Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Awalnya semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan

dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Semen ini

menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur gigi, akan sangat berguna

untuk restorasi konservatif pada daerah yang tererosi. Kebutuhan akan retensi mekanis

melalui preparasi kavitas menjadi berkurang atau ditiadakan.

Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,

pelapik, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, sebagai penutup pit

dan fisura. Meskipun demikian, semen ionomer kaca tidak dianjurkan untuk restorasi

kelas II dan IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka

terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit.

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan

sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam

poliakrilat.

2.2 Komposisi

Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung

fluoride. Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal

oksida dan metal fosfat pada 1100o-1500o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat

logam atau ke dalam air. Glass yang terbentuk dihancurkan, digiling dan

ditumbuk menjadi bubuk 20-50. Ukuran tergantung kebutuhan. Campuran dapat

terurai oleh asam karena adanya ion Al+3 yang bisa dengan mudah dapat masuk

ke dalam jaringan silika. Ini adalah sifat yang memungkinkan pembentukan

semen.

Cairan : Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan

konsentrasi sekitar 10%.

Bahan tambahan : Asam tartar, metal oksida dan polifosfat.

2.3 Sifat

1. Sifat Fisik

Sifat yang sangat menonjol dari penggunaan semen ionomer kaca

sebagai bahan restorative adalah kekuatannya terhadap fraktur. Semen

ionomer kaca tipe II jauh lebih inferior daripada komposit. Juga lebih rentan

terhadap keausan terhadap dibanding komposit bila dikenai uji abrasi dengan

sikat gigi secara in vitro dan uji keausan oklusal. Namun, semen ionomer

2
kaca cukup menarik karena mempunyai kecocokan biologis, dapat melekat

pada email dan dentin, dan bersifat antikariogenik.

Seperti banyaknya sifat dental cement, sifat glass ionomer tergantung

padda rasio bubuk:cairan. Sayangnya hand mixing dengan rasio bubuk:cairan

yang optimal akan menghasilkan campuran yang kering dan tampak rapuh

yang kurang disukai oleh dokter gigi. Oleh karena itu ada kecenderungan

untuk dokter gigi untuk menambahkan lebih banyak cairan untuk

memberikan konsistensi yang lebih basah dengan efek yang merugikan pada

sifat fisik materi. Masalah ini diatasi oleh penggunaan enkapsulasi dan

mekanik pencampuran.

2. Mekanisme Adhesi

Mekanisme pengikatan ionomer kaca dengan struktur gigi belum

dapat diterangkan dengan jelas. Meskipun demukian, sepertinya tidak

diragukan bahwa perlekatan ini terutama melibatkan proses relasi dari gugus

karboksil dari poilasam dengan kalsium di Kristal apatit email dan dentin.

Meskipun ini berlaku untuk semen polikarboksilat, mekanisme adhesi dari

semen ionomer kaca juga setara, karena keduanya berdasar pada poliasam.

Ikatan dengan email selalu lebih besar daripada ikatan dengan dentin, ini

dikarenakan kandungan anorganik dari email lebih banyak dan

homogenitasnya lebih besar dilihat dari sudut pandang morfologi.

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan aplikasinya :

Tipe I : Luting pada mahkota, jembatan dan bracket

Tipe II a : Semen restorasi untuk estetika

Tipe II b : Semen restorasi untuk kekuatan

3
Tipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi untuk gigi sulung.

Tipe III : Lining cement dan base

Tipe IV : meliputi light cure dan dual cure GI.

2.5 Indikasi

1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih

direkomendasikan daripada amalgam untuk gigi anak anak.

2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.

3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian proksimal.

4. Untuk karies kelas III dan V.

2.6 Kontra Indikasi

1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen

2. Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusal bersifat merusak

3. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi depan

2.7 Aplikasi GIC

Bahan

a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II

4
b. Vaselin

Alat

a. Pengaduk plastic

b. Paper pad

c. Celluloid strip

5
d. Lempeng kaca

e. Cetakan plastik ukuran diameter 10 mm, tebal 1mm

f. Sonde

6
Cara kerja :

a. Permukaan cetakan pada pita seluloid diulasi dengan vaselin, kemudian cetakan

diletakkan di atas pita seluloid dan lempeng kaca.

b. Bubuk diambil sebanyak 1 sendok takar, letakkan di atas paper pad.

c. Cairan diteteskan 1 tetes, dengan cara memegang botol secara vertikal kemudian

ditekan perlahan-lahan, diteteskan di dekat bubuk ( P : L = 3,8 : 1 merk Chemflex ).

d. Waktu awal pencampuran dicatat menggunakan stopwatch. Bubuk dibagi menjadi

dua bagian. Bagian pertama dicampur dengan cairan selama 5 detik, kemudian

ditambahakan bubuk bagian kedua dan diaduk kurang lebih selama 10 detik sampai

homogen. Total waktu pencampuran adalah 20 detik. (waktu yang digunakan

sewaktu praktikum adalah 1 menit)

e. Adonan dimasukkan kedalam cetakan kemudian permukaan diratakan. Permukaan

adonan ditutup dengan pita seluloid. Working time dimulai awal pengadukan sampai

1,5 menit.

f. Setting time diukur dengan menusukkan permukaan adonan glass ionomer

menggunakan ujung sonde, hingga sonde tidak dapat menembus permukaan adonan.

Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen mengeras.

7
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

GIC dengan lebih sedikit bubuk cenderung lebih lama setting time nya dan

sedangkan dengan jumlah bubuk lebih banyak setting time GIC menjadi lebih cepat,

selain itu suhu juga berpengaruh pada setting time GIC. Keuntungan dari campuran

yang lebih sedikit bubuknya diantaranya adalah mudahnya pencampuran bubuk dan

cairan pada saat manipulasi, selain itu sifat fisik dari tumpatan lebih halus. Sedangkan

kerugiannya adalah campuran menjadi lengket dan dengan banyaknya kelebihan cairan

menjadi lebih mudah larut dalam saliva. Sedangkan jika bubuk yang ditambahkan terlalu

banyak maka tumpatan akan rapuh dan lemah dan tampak tidak halus permukaannya.

8
DAFTAR PUSAKA

Anusavice, KJ. 2004. Phillips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, ed 10, alih

bahasa drg. Johan Arief Budiman dan drg. Susi Purwoko. Jakarta, Indonesia :

EGC, h. 449-455.

Ramadhan, Gilang Ardian. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta,

Indonesia : Bukune, 2010, p.139-140

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/gatot.sutrisno/material/3-glass-

ionomercement.pdf diakses hari Senin Tanggal 6 November 2017 Jam 11.30

wita

Anda mungkin juga menyukai