JOURNAL READING
KONSERVASI GIGI
Disusun oleh:
Andrian Fadhlillah Ramadhan 160112190071
Dosen pembimbing:
Dr. drg. Denny Nurdin, M.Kes., Sp. KG(K)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2021
TERJEMAHAN JURNAL
Abstrak
Pendahuluan: Integritas marginal dari bahan restorasi adhesif memberikan kemampuan
sealing yang lebih baik untuk enamel dan dentin serta memiliki peran penting dalam
kesuksesan dari restorasi kavitas kelas V. Bahan restorasi dengan adaptasi marginal yang
baik dapat meningkatkan ketahanan dari restorasi tersebut.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi microleakage pada kavitas
kelas V yang direstorasi menggunakan Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC),
Giomer dan Nano-ionomer.
Bahan dan metode: Penelitian in-vitro ini dilakukan pada 60 gigi manusia bagian premolar
rahang atas dan rahang bawah yang telah diekstraksi untuk kebutuhan ortodontik. Preparasi
standar berbentuk wedge shaped dibentuk pada permukaan bukal gigi dengan batas tepi
gingival terletak di dekat Cemento Enamel Junction (CEJ). Gigi dibagi kedalam tiga grup
dengan masing-masing sebanyak 20 gigi dan direstorasi dengan RMGIC, Giomer dan Nano-
ionomer lalu kemudian dimasukkan ke dalam proses thermocycling. Gigi kemudian direndam
dalam pewarna 0.5% Rhodamine B selama 48 jam. Gigi kemudian dibelah secara longitudinal
dari tengah kavitas menjadi bagian mesial dan distal. Bagian tersebut kemudian diamati
dengan Confocal Laser Scanning Microscope (CLSM) untuk mengevaluasi microleakage.
Kedalaman dari penetrasi pewarna diukur dalam milimeter.
Analisis statistik: Data dianalisis dengan menggunakan tes Kruskal Wallis. Pair wise
comparison dilakukan dengan menggunakan tes Mann Whitney U. nilai p-value<0.05 dipilih
sebagai nilai signifikan secara statistik.
Hasil: Nano-ionomer menunjukkan secara signifikan microleakage yang lebih sedikit ketika
dibandingkan dengan Giomer (p=0.0050). Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan
antara Nano-ionomer dan RMGIC (p=0.3550). Terdapat perbedaan yang signifikan antara
RMGIC dan Giomer (p=0.0450).
Kesimpulan: Nano-ionomer dan RMGIC menunjukkan secara signifikan kebocoran yang
lebih sedikit dan adaptasi yang lebih baik dibandingkan Giomer dan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara Nano-ionomer dan RMGIC.
Kata kunci: Beautifil II, Penetrasi pewarna, Ketac N 100, Adaptasi marginal, pewarna
Rhodamine B
1
2
Pendahuluan
Microleakage didefinisikan sebagai celah yang secara kimiawi tidak dapat terdeteksi dari
bakteri, cairan, molekul atau ion diantara dinding kavitas dan bahan restorasi. Secara klinis
microleakage merupakan penyebab utama dari kegagalan restorasi pada kavitas kelas V,
dimana batas tepi dari restorasi biasanya terletak pada dentin/sementum [1,2].
Sebelumnya amalgam dan bahan restorasi emas digunakan untuk merestorasi kavitas kelas V
tetapi mulai ditinggalkan karena kurang estetik. Saat ini bahan restorasi seperti glass
ionomer, hybrid ionomer, compomer dan resin komposit direkomendasikan untuk restorasi
kavitas kelas V [3].
Glass Ionomer Cements (GICs) telah melewati banyak modifikasi sejak penemuannya oleh
Wilson dan Kent pada tahun 1970 [4]. Glass ionomer memiliki beberapa kelebihan seperti
kemampuan untuk berikatan dengan jaringan keras gigi dan dapat melepaskan fluoride.
Koefisien ekspansi termal dari glass ionomer yang mirip dengan struktur gigi memberikan
hasil adaptasi marginal yang baik, lebih sedikit microleakage dan retensi restorasi yang baik
dalam skenario klinis. Resin Modified Glass Ionomer Cements (RMGIC) diperkenalkan pada
1990 untuk mengatasi kekurangan dari GIC konvensional, yaitu dengan memiliki waktu kerja
yang lebih panjang, translusensi yang lebih baik, set yang lebih cepat, dan didapatkan nya
kekuatan lebih awal [4].
Giomers merupakan hybrid antara glass ionomers dan resin komposit. Giomers diarahkan
untuk memiliki ketahanan terhadap aus yang lebih tinggi, shade yang lebih sesuai,
peningkatan radiopasitas, difusi cahaya yang lebih baik dan fluoresensi menyerupai resin
komposit serta pelepasan fluoride yang tinggi dan rechargability yang sama seperti GIC.
Giomers menggunakan teknologi pre-reacted glass filler dimana pra-reaksi antara filler
fluroaluminosilicate glass dengan asam poliakrilat akan membentuk suatu fase stabil yang
disebut “wet siliceous hydrogel” yang kemudian akan dibekukan, digiling, diolah dengan
silane dan digiling kembali untuk menghasilkan filler PRG. Beautifil II menggunakan S-PRG
(tipe reaksi permukaan) dimana hanya bagian permukaan dari filler glass yang akan diserang
oleh asam poliakrilat sedangkan bagian inti glass dalam keadaan tetap [5].
Baru-baru ini diperkenalkan nano-ionomer yang memiliki 69% dari beratnya filler berukuran
nano, silane-treated silca dan zirconia serta fluroaluminosilicate glass. Manufaktur
mengklaim bahwa nanofilled RMGIC memiliki peningkatan dalam karakteristik mekanis
seperti ketahanan terhadap aus, permukaan akhir yang lebih baik, polishability dan
karakterisitik kepresisian dalam pencocokan shade [6].
Tujuan
Tujuan dari studi in-vitro ini adalah untuk membandingkan dan evaluasi microleakage pada
kavitas kelas V antara gigi dan permukaan restorasi ketika gigi direstorasi dengan RMGIC,
Giomer dan Nano-ionomer.
Bahan dan Metode
Studi ini dilaksanakan di Sibar institute of Dental Sciences, Takellapadu, Guntur, Andhra
Pradesh, India. Studi in-vitro ini menggunakan 60 gigi manusia bagian premolar rahang atas
dan rahang bawah yang telah diekstraksi. Gigi tersebut kemudian dibagi kedalam tiga grup
dengan masing-masing sebanyak 20 gigi. Gigi dipilih secara acak dengan memperhatikan
3
kriteria inklusi dan eksklusi dan didistribusikan kedalam tiga grup eksperimental. Gigi
premolar yang diekstraksi untuk tujuan ortodontik termasuk kedalam studi ini. Gigi dengan
restorasi sebelumnya, retakan yang terlihat, decay, fraktur, abrasi dan deformitas struktur
dieksklusikan dari studi.
Gigi dibersihkan dengan menggunakan ultrasonic scaler satu minggu sebelum direstorasi.
Kemudian semua gigi didesinfeksi dengan chloramine 0.5% selama 24 jam dan disimpan
dalam air suling pada suhu ruangan. Preparasi wedge shaped dibentuk dengan menggunakan
bur diamond-008 (Diatech Dental AG), pada permukaan bukal gigi dengan air/water spray.
Preparasi yang dibentuk berukuran panjang 4mm, lebar 4mm secara mesiodistal, dan
kedalaman 2mm dengan tepi oklusal pada enamel dan tepi gingival pada sementum. Semua
preparasi kavitas dan restorasi dilakukan oleh operator yang sama untuk mengeliminasi
variabilitas antar operator. Setelah preparasi kavitas, gigi pada setiap grup diberi nomor dan
dibagi secara acak kedalam tiga grup eksperimental (I, II dan III). Gigi pada grup I
diaplikasikan Self Conditioner (GC Corp., Tokyo, Japan.) dan direstorasi menggunakan
RMGIC (Fuji Filling LC, GC Corp., Tokyo, Japan.) dan dipilih sebagai kelompok kontrol.
Gigi pada grup II mengikuti protokol self-etch dan direstorasi menggunakan GIOMER
(Beuatifil II, Shofu, Kyoto, Japan.). Gigi pada grup III direstorasi menggunakan Nano-
Ionomer (Ketac N 100, 3M ESPE, St. Paul, MN, USA) setelah sebelumnya diaplikasikan
primer. Kavitas direstorasi dengan teknik inkremental dengan ketebalan minimum 1mm
untuk meminimalisir C-factor dan polymerization shrinkage. Finishing dan polishing
restorasi dilakukan dengan menggunakan extra-fine diamond point (Mani, Tochigi, Japan)
dan Soflex disks (3M ESPE, St. Paul, MN, USA).
Tes microleakage: Spesimen disimpan dalam 100% kelembaban relatif pada suhu 37 oC
selama 24 jam dan kemudian dimasukkan kedalam 500 siklus thermocycles pada suhu 5oC
dan 55oC dengan waktu satu menit pada tiap temperatur. Bagian apeks dari semua gigi
ditutup dengan komposit dan semua gigi dilapisi dengan dua lapis cat kuku kecuali pada 1-
2mm sekitar tepi dari restorasi untuk membatasi tembusnya pewarna ke tepi kavitas. Gigi
kemudian direndam dalam pewarna Rhodamine B 0.5% selama 48 jam. Setelah memisahkan
bagian radikuler, bagian koronal kemudian dibersihkan dan ditanam dalam resin akrilik. Blok
akrilik kemudian dibelah secara longitudinal dari tengah kavitas (secara bukolingual) menjadi
bagian mesial dan distal. Setiap spesimen kemudian diamati dengan Confocal Laser
Scanning Microscope (CLSM) untuk mengevaluasi microleakage. Tingkat dari penetrasi
pewarna diidentifikasi berdasarkan kriteria oleh Wahab et al., [7].
0 = Tidak ada penetrasi;
1 = Penetrasi kedalam aspek enamel atau sementum dari dinding preparasi;
2 = Penetrasi kedalam aspek dentin dari dinding preparasi, tetapi tidak meliputi lantai pulpal;
dan
3 = Penetrasi meliputi lantai pulpa dari preparasi
4
Analisis Statistik
Kedalaman dari penetrasi pewarna disepanjang tepi oklusal dan servikal ke arah dinding
pulpal kemudian diukur dalam milimeter menggunakan aplikasi UTHSCSA Image-Tool for
Windwos, v 3.0. Data yang didapat kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan
tes Kruskal Wallis. Pairwise comparison antar kelompok eksperimental didapatkan dengan
menggunakan tes Mann Whitney U. nilai p-value <0.05 diambil sebagai nilai signifikan.
Hasil
Perbandingan antarkelompok dari tiga bahan restorasi terhadap microleakage menunjukkan
perbedaan yang signifikan (p=0.0080) [Tabel/Gambar-1]
Microleakag Grup % Grup % Grup % Total %
e I II III
Skor 0 10 50.00 8 40.00 14 70.00 32 53.33
Skor 1 4 20.00 3 15.00 2 10.00 12 20.00
Skor 2 4 20.00 1 5.00 4 20.00 10 16.67
Skor 3 2 10.00 8 40.00 0 10.00 6 10.00
Total 20 100.00 20 100.00 20 100.00 60 100.00
Perbandingan H-value = 9.5660
Tes Kruskal p-value = 0.0080*
Wallis
Tabel/Gambar- 1 GroupWise Comparison dari tiga bahan restorasi dengan memperhatikan microleakage.
* = p-value signifikan.
Grup III menunjukkan microleakage yang lebih rendah dan signifikan ketika dibandingkan
dengan grup II. (p=0.0050) [Tabel/Gambar-2]. Secara statistik tidak ada perbedaan signifikan
yang ditemukan antara grup III dan I (p=0.3550) [Tabel/Gambar-2]. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara grup I dan II (p=0.0450) [Tabel/Gambar-2].
Grup III vs Grup II p=0.0050*
Grup III vs Grup I p=0.3550
Grup II vs Grup I p=0.0450*
Tabel/Gambar- 2 Pair wise comparison dari tiga bahan restorasi dengan memperhatikan microleakage.
* = p-value signifikan.
Nilai rata-rata dari penetrasi pewarna pada grup I (1276.23mm), grup II (2655.35mm), grup
III (321.23mm). Gambaran CLSM ditunjukkan dalam mode fluorescent [Tabel/Gambar-
3a,4a,5a], mode tercermin [Tabel/Gambar-3b,4b,5b], superimposisi antara mode fluorescent
dan tercermin [Tabel/Gambar-3c,4c,5c].
5
Tabel/Gambar- 3a-c Gambaran CLSM dari bahan restorasi Giomer dengan terlihatnya floresensi antara
dinding kavitas dan restorasi.
Tabel/Gambar- 4a-c Gambaran CLSM dari restorasi RMGIC dengan microleakage pada tepi gingival
dan adaptasi yang baik dengan dinding kavitas.
6
Tabel/Gambar- 5a-c Gambaran CLSM dari Nano-ionomer menunjukkan tidak adanya floresensi antara
dinding kavitas dan restorasi serta adaptasi yang baik dengan dinding kavitas.
perubahan dan kerusakan dalam meneliti permukaan antara glass ionomer dan struktur gigi
[8].
Pada penelitian ini gigi eksperimental diberlakukan thermocycling, sama dengan penelitian
mengenai microleakage lainnya [9-11,13]. Thermocycling merupakan protokol standar yang
digunakan ketika mengevaluasi microleakage dari bahan restorasi yang berikatan dibawah
kondisi in-vitro, dengan menyimulasikan proses penuaan secara in vivo dengan memberikan
paparan terhadap temperatur panas dan dingin secara berulang pada bahan yang berikatan
tersebut [14].
Salah satu syarat utama untuk marginal seal adalah adaptasi yang baik dari bahan restorasi
terhadap struktur gigi. Adhesi dari RMGIC terhadap struktur gigi dipengaruhi oleh dua aspek,
yang pertama adalah ikatan kimiawi antara enamel dan dentin dan yang kedua adalah oleh
hibridisasi [15]. Dengan menggunakan X-ray photoelectron epctroscopy dan Fourier-
transformed infrared spectroscopy Fukuda et al., diamati ikatan kimiawi antara RMGIC dan
konten inorganik dari enamel dan dentin [16]. CLSM menunjukkan pembentukan lapisan
hybrid di dentin dengan RMGIC [17, 18]. Hasil penelitian mengenai microleakage dari
restorasi RMGIC ini sesuai dengan penelitian lainnya [9-11].
Nano-ionomer berikatan secara kimiawi terhadap struktur gigi. Coutinho et al., melalui
analisis TEM menemukan gambaran yang rapat antara Nano-ionomer dan dentin, tanpa
adanya tanda-tanda demineralisasi dentin ataupun pembentukan lapisan hybrid dimana
restorasi telah diaplikasikan primer yang disediakan oleh pabrikan sebelumnya [6]. S abd El
Halim & Zaki pada penelitian dengan SEM menemukan gambaran yang kurang jelas antara
tepi dari struktur gigi dan restorasi, yang menandakan telah terbentuknya ikatan kimiawi
antara GIC dan struktur gigi [19].
Bahan yang
Penulis dan Tahun digunakan pada Hasil Kesimpulan
penelitian
Toledano et al., 1999 Fuji II LC, Vitremer, Perbedaan signifikan RMGIC
[11] Dyract ditemukan antara menunjukkan
tiga bahan dengan microleakage yang
Fuji II LC sama atau lebih
menunjukkan sedikit dibandingkan
kebocoran yang resin komposit
lebih sedikit. polyacid-modified
(Dyract).
Brackett et al., 1998 Fuji II LC, Vitremer, Penetrasi pewarna Tidak terdapat
[10] Dyract ditemukan pada 20% perbedaan signifikan
tepi restorasi dari antara ketiga bahan.
semua bahan,
dengan tingkat
tertinggi pada
Dyract.
P.E. Murray et al., RMGIC, Zinc Oxide Urutan peringkat Bahan restorasi yang
2002 [20] Eugenol (ZnOE), pencegahan paling efektif
Calcium Hydroxide microleakage dari mencegah
(Ca(OH)2, resin yang terbaik hingga microleakage
komposit (CR), terburuk RMGIC bakterial dan cedera
8
Hasil dari penelitian ini serupa dengan hasil yang didapatkan oleh S Abd El Halim
[Tabel/Gambar-6] yang menemukan bahwa Nano-ionomer menunjukkan tingkat
microleakage yang lebih rendah dibawah kondisi in-vitro dibandingkan RMGIC [19].
Perdigae et al. juga menemukan adaptasi marginal yang baik dari Nano-ionomer
dibandingkan RMGIC pada pemeriksaan follow up klinis setelah satu tahun pada lesi servikal
non karies [34]. Kemampuan sealing yang baik dari Nano-ionomer dapat berhubungan
dengan muatan filler yang tinggi dan koefisien ekspansi thermal yang rendah sehingga dapat
menahan tekanan dari kontrasi saat polimerisasi [30]. Srirekaha et al., pada three-
dimensional finite-element analysis nya menemukan bahwa Nano-ionomer menyebabkan
tekanan yang lebih kecil pada bagian servikal dari gigi dengan dan tanpa restorasi oklusal
[35].
Giomer menggunakan sistem adhesif FL-Bond II yang termasuk kedalam primer self-etch
kategori “mild”. Van Meerbeek et al., menyatakan bonding dari primer self-etch dengan
jaringan keras gigi didapatkan dengan kombinasi dari ikatan mikromekanis dan interaksi
kimiawi dengan substrat gigi. Mereka menyatakan bahwa ikatan kimiawi dari sistem self-
etch “mild” ini dapat mengkompensasi berkurangnya ikatan secara mikromekanis [15].
Sistem FL-Bond mengandung 4-AET Acid (4-Acryloxyethyltrimellitic acid), yang akan
membentuk garam kalsium yang relatif tidak mudah larut dari interaksinya dengan kation
kalsium dari hydroxyapatit hingga membentuk 4-AETCa, yang dapat meningkatkan
durabilitas dari sistem adhesif [5, 36].
Pada penelitian in-vitro ini, microleakage banyak ditemukan pada tepi oklusal dan servikal
dari kavitas kelas V yang direstorasi menggunakan Giomer yang mana dapat dijelaskan oleh
11
dua alasan. Diliperi et al., telah menemukan bahwa primer self-etch “mild” tidak efektif
dalam mengetsa enamel [14]. Untuk mengatasi hal tersebut Torii et al., merekomendasikan
pengetsaan enamel tambahan dengan menggunakan asam fosforik ketika menggunakan
primer self-etch “mild” [37]. Namun sebaliknya, beberapa penulis juga menemukan bahwa
aplikasi asam fosforik untuk etsa dentin dapat memberikan pengaruh buruk terhadap ikatan
dari primer self-etch pada dentin. Hal ini dapat menyebabkan dentin mengalami overetched
dan infiltrasi dari monomer resin yang tidak sempurna [38]. Oleh karena itu, pada penelitian
in-vitro ini, pre-treatment dengan menggunakan asam fosforik tidak dilakukan sebelum
dilakukan pengaplikasian FL Bond II.
Hakimeh et al., mendemonstrasikan bahwa tekanan kontraksi saat polimerisasi dapat menjadi
penyebab utama terjadinya microleakage ketika restorasi mengalami thermocycling [39].
Berkurangnya adaptasi marginal dari Giomer pada penelitian in-vitro ini juga dapat
disebabkan oleh polymerization shrinkage yang sama dengan yang dialami oleh resin
komposit. Beberapa penulis menyatakan bahwa penyebab utama dari kerusakan marginal
pada restorasi Giomer adalah ekspansi hygroscopic yang mana merupakan sifat intrinsik dari
bahan restorasi tersebut [5]. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lainnya
[14]. Penelitian in-vivo menunjukkan kerusakan marginal pada restorasi Giomer [5,36,40].
Secara ringkas, hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa Nano-ionomer dan RMGIC
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan Giomer dalam hal adaptasi marginal pada
restorasi kelas V. Pada penelitian in-vitro ini restorasi pada semua kelompok menunjukkan
kemampuan sealing yang buruk pada tepi dentin atau sementum dibandingkan pada tepi
enamel, yang mana sesuai dengan hasil penelitian lainnya [9,11,13]. Nano-ionomer
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol (RMGIC) dan Giomer
baik pada tepi enamel dan dentin/sementum.
Implikasi klinis: Berdasarkan hasil dari penelitian in-vitro mengenai penetrasi pewarna ini,
dapat disimpulkan secara klinis bahwa karena adaptasi marginal yang baik dari nano-
ionomer saat dibandingkan dengan RMGIC dan giomer, dapat memberikan ketahanan
terhadap staining disekitar restorasi yang lebih baik dan mencegah sensitifitas pasca tindakan,
karies sekunder dan pulpitis pada kavitas kelas V.
Batasan
Pada penelitian ini tidak membandingkan antara restorasi yang dites dengan GIC self-cure
(konvensional) serta gigi tidak dikenakan tekanan mekanis apapun. Oleh karena itu,
penelitian yang akan datang perlu dilakukan dengan membandingkan restorasi tersebut
dengan GIC konvensional dan dengan memberikan restorasi tersebut tes beban oklusal.
Kemampuan sealing dari bahan restorasi ini juga perlu diperiksa melalui metode kompleks
lainnya seperti penetrasi bakterial dan dengan menggunakan fluid transport model. Penelitian
ini dilaksanakan dibawah keadaan in-vitro, karena itu pada penelitian yang akan datang perlu
lebih berfokus pada kondisi in-vivo untuk menilai perilaku klinis dari bahan restorasi yang
dites.
Kesimpulan
Dalam keterbatasan dari penelitian in-vitro ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
12
1) Tidak ada bahan restorasi glass ionomer yang digunakan pada penelitian ini yang
dapat mencegah secara total microleakage pada tepi servikal kavitas kelas V.
2) Nano-ionomer menunjukkan tingkat microleakage yang lebih rendah dan adaptasi
marginal yang lebih baik dibandingkan giomer dan RMGIC.
Daftar Pustaka
[1] Kidd EA. Microleakage: a review. J Dent. 1976; 4:199-206.
[2] Lopes MB, Consani S, Gonini-Junior A, Moura SK, McCabe JF. Comparison of
microleakage in human and bovine substrates using confocal microscopy. Bull Tokyo
Dent Coll. 2009; 50(3):111-16.
[3] Manhart J, Chen HY, Mehl A, Weber K, Hickel R. Marginal quality and microleakage of
adhesive class V restorations. J Dent. 2001; 29(6):123-30.
[4] MJ Tyas, MF Burrow. Adhesive restorative materials. A review. Aust Den J.
2004;49(3):112-21.
[5] MC Sunico, K Shinkai, Y Katoh. Two year clinical performance of occlusal and cervical
giomer restorations. Oper Dent. 2005; 30(3):282-89.
[6] Coutinho E, Cardoso MV, De Munck J, Neves AA, Van Landuyt KL, Poitevin A et al.
Bonding effectiveness and interfacial characterization of a nanofilled resinmodified
glass-ionomer. Dent Mater. 2009; 25(11):1347-57.
[7] Fouad K. Wahab, Firas J. Shaini, Steven M. Morgan. The effect of thermocycling on
microleakage of several commercially available composite class V restorations in vitro. J
Prosth Dent. 2003; 90(8):168-74.
[8] S.K. Sindhu, T.E Watson. Interfacial characteristics of resin modified glass ionomer
cements: a study on fluid permeability using confocal laser microscopy. J Dent Res.
1998; 77(9): 1749-59.
[9] S.M. Sharath Chandra, B.K. Raghavendra Rao and Nandan Rao K. Effect of unfilled resin
sealant surface coating on the marginal leakage of two cervical restorations viz light
curing nano glass ionomer and nanoceramic composite-an in vitro stereomicroscopic dye
penetration study. Al Ameen J Med Sci. 2011; 4(3):229-37.
[10] William W. Brackett, Timothy D. Gunnin Russell O. Gilpatrick, William D. Browning.
Microleakage of class V compomer and light-cured glass ionomer restorations. J Prosth
Dent. 1998; 79(3):261-63.
[11] Toledano M, Osorio E, Osorio R, García-Godoy F. Microleakage of Class V resin-
modified glass ionomer and compomer restorations. J Prosth Dent. 1999; 79(5):610-15.
[12] Iwami Y, Shimizu A, Hayashi M, Takeshige F, Ebisu S. Three dimensional evaluation
of gap formation of cervical restorations. J Dent. 2005; 33(11):325- 33.
[13] Kubo S, Yokota H, Yokota H, Hayashi Y. The effect of light-curing modes on the
microleakage of cervical resin composite restorations. J Dent. 2004; 32(7):247- 54.
13
Kontributor khusus:
1. Senior Lecturer, Department of Conservative Dentistry & Endodontics, St. Joseph Dental
College & Hospital, Eluru, Andhra Pradesh, India.
2. Senior Lecturer, Department of Periodontics, St. Joseph Dental College & Hospital, Eluru,
Andhra Pradesh, India.
3. Professor and Head of Department, Department of Conservative Dentistry & Endodontics,
St. Joseph Dental College & Hospital, Eluru, Andhra Pradesh, India.
4. Reader, Department of Conservative Dentistry & Endodontics, Lenora Institute of Dental
Sciences, Rajahmundry, Andhra Pradesh, India.
5. Professor and Head of Department, Department of Conservative Dentistry & Endodontics,
Sibar Institute of Dental Sciences, Guntur, Andhra Pradesh, India.
6. Professor, Department of Conservative Dentistry & Endodontics, Sibar Institute of Dental
Sciences, Guntur, Andhra Pradesh, India.
7. Consultant, Oral & Maxillofacial Surgeon, Global Multispecialty Dental Care, Eluru,
Andhra Pradesh, India.
8. Senior Lecturer, Department of Conservative Dentistry & Endodontics, St. Joseph Dental
College & Hospital, Eluru, Andhra Pradesh, India.
Nama, alamat, E-mail dari Penulis:
Dr. Indira Priyadarshini Bollu,
Senior Lecturer, Department of Conservative Dentistry & Endodontics,
St. Joseph Dental College & Hospital, Duggirala, Eluru, West Godavari (Dist),-534003,
Andhra Pradesh, India.
E-mail: indupriya2608@gmail.com
Kepentingan finansial atau saingan: tidak ada.
Tanggal pengajuan: 6 Januari 2016
Tanggal peer review: 5 Maret 2016
Tanggal diterima: 1 April 2016
Tanggal publikasi: 1 Mei 2016