PENDAHULUAN
Awalnya semen ini dirancang untuk tambalan estetik pada gigi anterior dan
dianjurkan untuk penambalan gigi dengan preparasi kavitas kelas III dan V. Semen ini
menghasilkan ikatan adhesi yang sangat kuat dengan struktur gigi, akan sangat berguna
untuk restorasi konservatif pada daerah yang tererosi. Kebutuhan akan retensi mekanis
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,
pelapik, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, sebagai penutup pit
dan fisura. Meskipun demikian, semen ionomer kaca tidak dianjurkan untuk restorasi
kelas II dan IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka
BAB II
1
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan
sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam
poliakrilat.
2.2 Komposisi
Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung
fluoride. Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal
oksida dan metal fosfat pada 1100o-1500o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat
logam atau ke dalam air. Glass yang terbentuk dihancurkan, digiling dan
terurai oleh asam karena adanya ion Al+3 yang bisa dengan mudah dapat masuk
semen.
Cairan : Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan
2.3 Sifat
1. Sifat Fisik
ionomer kaca tipe II jauh lebih inferior daripada komposit. Juga lebih rentan
terhadap keausan terhadap dibanding komposit bila dikenai uji abrasi dengan
sikat gigi secara in vitro dan uji keausan oklusal. Namun, semen ionomer
2
kaca cukup menarik karena mempunyai kecocokan biologis, dapat melekat
yang optimal akan menghasilkan campuran yang kering dan tampak rapuh
yang kurang disukai oleh dokter gigi. Oleh karena itu ada kecenderungan
memberikan konsistensi yang lebih basah dengan efek yang merugikan pada
sifat fisik materi. Masalah ini diatasi oleh penggunaan enkapsulasi dan
mekanik pencampuran.
2. Mekanisme Adhesi
diragukan bahwa perlekatan ini terutama melibatkan proses relasi dari gugus
karboksil dari poilasam dengan kalsium di Kristal apatit email dan dentin.
semen ionomer kaca juga setara, karena keduanya berdasar pada poliasam.
Ikatan dengan email selalu lebih besar daripada ikatan dengan dentin, ini
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan aplikasinya :
3
Tipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi untuk gigi sulung.
2.5 Indikasi
1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih
2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.
3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian proksimal.
1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen
3. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi depan
Bahan
4
b. Vaselin
Alat
a. Pengaduk plastic
b. Paper pad
c. Celluloid strip
5
d. Lempeng kaca
f. Sonde
6
Cara kerja :
a. Permukaan cetakan pada pita seluloid diulasi dengan vaselin, kemudian cetakan
c. Cairan diteteskan 1 tetes, dengan cara memegang botol secara vertikal kemudian
dua bagian. Bagian pertama dicampur dengan cairan selama 5 detik, kemudian
ditambahakan bubuk bagian kedua dan diaduk kurang lebih selama 10 detik sampai
adonan ditutup dengan pita seluloid. Working time dimulai awal pengadukan sampai
1,5 menit.
menggunakan ujung sonde, hingga sonde tidak dapat menembus permukaan adonan.
Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen mengeras.
7
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
GIC dengan lebih sedikit bubuk cenderung lebih lama setting time nya dan
sedangkan dengan jumlah bubuk lebih banyak setting time GIC menjadi lebih cepat,
selain itu suhu juga berpengaruh pada setting time GIC. Keuntungan dari campuran
yang lebih sedikit bubuknya diantaranya adalah mudahnya pencampuran bubuk dan
cairan pada saat manipulasi, selain itu sifat fisik dari tumpatan lebih halus. Sedangkan
kerugiannya adalah campuran menjadi lengket dan dengan banyaknya kelebihan cairan
menjadi lebih mudah larut dalam saliva. Sedangkan jika bubuk yang ditambahkan terlalu
banyak maka tumpatan akan rapuh dan lemah dan tampak tidak halus permukaannya.
8
DAFTAR PUSAKA
Anusavice, KJ. 2004. Phillips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, ed 10, alih
bahasa drg. Johan Arief Budiman dan drg. Susi Purwoko. Jakarta, Indonesia :
EGC, h. 449-455.
Ramadhan, Gilang Ardian. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. Jakarta,
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/gatot.sutrisno/material/3-glass-
wita