Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO
Membuat gigi dari bahan gipsum
Mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
sedang melakukan skill lab Ilmu Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I.
Dengan tema membentuk/mengukir anatomi gigi dari bahan gipsum.
Pelaksanaan skill lab kali ini terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok I
membuat gigi insisif dari gipsum tipe IV. Kelompok II membuat gigi
premolar dari gipsum tipe III. Dan kelompok III membuat gigi molar dari
gipsum tipe II. Pada akhir skill lab hasilnya tidak boleh ada yang porous.
Mahasiswa diminta untuk mencatat seluruh tahapan yang dilakukan mulai
proses manipulasi, setting time sampai hasil akhir yang didapat.
STEP 1
1. Porus

: lubang/rongga terperangkapnya udara akibat


pengadukan gypsum.

2. Gipsum Tipe IV

: biasa disebut dental stone high strength kelas II,


berbentuk

kuboid,

biasa

digunakan

untuk

pembuatan die.
3. Setting Time

: waktu yang diperlukan gips untuk mengeras


sampai gips berkontak dengan air.

4. Manipulasi

: tindakan mengerjakan sesuatu dengan


menggunakan alat mekanis dengan terampil.

STEP 2
1) Apa saja syarat-syarat gypsum yang baik?
2) Apa saja sifat-sifat gypsum yang baik?
3) Apa saja komposisi gypsum?

4) Mengapa beberapa gypsum ada porus, dan bagaimana cara


menanggulangi?
5) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan gypsum?
6) Apa saja fungsi dan klasifikasi gypsum?
7) Bagaimana aplikasi gypsum pada bidang Kedokteran Gigi?

STEP 3
1. Apa saja syarat-syarat gypsum yang baik?
a. Sifat mekanis yang baik
b. Mereproduksi detail yang tajam
c. Stabilitas dimensional
d. Kompatibel dengan bahan cetak
e. Murah dan mudah digunakan
f. Tidak toksik
g. Tidak alergi dan tidak menjadi mutagenic

2. Apa saja sifat-sifat gypsum yang baik?


a.

Sifat Kimia (komposisi) Gypsum


Bahan dasar gypsum adalah mineral gypsum kalsium sulfat

dihidrat (CaSO4 . 2H2O). Apabila dipanaskan, (CaSO4 . 2H2O) akan


kehilangan 1,5 grammol H2O yang kemudian akan menjadi kalsium
sulfat hemihidrat ((CaSO4)2 . H2O) , yakni produk gypsum yang
digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Berikut dibawah ini adalah
proses reaksi nya :
(2 CaSO4 . 2 H2O) + pemanasan ((CaSO4) 2 . H2O) + (3
H2O)
Calcium

Calcium

Sulfate

Sulfate

Dehydrate

Hemihydrate

Hasil yang diperoleh dari pemanasan merupakan bubuk


(powder). Bila kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, maka
akan terjadi reaksi kimia :

((CaSO4) 2 . H2O) + (3 H2O) (2 CaSO4 . 2H2O) + 3900 kal/gmol


Reaksi yang terjadi exothermic yang menghasilkan panas. Bila
1 gmol kalsium sulfat hemihidrat bereaksi dengan 1,5 gmol air (H2O),
maka akah dihasilkan 1gmol kalsium sulfat dihidrat dan panas yang
dikeluarkan sebesar 3900 kalori.
Kelarutannya dalam air 2,1 gr tiapm liter air pada suhu 40 o C ;
1,8 gr tiap liter air pada suhu 0o C ; 1,9 gr tiap liter pada suhu 70o - 90o
C
Kelarutannya bertambah dengan penambahan HCl atau HNO3.
Apabila dipanaskan,kalsium sulfat dihidrate,akan kehilangan 1,5 gr
mmol

H-2O

yang

kemudian

akan

menjadi

kalsium

sulfat

hemihydrates.Hasil yang diperoleh berupa bubuk/powder .Namun,bila


kalsium sulfat kemihydrate dicampu dengan air maka akan
mengahasilkan panas (proses eksothermis) dan dihasilkan kalsium
sulfat dehydrate.
b. Sifat Fisik Gypsum
Gypsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari
gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar dan selenit. Gipsum juga
dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan
danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol
vulkanik, efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tuduh kubah
garam, penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah
batu gamping.

Warna : putih, kuning, abu-abu, merah jingga, hitam bila tak murni
Massa jenis : 2,31 2,35
Keras seperti mutiara terutama permukaannya
Kilap seperti sutra
Konduktivitasnya rendah
Sistem kristalin monoklinik

3. Apa saja komposisi gypsum?

Komposisi/bahan utama dalam gypsum yaitu kalsium sulfat


dihidrate dengan rumus kimia (CaSO4 . 2H2O) . Prosentase komposisi
kimia dalam kalsium sulfat dihidrate yaitu:
Calcium (Ca)
= 23,28 %
Hidrogen (H)
= 2,34 %
CalCium Oksida (CaO) = 32,57 %
Air (H2O)
= 20,93 %
Sulfur (S)
= 18,62 %
Selain itu, dalam gypsum juga terdapat
1. Calcium sulfate hemihydrat merupakan konstitusi utama dari gypsum
yang digunakan di bidang kedokteran gigi.
2. Gypsum cetak sama seperti di atas dengan bahan tambahan seperti
natrium sulphate, borax, dan zat pewarna.
3. Hexagonal calcium sulphate, bila terdapat, akan mengalami hydrasi
dengan cepat.
4. Orthorhombic calcium sulphate, yang dapat dihasilkan dari gypsum
yang terlalu banyak overheating sewaktu pembuatan, bereaksi sangat
lambat dengan air (dikenal dengan gypsum gosong atau dead burnt
plaster).
5. Adanya impurity lain, baik yang didapati dari bahan baku gypsum
maupun yang terjadi selama proses pembuatan.
6. Bahan akselerator dan retardus yang ditambahkan
a) Akselerator (bisa mempercepat waktu setting)
Contoh
Natrium sulfat bertindak sebagai akselerator dengan cara
mempercepat

pembentukan

larutan

kalsium

sulfat

hemihydrate.
b) Retardus (bisa memperlambat waktu setting)
Contoh
Natrium citrate, bahan ini mengurangi kecepatan pelarutan
hemihydrate dan juga terabsorbsi ke dalam inti kristalisasi
sehingga meracuni inti dan menyebabkannya tidak efektif.

4. Mengapa

beberapa

gypsum

ada

porus,

dan

bagaimana

cara

menanggulangi?
Karena, cara pengadukan terjadi kesalahan. Contoh, dimasukkan
gips terlebih dahulu lalu air terjadi tidak keseimbangan antara air dan
serbuk gypsum. Lalu yang kedua, rasio yang digunakan adalah W/P 1:2.
Pencegahan porus atau terjebaknya

gelembung udara digunakan

vibrator/digetarkan secara manual.

5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan gypsum?


a. Ketidakmurnian
Bila proses pengapuran tidak sempurna sehingga tetap terdapat
partikel gypsum, atau bila pabrik menambahkan gypsum waktu
pengerasan akan diperpendek karena peningkatan dalam potensi
nucleus kristalisasi. Bila ortorombik anhidrat juga ada, periode induksi
akan ditingkatkan; proses tersrbut dapat berkurang bila terdapat
heksagonal anhidrat
b.

Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat,semakin cepat
adukan mengeras; khususnya bila produk tersebut telah digiling selama
proses pembuatan. Tidak hanya kecepatan kelarutan hemihidrat
menjadi meningkat, tetapi juga nucleus gypsum lebih banyak, karena
itu kecepatan kristalisasi terjadi lebih cepat.

c. Rasio w/p
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan
proses setting reaksi. Semakin banyak air yang digunakan untuk
pengadukan, semakin sedikit jumlah nukleus pada unit volume.
Akibatnya, waktu pengerasan diperpanjang.

Penambahan air setting time lambat.


Penambahan satu bagian air mengurangi kekuatan
sebesar 50%.

Pengurangan air mempercepat setting time, lebih

sukar
pencampuran dan manipulasi, ada udara terjebak, model tidak
akurat.

Pengurangan rasio W/P tidak dianjurkan bila adonan


akan
dituangkan ke dalam hasil pencetakan. Pengurangan rasio w/p
diperbolehkan bila adonan akan digunakan untuk maenanam model

dalam articulator.

Pengadukan (spatulation).
Lebih panjang pengadukan akan mempercepat setting time.
Lebih cepat pengadukan akan menambah setting expansion.
d. Temperatur
Meski pun efek temperature pada waktu pengerasan cenderung
menyesatkan dan mungkin bervariasi dari satu plester (atau stone)
dengan yang lainnya, sedikit perubahan terjadi antara 0oC (32oF) dan
50oC (120oF) tetapi bila temperature adukan plester-air meningkat
kurang lebih 50oC (120oF), peningkatan perlambatan terjadi bertahap.
Begitu temperatur mencapai 100oC (212oF), tidak ada reaksi yang
terjadi. Pada temperatur yang lebih tinggi, reaksi 2 terjadi kebalikan
dengan kecenderungan Kristal-kristal gypsum apapun yang terbentuh
diubah menjadi hemihidrat.

e. Perlambatan atau percepatan


Metode yang paling praktis adalah dengan menambahkan bahan
kimia. Bahan kimia yang berfungsi untuk mempercepat waktu
pengerasan disebut aselerator, sedangkan bahan kimia yang berfungsi
untuk memperlambat waktu pengerasan disebut retarder.
6. Apa saja fungsi dan klasifikasi gypsum?
a. Plaster Cetak ( type I )
Dinamakan plaster of paris. Merupakan jenis bahan bangunan
berdasarkan kalsium sulfat hemihidrat. Digunakan dari bahan bangunan

mirip adukan semen dan didapat dari pemanasan 150C. Setelah


pengeringan, plaster tetap sangat lembut dan mudah dimanipulasi
dengan alat logam maupun ampelas. Cocok sebagai finishing, bukan
bahan materi. Karena waktu setting cepat, dibutuhkan retardans untuk
memperlambat. Gypsum tipe I saat ini jarang digunakan dalam
kedokteran gigi, lebih banyak diganti dengan hidrokoloid atau bahan
elastomer. Gypsum tipe I biasa nya digunakan untuk mencetak rahang
tak bergigi dan memiliki kekuatan kompresi 580 + 290 psi.
b. Plaster Model ( type II )
Dinamakan Plaster of model. Tipe ini umumnya digunakan di
laboratorium sebagai model studi pembangunan mengartikulasikan batu
gips. Pada dasarnya bahan gypsum tipe II sama dengan tipe I namun
lebih kuat. Setting time 3 menit dan mudah dimanipulasi. Gypsum tipe
II memliki harga paling murah diantara gypsum yang lain. Biasanya
berwarna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang pada
umumnya berwarna dan memiliki kekuatan kompresi 1300 psi.
c. Dental Stone ( type III )
Dinamakan Dental stone. Gypsum tipe III memiliki kandungan
utama kalsium sulfat hemihidrat dan merupakan hasil pengapuran
gypsum. Gypsum tipe III lebih kuat dari tipe II karena memerlukan air
lebih sedikit serta ideal untuk pembuatan model dari full atau partial
denture, model ortodonsi dan lain lain. Secara tradisional, gypsum tipe
III berwarana kuning atau putih dan memiliki kekuatan kompresi
minimal 1 jam 20,7 Mpa (3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa
(5000psi). Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk
gigi tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak.
d. Dental stone, high strength low expansion ( type IV )
Dinamakan Dental stone high strength low expansion. Persyaratan
utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah kekuatan,
kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal. Digunakan sebagai die

stone untuk pembuatan model restorasi. Gypsum tipe IV memiliki


kekuatan kompresi 5000 psi atau 19amper 2x lebih kuat dari tipe III.
e. Dental Stone, high strength high expansion ( tipe V )
Dinamakan Dental stone high strength high expansion. Gypsum
tipe V merupakan produk gypsum yang paling tinggi daya kompresi
dan

kekuatannya.

Biasanya

digunakan

sebagai

casting

atau

pembentukan positif logam, juga digunakan untuk crown, brides, dies,


maupun cetak parsial. Gypsum ini berwarna biru atau hijau serta paling
banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips. Ini
merupakan produk gypsum yang dibuat akhir akhir ini dan memiliki
kekuatan kolpresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi type IV,
kekuatan kompresi type V ini sekisatar 7000psi. Kekuatan yang
ditingkatkan ini diperoleh dengan menurunkan lebih jauh rasio W:P.
Ekspansi pengerasan ditingkatkan dari maksimal 0,10% - 0,30%.
7. Bagaimana aplikasi gypsum pada bidang Kedokteran Gigi?
Memperoleh cetakan yang akurat jaringan rongga mulut.
Restorasi.
Piranti orthodonti.
Impression Plaster, digunakan dalam pengambilan cetakan untuk rahang
yang edentulous (tidak ada gigi).
Plaster of Paris
Mounting atau pemasangan model pada artikulator atau okludator.
Sebagai bahan study model.
Sebagai bahan tanam pada proses flasking.
Sebagai bahan impression (impression material) yang dimodifikasi
dengan bahan kimia.
Dental stone
Sebagai bahan pembuatan model dan die.
Sebagai binder bagi bahan investment yang sesuai untuk penuangan
alloy pada suhu dibawah 1200 derajat celcius.
Investment Gips untuk Prosedur Inlay Casting, bahan ini digunakan untuk
memperoleh mold dalam proses casting, pada pembuatan inlay, crown dan
bridge.

Investment Gips untuk Chrom Cobalt Base Alloy, bahan ini digunakan
sebagai bahan tanam dalam prosedur casting pada pembuatan metal
prothesa, partial prothesa dan bridge.

STEP 4 MAPPING

STEP 5 LEARNING OBJECT


1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gipsum.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi gipsum.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat, komposisi, dan sifat gipsum.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan proses manipulasi dan instrumen serta
faktor yang mempengaruhi proses manipulasi.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh manipulasi terhadap sifat fisik
gipsum.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan setting time.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi gipsum dalam Kedokteran Gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gipsum
Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan,
berupa bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat).
Pembuatan produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan
hasil calcination kalsium sulfat dihidrat atau gipsum sehingga terbentuk kalsium
sulfat hemihidrat. Material ini secara luas digunakan untuk membuat model,
casts ,dan dies.
Klasifikasi gipsum (ADA) spesifikasi nomor 25:

10

1. Impression plaster (tipe I)


2.Model plaster (tipe II)
3.Dental stone (tipe III)
4.Dental stone, high strength (tipe IV)
5.High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi terbentuk dari
kristalisasi air dari gipsum membentuk kalsium sulfat hemihydrate. gispum
produk + air 2CaSO4.2H2O (CaSO4)2.H2O + 3H2O Kalsium sulfat dihidrat
Kalsium sulfat hemihidrat Aplikasi produk gipsum dalam kedokteran gigi
merupakan kebalikan dari reaksi di atas. Hemihydrate dicampur dengan air dan
bereaksi membentuk dihidrat. (McCabe and Walls, 2008, hal. 32-33).
Salah satu tipe gipsum adalah dental plaster atau gipsum tipe II. Model
plaster sering digunakan untuk diagnostic cast dan artikulasi dari stone cast.
Produk ini secara tradisional diproduksi dalam warna putih terutama digunakan
dalam ortopedi sehingga dapat di bedakan dengan dental stone. Plaster diproduksi
melalui proses kalsinasi. Gypsum dipanaskan sampai suhu dari sekitar 120 C
untuk menghilangkan air kristalisasi.
Bentuk

akhir

dari

proses

kalsinasi

ini

adalah

partikel

hemihidrat.Manipulasi dari gipsum dilakukan dengan melakukan pencampuran


bubuk dari gipsum ini dengan air. Proses pencampuran disebut dengan spatulasi.
Proses spatulasi memiliki efek tertentu pada setting time dan setting expansion.
(Craigs, 2008. Hal.395-396).
Gipsum memiliki waktu setting. Proses setting dimulai tepat setelah air
dan bubuk selesai dicampur. Tahap pertama dalam proses setting adalah
bersatunya air dengan hemihidrat. Hemihidrat yang telah larut secara cepat
berubah menjadi dihidrat yang mempunyai kelarutan lebih rendah. Kelarutan yang
telah melebihi batas menyebabkan larutan memadat. Proses terus berlanjut sampai

11

seluruh hemihidrat berubah menjadi dihidrat. Ketika hemihidrat dicampur dengan


air terbentuk dihidrat dengan reaksi sebagai berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi eksotermik,
dimana reaksi ini menghasilkan panas 3900 kal/gr mol. Setting time dapat
diidentifikasi melalui dua tahap. Tahap pertama, dimana material berkembang
menjadi padat namun lemah dan flow kurang. Tahap ini dikenal sebagai tahap
initial setting. Saat material telah mempunyai kekuatan dan kekerasan yang cukup
untuk dilakukan pengerjaan, tahap ini disebut final setting. Ciri-ciri tahap setting
dari gipsum dapat diukur dengan menggunakan tekanan dari jarum Gillmore.
Jarum yang lebih berat memiliki diameter ujung yang lebih kecil sehingga
menghasilkan gaya tekan yang lebih besar. Initial setting dapat didefinisikan saat
gipsum dapat menyangga jarum yang ringan. ( McCabe dan Walls 2008, hal.3435)
Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.
Selain itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia. Di
alam, gipsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau
coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,
anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain. Secara kimiawi, produk
gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah
dihidrat

(CaSO42H2O)

murni.

Produk

gipsum

kalsium

sulfat

dapat digunakan secara

umum seperti untuk membuat patung dan sebagai bahan bangunan.Di bidang
kedokteran, produk gipsum dapat digunakan sebagai alat ortopedi. Di bidang
kedokteran gigi, produk gipsum digunakan untuk membuat model dari rongga
mulut

serta

struktur maksilofasial

pekerjaan laboratorium
protesa

gigi.

kedokteran

dan sebagai

piranti

gigi

melibatkan

yang

penting

untuk

pembuatan

Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi dikenal

dengan gips yang memiliki rumus kimia CaSO4.H2O.


2.2 Proses Pembentukan Gips Kedokteran Gigi

12

Kalsinasi

merupakan

proses

pemanasan

gipsum

untuk

mendehidrasinya (sebagian ataupun seluruhnya) untuk membentuk kalsium sulfat


hemihidrat. Plaster dan stone merupakan hasil

dari proses dehidrasi gipsum.

Proses kalsinasi yang menentukan kekuatan suatu bahan gips. Perbedaan dalam
tipe-tipe gips berhubungan dengan jumlah air yang dihilangkan dimana akan
menghasilkan densit yang beragam dan ukuran partikel bahan gips yang berbeda.
Proses kalsinasi yang berbeda akan menghasilkan tipe gips yang berbeda
Gipsum adalah bubuk mineral putih dengan nama kimia kalsium sulfat
dihidrat (CaSO42H2O). Produk gipsum yang banyak digunakan dalam ilmu
kedokteran gigi adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.H2O).
Gipsum adalah salah satu bahan yang paling sering digunakan
dalam laboratorium pembuatan gigi tiruan karena murah dan mudah untuk di
modifikasi dengan cara menambahkan bahan kimia lainnya.

2.3. Jenis Gips Kedokteran Gigi


Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk
gipsum dapat dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:
1. Impression Plaster (Tipe I)
Gips

tipe

(Impression

Plaster)

memiliki

kalsium

sulfat

hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan kalsium sulfat,


borax dan bahan pewarna. Gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam
kedokteran gigi sebab telah digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti
hidrokoloid dan elastomer, sehingga gips tipe I terbatas digunakan untuk cetakan
akhir, atau wash, untuk rahang edentulus.
2. Model Plaster (Tipe II)

13

Gips
terkalsinasi/

tipe

II

(Model

Plaster)

terdiri

dari

kalsium

sulfat

- hemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk

mengontrol setting time. -hemihidrat terdiri dari partikel kristal ortorombik


yang lebih besar dan tidak beraturan dengan lubang-lubang kapiler sehingga
partikel

-hemihidrat menyerap lebih banyak air bila dibandingkan dengan

-hemihidrat. Pada masa sekarang, gips tipe II digunakan terutama untuk


pengisian kuvet dalam pembuatan gigitiruan dimana ekspansi pengerasan tidak
begitu penting dan kekuatan yang dibutuhkan cukup, sesuai batasan yang
disebutkan dalam spesifikasi. Selain itu, gips tipe II dapat digunakan sebagai
model studi.
3. Dental Stone (Tipe III)
Gips
dan

tipe III

(Dental

Stone)

terdiri

dari

hidrokal/

-hemihidrat

zat tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk

membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih.


-hemihidrat terdiri dari partikel yang lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang
atau prisma dan bersifat tidak poreus sehingga membutuhkan air yang lebih
sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan -hemihidrat. Gips tipe III
ideal digunakan untuk membuat model kerja yang memerlukan kekuatan dan
ketahanan abrasif yang tinggi seperti pada konstruksi protesa dan model
ortodonsi. Kekuatan kompresi gips tipe III berkisar antara 20,7 MPa (3000psi)
34,5 MPa (5000 psi).
4. Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)
Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang
memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih
kecil

sehingga partikelnya paling padat

dan

halus

bila

dibandingkan

dengan -hemihidrat dan hidrokal. Gips tipe IV sering dikenal sebagai die stone
sebab gips tipe IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam
dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan
jembatan gigi tiruan. Diperlukan permukaan yang keras dan tahan abrasi karena

14

preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir menggunakan instrumen tajam
hingga selaras dengan tepi-tepi dai.
5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
Adanya

penambahan

terbaru

pada

klasifikasi

produk

gipsum

ADA dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta
ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips
tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting
ekspansinya. Gips

tipe

memiliki

setting

ekspansi

sekitar

0,1%

0,3% untuk mengkompensasi pengerutan casting yang lebih besar pada


pemadatan

logam campur. Kekuatan yang lebih tinggi diperoleh dengan

menurunkan rasio air-bubuk. Gips tipe V umumnya digunakan sebagai dai untuk
pembuatan bahan logam campur yang memiliki pengerutan tinggi. Bahan ini
umumnya berwarna biru atau hijau dan merupakan produk gipsum yang paling
mahal.

2.4. Karakteristik Gips Kedokteran Gigi


Karakteristik gips meliputi:
a. Setting time
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua tahap sebagai
berikut:
1. Initial setting time
Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung. Pada
masa ini, adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis.

15

Ketika viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan
kehilangan tampilan mengkilatnya (loss of gloss). Loss of gloss tersebut
menandakan bahwa gips sudah mencapai setting awalnya. Pada saat setting awal
dicapai, bahan gips tidak boleh dikeluarkan dari cetakan. Selain itu, pada reaksi
pengerasan ini terdapat reaksi eksoterm.
2. Final setting time
Ketika gips dapat dikeluarkan dari cetakan menandakan bahwa gips
tersebut telah mencapai final set. Akan tetapi pada masa ini, gips tersebut
memiliki kekerasan dan ketahanan terhadap abrasi yang minimal. Pada reaksi
pengerasan akhir ini, reaksi kimia yang terjadi telah selesai dan model akan
menjadi dingin ketika disentuh.
b. Setting ekspansi
Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gips. Plaster memiliki
setting ekspansi yang paling besar yaitu 0,30% sedangkan high-strength stone
memiliki setting ekspansi yang paling rendah yakni 0,10%. Setting ekspansi
merupakan hasil dari pertumbuhan

kristal-kristal gips

ketika

mereka

bergabung. Setting ekspansi harus dikontrol agar tetap minimum terutama ketika
gips tersebut akan digunakan untuk membuat pola malam sebuah restorasi.
Apabila setting ekspansi yang terjadi berlebihan

maka

akan

menghasilkan

sebuah restorasi yang oversized. Settting ekspansi hanya terjadi ketika gips
dalam proses pengerasan.
c. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari gipsum. Setting
ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya
dorongan ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau
besar ekspansi pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah.
d. W/ P Ratio

16

Rasio air-bubuk harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran


gips sebab diperlukan daya alir yang cukup untuk menghasilkan detil permukaan
yang akurat.Tipe gips yang berbeda akan memiliki rasio air-bubuk yang berbeda
juga. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat
hemihidrat.
e. Kekuatan kompresi
Kekuatan

gips

merupakan

kemampuan

bahan

untuk

menahan

fraktur. Kekuatan kompresi gips merupakan faktor penting dalam menentukan


kekerasan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian gypsum
Gypsum merupakan mineral yang ditambang dari belahan dunia. Gypsum
juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi
gypsum yang ditujukan untuk kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat
(CaSO4. 2H2O) murni ( Kenneth J. Anusavice, 2004 : 155).
Gypsum sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis gypsum dental secara
umum sebelum diklasifikasikan yaitu : Plaster dan stone gigi. Kandungan utama

17

plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O atau CaSO4.
H2O. bergantung pada metode pengapuran bentuk hemihidrat yang berbeda
dapat diperoleh. Bentuk ini disebut -hemihidrat dan -hemihidrat. Adanya
penulisan -hemihidrat dan -hemihidratini menurut kandungan mineral yang ada
didalamnya ( Kenneth J. Anusavice, 2004 : 156).
Sedangkan perbedaaan dari -hemihidrat dan -hemihidrat adalah
perbedaan hasil dalam ukuran kristal, daerah permukaan, dan derajat
kesempurnaan kisi-kisi. Sebenarnya, bentuk merupakan agregasi fibrus dari
kristal halus dengan pori kapiler, sementara bentuk terdiri dari fragmen dan
kristal

yang mengelupas dalam bentuk tongkat atau prisma ( Kenneth J.

Anusavice, 2004 : 156).


Bila gypsum dipanaskan sampai temperature seperti yang ditunjukan pada
bagian pertama reaksi 1 dalam suatu ketel, tong, atau pembakaran kapur terbuka
akan terbentuk kristal hemihidrat. Kristal -hemihidrat memiliki ciri-ciri bentuk
spons dan tidak teratur. Berbeda dengan kristal-kristal -hemihidrat (batu), hemihidrat lebih padat dan mempunyai bentuk prismatik ( Kenneth J. Anusavice,
2004 : 156).
Prosedur yang berbeda juga digunakan untuk memperoleh hemihidrat.
Produk dari proses-proses ini merupakan konstituen utama dari stone gigi, dari
mana pengecoran atau model gigi dibuat. Bila -hemihidrat dicampur dengan air
maka reaksi pertama akan terbalik dan produk yang diperoleh lebih kuat dan lebih
kuat jika dibandingkan dengan produk dari -hemihidrat ( Kenneth J. Anusavice,
2004 : 157).
Alasan utama pada perbedaan -hemihidrat dengan -hemihidrat adalah
bahwa bubuk -hemihidrat memerlukan lebih sedikit air bila dicampur bila
dibandingkan dengan yang dibutuhkan -hemihidrat. -hemihidrat memerlukan
lebih banyak air untuk mengembangkan partikel bubuknya sehingga dapat diaduk,
karena kristal-kristalnya lebih teratur bentuknya dan bersifat porus ( Kenneth J.
Anusavice, 2004 : 157).
Perbedaan -hemihidrat dan -hemihidrat :
Pembeda

-HEMIHIDRAT

18

-HEMIHIDRAT

Cara pembuatan
Rasio

Ketel (tempat terbuka)


Autoclave
5060 ml dalam 100 gr 22-35 ml dalam 100 gr

Bentuk partikel

bubuk
Besar, porous, iregular

Sifat mekanis

reguler
Compressive strength (12 Compressive strength (38

Penggunaan

Mpa)
Model studi,packing

bubuk
Kecil,

tidak

porous,

Mpa)
Model kerja,die

Meskipun ukuran partikel dan total daerah permukaan adalah factor utama
dalam mengukur air, penyebaran partikel juga memegang peran utama. Produk
gypsum komersial yaitu berbagai macam stone dan plaster tersedia di pasaran,
terdiri dari 1 bentuk hemihidrat. Meskipun merupakan produk yang diproses,
bahan-bahan tersebut mengandung sedikit komponen lain, heksagonal yang tidak
berubah atau anhidrat ortorombik. Tambahan gypsum dan garam lain juga
ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan serta ekspansi ( Kenneth J.
Anusavice, 2004 : 157).
Jadi, gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O. Saat mengeras,
dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah
menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih
tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana berikut;
Gibs

o
sampai 130

Hemihidrat

o
sampai 200

Anhidrat

CaSO4.2H2O
(CaSO4)2.H2O
CaSo4

(Richard dkk,2002)
3.2 Mahasiswa mapu menjelaskan tentang klasifikasi gipsum
Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25,
produkgipsum dapat dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:
1. Impression Plaster (Tipe I)

19

Gips tipe I (Impression Plaster) memiliki kalsium sulfat hemihidrat


terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan kalsium sulfat, borax
dan bahan pewarna.. Digunakan dari bahan bangunan mirip adukan semen dan
didapat dari pemanasan 150C. Setelah pengeringan, plaster tetap sangat
lembut dan mudah dimanipulasi dengan alat logam maupun amplas. Gips tipe
ini jarang digunakan untuk mencetak dalam kedokteran gigi sebab telah
digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan
elastomer, sehingga gips tipe I terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau
wash, untuk rahangedentulus.Cocok sebagai finishing, bukan bahan materi.
Karena

waktu

setting

cepat,

dibutuhkan

retardans

untuk

memperlambat.Gipsum tipe I biasa nya digunakan untuk mencetak rahang tak


bergigi dan memiliki kekuatan kompresi 580 + 290 psi.

Gambar 1. Bahan Plaster cetak

Gambar 2. Gypsum type I

2. Model Plaster (Tipe II)


Gips tipe II (Model Plaster) terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/ hemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol
setting time. - hemihidrat terdiri dari partikel kristal ortorombik yang lebih
besar dan tidak beraturan dengan lubang-lubang kapiler sehingga partikel hemihidrat menyerap lebih banyak air bila dibandingkan dengan -hemihidrat.
Pada masa sekarang, gips tipe II digunakan terutama untuk pengisian kuvet
dalam pembuatan gigi tiruan dimana ekspansi pengerasan tidak begitu penting
dan kekuatan yang dibutuhkan cukup,sesuai batasan yang disebutkan dalam
spesifikasi. Selain itu, gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi.Pada
dasarnya bahan gypsum tipe II sama dengan tipe I namun lebih kuat. Setting

20

time 3 menit dan mudah dimanipulasi. Gipsum tipe II memliki harga paling
murah diantara gypsum yang lain. Biasanya berwarna putih alami, jadi terlihat
kontras dengan stone yang pada umumnya berwarna dan memiliki kekuatan
kompresi 1300 psi.

Gambar 3. Bahan Plaster model

Gambar 4. Gypsum type II, Extra White, Modelling

Gambar 5. Gypsum type II for general use

3. Dental Stone (Tipe III)


Gips tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/ -hemihidrat dan zat
tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk
membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih. hemihidrat terdiri dari partikelyang lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang
atau prisma dan bersifat tidak porus sehingga membutuhkan air yang lebih
sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan -hemihidrat. Gips tipe III
ideal digunakan untuk membuat model kerja yang memerlukan kekuatan dan
ketahanan abrasif yang tinggi seperti pada konstruksi protesa dan model
ortodonsi. Kekuatan kompresi gips tipe IIIberkisar antara 20,7 MPa (3000 psi)
34,5 MPa (5000 psi).

21

Gambar 6. Gypsum type III for orthodontic

Gambar 7. Gypsum type III for models


4. Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)
Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang
memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil
sehingga partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan hemihidrat dan hidrokal. Gips tipe IV sering dikenal sebagai die stone sebab
gips tipe IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu
restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan jembatan
gigi tiruan. Diperlukan permukaan yang keras dan tahan abrasi karena
preparasi kavitas diisi dengan malamdan diukir menggunakan instrumen tajam
hingga selaras dengan tepi die.

Gambar 8. Gypsum type IV

Gambar 9. Extra-hard die stone

22

Gambar 10. Extra-hard gypsum Type IV for orthodontic models


5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
Adanya penambahan terbaru pada klasifikasi produk gipsum ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta
ekspansi lebih tinggi.Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun
gips tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan
setting ekspansinya. Gips tipe V memiliki setting ekspansi sekitar 0,1% - 0,3%
untuk mengkompensasi pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan
logam campur. Kekuatan yang lebih tinggi diperoleh dengan menurunkan rasio
air-bubuk.Gips tipe V umumnya digunakan sebagai dai untuk pembuatan bahan
logam campur yang memilikipengerutan tinggi. Bahan ini umumnya berwarna
biru atau hijau dan merupakan produk gipsum yang paling mahal.

Gambar 5. Gypsum Tipe V


3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang syarat, sifat, dan komposisi
Gypsum
3.3.1

Syarat-syarat gipsum dalam bidang kedokteran gigi


1.

Sifat mekanis baik, artinya harus kuat sehingga tidak mudah rusak
atau tergores selama proses pembuatan piranti restorasi atau saat ukir
malam, dll.

2.

Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam.

3.

Memiliki stabilitas dimensional yang baik (menunjukkan perubahan


dimensi yang sangat kecil saat setting dan hendaknya cukup stabil).

4.

Kompatibel dengan bahan cetak, tidak terjadi interaksi antara


permukaan cetakan dengan permukaan model, die.

23

5.
3.3.2

Murah dan mudah dipergunakan.

Sifat-Sifat gipsum dalam bidang kedokteran gigi


1. Kekuatan kompresi (paling umum digunakan untuk mengukur
kekuatan gips) yangbaik. Besarnya Kekuatan kompresi dari beberapa
produk gipsum berkisar (12 MPa-38 MPa).
2. Kekuatan tarik, tergantung pada penggunaan.Bila digunakan untuk
membuat piranti restorasi maka dibutuhkan kekuatan tarik yang lebih
besar dibanding bila digunakan untuk model studi.
3. Kekerasan dan ketahanan abrasi. Kekerasan dan ketahanan abrasi
permukaan gipsum harus baik.
4. Produksi detail permukaan. Dapat memberikan detail permukaan yang
tajam.
Selain itu, sifat gympsum dibagi dikelompokkan menjadi tiga sifat,
antara lain :
1. Sifat Kimia (komposisi) Gypsum
Bahan dasar gypsum adalah mineral gypsum kalsium sulfat
dihidrat (CaSO4.2H2O). Apabila

dipanaskan, CaSO4.2H2O akan

kehilangan 1,5 grmmol H2O yang kemudian akan menjadi kalsium


sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O, yakni produk gypsum yang digunakan
dalam bidang kedokteran gigi.
Berikut dibawah ini adalah proses reaksi nya :
2CaSO4.2H2O + pemanasan

(CaSO4)2.H2O + 3H2O

Calcium

Calcium

Sulfate

Sulfate

Dehydrate

Hemihydrate

Hasil yang diperoleh dari pemanasan merupakan bubuk (powder).


Bila kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, maka akan terjadi
reaksi kimia :
(CaSO4)2.H2O + 3H2O

2CaSO4.2H2O + 3900 kal/gmol

24

Reaksi yang terjadi exothermic yang menghasilkan panas. Bila 1 gmol


kalsium sulfat hemihidrat bereaksi dengan 1,5 gmol air (H2O), maka
akah dihasilkan 1gmol kalsium sulfat dihidrat dan panas yang
dikeluarkan sebesar 3900 kalori
Menurut Craig dkk (1987), sifat kimia gips adalah:
a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang
dilarutkan dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan
tertentu yang dinyatakan dalam persen berat/volume.
b.

Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi


keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu
itu campuran gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi
mengalir ke dalam cetakan. secara visual ditandai dengan loss
of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman).
Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat
dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk
bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun
reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah
kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum
dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

2. Sifat Fisik Gypsum


Gipsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari
gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar dan selenit. Gipsum juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau
garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol vulkanik,
efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tuduh kubah garam,
penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batu gamping.

25

Gipsum alami yang berwarna putih kekuningan

Butiran Gipsum
3. Sifat Mekanis Gypsum
Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :
1. Compressive

strength

(kekuatan

tekan

hancur)

kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips.


Partikel dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk
mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk
pencampuran plaster of paris.
2. Tensilestrength (daya rentang), daya rentang dari gips sangat penting pada
saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat lentur
pada gips, model akan cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali
lebih besar dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah maupun kering.
3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan
daya tahan abrasi.Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan
kekuatan tekan hancur. daya tahan abrsai meningkat dan meningkatnya
kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada
saat gips mencapai daya strength. Gips keras merupakan gips yang

26

memiliki
3.3.3

daya

tahan

abrasi

tinggi.

Komposisi gypsum dalam bidang kedokteran gigi

1. Calcium sulfate hemihydrat

merupakan konstitusi utama dari gypsum

yang digunakan di kedokteran gigi


2. Gypsum cetak sama seperti di atas dengan bahan tambahan seperti natrium
sulphate,borax,dan zat pewarna
3. Hexagonal calcium sulphate,bila terdapat,akan mengalami hydrasi dengan
cepat
4. Orthorhombic calcium sulphate,yang dapat dihasilkan dari gypsum yang
terlalu banyak overheating sewaktu pembuatan,bereaksi sangat lambat
dengan air (dikenal dengan gypsum gosong atau dead burnt plaster)
5. Adanya impurity lain,baik yang didapati dari bahan baku gypsum maupun
yang terjadi selama proses pembuatan
6. Bahan akselerator dan retardus yang ditambahkan

Akselerator (bisa mempercepat waktu setting)


Contoh:
Natrium sulfat bertindak sebagai akselerator dengan cara
mempercepat

pembentukan

larutan

kalsium

sulfat

hemihydrat

Retardus (bisa memperlambat waktu setting)


Contoh :
Natrium citrate,bahan ini mengurangi kecepatan pelarutan
hemihydrat dan juga terabsorbsi ke dalam inti kristalisasi
sehingga meracuni inti dan menyebabkannya tidak efektif

27

Selain itu, komposisi untuk dental gipsum pada dasarnya terdiri dari (tiap
beratnya) :
1.

100 bagian tipe -calcined gypsum

2.

0,005-5 bagian alkali metal tartrate

3.

0,1-5 bagian gula alkohol

4.

0,005-3 bagian retarder

5.

0,5-2 bagian agen pembasah

6.

0,005-0,003 bagian dari -olefinsulfonic acid salt

7.

0,1-5 bagian dari akselerator


Komposisi dari dental gipsum ini dapat digunakan sebagai bahan aplikasi

gypsum yang berguna untuk menyediakan model yang sangat baik di permukaan,
presisi dimensi, dan kekuatan mekanik bahkan bila dikombinasikan dengan bahan
berbasis alginate atau bahan-bahan dasar.
Menurut John JManappallil (2003), komposisi gypsum secara umum
adalah :
1. Refactory
Merupakan

material

yang

tahan

temperatur

tinggi

tanpa

dekomposi, contoh : silica.

2. Binder
Merupakan material yang akan mengikat dengan substansi
refactory, contoh :gypsum, fosfat, silikat. Binder yang umum digunakan
adalah kalsium sulfat hemihidrat (untuk campuran emas ), natrium
silikat, etil silikat, amonium sulfat, natrium fosfat.
3. Bahan kimia lain
Bahan kimia lain yang juga terdapat pada gypsum antara lain :
sodium klorida, boric acid, potassium sulfat.
3.4 Proses Manipulasi, Instrumen serta Faktor yang Mempengaruhi

28

3.4.1 Proses Manipulasi Gipsum


1.

Penyimpanan. Perlu disimpan dalam container tertutup untuk mencegah


terjadinya reaksi dengan kelembaban atmosfer yang dapat menyebabkan
terbentuknya hidrat sehingga mempercepat setting. Stone atau plaster
disimpan pada temperatur ruang.

2.

Kontaminasi. Jaga agar bahan tidak bercampur dengan bekas-bekas


gypsum yang telah set atau bahan impurity lainnya.

3.

Rasio air dan powder yang tepat (penakaran). Apabila dipakai terlalu
banyak air untuk mencampur stone maka setelah set bisa diperoleh hasil yang
serupa lunaknya dengan gips. Karena kekuatan suatu stone secara tidak
langsung sebanding dengan rasio W:P adalah sangat penting untuk
mempertahankan jumlah air serendah mungkin. Namun, jangan terlalu rendah
sehingga adukan tidak mengalir ke dalam setiap detil cetakan. Sekali rasio
W:P optimal ditentukan, menggunakan rasio W:P yang dianjurkan pabrik
sebagai pedoman, takaran yang sama harus selalu digunakan. Air dan bubuk
harus diukur dengan menggunakan silinder pengukur volume air yang
akuratdan menimbang kesetaraannya untuk bubuk.

4.

Cegah tersertakannya udara di dalam campuran. Masukkan bubuk ke


dalam air dan diaduk sedemikian rupa agar udara jangan terperangkap ke
dalam bahan.

5.

Waktu pengadukan dan proses pengadukan. Pengadukan selama satu


menit biasanya cukup untuk menghasilkan adonan yang cukup halus dan tidak
bergumpal. Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus
berbentuk parabolik, halus, dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki
bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman dipegang. Terjebaknya udara
dalam adukan harus dihindari untuk mencegah porous yang dapat
menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Penggunaan
vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitudo rendah adalah
membantu. Air yang sudah diukur jumlahnya ditempatkan dalam mangkuk
pengaduk, dan bubuk yang sudah ditimbang ditaburkan. Adukan kemudian

29

dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula kedalam


mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan semua bubuk serta
memecahkan endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung
sampai diperoleh adukan yang halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama
waktu pengadukan berarti mengurangi waktu kerja, khususnya untuk menuang
model.
6.

Vibrator. Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya


digunakan vibrator untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan
dan mempermudah terlepasnya gelembung udara. Cegah dilakukakannya
vibrasi yang berlebih karena dapat menyebabkan distorsi bahan cetak.

7.

Bahan separasi. Sebelum melakukan pola malam, stone die diberi bahan
separasi sehingga pola malam mudah dilepas dari die. Sayangnya, bahan
separasi ini dapat mengakibatkan permukaan die bertambah lunak.
(Sumber : Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat
Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka)
Proses yang terjadi selama manipulasi :
(CaSO 4 ) 2 H 2 O + 3H 2 O

2 CaSO 4 2 H 2 O + panas

1. Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk


kalsium sulfat dihidrat.
2. Terjadi presipitasi Kristal kalsium sulfat dihidrat, bahan menjadi kaku
tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi
thermos dan panas masih berlangsung.
3. Bahan keras, kaku, ekspansi thermis dan panas sudah berakhir.
3.4.2 Faktor yang Berpengaruh terhadap Proses Manipulasi
Manipulasi dipengaruhi oleh hal hal sebagai berikut :
1. Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi
yang akan dibuat.

30

2. Perbandingan ( rasio air/bubuk)


Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses
manipulasi dan juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak
kandungan air dalam gips maka waktu setting akan lebih cepat dan
diperoleh hasil gips yang lunak.
3. Pengadukan
Pengadukan sebaiknya dilakukan 1 menit sampai halus dan homogen
4. Initial setting time-working time
Setelah dicampur selama 1 menit,working time dimulai.Selama viscositas
dari campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh.
Saat mulai mengeruh berarti campuran telah mencapai initial setting. Atau
bisa dilihat pada awal campuran dimana bahan menjadi kaku tetapi tidak
keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya
panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 10 menit mulai
dari awal pengadukan.

5. Finnal setting
Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi
memiliki kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi
kimia selesai dan model terasa dingin saat disentuh.Sebagian besar pabrik
merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya

bahan bisa dengan aman

dilepas dari cetakan


Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi
memiliki kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi
kimia selesai dan model terasa dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik
merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan bisa dengan aman
dilepas dari cetakan.
Final Setting Time harus:

31

Aman untuk dimanipulasi

Kekerasan dan ketahanan abrasi minimal

Reaksi kimia sempurna

Dingin bila dipegang permukaannya

6. Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan.Kelembaban dan tempat yang
delat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya..Hal ini
akan mempengruhi

waktu setting, sehingga gips sebaiknya disimpan

dalam kontainer tertutup.


7.

Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang
disebut diatas waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan.
Bowl, spatula, dan vibrator harus segera dibersihkan segera sebelum
setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahn lain. (Hatrich
dkk,2003)

8. Pemberian bahan separator


Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan
separasi seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka
akan mudah dilepas. Namun tidak boleh terlalu berlebihan karena akan
membuat permukaan menjadi lebik lunak
9.

Hindari terjebaknya udara


Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat
menyebabkan porositas pada hasil akhir dari gips. Sehingga terlebih dulu
menuangkan air ke dalam wadah setelah itu memasukkan powder

10. Perbandingan W/P ( rasio air/bubuk)

32

Banyaknya air dan hemihidrat harus diukur secara akurat dari beratnya.
Rasio air terhadap bubuk hemihidrat biasanya tercermin dalam rasio W/P
atau hasil bagi yang diperoleh bila berat (atau volume) dari air dibagi
dengan berat bubuk. Perbandingan atau rasio biasanya disingkat sebagai
W/P. Misalnya, perbandingan W/P adalah 0,6, bila 100gr stone gigi
dicampur dengan 60 ml air. Perbandingan W/P adalah faktor penting
dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari produk gypsum akhir.
Misalnya, semakin tinggi perbandingan W/P, semakin lama waktu
pengerasan dan semakin lemah produk gypsum. Meskipun perbandingan
W/P bervariasi untuk untuk merek plaster atau stone tertentu, berikut ini
adalah beberapa kisaran umum yang dianjurkan: Plaster tipe II 0,45-0,50.
Stone tipe III 0,28-0,30 dan stone tipe IV 0,22-0,24
11. Temperatur
Temperatur air yang ideal adalah sama dengan suhu ruangan (25 oC).
Karena apabila suhu air kurang 100 F akan mempercepat setting
sedangkan bila suhu air lebih 100 F akan memperlambat setting, dan jika
suhu air mencapai 212 F maka gips tidak akan setting.
12. Pencampuran (mixing)
Begitu pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat, pada saat
yang sama, kristal-kristal diputuskan oleh spatula pengaduk dan
didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih
banyak nukleus kristalisasi. Jadi, waktu pengadukan berkurang
a. Secara manual :
1. Air dimasukkan terlebih dahulu ke dalam rubber atau plastic bowl
kurang lebih hingga 130mm
2. Setelah itu, masukkan bubuk gypsum ke dalam nya secara perlahan
3. Diamkan selama 20 detik

33

4. Aduklah dengan spatula berbentuk round-edge yang lebarnya


sekitar 20-25mm dan panjangnya 100mm
5. Aduklah selama 1 menit (2 putaran/detik) hingga halus, homogen,
dan permukaan nya mengkilap
6. Jika hasil porus, dapat ditanggulangi dengan menggunakan vibrasi
yang gunanya membantu mengalirkan adonan ke dalam cetakan
dan mengeluarkan gelembung udara.
b. Menggunakan Vacuum Mixer :

13. Control Setting Time


Metode Control Setting Time
Kelarutan hemihidrat dapat ditingkatkan atau dikurangi, misal bila
kelarutannya ditingkatkan, maka kejenuhan dari kalsium sulfat akan lebih
besar. Kecepatan deposisi kristalin juga ditingkatkan. Beberapa Metode
untuk mengendalikan waktu pengerasan yaitu:
1. mengurangi atau meningkatkan kelarutan hemihidrat.
2. mengurangi atau meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi waktu
pengerasan juga dapat dikurangi maupun ditingkatkan.

34

3.5 Pengaruh Manipulasi terhadap Sifat Fisik Gipsum


3.5.1 faktor yang mempengaruhi sifat fisik gypsum
1. Lama waktu pengadukan
Pada proses pencampuran, atau yang biasa disebut spatulasi,
memiliki efek yang pasti pada waktu pengerasan (setting time) dan
ekspansi pengerasan dari bahan. Dalam batasan praktik, peningkatan
dalam jumlah spatulasi atau pengadukan (baik kecepatan pengadukan atau
waktu ataupun keduanya) akan memperpendek waktu pengerasan.9
Sebagian kristal gipsum terbentuk langsung ketika dental plaster atau
dental stone berkontak langsung dengan air. Begitu pengadukan dimulai,
pembentukan kristal ini meningkat, pada saat yang sama, kristal-kristal
diputuskan oleh spatula pengaduk dan didistribusikan merata dalam
adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. 2
Waktu pengadukan juga mempengaruhi kekuatan gipsum. Bila adukan
terlalu lama diaduk, kristal-kristal gipsum yang terbentuk menjadi pecah,
dan lebih sedikit jalinan kristal yang terbentuk pada hasil akhir.

2. Rasio air dan bubuk


Secara umum kekuatan berbanding terbalik dengan rasio air dan bubuk
dan juga jumlah dari sifat porositas. Oleh karena itu, ketika kekuatan maksimal
dibutuhkan, bahan tersebut harus dicampur dengan rasio air dan bubuk yang
sesuai. Faktor yang terbatas adalah viskositas atau kekentalan dari pencampuran,
karena ini akan meningkat seiring dengan menurunnya rasio air dan bubuk dan
dapat menjadi sangat tinggi saat kemampuan untuk penuangan.

3. Temperatur
Meskipun efek temperatur pada waktu pengerasan cenderung
menyesatkan dan mungkin bervariasi dari tipe plaster/stone satu dan

35

lainnya, sedikit perubahan terjadi antara 0oC (32oF) dan 50oC (120oF),
tetapi bila temperatur adukan plaster-air meningkat kurang lebih 50oC
(120oF), peningkatan perlambatan terjadi bertahap.Begitu temperatur
mencapai 100oC (212oF), tidak ada reaksi yang terjadi.
4. Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan
mengeras khususnya bila produk tersebut telah digiling selama proses
pembuatan. Tidak hanya kecepatan kelarutan hemihidrat meningkat, tetapi
juga nucleus gipsum lebih banyk, karena itu proses kristalisasi terjadi lebih
cepat.
5. Penambahan akselerator dan retarder
Metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu
pegerasan adalah penambahan bahan kimia tertentu pada adukan dental
plaster atau dental stone. Bahan kimia untuk menurunkan waktu pengerasan
disebubt akselerator dan untuk meningkatkan waktu pengerasan disebut
bahan retarder. Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang
untuk mencapai konsistensi yang tepat haruslah dihindari. Hal tersebut
menyebabkan

ketidakseragaman

pengerasan

dalam

massa

adukan,

menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama


ketidakakuratan dalam menggunakan produk gypsum. Metode pengadukan
yang disukai adalah menambahkan air yang sudah diukur terlebih dahulu,
diikuti dengan penambahan bertahap bubuk yang telah ditimbang. Bubuk
diaduk selama kurang lebih 15 detik dengan spatula tangan, diikuti
pengaduk mekanik hampa udara selama 20-30 detik dengan vacum mixer
dengan cara ini, dental stone yang diaduk dengan tempat akan menghasilkan
model yang padat. Kekuatan dan kekerasan yang diperoleh dengan
pengadukan mekanik hampa udara biasanya melebihi yang diperoleh dari
pengadukan tangan selama 1 menit.
3.6 Setting Time Gipsum

36

Menurut Craig dkk (1987), Setting time adalah waktu yang diperlukan
gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting
time adalah waktu yang diperlukan untuk setting (mengeras) suatu bahan
sampai menjadi rigid (kaku). Waktu setting merupakan waktu yang digunakan
oleh bahan yang telah set sampai menjadi cukup kuat untuk menahan penetrasi
sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban yang diketahui. Alat
penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum vicat dari Gillmore.
Waktu setting dapat dipengaruhi oleh komposisi gips/stone, bentuk
fisis gips/stone, suhu pencampuran, impurity, akselerator, W/P ratio, waktu
pengadonan meningkat maka setting cepat.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1.

Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran
gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan.
Secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/
timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih
dapat dipotong dengan pisau.

2.

Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum
selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya
belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.

3.6.1 Reaksi dan Proses Setting


(Ca SO4) 2 H2O + 3H2O 2CaSO4 2H2O + panas
Proses Setting :
1.

Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air


membentuk Kalsium sulfat dihidrat .

2.

Terjadi presipitasi kristal kalsium sulfat dihidrat bahan menjadi


kaku tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk,

37

ekspansi thermis dan panas masih berlangsung INITIAL


SETTING.
3.

Bahan keras,kaku, ekspansi thermis dan panas sudah berakhir


FINAL SETTING

Reaksi pengerasan dapat dimengerti :


1. Ketika hemihidrat diaduk dengan air, terbentuk suspensi cair dan dapat
dimanipulasi
2. Hemihidrat melarut sampai terbentuk larutan jenuh
3.

Larutan jenuh hemihidrat sangat jenuh dengan dihidrat sehingga


dehidrat mengendap.
Begitu mengendap, larutan tidak lagi jenuh dengan hemihidrat jadi
terus larut

3.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Setting Time


Faktor-faktor setting time, antara lain yaitu:
1. Komposisi gips atau stone, sebagaimana yang telah disediakan oleh pabrik:
a. Gypsum
Bila terdapat (misalnya, disebabkan karena adanya dehydrasi yang tidak
sempurna sewaktu proses pembuatan) akan mempercepat setting time.
b. Hexagonal calcium sulphate

38

Bila terdapat hexagonal calcium sulphate akan mengalami hydrasi dengan


cepat.
c. Orthorombic calcium sulphate
Orthorombic calcium sulphate, yang dapat dihasilkan dari gypsum yang
terlalu banyak overheating sewaktu pembuatan, bereaksi sangat lambat
dengan air (dikenal dengan gips gosong atau dead burnt plaster).
d. Adanya impurity lain
Adanya impurity lain, baik yang didapati dari bahan baku gypsum maupun
yang terjadi selama proses pembuatan.
e. Bahan akselerator dan retardus
Bahan akselerator dan retardus yang ditambahkan, yaitu:
i. Bahan akselerator
Contoh:
1. Natrium sulfat bertindak sebagai akselerator dengan cara
mempercepat pembentukan larutan kalsium sulfat hemihydrat.
2. Gypsum mempersiapkan inti bagi pertumbuhan Kristal dihydrate
yang terbentuk lebih lanjut.
ii. Bahan retardus
Contoh : Natrium citrate dan borax, bahan ini mengurangi kecepatan
pelarutan hemihydrate dan juga terabsorbsi ke dalam inti kristalisasi
sehingga meracuni inti dan menyebabkannya tidak efektif.
2. Bentuk fisis dari gips atau stone
Bentuk fisis dari gips atau stone, sewaktu pembuatan sering dilakukan
penumbukan setelah proses dehydrasi. Ini mempercepat waktu setting:

39

i. Karena sebagian dari kristal yang ditumbuk dapat menjadi inti pertumbuhan
kristal sewaktu setting.
ii. Dilakukannya penumbukan menambah luas permukaan hemihydrate yang
terbuka ke air sehingga mempercepat laju pelarutan hemihydrate.
3. Suhu dan konsentrasi
Suhu pencampuran, suhu sampai 50oC mempunyai pengaruh sangat kecil,
misalnya seperti pada hasil pengujian satu batch dental stone. Ini berbeda
dengan kebanyakan reaksi kimia yang umumnya dipercepat oleh adanya
kenaikan suhu. Hal ini dapat dijelaskan dengan asumsi bahwa laju reaksi
tergantung pada kecepatan difusi random ion Ca2+ dan SO42- ke Kristal-kristal
dehydrate yang terbentuk. Kecepatan difusi ion-ion dalam larutan tergantung
tidak hanya pada bentuk ion tetapi juga pada suhu dan konsentrasi ion.
i. Suhu
Suhu, dapat diperlihatkan bahwa kecepatan diffusi ion-ion Ca2+ dan SO4

2-

pada suhu 50oC adalah kira-kira dua kali lipat kecepatan diffuse pada suhu 5oC.
ii. Konsentrasi
Kecepatan diffusi ion-ion berbanding lurus dengan konsentrasinya. Kelarutan
hemihydrate pada suhu 5oC adalah 0,8% sedangkan pada suhu 50oC menjadi
sebesar 0,4%. Jadi pada suhu yang lebih tinggi kecepatan diffusi semakin
lambat disebabkan oleh karena menurunnya konsentrasi.
Faktor (i) dan (ii) diatas berlawanan satu dengan lainnya kira-kira serupa
sehingga antara suhu 5oC sampai 50oC. Faktor suhu hanya member pengaruh
yang relative kecil terhadap kecepatan reaksi. Pada suhu yang lebih tinggi
terjadi retardasi hydrasi, dan pada suhu 100oC sama sekali tidak terjadi
dehydrasi, pada suhu sekitar ini hemihydrate dan dihydrate mempunyai daya
larut yang sama.
4. Perbandingan air/powder

40

Perbandingan air/puder ini mempunyai pengaruh sangat kecil terhadap laju


hydrasi hemihydrate, meskipun peningkatan jumlah air dalam adonan
menghasilkan waktu setting lebih lambat sebagaimana hasil pengujian dengan
jarum Vicat dan Gillmore. Hal ini disebabkan karena pada bahan dengan
perbandingan air/puder yang lebih tinggi terdapat lebih sedikit pertumbuhan
kristal dehydrate per satuan volume adonan. Jadi pada adonan yang lebih encer
perlu terjadi lebih banyak pertumbuhan kristal sampai terdapat cukup banyak
kristal yang berkontak sehingga bahan menjadi cukup kaku untuk sanggup
menahan penetrasi jarum pengukur pada waktu setting.
5. Waktu pengadonan
Peningkatan waktu pengadonan dapat mempercepat terjadinya set. Pengadonan
dapat merusak sebagian Kristal dihydrate yang gtelah terbentuk sehingga
menghasilkan lebih banyak inti kristalisasi.
3.7 Aplikasi Gipsum dalam Kedokteran Gigi
1

Plaster of Paris digunakan untuk model negative cetakan gigi

Dental stone digunakan untuk mold, dan gigi tiruan tanpa ada

pasien
3

Plaster ditambakan dengan silica membenuk mold yang biasa

digunakan untuk bahanrestorasi gigi dengan bahan logam yang


dicairkan.
4

Tipe I diigunakan untuk cetakan akhir (wash) dalam pembuatan

gigi tiruan penuh (GTL)


5

Tipe II digunakan untuk mengisi kuvet yang digunakan untuk

pembuatan protesa, mounting,flaring, packing, dan model studi.


6

Tipe III digunakan untuk pembuatan gigi tiruan tanpa pasien, die,

pengecoran dalam bentukgigi tiruan penuh.


7

Tipe IV dan V digunakan untuk pembuatan die. Hal ini

dikarenakan ekspansi kekerasan minimal. Agar malam tidak berubah


saat dilepas, ditambahkan silica.

41

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Gypsum merupakan mineral beupa kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O)
atau kalsium sulfat hemihidrat ((CaSO4)2.H2O).
2. Gypsum dikelompokkan menjadi 5 tipe, yaitu Impression Plaster (Tipe I),
Model Plaster (Tipe II), Dental Stone (Tipe III), Dental Stone, High-

42

Strength (Tipe IV), dan Dental Stone, High Strength, High Expansion
(Tipe V).
3. Gypsum harus memiliki sifat mekanis dan sifat kimia yang baik untuk
memenuhi syarat gypsum yang baik dalam kedokteran gigi.
4. Komposisi gypsum, terdiri dari Refactory, Binder, dan bahan kimia lain.
5. Proses manipulasi dipengaruhi oleh pemilihan gypsum, rasio w/p,
pengadukan, initial setting final setting, penyimpanan, kebersihan,
pemberian bahan separator, dan tenperatur.
6. Setting time dibagi menjadi 2 proses, yaitu initial setting time dan final
setting time, dimana terjadi reaksi setting, yaitu
(Ca SO4) 2 H2O + 3H2O 2CaSO4 2H2O + panas.
7. Gispum diaplikasikan dalam kedokteran gigi sebagai model studi dan
model kerja.

43

Anda mungkin juga menyukai