menggerakkan gigi yang posisinya tidak
sesuai
f) Koreksi crossbite anterior dan posterior.
g) Eliminasi oral habite
h) pemasangan RME, untuk pelebaran rahang atas.
i) latihan otot (lebih ke tindakan prefentif maloklusi).Merupakan elemen
penting untuk oklusi normal.
2. Bagaimana pencegahan terjadinya maloklusi ?
a) Adanya hubungan yang baik antara dokter gigi dan pasien.
b) Melakukan pemeriksaan gigi anak sedini mungkin
c) Pengambilan foto rontgen
d) Pemenuhan nutrisi yang cukup untuk ibu hamil
e) Melakukan pencabutan gigi desidui secara terencana
f) Pemasangan space maintener saat pencabutan gigi desidui untuk
mempertahankan ruang
g) Pemasangan space regainer untuk memperlebar ruangan yang telah sempit
5
h) Kontrol karies dengan konseling diet atau mengatur pola makan, topikal
fluor, penggunaan pit and fissure sealent, mengedukasi org tua.
i) Mengindari bad habbit anak(menghisap jempol, menggigit bibir, ngedot)
j) Penggunaan alat pencegahan maloklusi lain yang di pasarkan disebut
guiding eruption, digunakan sewaktu anak tidur dan diindikasikan untuk
usia 6-11 tahun.
3. Apa saja etiologi dari maloklusi ?
Etiologi dari maloklusi bisa dikatakan multifactorial. Bisa disebabkan karena
adanya gangguan perkembangan dari sumber yang tidak diketahui, adanya
trauma yang terjadi pada masa prenatal dan postnatal atau dapat juga
disebabkan karena malnutrisi. Selain itu, maloklusi juga bisa dsebabkan karena
keturunan.
4. Apa perbedaan preventif ortodonti dan intersepsi ortodonti ?
Prefentif ortodonti adalah tindakan perawatan yang difokuskan untuk menjaga
integritas oklusi dan mencegah terjadinya maloklusi. Tindakan perawatan ini
dilakukan sejak dalam kandungan sampai pasien anak pada masa gigi susu.
Sementara itu, untuk intersepsi ortodonti adalah tindakan perawatan yang
dilakukan pada masa gigi campuran dan sudah mengalami maloklusi. Tindakan
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya maloklusi yang lebih parah.
5. Apa saja alat yang digunakan pada kasus di dalam scenario ?
Alat yang dapat digunakan untuk mengatasi kondisi seperti yang ada di dalam
scenario adalah
-piranti lepasan
-piranti cekat
-piranti konvensional
6. Apa saja batasan dari maloklusi ringan ?
-indeks (HMAR):
5-9: tidak membutuhkan perawatan
10-14:maloklusi ringan memerlukan perawtan
6
Dental estetik indeks
Normal
Maloklusi ringan
Maloklusi nyata
Maloklusi parah : indeks lebih dari 25
7
E. Strukturisasi Konsep
F. Learning Objektif
1) Mahasiswa mampu menjelaskan serta mampu membedakan prefentif
ortodonti dengan interseptik ortodonti
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan preventif maloklusi
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan perawatan interseptif ortodonti
a. jenis-jenis perawatan dalam perawatan interseptif ortodonti.
b. piranti yang digunakan dalam perawatan interseptif ortodontif.
G. Belajar Mandiri
Pada step ini masing-masing anggota kelompok belajar secara mandiri untuk
menemukan learning objective yang sebelumnya sudah disepakati bersama.
H. Sintesis
1. Mahasiswa mampu menjelaskan serta mampu membedakan preventif
ortodonti serta intersepsi ortodonti
a. Preventif ortodonti
Menurut Graber (1966), preventif ortodonti adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk menjaga integritas oklusi normal pada waktu tertentu.
Sementara menurut profft dan Ackerman (1980), merupakan salah satu
8
tindakan untuk pencegahan dari potensi gangguan perkembangan oklusi.
Seingga bisa disimpulkan disini bahwa perawatan preventif ortodonti
upaya yang dilakukan untuk mencegah terjaidnya maloklusi baik pada
masa prenatal dan postnatal. Dalam sumber lain juga disebutkan bahwa
tindakan Ini adalah bagian dari praktik ortodontik yang berfokus pada
edukasi terhadap pasien dan orang tua, pengawasan pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan struktur kraniofasial, prosedur diagnostic yang
dilakukan untuk memprediksi kemunculan maloklusi dan prosedur
pengobatan yang tersusun untuk mencegah timbulnya maloklusi.
Tindakan yang dilakukan dalam perawatan ini berupa :
1) Edukasi kepada orang tua, bahwasanya ketika anak masih berada di
dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang cukup nilai
gizinya untuk kepentingan pertumbuhan janin. Ibu harus cukup
mendapat kalsium, fosfor, fluor dan vitamin-vitamin A, C dan D untuk
mencukupi kebutuhan janin akan zat-zat tersebut.
2) Selanjutnya adalah pada bayi, kebutuhan nutrisi bayi harus benar-benar
diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya (termasuk
gigi dan mulut) dapat berjalan dengan baik. Selain faktor nutrisi,
seorang bayi harus terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat
menganggu pertumbuhan dan perkembangan. Penyakit rhinitis,
rakhitis, sifilis, TBC tulang atau avitaminosis dapat menyebabkan
deformasi tulang termasuk gigi dan jaringan pendukungnya.
3) mengajarkan kepada anak-anak yang sudah tumbuh gigi agar rajin
menggosok gigi, memberi arahan agar menghindari makanan yang
dapat merusak gigi, menyarankan agar rutin melakukan pemeriksaan
gigi dan mulut ke dokter gigi, menjaga anak-anak agar tidak melakukan
kegiatan atau kebiasaan buruk (bad habit) contoh: kebiasaan menghisap
ibu jari (thumb sucking), menggigit bibir (lips biting), dan lain
sebagainya.
9
4) Kontrol karies untuk mencegah early loss dan migrasi gigi sebelahnya
5) Selalu memperhatikan kondisi gigi sulung anak
6) Managemen pada gigi yang mengalami ankylosis
7) Pemeliharaan pencabutan gigi sesuai dengan table waktu
8) Memeriksa kebiasaan oral anak dan menghentikan kebiasan buruk
tersebut dengan penggunaan alat jika perlu
9) Ekuilibriasi oklusal apabila terdapat prematuritas oklusal
10) Pencegahan kerusakan oklusi
11) Pencabutan gigi supernumerary untuk menghindari gigi tumbuh
berjejal yang lebih parah
12) Pemeliharaan ruang dengan ruang space maintainer ketika gigi desidui
mengalami early loss
13) Manajemen perlekatan frenalis yang abnormal
b. Interceptive ortodonti
Amrican Association of Orthodonticsa (1969) mendefinisiskan
interceptive ortodonti ini sebagai fase sains dan seni ortodontik yang
digunakan untuk mengenali dan menghilangkan potensi penyimpangan da
malposisi yang kompleks pada dentofasial yang sedang berkembang. Dari
sumber lain menyebutkan bahwa interseptive ortodontik adalah tindakan
atau perawatan yang dilakukan pada maloklusi yang sudah tampak atau
sedang berkembang. Disini maloklusi sudah terjadi sehingga harus
dilakukan perawatan untuk mencegah terjadinya maloklusi yang lebih
parah. Perawatan ini biasanya dilakukan pada masa gigi bercampur atau
permanen muda. Tindakan yang biasanya dilakukan dalam interceptive
orthodontic adalah :
1) Pencabutan serial
2) Koreksi perkembangan crossbite
3) Space regaining
10
4) kontrol kebiasaan buruk
5) Latihan otot
6) Intersepsi malrelasi skeletal
7) Penghilangan jaringan atau tulang penghalang sehingga gigi dapat
erupsi
11
Oleh karena itu, orang tua harus bisa mengeliminasi kebiasaan buruk
seperti ini untuk mencegah kemungkinan yang lebih buruk di masa yang akan
datang.
Selain pemberian edukasi dan mengeliminasi kebiasaan buruk pada
anak, hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya maloklusi
adalah dengan melakukan kontrol karies untuk mencegah decay dan early loss
pada gigi desidui, menggunakan space maintainer, pencabutan supernumerary
teeth, bagi anak-anak yang menyusu dengan menggunakan dot untuk
sebaiknya diganti dengan dot physiologis, serta orang tua harus berusaha
membimbing anaknya untuk menyikat gigi secara rutin dan juga mengenalkan
anak dengan perawatan dokter gigi untuk mengurangi ketakutan anak
terhadap dokter gigi.
12
lengkung rahang akan semakin mengecil dan menyebabkan gigi premolar
kedua terhalang untuk erupsi. Salah satu penyebab kemiringan atau
pergerakan molar ke mesial adalah karena lesi karies yang luas, erupsi
ektopik, dan ektraksi premature dari gigi molar desidui.
Waktu distalisasi atau pengembalian gigi molar permanen ke arah distal
sangat penting. Jika seorang anak dirawat sebelum usia 9 tahun dimana
akar gigi molar permanen belum selesai pertumbuhannya, maka
13
pergerakan molar atau tipping molar permanen ke arah distal akan lebih
mudah. Namun, apabila waktu perawatan ditunda terlalu lama hingga gigi
molar dua permanen sudah erupsi, hal ini akan menyebabkan kesulitan
bagi dokter untuk memindahkan dua molar yang mana tentunya ini
membutuhkan tenaga yang besar dan membutuhkan oerawatan ortodontik
korektif. Dalam praktiknya, terdapat beberapa kontraindikasi penggunaan
space regainer yakni, pada kasus kelebihan tempat, lalu pada kasus
kekurangan tempat yang sangat banyak dan dekat pada gigi yang impaksi,
serta pada kasus yang membutuhkan Analisa-analisa komprehensif.
Dalam perawatan space regainer, terdapat dua kelompok perawatan, yakni
perawatan dengan menggunakan fix appliance dan removable appliance.
1) Fix appliance, yang terdiri dari :
Lebih diindikasikan pada pasien yang kurang kooperatif, namun lebih
sulitdibersihkan sehingga meningkatkan risiko karies pasien tersebut.
• Open coil
Dalam penggunaanya, band akan di adaptasi dan disatukan atau
diletakkan di sekeliling gigi. Umumnya, gigi molar pertama
permanen yang di distalisasi untuk mendapatkan Kembali ruang yang
menyempit setelah gigi desidui tanggal. Dalam penggunaan appliance
ini, membutuhkan tabung yang diletakkan pada sisi buka dan lingual
yang disatukan ke band yang mengelilingi gigi dengan bantuan alat
las. Tabung ini memiliki sisi sepanjang 0,25 inch untuk menjadi
bagian yang akan di welding dengan band yang mengelilingi gigi.
Posisi tabung harus sejajar satu sama lainnya dan lubang pada kedua
tabung harus mengarah kepada persimpangan atau titik temu antara
mahkota dan gingiva pada gigi premolar. Lalu, kawat baja tahan jarat
dengan diameter 0,7 mm ditekuk membentuk seperti huruf U. dengan
ujung-ujungnya secara pasif akan pas masuk di kedua lubang tabung
14
pada bagian lingual dan bukal pada band. Kemudian, bagian anterior
dari kawat berbentu U harus memiliki lengkungan terbalik tepat pada
bagian terbesar dari gigi premolar. Ketika semua sudah berada pada
posisi yang tepat dan sudah di welding, maka kawat akan berada pada
15
• Hotz
Lengkungan lingual hotz adalah metode lain untuk menggerakkan
molar ke distal. Piranti ini menggunakan lengkungan lingual Hotz
yang melingkar. Itu tepat dalam suatu situasi di mana gigi molar satu
permanen bawah bergeser ke mesial, tetapi molar premolar atau
cuspid tidak bergeser ke distal. Tapi harus ada bukti X-ray bahwa ada
jarak yang cukup antara gigi molar satu dan mengembangkan gigi
molar kedua. Waktu perawatan yang diperlukan sekitar 3-6 bulan
untuk pergerkana sebanyak 2 mm.
• Lip bumper
Merupakan piranti yang paling mudah digunakan untuk prosedur
perolehan kembali ruang yang mana pergerakan bilateral diinginkan.
Piranti ini terdiri dari kawat lengkung labial yang berat dimana flensa
akrilik disiapkan di daerah anterior dengan bentuk sedemikian rupa
dan tidak menyentuh gigi anterior bawah. Piranti ini digunakan untuk
meredakan tekanan bibir. Tekanan ini dapat digunakan untuk
mendistalisasi molar dengan:
1. Memasukkan loop di kawat lengkung tepat sebelum memasuki
16
tabung bukal.
2. Memanfaatkan pegas koil, yang mana Itu juga bisa digunakan
secara sepihak.
2) Removable appliance, yang terdiri dari :
• Free and loop
Alat ini menggunakan kawat lengkung labial untuk stabilitas dan
retensi dengan pegas loop aksi belakang yang dibuat dari kawat no.
0,025. Dasar alat terbuat dari resin akrilik. Gerakan permanen molar
dicapai dengan mengaktifkan ujung bebas dari loop kawat pada titik
tertentu dengan interval waktu. Lengkungan bawah memiliki loop
kawat yang lebih pendek yang menghasilkan berkurangnya distorsi
saat anak memasukkan alat.
• Split sadle
Merupaka piranti yang berbeda dari tipe pegas ujung bebas, karena
bagian fungsional alat terdiri dari blok akrilik yang dibelah secara
buccolingually dan bergabung dengan no. 0,025 kawat dalam bentuk
bukal dan lingkaran lingual. Alat diaktifkan dengan pelebaran loop
secara berkala.
• Sling shot
Alat ini terdiri dari dudukan kawat elastis dengan kait sebagai
pengganti pegas kawat yang mentransmisikan gaya terhadap molar
untuk didistalisasi.
17
hubungan buccolingual atau labiolingual terjadi terbalik. Terdapat
beberapa klasifikasi dari crossbite yakni klasifikasi berdasarkan lokasinya
dan berdasarkan bentuk crossbite alamiah.
• Berdasarkan lokasinya
- Anterior cross bite
➢ Single tooth
➢ Segmental
- Posterior cross bite
➢ Unilateral
➢ Bilateral
• Berdasarkan crossbite alamiah
- Skeletal crossbite
- Dental crossbite
- Functional crossbite
Gigitan silang atau crossbite baik anterior maupun posterior harus segera
dikoreksi setelah kondisi ini di identifikasi. Beberapa penulis percaya
bahwa kondisi ini harus dikoreksi semenjak masa gigi desidui. Namun,
dalam praktiknya dinilai lebih baik apabila kondisi ini dikoreksi pada
masa gigi campuran. Karena pada masa gigi desidui, anak tersebut masih
terlalu kecil dan biasanya tidak kooperatif saat dilakukan perawatan. Jika
gigi yang mengalami crossbite baik anterior maupun posterior dan tidak
dilakukan penanganan dalam waktu yang lama, maka hal ini bisa
menyebabkan terjadinya maloklusi rangka yang dalam perawatannya
harus dilakukan perawatan ortodontik korektif di kemudian hari.
1) Anterior crossbite
Crossbite anterior didefinisikan sebagai maloklusi yang dihasilkan dari
posisi lingual gigi anterior rahang atas dalam hubungannya dengan
18
gigi anterior rahang bawah. Ini juga dapat didefinisikan sebagai
maloklusi di mana satu atau lebih dari gigi anterior atas menyumbat ke
lingual gigi-geligi insisivus rahang bawah atau malposisi lingual dari
satu atau lebih gigi anterior rahang atas di kaitannya dengan gigi
anterior rahang bawah saat gigi berada di sentris halangan. Etiologi dari
crossbite anterior disebabkan oleh trauma, kelainan congenital,
supernumerary teeth, dan juga delayed eruption gigi primer. Untuk
penanganannya sendiri terdapat beberapa yakni :
a) Tongue blade therapy
Metode ini digunakan untuk memperbaiki gigitan silang anterior
yang melibatkan satu gigi dari crossbite yang sudah berkembang.
Gigi pada gigitan silang berada pada tahap awal erupsi dengan
tingkat penguncian minimal dan sering kali dapat diposisikan ulang
dengan metode ini. caranya adalah anak tersebut diinstruksikan
untuk menempatkan pisau lidah (yang bisa dibuat dengan
menyatukan 2–3 batang es krim) di belakang gigi yang terkunci, dan
untuk menekan gigi menggunakan dagu sebagai titik tumpu.
Tekanan diarahkan ke sisi labial. Itu harus dilakukan minimal 5
menit per jam dan sesering mungkin siang hari.
b) Catalans appliance
Merupakan akrilik bidang miring yang disemen ke gigi anterior
bawah adalah cara lain untuk melakukan reposisi satu atau lebih
pada gigi anterior yang terkunci. Akrilik ini memiliki panjang
bidang miring sebaiknya 1/4 inci memanjang secara lingual pada
sudut 45 ° terhadap Panjang sumbu gigi seri bawah. Lebih curam
sudut bidang miring semakin besar gaya yang diterapkan. Hanya
gigi yang terkunci yang harus masuk kontak dengannya dan tidak
ada gigi lain yang menyentuh bidang miring. Pesawat tidak boleh
menyentuh jaringan palatal dan gigi posterior harus keluar dari
19
oklusi 2–3 mm. Dengan alat ini, gigitan silang adalah dikoreksi
dalam 7–10 hari.
d) Chincup
Penggunaan alat ini hanya untuk kasus anterior crossbite yang
disebabkan karena prognasi mandibula
20
2) Posterior crossbite
Crossbite posterior mengacu pada hubungan transversal yang tidak
normal antara gigi atas dan bawah. Mungkin crossbite posterior
melibatkan satu gigi atau banyak gigi. Sebagian besar crossbites
posterior disebabkan oleh penyempitan tulang atau gigi rahang atas.
Etiologi posterior crossbite disebabkan karena dental, skeletal,
functional, dan multifactorial akibat congenital, maupun lingkungan.
Perawatanyang dapat dilakukan untuk posterior crossbite adalah
dengan palatal expansion yang terdiri dari :
a) Slow palatal expansion
Removable appliance
• Jack screw
• Coffin spring
Fix appliance
• Fix porte arch
• Quad helix
21
b) RPE (rapid palatal expander) bersifat expander logam tetap yang
disolder ke pita pada molar pertama dan pertama bicuspids dengan
kawat lingual 0,036 mm yang menghubungkan pita. Hal itu
memberikan perluasan cepat dari jahitan mid-palatal setiap hari
aktivasi sekrup ekspansi. Seperempat putaran hasil sekrup masuk 1/4
mm ekspansi. Ekspander cepat tetap diklasifikasikan menjadi dua
jenis: peralatan yang dibebankan ke gigi dan jaringan dan
dibebankan ke gigi. Peralatan yang dibebankan ke gigi lebih andal
dan terbukti dapat diproduksi efek kerangka yang konsisten.
d. Latihan otot
Perkembangan normal oklusi bergantung pada otot-otot wajah. Jika otot
oromaksilofasial berada dalam keadaan seimbang, oklusi yang baik akan
22
berkembang. Jika ada otot yang menyimpang akan menyebabkan
maloklusi. Contoh latihan otot :
• Latihan otot orbicularis seperti memijat bibir.
• Latihan otot masseter dan pterygoid.
e. Pencabutan serial
Istilah ekstraksi serial didefinisikan oleh Dewel pada tahun 1969 sebagai
file prosedur perawatan ortodontik yang melibatkan pengangkatan yang
teratur dari yang dipilih gigi sulung dan permanen dalam urutan yang
telah ditentukan. Terdapat beberapa indikasi untuk pencabutan serial,
yakni :
1) Maloklusi kelas I menunjukkan harmoni antara skeletal dan sistem otot
2) Kehilangan gigi sulung secara prematur
3) Defisiensi archlength dan perbedaan ukuran gigi
4) Erupsi lingual dari gigi seri lateral permanen
5) Kehilangan gigi taring primer unilateral dan bergeser ke sisi yang sama
6) Erupsi mesial gigi taring di atas gigi seri lateral
7) Penyimpangan mesial segmen bukal
Sementara itu, terdapat pula beberapa kontraindikasi dari pencabutan srial,
yakni :
1) Tidak ada gigi premolar dua kongenit / hilang
2) Karies molar pertama permanen yang luas
3) Maloklusi parah kelas II dan kelas III gigi serta asal kerangka
4) Tidak adanya gigi bawaan unilateral
5) Ukuran, bentuk, warna gigi tidak normal, dll.
6) Gigi jarak
7) Maloklusi kelas I dengan kekurangan ruang minimal
Dalam praktiknya, terdapat tiga tahap metode pencabutan serial
menurut metode dewel, yakni :
23
1) Pencabutan caninus primer
2) Pencabutan molar pertama primer
3) Pencabutan premolar yang baru erupsi
f. Penghilangan tulang atau jaringan yang menghambat pertumbuhan gigi
Kondisi klinis dimana jaringan keras dan lunak bertindak sebagai
penghalang di jalur alami gigi letusan adalah:
1) Gigi / gigi sulung yang tertinggal:
Merupakan manifestasi klinis, yang menjadi lebih umum hari ini karena
perubahan dari diet deterjen keras ke diet lembut. Umumnya, gigi
sulung yang tertinggal, atau tetap bertahan diamati pada daerah anterior
rahang bawah, dengan permanen gigi tumbuh ke arah lingual atau di
anterior rahang atas dan daerah bukal, dengan gigi permanen yang
tumbuh labial / bukal. Kehadiran sepihak dari gigi yang tertahan
tersebut juga menghasilkan pergeseran garis tengah sehingga
menambah kekurangan ruang lengkung di kuadran. Intersepsi dengan
ekstraksi gigi sulung yang tertahan akan mengatasi maloklusi
sepenuhnya atau mengurangi keparahannya, sehingga memungkinkan
manajemen lebih mudah yang sama.
2) Gigi supernumerary
Kehadiran supernumerary gigi dan mesiodens akan menghalangi
erupsi gigi permanen di tempat yang seharusnya. Oleh karena itu,
24
ekstraksi tepat waktu akan dilakukan jauh dalam intersepsi maloklusi
yang sedang berkembang.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Maloklusi menjadi sesuatu yang harus diperbaiki di dalam kedokteran gigi.
Dengan oklusi yang baik, segala fungsi rongga mulut akan tersangga dengan
baik. Perhatian tentang pencegahan maloklusi pada dasarnya dapat dilakukan
sejak dalam kandungan sampai anak-anak mencapai periode gigi desidui.
Namun, ketika sudah mencapai tahap gigi campuran, apabila ditemukan
maloklusi sedini mungkin, maka yang harus dilakukan adalah pemberian
perawatan intersepsi ortodonti pada ank tersebut untuk memperbaiki
maloklusi atau tidak menyebabkan maloklusi menjadi lebih parah.
B. SARAN
Kami menyadari masih banyak kekurangan dari kelompok kami. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan kelompok kami di masa mendatang.
26
Daftar Pustaka
Harikishan Asnani, K. (2010). Essentials of pediatric dentistry (1st ed., pp. 171-192).
New Delhi: Jaypee Brothers Meical Publishers.
Muthu, M., & Sivakumar, N. (2011). pediatric dentistry : principle and practice (2nd
ed., pp. 947-1042). New Delhi: Elsevier.
27