DISUSUN OLEH
KELOMPOK A3
Rosyaningsi 1711111120020
Stevani 1711111120022
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
taufik dan hidayah-Nya jualah kami selaku kelompok A3 dapat menyelesaikan
makalah praktikum dental material yang berjudul ” Glass Ionomer Cement”
dengan pembimbing praktikum drg.Muhammad Yanuar Ichrom N., Sp.KG.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam menyelesaian makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada drg. Muhammad Yanuar Ichrom N., Sp.KG.
selaku pembimbing praktikum yang membimbing kami sehingga praktikum
berjalan baik dan lancar.
Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi tugas praktikum dental
material. Dengan selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik
pada institusi pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar.
Penyusun menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait
kajian dalam makalah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam material asli ionomer kaca, komponen cairan adalah berupa 50%
larutan akuous atau cair dari poliakrilat. Tetapi semen-semen ionomer kaca tidak
begitu larut dibandingkan dengan polikarboksilat, dan kebanyakan produk-produk
semen yang lain, jika diukur dalam kondisi laboratorium ideal. Kelarutan sangant
dipengaruhi oleh kontaminasi awal dengan cairan. Sangat penting diperhatikan
1
2
bahwa margin lutting semen harus segera ditutup dengan lapisan lapisan varnish
setelah penempatan restorasi. Meskipun ionomer kaca secara teoritis dinyatakan
mampu menghasilkan luting semen yang tidak terlarutkan, hal ideal ini ternyata
tidak mudah dilarutkan di dalam praktik (McCabe, 2017).
Semen ini awalnya dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior
dan dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparsi kavitas kelas III dan V.
selain itu, karena semen ini menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan
struktur gigi, sehingga sangat berguna untuk restorasi konservatif pada daerah
yang tererosi (Anusavice, 2013).
Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan formula dan potensi
penggunaanya. Tipe I adalah untuk bahan perekat, Tipe II bahan restorasi, Tipe
III untuk basis dan pelapik. Juga ada semen ionomer kaca yang pengerasannya
dilakukan oleh sinar. Jenis ini disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi
resin, sebab melibatkan resin yang dikeraskan sinar dari formulanya (Anusavice,
2013).
3
4
Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat
memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
Perbedaan yang paling nyata dengan tipe lainnya pada bahan ini
adalah berkurangnya translusensi dari bahan, karena adanya perbedaan
yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin
yang mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid melepaskan
florida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan glass
ionomer cement konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid
relatif lebih tinggi dari ionomer kaca konvensional. Peningkatan ini
dikarenakan modulus elastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi
plastis yang lebih banyak yang dapat di tahan sebelum terjadinya fraktur.
Sifat-sifat yang lain sulit untuk dibandingkan karena formulasi bahan dan cara
pengetesan yang hampir sama (Van Noort, 2007).
Keuntungan dari ionomer kaca tipe ini yaitu resin bonding agent yang
menjamin ikatan adhesive, mengurangi sensitivitas teknik dan membentuk
mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan florida. Ketika digunakan
pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah tekhik
sandwich. Teknik ini memberikan keuntungan berupa kualitas yang
diinginkan dari ionomer kaca yang memberikan estetika dari restorasi
komposit. Teknik sandwich di rekomendasikan untuk restorasi komposit
8
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang
dimodifikasi polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan,
sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan di
awali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan
yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang
menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara
gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam
basa yang di induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya
air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti glass
ionomer cement konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-bondingagent
yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai
bahan restorasi (Gladwin, 2009).
restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi
mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5
sebagai alternative ionomer kaca atau komposit resin (Van Noort, 2007).
b. Type II (Restorasi)
Glass ionomer cement/ semen ionomer kaca memiliki sifat-sifat antara lain :
a. Sifat Fisik
GIC merupakan bahan yang bersifat anti karies, karena ion fluor
yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies.
GIC memiliki termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel sehingga
nyaman untuk aktivitas sehari-hari. GIC juga tahan terhadap abrasi, ini
penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari groove
(Powers, 2008).
b. Sifat Mekanis
yang terlalu tinggi, apabila menerima beban yang kuat dapat terjadi
fraktur (Powers, 2008).
c. Sifat Kimia
Pada pencampuran bubuk dan cairan atau bubuk dan air asam secara
lambat merendahkan lapisan luar partikel kaca melepaskan ion Ca +2 dan Al+2 ,
selama fase setting awal, Ca+2 dilepaskan lebih cepat terutama bertanggung jawab
untuk reaksi dengan poliacid untuk membentuk produksi reaksi. Al+3 dilepaskan
lebih lambat dan terlibat dalam setting fase selanjutnya sehingga sering disebut
sebagai reaksi fase sekunder. Bahan terdiri dari kaca yang tidak bereaksi tertanam
dalam matriks silang poliacid. Fase setting digambarkan pada gambar 24.6.
(McCabe, 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan :
1. Bubuk glass ionomer tipe II
2. Cairan
3. Vaseline
15
16
3.2 Alat :
1. Pengaduk plastik
2. Paper Pad
3. Lempeng Kaca
17
6. Sonde
18
d. Memegang botol cairan secara vertical dan diteteskan tanpa tekanan diatas
paper pad
19
Setting time dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain powder yang
digunakan karena komposisi powder mempengaruhi seberapa lama setting time
dari semen, kemudian cairan yang digunakan untuk mencampur powder, dan yang
terakhir adalah cara manipulasi semen karena cepat lambatnya mempengaruhi
hasil akhir setting time. Selain itu, hal yang mempercepat waktu setting time
20
21
antara lain perbandingan antara powder dan cairan yang tinggi, penambahan
powder ke cairan dengan tepat, terdapat proses kontaminasi, dan suhu yang lebih
tinggi (Anusavice, 2013).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan setting time antara rasio bubuk dengan cairan yang digunakan saat
manipulasi GIC. GIC dengan bubuk lebih sedikit cenderung lebih lama settingnya
dibandingkan dengan jumlah bubuk yang lebih banyak.
5.2 Saran
Praktikan lebih banyak dalam melakukan manipulasi GIC. Sebaiknya setiap
anggota kelompok melakukan proses manipulasi GIC sehingga memiliki kemampuan
dan pengalaman dalam manipulasi GIC.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ, Shen J, Rawls HR. 2013. Philips Science of Dental Materials.
USA: Elsevier.
Craig, Robert G, Powers JM, Wataha JC. 2004. Dental Materials Properties and
Manipulation. Edition 8th. Missouri: Mosby Elsevier.
Gladwin MA, Bagby MD, Steward MA. 2009. Clinical Aspects of Dental
Materials. Edition 3rd. Michigan:Wolters Kluwer Health.
McCabe JF, Walls AWG. Bahan Kedokteran Gigi. 9th ed. Jakarta: EGC; 2017.
McCabe, John F, Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials. Edition 9th.
Oxford: Blackwell Publishing.
Powers JM, Wataha JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation.
Edition 9th. Missouri: Mosby.
Van Noort R. 2007. Introduction to Dental Materials. Edition 3rd. China: Mosby
Elsevier.
23