Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GLASS IONOMER

DISUSN OLEH :
ISNA WAHYUNI ( 20183123031 )
MEME ANGRAINI ( 20183123039 )
PEBRIKA CAHIRUNNISA ( 20183123048 )
PUTRI ANDINI ( 201831230489 )
RANGGA DWI PUTRA ( 20183113053 )
DOSEN PENGAMPU:
NIKE HARYANI, S.Si.T,MDSc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3 KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES


KEMENKES PONTIANAK TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dental material “ glass ionomer “Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


khususnya kepada dosen kami buk NIKE HARYANI, S.Si.T,MDSc
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak 22 januari 2019

2
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mayarakat
1.4.2 Bagi Peneliti
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SIK Modifikasi Resin Nano
2.2 Pengetian
2.3 Komponen Bubuk
2.4 Bahan Tambalan
2.5 Sifat
2.6 Mekanisme Adhesi
2.7 Klarifikasi
2.8 Indifikasi
2.9 kontra indikasi
BAB III BAHAN , ALAT DAN METODE PRATIKUM
3.1 Bahan dan alat
3.2 Metode pratikum
BAB IV PENUTUP
DAFTAR ISI

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Glass ionomer cement atau Semen Ionomer Kaca (GIC
atau SIK) merupakan bahan restorasi yang banyak digunakan
oleh dokter gigi dan terus dikembangkan. SIK memiliki
kemampuan berikatan secara fisikokimiawi baik pada email
maupun dentin.2,6 Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan
bahan tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan
mempunyai sifat brittle. Kitosan adalah salah satu bahan alami
yang dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi sifat brittle
dari SIK dengan meningkatkan sifat mekanik SIK tersebut
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang
disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang
ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral pada
jaringan keras gigi diikuti dengan kematian pulpa, serta
penyebaran infeksinya sampai ke jaringan akar, yang dapat
menyebabkan nyeri bahkan kematian pada pulpa. Berdasarkan
hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun
2013 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia
yang memiliki riwayat karies cukup tinggi, yaitu 72,3%,
dengan indeks DMF-T 4,6 yang berarti kerusakan gigi
penduduk Indonesia sebanyak 460 buah gigi per 100 orang
(Sumolang et al, 2013).

Penanganan terbaik untuk kasus karies difokuskan pada


metode yang dapat meningkatkan proses remineralisasi jaringan
keras gigi, upaya penanggulangannya adalah dengan menumpat

5
gigi yang mengalami karies menggunakan bahan restorasi.
Pemilihan bahan dengan sifat agresi minimal ke struktur gigi
dan kariostatik, adhesif serta biokompatibel harus dijadikan
prioritas saat dibutuhkannya suatu restorasi, salah satu bahan
restorasi yang memiliki sifat tersebut merupakan glass ionomer
cement .
Glass ionomer cement (GIC) adalah salah satu bahan
restorasi di kedokteran gigi yang pertama kali diperkenalkan
oleh Wilson dan Kent pada 2 tahun 1971. Glass ionomer
cement merupakan gabungan dari semen silikat dan semen
polikarboksilat dengan tujuan untuk mendapatkan sifat
translusen, pelepasan fluor dari semen silika, dan kemampuan
melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat.
Penggunaan GIC menjadi kurang menguntungkan karena sifat
mekanisnya yang rendah, yaitu: kekuatan fraktur, kekerasan,
dan kekasaran yang rendah serta pemakaian yang terbatas di
kedokteran gigi sebagai bahan tambal pada daerah yang
mendapat tekanan kunyah besar. Di daerah posterior gigi, glass
ionomer cement seringkali digunakan sebagai bahan tambalan
sementara. Pasien dengan risiko karies tinggi diindikasikan
untuk ditambal menggunakan GIC mengingat sifatnya yang
melepaskan fluorida (Lohbaeur, 2010; Noort, 2013).

6
1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada resiko tinggi untuk karies tinggi di indikasikan


untuk tambalanan GIC di daerah posterior gigi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui perbandingan kekerasan permukaan glass
ionomer Cement dengan bahan tambalan yang lain.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Masyarakat


Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat yang
memiliki tambalan glass ionomer cement terhadap
pengaruh makanan yang keras sehingga akan berpengaru
terhadap tambalan glass ionomer.
1.4.2 Bagi Peneliti
Jadi tau berapa lama tahan tambalan glss ionomer terhadap
makanan yang keras jika masuk kemulut.

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SIK Modifikasi Resin Nano
SIK modifikasi resin nano merupakan perkembangan dari
SIK modifikasiresin dan SIK Modifikasi Resin, yang dikenal
dengan glass ionomer hybrid cements, merupakan bagian dari
perkembangan SIK pada tahun 1980-an.20,26 Pengerasan SIK
modifikasi resin merupakan kombinasi dari reaksi asam basa dan
polimerisasi photochemical.27 Resin modified menggantikan
SIK dengan tambahan reaksi polimerisasi dengan cahaya (light
cure). Untuk mencapai keberhasilan bahan ini, ditambahkan
monomer yang larut dalam air, seperti HEMA (hidroxyethyl
methacrylate) ke cairan asam poliakrilat yang larut air.25 Ukuran
partikelnya sekitar 15 m atau lebih kecil.4 Pertama kali, SIK
modifikasi resin dikembangkan sebagai lining tetapi kemudian
dikembangkan sebagai bahan restorasi. Keuntungan yang
diberikan SIK modifikasi resin adalah kemudahan dalam
memanipulasi, meningkatkan ketahanannya terhadap sensitivitas
air, dan mampu melepaskan ion fluor sehingga dapat mencegah
karies kambuhan.25,27 Ciri utama semen SIK modifikasi resin
adalah ketika bubuk dan cairan dicampur akan terjadi reaksi
pengerasan dengan bantuan sinar (light cure). Tahap-tahap
reaksinya sebagai berikut:25,27
1) Reaksi pengerasan dengan terjadinya reaksi asam-basa antara
bubuk
alumino silikat dengan asam poliakrilat.
2) Reaksi polimerisasi dari partikel-partikel resin yang ada di
dalam semen.

8
3) Reaksi antara garam logam poliakrilat dengan resin hingga
menbentuk matriks semen yang lebih kuat. sebenarnya semen
SIK modifikasi resin mengeras dengan system “Dual Cure”
yaitu reaksi penggaraman (asam-basa) yang terjadi secara kimia
(auto setting) dan polimerisasi yang terjadi akibat penyinaran
(light cured). Kedua reaksi ini memberikan sifat-sifat yang
lebih baik bagi SIK.Contoh bahan SIK modifikasi resin yang
dikenal sebagai bahan restorasi adalah Fuji II LC, Namun
sekarang ini SIK modifikasi resin masih terus dikembangkan.
Pada tahun 2007, dikeluarkan SIK modifikasi resin nano
yang pertama yaitu Ketac Nano (Ketac N100) yang menggunakan
nano teknologi.26 Nanoteknologi atau nanoteknologi molekuler
merupakan penghasil bahan fungsional dengan struktur yang
berukuran antara 0,1 hingga 100 nanometer dengan metode fisika
ataupun kimia. Ketac Nano merupakan pasta SIK modifikasi resin
pertama yang dibuat dengan teknologi nanofiller dan nanocluster
dengan ukuran partikel 5-25 nm. Ketac™ Nano Light Curing
Glass Ionomer Restorative dan Ketac™ Nano Primer merupakan
perkembangan terakhir dari teknologi SIK modifikasi resin yang
saat ini digunakan dalam bidang kedokteran gigi.11,26 SIK
modifikasi resin nano mempunyai kemampuan melepaskan fluor
dari SIK modifikasi resin dan ikatan nanofillers yang
meningkatkan kekuatan dan estetisnya. Jenis SIK modifikasi resin
nano, Ketac Nano light curing11 Perkembangan teknologi SIK
modifikasi resin nano diarahkan pada pengabungan antara
keuntungan dari SIK modifikasi resin light cure dan teknologi
ikatan nanofiller dan nanocluster.11 Keuntungan dari kedua
teknologi ini adalah tersedianya SIK modifikasi resin nano
dengan peningkatan polis dan estetik.11,26 Teknologi nano filler
dapat memperkecil jarak antar partikel, sehingga meningkatkan
sifat mekanik dan estetisnya.28 Rumus kimia dari SIK modifikasi
resin nano ini didasarkan pada metakrilat yang dimodifikasi

9
dalam asam polialkenoat dari gugus.SIK modifikasi resin
konvensional. Keunikan SIK modifikasi resin nano adalah
kombinasi dari ikatan nanofiller, nanocluster, dan partikel kaca
FAS, sehingga lebih estetis dan mudah dipolis, sejalan dengan
pelepasan ion fluoride. Selain itu, compressive strength SIK
modifikasi resin nano lebih tinggi dibandingkan SIK
konvensional dan juga menunjukkan pelepasan.fluoride yang
lebih tinggi.11,26 Pada penelitian Waleed et al (2007) dikatakan
bahwa penambahan nano filler kedalam SIK modifikasi resin
hanya meningkatkan ikatannya ke dentin, akan tetapi flexural dan
compressive strength tidak meningkat jika dibandingkan dengan
SIK konvensional.13 Kemampuan adhesi SIK modifikasi resin
nano ke struktur gigi diperkuat dengan pengunaan primer sebagai
bahan etsa dan bonding sama halnya dengan komposit resin.
Ketac nano primer digunakan untuk adhesi ke struktur gigi secara
adekuat. SIK modifikasi resin nano juga mudah dipolis, dapat
dengan penyelesaian restorasi SIK konvensional secara umum
2.2 Pengertian

Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi


yang menunjukkansekelompok bahan gigi yang menggunakan
tepung kaca silikat dan larutan asam poliakrilat.

10
2.3 KomposisiBubuk

yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang


mengandungfluoride. Ini dibuat dengan mencampur silika +
alumina + kalsium fluoride, metaloksida dan metal fosfat pada
1100o-1500oC kemudian tuangkan lelehan ke pelatlogam atau ke
dalam air.Glassyang terbentuk dihancurkan, digiling danditumbuk
menjadi bubuk 20-50. Ukuran tergantung kebutuhan. Campuran
dapatterurai oleh asam karena adanya ion Al+3yang bisa dengan
mudah dapat masuk ke dalam jaringan silika. Ini adalah sifat yang
memungkinkan pembentukansemen. Fungsi dari masing-masing
komponen diantaranya adalah :
1.Alumina :meningkatkan opasitas
2.Silika :meningkatkan translusensi
3.Fluoride :meningkatkan tofusi, antikariogenesitas,
meningkatkantranslusensi, meningkatkan waktu kerja,
meningkatkan kekuatan
4.Ca- Fluoride :meningkatkan opasitas, berperan sebagai
pencair/pengalir
5.Al-Fosfat :meningkatkan toleleh, meningkatkan translusensi
6.Cryolite :meningkatkan translusensi, sebagai pencair/pengalir
7.Cairan: Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam
poliakrilik dengankonsentrasi sekitar 10%.

11
2.4 Bahan tambahan

Asam tartar, metal oksida dan polifosfat.


Reaksi Setting : Pada pencampuran bubuk dan cairan atau
bubuk dan air asam secara lambatmerendahkan lapisan luar
partikel kaca melepaskan ion Ca+2dan Al+3. selamafasesetting
awal,Ca+2dilepaskan lebih cepat terutama bertanggung jawab
untuk reaksi dengan poliacid untuk membentuk produk reaksi
seperti yang ditunjukkandalam gambar 2.5. Al+3dilepaskan
lebih lambat dan terlibat dalam setting faseselanjutnya sehingga
sering disebut sebagai reaksi fase sekunder. Bahan terdiridari
ini kaca yang tidak bereaksi tertanam dalam matriks silang
poliacid. Fasesetting digambarkan pada gambar

12
2.5 Sifat

1.Sifat Fisik Sifat yang sangat menonjol dari penggunaan


semen ionomer kaca sebagai bahan restorative adalah
kekuatannya terhadap fraktur. Semen ionomer kaca tipeII jauh
lebih inferior daripada komposit. Juga lebih rentan terhadap
keausanterhadap dibanding komposit bila dikenai uji abrasi
dengan sikat gigi secaraInvitro dan uji keausan oklusal. Namun,
semen ionomer kaca cukup menarik karenamempunyai
kecocokan biologis, dapat melekat pada email dan dentin,
dan bersifat antikariogenik. (Anusavice, 2004)Seperti
banyaknya sifat dental cement, sifat glass ionomer tergantung
paddarasio bubuk:cairan. Sayangnya hand mixing dengan rasio
bubuk:cairan yangoptimal akan menghasilkan campuran yang
kering dan tampak rapuh yangkurang disukai oleh dokter gigi.
Oleh karena itu ada kecenderungan untuk dokter gigi untuk
menambahkan lebih banyak cairan untuk memberikan
konsistensiyang lebih basah dengan efek yang merugikan pada
sifat fisik materi. Masalah inidiatasi oleh penggunaan
enkapsulasi dan mekanik pencampuran.

13
2.6 Mekanisme Adhesi

Mekanisme pengikatan ionomer kaca dengan struktur gigi


belum dapatditerangkan dengan jelas. Meskipun demukian,
sepertinya tidak diragukan bahwa perlekatan ini terutama
melibatkan proses relasi dari gugus karboksil dari poilasam
dengan kalsium di Kristal apatit email dan dentin. Meskipun ini
berlakuuntuk semen polikarboksilat, mekanisme adhesi dari
semen ionomer kaca jugasetara, karena keduanya berdasar pada
poliasam. Ikatan dengan email selalu lebih besar daripada ikatan
dengan dentin, ini dikarenakan kandungan anorganik dariemail
lebih banyak dan homogenitasnya lebih besar dilihat dari sudut
pandangmorfologi.

2.7 Klasifikasi

Berasarkan aplikasinya :
Tipe I : Luting pada mahkota, jembatan dan bracket
Tipe II a : Semen restorasi untuk estetika
Tipe II b : Semen restorasi untuk kekuatan
Tipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi
untuk gigi sulung
Tipe III : Lining cement dan base
Tipe IV : meliputi light cure dan dual cure GI

14
2.7 Indikasi

1.Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien


dan lebihdirekomendasikan daripada amalgam untuk gigi
anak anak
2.Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan
untuk gigi decidui
3.Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama
dibagian proksimal.(Rhamdani, 2011)
4.Untuk karies kelas III dan V (Anusavice, 2004)

2.8 Kontra Indikasi

1.Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I


gigi permanen
2.Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusal bersifat
merusak
3.Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik
untuk gigi depan

15
BAB III
BAHAN, ALAT DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat Bahan

a.Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II


b.Vaselin
c.Pengaduk plastic

d. Paper pad

16
e. Celluloid strip
f .Lempeng kaca
g .Cetakan plastik ukuran diameter 10 mm, tebal 1mm

17
18
f. Sonde

3.2 Metode Praktikum

Cara kerja dari praktikum ini adalah :


a.Permukaan cetakan pada pita seluloid diulasi dengan
vaselin, kemudian cetakandiletakkan di atas pita seluloid dan
lempeng kaca.
b.Bubuk diambil sebanyak 1 sendok takar, letakkan di atas
paper pad.
c.Cairan diteteskan 1 tetes, dengan cara memegang botol
secara vertikal kemudianditekan perlahan-lahan, diteteskan di
dekat bubuk ( P : L = 3,8 : 1 merk Chemflex )
d.Waktu awal pencampuran dicatat menggunakanstopwatch
Bubuk dibagi menjadidua bagian. Bagian pertama dicampur
dengan cairan selama 5 detik, kemudianditambahakan bubuk
bagian kedua dan diaduk kurang lebih selama 10 detik
sampaihomogen. Total waktu pencampuran adalah 20 detik.
(waktu yang digunakansewaktu praktikum adalah 1 menit)
e.Adonan dimasukkan kedalam cetakan kemudian permukaan
diratakan. Permukaanadonan ditutup dengan pita seluloid.
Working time

19
dimulai awal pengadukan sampai1,5 menit.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan GIC GIC dapat berikatan langsung dengan


dentin dan enamel. Ikatan pada dentin adalah ikatan
hidrogen (Van noort, 2002). Kekuatan untuk berikatan
dengan enamel selalu lebih tinggi dari dentin karena
semakin besarnya kandungan anorganik dari enamel
dan homogenitas yang lebih besar. GIC mempunyai
biokompatibilitas yang tinggi. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa ion fluorida yang dilepaskan dari
GIC dapat menghambat perkembangan karies sekunder
(Anusavice, 2003) Glass Ionomer
Cement menghasilkan fluor sehingga diindikasikan
untuk pasien yang rentan terhadap karies, selain itu juga
memiliki kekuatan yang besar dan dapat menahan
beban saat oklusi. Sampai saat ini, dalam study klinis
selama tiga tahun bahkan lebih, GIC merupakan
material yang mengahasilkan tingkat retensi sebesar
100% di karies kelas V tanpa retensi mekanik atau etsa
enamel. GIC merupakan material yang dapat
menghambat perlekatan bahan-bahan kimia dalam
permukaan gigi. GIC bersifat translucent sehingga
cocok digunakan untuk fungsi estetik. Kekuatan
kompresif dari GIC lebih besar daripada zinc phosphate
cement . Modulus elastisitas GIC lebih besar
daripada zinc polyacrilate cement , serta GIC memiliki
ikatan yang baik dengan enamel, stainless steel, timah
oksida-dilapisi platinum, dan gold alloy

20
2. Kekurangan GIC Selain memiliki kelebihan, glass
ionomer cement juga memiliki beberapa kekurangan.
Kekurangan tersebut diantaranya adalah ketahanan
terhadap fraktur dan jangka pemakaian rendah apabila
dibandingkan dengan komposit atau amalgam, GIC
tradisional untuk penggunaan preparasi perbaikan
oklusal memiliki kekuatan yang rendah pada bagian
dengan GIC yang tipis, hal ini dapat mengakibatkan
marginal chipping (Garg and Garg, 2013). GIC
tradisional cenderung lebih opaque dibandingkan
dengan RMGIC ( Resin modified glass ionomer
cement ). Umumnya pada GIC tradisional dapat muncul
noda yang berasal dari eksogen. (Noble, 2012) GIC
lebih rapuh dan juga rentan terhadap elastic
deformation. GIC memiliki initial setting yang lambat
dan dapat menyebabkan iritasi pulpa, untuk itu perlu
diberi varnish terlebih dahulu (Koudi and Patil, 2007).
Ketika ion dari logam berat digunakan, hasil akhir dari
material GIC akan tampak radiopaque jika dilihat
dengan sinar-x. Permukaan glass ionomer cement
sensitif terhadap kelembaban. (Craig, 2002) GIC
memiliki kekurangan mudah larut / solubility (Poor
abrasion resistance). Dengan kelarutan yang tinggi,
mengalami banyak kehilangan material dalam mulut.
Kehilangan banyak material dai GIC ini dapat
diklasifikasikan pada

21
3 kategori utama (Van Noort, 2002):

a.Pelarutan dari immature cement Terjadi sebelum


material seting sepenuhnya. Perlindungan sementara
pada lapisan nitro-cellulasemethyl
methacrylate bertindak sebagai varnish yang dapat
meminimalisir efek ini. Perlindungan ini bertahan
paling tidak 1 jam, sehingga GIC mempunyai waktu
yang panjang untuk mendekati sifatnya yang akan
dicapai ketika meterial telah setting sepenuhnya.

b.Erosi jangka panjang Dapat terjadi dikarenakan acid


attack atau abrasi mekanis. Pada saat pembentukan
asam terjadi akumulasi plak dan mulut menjadi sangat
asam.

c.Abrasi Ketahanan terhadap abrasi jelek sehingga


hanya dapat digunakan pada kondisi yang low
stress dan tidak dapat digunakan sebagai material
restorasi gigi posterior yang permanen

22
BAB IV
PENUTUPAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi


memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSAKA

Adiana, Ika Devi.Skripsi : Semen Ionomer sebagai bahan


pelapik padarestorasi sandwich.Repositori usu : 2008, p.21-222.

Anusavice, KJ. 2004. Phillips buku ajar ilmu bahan kedokteran


gigi, ed 10,alih bahasa drg. Johan Arief Budiman dan drg. Susi
Purwoko. Jakarta, Indonesia :EGC, h. 449-455.3.

Hamzah, Fanani, Abdul Rahman, Cucu Setyawati dan Suwardi.


Jurnal keramik dan gelas Indonesia vol 19. No.2, December
2010, p.136-148

23

Anda mungkin juga menyukai