Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2
BLOK 15: PERAWATAN PENYAKIT DAN KELAINAN GIGI

Tutor : drg. Sri Lestari, M.Kes


Kelompok Tutorial C :
1. Paramudibta Lungit K (161610101021)
2. Nia Nurmayanti (161610101022)
3. Dheamira Rosida (161610101023)
4. Balqis Salsabila Setya A (161610101024)
5. Rismawati Tri K (161610101025)
6. Kartika Artha Rini (161610101026)
7. Dwi Mukti Kusumastuti (161610101027)
8. Atha Ramadhona Yaniar (161610101028)
9. Reganita Nurmaulawati S (161610101029)
10. Elfrida Maya Agustina (161610101030)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
SKENARIO 2

Seorang wanita umur 19 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi mengeluh gigi bawah
kanan berlubang Pasien menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna gigi. Hasil pemeriksaan
klinis tampak gigi 16 karies media klas I Black, tes vitalitas positif, tes perkusi dan tekanan negatif,
tidak ada kegoyangan, dan gigi masih bisa dipertahankan. Diagnosa gigi 16 adalah pulpitis reversible
dan dapat dilakukan penumpatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca (SIK).

STEP 1 (Unfamiliar Terms)


1. Karies media klas 1 black :
- Karies yang melibatkan permukaan oklusal lebih dari 2/3 bukal dan lingual gigi
posterior atau pit lingual gigi posterior
- Karies yang mengenai pit dan fisure gigi posterior atau pit lingual anterior
2. Semen Ionomer Kaca (SIK) :
- Material restorasi biokompatible yangg adhesive secara fisika maupun kimia dengan
enamel maupun dentine
- Mampu melepaskan flour yang dapat berikatan dengan material gigi namun lebih
rapuh daripada resin komposit. Perbedaan SIK dan komposit yaitu jika SIK
merupakan campuran bahan powder dan liquid, jika komposit polimerasasinya
menggunakan light cure
- Material restorasi sewarna gigi yang mempunyai perlekatan secara fisiko-kimia
terhadap enamel dan dentine

STEP 2 (Problem Definition)


1. Apa komposisi dari Semen Ionomer Kaca (SIK)?
2. Bagaimana klasifikasi dari Semen Ionomer Kaca (SIK)?
3. Bagaimana sifat dari Semen Ionomer Kaca (SIK)?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari Semen Ionomer Kaca (SIK)?
5. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari pemakaian Semen Ionomer Kaca (SIK)?
6. Mengapa pasien diindikasikan menggunakan Semen Ionomer Kaca (SIK)?
7. Bagaimana prosedure dari restorasi Semen Ionomer Kaca (SIK)?

STEP 3 (Brainstorming)
1. Komposisi Semen Ionomer Kaca (SIK)
 Terdiri dari powder dan liquid. Powder yang terdiri dari silikat yang berfungsi untuk
meningkatkan transparansi, alumina yang berfungsi meningkatkan kekuatan
kompresi, floride sebagai anti-kariogenesis dan menghambat pembentukan plak,
alumunium floride, kalsium floride yang berfungsi mengatur pelepasan fluor,
natrium floride, alumunium fosfat yang berperan sebagai transparansi dan
ditambahkan strontium barium untuk meningkatkan radiopak dari silika.
Sedangkan liquid yang terdiri dari asam poliakrilat untuk mengurangi kekentalan,
meningkatkan reaktivitas liquid dan menurunkan reaktivitas, sehingga membentuk
gel, serta asam tartarik yang berperan untuk memperpanjang waktu kerja
2. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca (SIK)
 Berdasarkan bahan kandungan dan proses setting :
1. Semen Ionomer Kaca (SIK) konvensional yang tidak dianjurkan untuk restorasi klas
II dan IV karena kurang kuat dan lebih peka dengan keausan daripada komposit
2. Semen Ionomer Hibrid yang digunakan sebagai base
3. Semen Ionomer Tri Cure
4. Semen Ionomer yang diperkuat dengan metal
 Berdasar fungsinya :
1. Tipe 1
Luting yang digunakan untuk mengisi ruang kosong antara bahan pengisi dengan
material gigi untuk luting semen pada crown, bridge, inlay, dan veneer. Mempunyai
kelarutan yang rendah dan rasio konsentrasi antara powder dan liquid 1,5 : 1
2. Tipe 2
Untuk restorasi gigi anterior klas 3 dan klas 5, dan restorasi gigi posterior klas 1
3. Tipe 3
Liner yang berfungsi untuk melindungi pulpa dan basis untuk meningkatkan adhesi
terhadap resin komposit pada teknik sandwich
3. Sifat Semen Ionomer Kaca (SIK)
- Mengeluarkan ion flour untuk mencegah karies sekunder
- Koefisien termal yang sama dengan gigi
- Menahan tekanan oklusal namun lebih rapuh dari resin komposit
- Biokompatibilitas baik sehingga efek biologis terhadap struktur gigi baik
- Adhesive fisikokimia antara gigi dan bahan tumpatan SIK
- Modulus elastisitas 2-10 mpa
- Inhibisi dan sineresis yang sangat peka terhadap air menyebabkan celah mikro
sehingga penetrasi bakteri mudah, menyerap air sehingga warna buram, dan
mengeluarkan air menyebabkan dehidrasi
- Kekuatan kompresi 60-300 mpa (keras tapi rapuh)
4. Kelebihan dan kekurangan dari Semen Ionomer Kaca (SIK)
 Kelebihan :
- Mengeluarkan ion flour untuk mencegah karies sekunder
- Koefisien termal yang sama dengan gigi
- Biokompatibilitas baik sehingga efek biologis terhadap struktur gigi baik
- Adhesive fisikokimia antara gigi dan bahan tumpatan SIK
 Kekurangan
- Inhibisi dan sineresis yang sangat peka terhadap air menyebabkan celah mikro
sehingga penetrasi bakteri mudah, menyerap air sehingga warna buram, dan
mengeluarkan air menyebabkan dehidrasi
5. Indikasi dan kontraindikasi dari pemakaian Semen Ionomer Kaca (SIK)
 Indikasi :
- Restorasi klas V dan pada orang dewasa yg mementingkan sifat estetik
- Resiko karies tinggi
- Restorasi sementara gigi anterior dan posterior
- Sementasi dari band orthodontik (adhesive bracket orthodontic)
- Restorasi yang tidak membutuhkan beban oklusal dengan tekanan tinggi
- Restorasi gigi posterior desidui
- Pit dan fissure sealant
- Pembuatan pasak (teknik sandwich)
- Tidak dianjurkan untuk restorasi klas III bila memerlukan estetik yang tinggi
 Kontraindikasi
- Klas IV karena sifat fisik nya kurang kuat
- Restorasi kelas VI (karena pada klas VI terjadi pada cusp tertinggi yang
mendapatkan beban kunyah yang besar)
6. Pasien diindikasikan menggunakan Semen Ionomer Kaca (SIK) karena pada skenario
dijelaskan bahwa pasien mengalami karies media klas I yang membutuhkan
remineralisasi dari gigi sehingga dapat dilakukan tumpatan dengan Semen Ionomer Kaca
(SIK). Pada karies klas I merupakan karies yang mengenai pit dan fissure sehingga tidak
membutuhkan beban oklusal yang tinggi dibandingkan cusp sehingga dapat diindikasikan
menggunakan tumpatan dengan Semen Ionomer Kaca (SIK) yang memang berdasarkan
sifatnya dapat menahan tekanan oklusal namun lebih rapuh dari resin komposit
7. Prosedure (PR)
STEP 4 (Mapping)

SUBJEKTIF OBJEKTIF Penunjang

- Gigi berlubang - Gigi 46 karies (-)


media klas I
- Penambalan
sewarna gigi - Tes vitalitas (+)

- Tes perkusi dan


tekan (-)

Pulpitis Reversible

Rencana perawatan karies media


klas I dengan menggunakan bahan
SIK tipe 2

Prognosa
Prosedur

Alat dan Bahan Cara Preparasi Cara Manipulasi Cara Aplikasi

KIE dan Kontrol


STEP 5 (Learning Objective)
1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi beserta indikasi dan kontraindikasi Semen
Ionomer Kaca (SIK)
2. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan dari skenario
3. Mahasiswa mampu mengkaji prosedur perawatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca
(SIK)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan KIE dan evaluasi dari perawatan Semen Ionomer Kaca
(SIK)

STEP 7
1. Klasifikasi beserta indikasi dan kontraindikasi Semen Ionomer Kaca (SIK)
1.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi (Sifat fisik dan kimia)
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson
dan Kent. Berasal dari liquid asam polialkenoat, asam tartarik, air dan bubuk
komponen kaca fluoro-aluminosilikat. Saat bubuk dan liquid dimanipulasi terjadi
reaksi asam basa (tahap 1 - dissolution) kemudian asam polialkenoat
mengalami ionisasi, ion hidrogen asam polialkenoat berpenetrasi ke permukaan
partikel bubuk. Bubuk melepaskan ion kalsium, alumunium, natrium dan fluor.
Tahap 2 - presipitasi garam, terjadi reaksi antara ion kalsium dengan gugus
karboksil membentuk jembatan garam. Setelah mixing 3 menit atau 4-10 menit
(initial setting) terbentuk garam kalsium ditandai dengan terjadinya pengerasan
awal, terbentuk massa padat, secara klinis: hard surface. Selama 24 jam (final
setting) terjadi proses maturasi, terbentuk garam alumunium (lebih stabil) yang
secara perlahan meningkatkan ikatan silang dengan gugus karboksil menjadi
lebih rigid, semen menjadi lebih kaku. Pada tahap 3 terjadi hidrasi garam, air
yang terikat secara longgar perlahan menghidrasi matriks ikatan silang sehingga
meningkatkan kekuatan semen dan struktur gel yang stabil. Pabrik juga
menanbahkan sedikit asam tartarik pada air yang dapat memperkirakan reaksi
pengerasan yang lebih tepat. Semen ini melekat dengan struktur gigi dengan
ikatan kimiawi antara gugus karboksil semen dan kalsium yang ada dipermukaan
gigi (Gladwin, 2009; Soeprapto, 2017).

Sumber Gambar: Textbook of preclinical conservative dentistry, 2011.

Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan
perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II
karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan
fluorida.Tetapi SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena
formulanya masih kurang kuat (beban kunyah) dan lebih peka terhadap
keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit (McCabe, 2008).

b. Semen Ionomer Hybrid/ Resin Modified Glass Ionomer Cement


Semen Ionomer Hybrid terdiriatas bubuk partikel kaca ion-leachable fluoro
alumino silikat dan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Cairan
terdiri atas air dan asam poliakrilik atau asam poliakrilik yang dimodifikasi
dengan monomer metakrilat yaitu hidroksietilmetakrilat (HEMA) yang
bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal (initial setting)
dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus metakrilat. Reaksi asam
basa yang lambat pada akhirnya akan menuju proses pengerasan dan kekuatan
akhir. Kandungan air Semen Ionomer Hybrid lebih sedikit (Gladwin, 2009).
Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini
karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk
dengan resin yang mengeras. Penelitian in vitro semen ionomer hibrid
melepaskan fluor dalam jumlah yang sebanding dengan fluor yang dikeluarkan
semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih
tinggi dibanding ionomer kaca konvensional. Hal ini dikarenakan modulus
elastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang dapat di tahan
sebelum terjadinya fraktur (Lippincot, 2007).
Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama dengan
ionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik lebih sedikit karena adanya
pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca yang dimodifikasi
dengan resin, namun kekuatan perlekatan pada struktur gigi lebih baik dari
semen ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan semen
ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca dengan modifikasi resin
memperlihatkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi. Lebih sedikitnya
kandungan air danasam karboksilat mengurangi kemampuan semen untuk
membasahi permukaan gigi, hal ini meningkatkan kebocoran micro
dibandingkan semen ionomer kaca konvensional (Anusavice, 2004.)
Semen ionomer kaca hibrid dapat digunakan sebagai liners atau bases.
Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah dari pada semen restorasi yang
lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah untuk
bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi komposit.
Karena adanya adhesi pada dentin, kemungkinan dari formasi celah pada tepi
ginggival yang terletak pada dentin, sementum atau keduanya disebabkan oleh
penyusutan polimerisasi dari resin (Lippincot, 2007).
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang menjamin ikatan
adhesive, mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti
kariogenik melalui pelepasan fluor. Ketika digunakan pada keadaan ini, prosedur
yang lebih di anjurkan adalah tekhik sandwich. Teknik ini memberikan
keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari ionomer kaca yang memberikan
estetika dari restorasi komposit. Tekhnik sandwich direkomendasikan
untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien memiliki resiko karies yang
tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca konvensional
dan semen ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007).

Sumber Gambar: https://www.dentistryiq.com/articles/2016/04/fujicem-2-resin-


modified-glass-ionomer-cement-a-researched-review.html

c. Semen Ionomer Tri-cure


Semen ionomer Tri-cure terdiri atas partikel kaca silikat, sodium florida dan monomer yang
dimodifikasi asampolikarboksilat tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap
cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Initial setting
diawali oleh polimerisasi light-cure dari monomer asam yang menghasilkan
bahan kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air
di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam
dengan matrix dan partikel kaca silikat. Reaksi asam basa yang di induce
memungkinkan pelepasan fluorkarena tidak adanya air dalam formulasi,
pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional
dan hibrid. Sehingga dentin-bonding agent yang terpisah di perlukan untuk
kompomer yang digunakan sebagai bahan restorasi (Gladwin, 2009).
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubuk dan cairan
atau yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer
untuk penerapan luting (luting application). Bubuknya memiliki komposisi
srontium aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia
atau cahaya. Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau metakrilat
yang bisa berpolimerisasi, monomer multifungsional akrilat, dan air. Sedangkan
yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan
cairan. Adanya air di dalam cairan menyebabkan bahan ini bersifat self-adhesive
danreaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007).
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yang
sama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun
kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan
tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer
untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca atau
komposit resin (Lippincot, 2007).

d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal


Semen glass ionomer konvensionalkurang kuatdalam menahan gayamastikasi
yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan
dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada
2 metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah mencampur
bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk glass
ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II
adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan
pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf scanning
electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke
permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan
dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang
dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen
ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang
mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan
melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan
ini menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi
tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi
berjalan untuk pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan
yang tersedia untuk pelepasan fluoride (Anusavice, 2004).
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-
kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan
untuk penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit
untuk restorasigigi posterior, namun bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan
sebagai bahan yang rapuh. Karena alasan inilah penggunaan bahan tersebut
umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I (Lippincot,
2007).

1.2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya


a. Type I – Luting Cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi mahkotapermanen,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara
kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK
yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluor serta
berkurangnya sensitivitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini
mengurangi timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan
sebagai semen inlay komposit atau onlay (Craig, 2004).

Sumber Gambar: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/gc-fuji-1-glass-


ionomer-luting-cement-116862791.html
b. Type II – Restorasi
Karena sifat perelekatannyadan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga digunakan
untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya
diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras,
beberapakasuskaries (Craig, 2004).

Sumber Gambar: https://www.indiamart.com/proddetail/gold-label-glass-ionomer-


dental-cement-18233188112.html

c. Type III – Liners and Bases


Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit
sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat
untukmenjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK
dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan
ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).

d. Type IV – Fissure Sealants


Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan dengan
konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior
yang sempit (Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit.
Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung
ke jaringan gigi oleh interaksi ion poliakrilat (hydrogen)dengan kristal hidroksiapatit,
dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek
antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji
klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti
antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).

f. Type VI – Core build up


Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet,
Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer.
Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani
daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun, banyak yang menganggapSIK
tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwagigi
harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).

g. Type VII - Fluoride releasing


Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK
dibandingkan dengan bahan lainnya. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu
tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan
fluor lima kali lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin
komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam
periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggidari
kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
Sumber Gambar: https://zahnsply.com/gc-fuji-vii-capsules.html

h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)


ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara
dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi.
Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan
sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk membuka enamel dan menghapus
karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi
dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan beban
fungsional (Craig, 2004).

i. Type IX - Deciduous teeth restoration


Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca
dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan
SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta
memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan
keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan
tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)
SumberGambar: https://pinkblue.in/gc-gold-label-9-posterior-restorative.html

1.3 Berdasarkan Indikasi Klinis


 Tipe I GIC adalah luting semen, ditandai dengan ketebalan film rendah dan setting
yang cepat. Tipe I ionomer diindikasikan untuk sementasi inlays, mahkota, gigi tiruan
sebagian cekat, peralatan ortodontik, dan pengisian endodontik.
 Tipe II GIC adalah ionomer yang diindikasikan untuk restorasi, menyajikan partikel
yang lebih besar daripada tipe I, dengan subtipe 1 dan 2.
- GIG tipe II-1 adalah restorative esthetic (tersedia dalam presentasi
konvensional dan resin-modifikasi). GIC tipe II-I diindikasikan untuk
restorasi gigi kelas III dan V.
- GIC Tipe II-2 adalah restorative reinforced, tipe ini lebih tahan aus dan
diindikasikan untuk restorasi gigi kelas 1 dan sebagai inti pasak.
 Tipe III GlC adalah lapisan semen dan fissure sealant, ditandai oleh viskositas rendah
dan setting cepat. GIC tipe III juga dikenal sebagai bond dan lining (Almuhaiza,
2016).
Ketiga tipe ini menggambarkan formula GIC tergantung dari partikel gelas silikat dan
polyacrylic acid solution yang terkandung. Secara kimia, pada dasarnya sama untuk
ketiga jenis ini dengan variasi powder komposisi dan ukuran partikel untuk mencapai
fungsi yang diinginkan. Konsistensi antara GIC berbeda antar produsen, dari viskositas
rendah ke tinggi sebagai pengaruh dari kegunaan berbagai ukuran partikel dan distribusi
dan rasio powder dan liquid-nya (Kenneth dkk, 2013).
2. Mahasiswa mampu menentukan rencana perawatan dari skenario
 Indikasi penggunaan GIC tipe 2 (Maheshet al, 2011)
1. Lesi erosi/abrasi
2. Lesi klas V
3. Restorasi gigi sulung
4. Lesi klas III
5. Perawatan Atraumatik Restoratif (ART)
6. Pasien rentan rampan karies
7. Lesi klas I berukuran sedang-kecil
Glass ionomer cement tipe 2 dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu (Sidhudan Nicholson,
2016)
1. Aesthetic restorative cement
o Digunakan untuk restorasi gigi anterior dengan mengedepankan estetik.
o Memiliki warna yang baik (sewarna gigi) dan translusen.
o Butuh perlindungan dari kelembaban setidaknya selama 24 jam dengan varnish
atau petroleum jelly.
2. Reinforced restorative cements
o Digunakan untuk restorasi gigi posterior yang lebih kuat dibanding tipe 2.1.
o Waktu setting cepat.
Berdasarkan pemeriksaan subyektif (gigi berlubang, menginginkan penambalan
sewarna gigi) maupun obyektif (gigi 46 karies media kelas I, tes vitalitas positif, tes
perkusi dan tekan negative) yang kemudian didapatkan diagnosa dengan pulpitis
reversible rencana perawatan yang dapat dilakukan yakni dengan restorasi glass
ionomer cement (GIC) tipe 2.2

Berdasarkan skenario, pasien wanita berumur 19 tahun mengalami gigi 46 karies


media klas I, tes vitalitas positif, tes perkusi dan tekan negatif, tidak ada kegoyangan
dan gigi masih dapat dipertahankan. Diagnosa pasien pulpitis reversible dan pasien
ingin penambalan sewarna gigi.
Penanganan terbaik untuk kasus karies difokuskan pada metode yang dapat
meningkatkan proses remineralisasi jaringan keras gigi, upaya penanggulangannya
adalah dengan menumpat gigi yang mengalami karies menggunakan bahan restorasi.
Pemilihan bahan dengan sifat agresi minimal ke struktur gigi dan kariostatik, adhesif
serta biokompatibel harus dijadikan prioritas saat dibutuhkannya suatu restorasi, salah
satu bahan restorasi yang memiliki sifat tersebut merupakan glass ionomer cement
(Cabral et al, 2015; Sumolang et al, 2013).
Pemilihan bahan resin komposit tidak diindikasikan karena karies yang dialami adalah
klas I pada gigi 46 yang tidak memerlukan suatu bahan yang kuat karena tidak
menerima tekanan yang terlalu besar. Selain itu bahan amalgam juga tidak
diindikasikan karena pasien meminta penambalan sewarna gigi, sedangkan amalgam
memiliki warna khas logam.

3. Prosedur perawatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca (SIK)


 Alat
a. Dalam perawatan restorasi dengan menggunakan GIC, klinisi membutuhkan
instrument putar yang dibagi menjadi dua, yaitu kelompok berkecepatan tinggi
dan rendah. Instrumen degan kecepatan tinggi digunakan untuk pembuangan
jaringan keras gigi dan tumpatan lama, preparasi kavitas, sedangkan instrument
berkecepatan rendah digunakan untuk pembuangan karies, penyempurnaan,
danpemolesan. Instrumen dengan kecepatan tinggi yang digunakan adalah round
bur dan fissure bur. Round bur digunakan untuk membuat kavitas dan membuat
modifikasi tertentu. Untuk kavitas yang lebih besar dan preparasi ekstrakorona,
digunakan fissure bur. Instrument dengan kecepatan rendah yang diguakan adalah
bur fissure menguncup untuk dinding kavitas yang menguncup (Ford, 1992).
b. Sedangkan dalam perawatan dengan ART (Atraumatic Restoration Technique),
pembersihan kavitas hanya dengan menggunaka nalat-alat genggam (hand
instrument). ART ini diindikasikan untu kanak-anakdan orang dewasa yang takut
dengan bur. Alat yang digunakan yaitu (Sundoro, 2007)
- Kaca mulut, sonde, dan pinset.
- Ekskavator berbentuk spoon dan scoop untuk mengangkat jaringan karies.
- Hatchet, hoe, dan pahat email untuk melebarkan kavitas dan mengangkat
email yang menggaung.
- Alas kertas dan spatula untuk manipulasi GIC.
- Plastic filling instrument untuk memasukkan bahan restoraasi GIC.
- Carver untuk membentuk struktur anatomi gigi.
- Alat-alat umum, seperti masker dan sarung tangan untuk mencegah adanya
infeksi silang.
 Bahan
Bahan yang digunakan dalam restorasi GIC adalah GIC itu sendiri yang terbagi
dalam dua komponen yaitu powder dan liquid. Powder yang digunakan mengandung
silica (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluoride (AlF3), kalsiumflorida (CaF2).
Natrium fluoride (NaF), aluminium fofat (AlPO4); dan liquid yang mengandung
asam poliakrilat dengan konsentrasi 40%-50% sehingga konsistensinya agak kental
(MeizarinidanIrmawati, 2005).
WHO merekomendasikan GIC dengan merk Fuji tipe IX untuk ART ini karena
memiliki kekerasan yang lebih baik, namun memiliki kekurangan dalam hal estetika
karena warnanya kurang baik (Sundoro, 2007). Terdapat Fuji tipelain, yaitutipe II
yang dapat mencegah kebocoran tepid an mencegah terbentuknya karies sekunder
karena pelepasan ion fluor yang baik. Fuji VII juga memiliki kemampuan melepaskan
ion fluor lebih tinggi (Lestari, dkk, 2012).
 Prosedur perawatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca (SIK) type 2.2 pada karies
klas I
a. Preparasi kavitas untuk membuat akses ke jaringan karies di enamel dan dentin
dengan menggunakan bur high speed, yaitu round bur, yang dimasukkan perlahan
hingga mencapai kedalaman karies.
b. Irigasi kavitas, kemudian dikeringkan dengan cotton pellet, kemudian
pemeriksaan visual, apakah masih ada jaringan karies yang belum terangkat. Jika
masih, laukan kembali pengangkatan jaringan karies dengan menggunakan round
bur.
c. Pembuatan retensi dengan menggunakan bur fissure yang dimiringkan untuk
membentuk kavitas yang seidkit mengecil (konvergen) keoklusal.
d. Kavitas diisolasi dari kontaminasi saliva. Jika dentin terbuka selama preparasi,
dianjurkan memberikan semen pelapik untuk perlindungan pulpa dari iritan
bakteri.
e. Pemberian cavity lining (Ca(OH)2) kemudian dentine kondisioner yang berfungsi
menghilangkan smear layer dan dapat meningkatkan bonding GIC ke dentin.
f. Tuangkan bubukdan liquid GIC di atas paper slab dan aduk dengan spatula agate.
Bubuk ditambahkan sedikit demi sedikitke liquid, diaduk sampai mencapai
konsistensi dempul yang teksturny ahalus.
g. Campuran semen ini diaplikasikan kedalam kavitas secepat mungkin sampai
seluruh kavitas terisi.
h. Kelebihan tumpatan dikurangi dan dibentuk anatomi giginya dengan
menggunakan carver.
i. Tumpatan diberi pelindung yaitu varnish.
 Prosedur perawatan ART
Penghalusan dilakukan setelah GIC memasuki waktu setting, dengan menggunakan
bur tungsten carbide dengan bentuk round untuk membentuk fossa, Prosedur
perawatan ART :
a) Isolasi daerah kerja dengan rubber dum
b) Membuat akses dengan menghancurkan enamel yang terkena karies dengan
hands instrument
c) Pembersihan jaringan karies yang lunak di dentin dengan eskavator
d) Setelah itu disterilisasi
e) Ditumpat GI
Kelebihan dan kekurangan ART (Grag, 2011)
Kelebihan :
- Tidak sakit
- Untuk anak-anak atau orang dewasa yang tidak suka dengan bur
- Tidak perlu anestesi lokal
- Harga lebih murah
Kekurangan :
- Tangan operator mengalami kelelahan
Menurut Garg (2010) dalam bukunya Operative Dentistry menjelaskan bahwa
teknik restorasi semen ionomer kaca dapat diindikasikan untuk karies klas I,II,III, dan
V. Teknik yang berbeda antara keempat tersebut adalah pada tahap preparasi karies.
Preparasi klas 1
- Menggunakan round bur untuk membuka akses
- Menghilangkan dentin yang terkena karies dengan eskavator
- Menggunakan tappered fisure untuk melebarkan

-
Gambar: penggunaan tappered fisure
Preparasi kelas 2
Teknik terowongan yaitu mengambil jaringan yang terkena karies dengan cara
membuat akses melalui permukaan oklusal. Prinsip endodontik yaitu membuang
seminimal mungkin jaringan pada gigi. langkah – langkah teknik terowongan yaitu:
- Menggunakan round bur untuk penetrasi dari bidang oklusal kurang lebih 2 mm dari
marginal ridge dengan sudut 45 derajat
- Menggunakan eskavator untuk menghilangkan bagian – bagian yang terkena karies
- Melebarkan dengan menggunakan tappered fisure
- Dilakukan irigasi
Gambar: posisi round bur dari bidang oklusal dan posisi sudut round bur

Gambar: bentu kavitas teknik terowongan


Preparasi klas III
- Menggunakan inverted cone bur untuk pembuatan akses jaan masuk sepanjang
marginal ridge lingual
- Diperlebar sesuai dengan karies

-
Gambar: preparasi karies klas III

Preparasi klas V

4. Prinsip-prinsip dasar KIE antara dokter gigi dengan pasiennya adalah


a. Perlakukan pasien dengan sopan, baik, dan ramah
b. Memahami, menghargai, menerima keadaan pasien
c. Memberi penjelasana dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh
pasien, diusahakan tidak menggunakan bahasa kedokteran yang nantinya akan
membuat pasien bingung untuk memahaminya
KIE yang sesuai dengan skenario
a. Sebisa mungkin 1 x 24 jam gigi yang telah di restorasi tidak digunakan untuk
mengunyah dengan tekanan yang besar
b. Oral hygine diperbaiki agar tidak menimbulkan karies sekunder. Hal ini bisa
dilakukan atau dicegah dengan menggosok gigi dengan baik dan benar, mengunakan
dental floss, rajin ke dokter gigi 6 bulan sekali
c. Apabila tumpatan tersebut lepas maka segera ke dokter gigi supaya dilakukan
perawatan lebih lanjut
d. Dokter harus menyelesaikan prosedur perawatan tumpatan hingga selesai, sampai
dengan polishing. Apabila tidak diratakan dan dipolishing, tumpatan akan menjadi
kasar. Apabila tumpatan kasar, maka mudah terjadi perlekatan makanan, yang akan
merangsang terjadinya karies sekunder akibat penumpukan plak dan bakteri
e. Berkaitan dengan pencegahan karies sekunder, maka dokter harus mengedukasi pasien
untuk selalu menjaga oral hygiene, mengatur pola makan (jangan terlalu sering
memakan makanan yang mengandung gula maupun makanan asam)
f. Dokter juga harus mengedukasi pasien agar tidak menyikat gigi terlalu keras, karena
dikhawatirkan tumpatan yang ada akan fraktur ataupun lepas
DAFTAR PUSTAKA

Almuhaiza, Mohammed. 2016. Glass-ionomer Cements in Restorative Dentistry : A Critical


Appraisal. The Journal of Contemporary Dental Practise. 17(4): 331-336
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillip’s Science of Dental Materials 11th Edition.
SaundersCompany, Pennsylvania.
Cabral, M.F.C, Roberto, D.M.M. 2015. Do conventional glass ionomer cement release more
fluoride than resin modified glass ionomer cement. J. Restor Dent Endod; 40(3): 209–
215
Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2013. Dental Materials Properties and
Manipulation 13th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.
Ford, Pitt. 1992. The Restoration of Teeth; alihbahasa, Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC
Garg, N and Amit Garg. 2010. Textbook of Operative Dentistry. Jaypee Brothers Medical
Publishers
Garg N, Garg A. Textbook of Preclinical Conservative Dentistry. India: Jaypee; 2011. p.
40,51,205-206
Garg, N. 2011. Textbook Of Preclinical Conservative Dentistry. India: Jaypee
Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rd
Edition.
Kenneth J, Anusavice,. Shen, Chiayi. H. Ralph Rawls. 2013. Phillips’ science of dental
materials 12th ed. China: Elsevier Inc.
Lestari, Sri. D. W. Aju, Annisa K., Hidayatul F. 2012. Kebocoran Tepi Restorasi Semen
Ionomer Kaca dengan Bahan Fuji II, Fuji VII (White), dan Fuji VII (Pink).
Stomatognatic (J.K.G Unej) 9(1): 23-27
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007. Introduction to
Dental Materials 3rd Ed. China: Mosby, Elsevier.
Mahesh STR, Suresh P, Sandhyarani J, Sravanthi J. 2011. Glass Ionomer Cements (GIC) in
Dentistry: A Review. International Journal of Plant, Animal and Environmental
Sciences: Volume 1 Issues 1 ISSN 2231-4490.
McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials 9th Edition. Blackwell
Publishing, Oxford.
Meizarini, dan Irmawati. 2005. Kekerasan Permukaan Semen Ionomer Kaca Konvensional
Tipe II Akibat Lama Penyimpanan. Majalah Kedokteran Gigi (Dent.J) 38(3):146-150
Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition.
Missouri : Mosby.
Sharanbir SK dan Nicholson JW. 2016. A Review of Glass-Ionomer Cements for Clinical
Dentistry. J. Funct. Biomater. 2016, 7, 16; doi:10.3390/jfb7030016.
Soeprapto, A. 2017. Pedomandan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta:
Jembatan Merah STPI Bina Insan Mulia.
Sumolang, Michael, Dinar Wicaksono dan Jimmy Abidjulu. 2013. Gambaran Penggunaan
Resin Komposit dan Semen Ionomer Kaca Sebagai Bahan Restorasi di Poli Gigi
Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon Tahun 2012. J E Gigi; 1(2)
Sundoro, Edi Hartini. 2007. Serba-serbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: UI-Press

Anda mungkin juga menyukai