Anda di halaman 1dari 22

SEMEN SENG FOSFAT, SEMEN SENG OKSIDA

EUGENOL DAN NON EUGENOL

Oleh : Kelompok C6

Phara Aster Chandra Adventia 021911133151


Stefani T. J. Malau 021911133152
Salsabilavi Soffarina 021911133153
Maulida Putri Syarifina 021911133154
Imanuel Jeremias Laturiuw 021911133156
Yasmin Firdausi Rezkika 021911133157
Alifia Hasna Amadhea 021911133159
Mokhammad Fauzi 021911133160
Fikri Febrian Firmansyah 021911133162

DEPARTEMEN ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa
untuk menyelesaikan makalah Ilmu Material Kedokteran Gigi II dengan judul
“Semen Seng Fosfat, Semen Seng Oksida Eugenol dan Non Eugenol” dengan
tepat waktu.
Adapun penyusunan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Ilmu Material Kedokteran Gigi II di semester dua ini. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
dan membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Titien Hary Agustantina, drg., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini
2. Teman-teman kelompok C6 yang telah bekerja dan berusaha dalam
penyusunan makalah ini
Selain itu penulis juga sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis benar-
benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat penulis revisi dan tulis di
masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi penulis menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir penulis berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap
pihak yang membaca.

Surabaya, 9 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I. Semen Seng Fosfat...................................................................................... 1
1.1 Definisi Operasional.......................................................................................... 1
1.2 Komposisi.......................................................................................................... 1
1.3 Reaksi Setting.................................................................................................... 2
1.4 Manipulasi......................................................................................................... 2
1.5 Penggunaan........................................................................................................ 6
1.6 Sifat.................................................................................................................... 7
1.7 Kelebihan........................................................................................................... 8
1.8 Kekurangan........................................................................................................ 8
BAB II. Semen Seng Oksida Eugenol dan Semen Seng Oksida Non Eugenol....... 9
2.1 Definisi Operasional.......................................................................................... 9
2.2 Komposisi.......................................................................................................... 9
2.3 Tipe Semen Seng Oksida Eugenol dan Semen Seng Oksida Non Eugenol......
.................................................................................................................................
10
2.4 Reaksi Setting....................................................................................................
.................................................................................................................................
10
2.5 Manipulasi.........................................................................................................
.................................................................................................................................
11
2.6 Penggunaan........................................................................................................
.................................................................................................................................
12
2.7 Sifat....................................................................................................................
.................................................................................................................................
12
2.8 Kelebihan...........................................................................................................
.................................................................................................................................
13
2.9 Kekurangan........................................................................................................
.................................................................................................................................
14
2.10 Modifikasi Semen Seng Oksida Eugenol........................................................
.................................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
.................................................................................................................................
18

ii
iii
BAB I
Semen Seng Fosfat

1.1 Definisi Operasional


Semen seng fosfat merupakan semen berbahan dasar air tertua yang pernah
digunakan, namun penggunaannya pada masa sekarang sangat terbatas. Semen
seng fosfat terbentuk pada saat bubuk oksida dicamurkan dengan cairan asam.
Pada saat semen seng fosfat terbentuk semen seng fosfat akan bersifat sangat
asam, namun sifat asam tersebut akan berangsur-angsur berkurang (Powers,
Wataha & Chen 2017, p. 96).

1.2 Komposisi
Semen seng fosfat terdiri dari komponen bubuk dan komponen cairan.
Komposisi bubuk semen seng fostfat terdiri dari seng oksida 75% dan sekitar
magnesium oksida 13%, kemudian bahan-bahan ini akan dipanaskan dengan suhu
di atas 1000°C yang kemudian akan dihaluskan sampai menjadi bubuk yang halus
dan akan dicampur dengan bubuk radiopaque. Komposisi cairan pada semen seng
fosfat terdiri dari asam fosfat 38% sampai 59%, air 30% sampai 55% dan
alumunium fosfat 2% sampai 3% (Anusavice, Shen & Rawls 2013, p. 316).

Tabel 1. Komposisi semen seng fosfat (Alla 2013, p. 100 ).

1
1.3 Reaksi Setting
ZnO + 2H3PO4 Zn(H3PO4)2 + H2O + ZnO
Seng Oksida + Asam Fosfat Seng Fosfat + Air + Seng Oksida

Ketika bubuk dicampur dengan cairan, asam fosfat memecah permukaan


partikel dan melarutkan ZnO. Aluminium dalam cairan ini membentuk kompleks
dengan asam fosfat dan berekasi dengan ZnO membentuk gel seng aluminofosfat
pada permukaan dari sisa partikel. Semen yang mengeras atau set cement
mengandung seng oksida yang tidak bereaksi yang melekat pada matriks amorf
kohesif dari seng aluminofosfat (Anusavice, Shen & Rawls 2013, p. 316).

1.4 Manipulasi
a) Proporsi dari semen seng fosfat adalah bubuk 1,4 gram pada cairan 0,5 ml
(Alla 2013, p. 103).
b) Pencampuran (Mixing)

Gambar 1. Manipulasi pencampuran semen seng fosfat (Anusavice, Shen &


Rawls 2013, p. 316). A, Bubuk dan cairan yang ditempatkan saat
pencampuran pada glass slab; bubuk dibagi menjadi enam pembagian dengan
peningkatan: 1/16, 1/16, 1/8, 1/4, 1/4, dan 1/4. B, Konsistensi yang tepat
untuk penyemenan; campuran ditarik sekitar 1/2 hingga 3/4 inci (~ 12 hingga
19 mm) pada pemisahan. C, Campuran ditarik lebih dari 3/4 inci tanpa
pemisahan; ini menunjukkan bahwa semen menjadi terlalu tebal atau kental
saat dilakukan penyemenan.

2
Reaksi antara seng oksida dan asam fosfat adalah eksotermik dan
membutuhkan prosedur pencampuran yang hati-hati untuk meminimalkan
efek heat generation atau eksotermis tersebut. Bubuk semen seng oksida
harus diletakkan pada glass slab dan dibagi menjadi beberapa porsi (Gambar
1, A). Instruksi oleh pabrik harus menggambarkan jumlah bubuk dengan
memasukkan alat pengukur, jumlah tetes cairan, metode untuk membagi
kenaikan bubuk, waktu pencampuran untuk setiap kenaikan, dan total waktu
pencampuran. Cairan seharusnya tidak ditempatkan pada glass slab sampai
bubuk dikeluarkan dan dibagi karena air dari cairan akan menguap
(Anusavice, Shen & Rawls 2013, p. 316).
Pencampuran semen ini harus dimulai dengan memasukkan bagian
terkecil dari bubuk menggunakan spatula tipis dan spatulasi yang cepat. Saat
pencampuran sebagian besar area glass slab harus digunakan untuk menyerap
panas. Aturan yang baik saat pencampuran adalah spatulasi setiap
penambahan bubuk selama 15 hingga 20 detik sebelum menambahkan bagian
bubuk lain dan semua pencampuran harus diselesaikan dalam 1,5 hingga 2
menit. Setelah bubuk benar-benar berpadu dan campuran mengental, semen
ditarik melintasi glass slab dengan bilah datar pencampuran spatula. Jika
sebuah tali semen bisa diangkat 12 mm (0,5 inci) sampai 19 mm (0,75) inci)
sebelum memisah atau putus dari spatula (Gambar 1, B), semen dianggap
cukup cair untuk menyemen prostesis. Jika tali melebihi 19 mm, semen
terlalu kental untuk penempatan prostesis atau seating of prostheses yang
benar (Gambar 1, C) (Anusavice, Shen & Rawls 2013, p. 316).
Pada semen fosfat media saat pencampuran harus menggunakan glass
slab atau pelat kaca tidak seperti yang lain yang dapat menggunakan paper
pad. Beberapa manipulasi yang dapat dilakukan pada glass slab saat
pencampuran diantaranya mendinginkannya hingga sekitar 21°C dan
dikeringkan agar penyerapannya cepat. Kemudian, membagi bubuk dalam
satu sudut lempengan kaca menjadi beberapa agar reaksi eksotermis mudah
diredakan. Selain itu, mencampur semen dengan area yang yang luas yaitu
seluas glass slab yang digunakan untuk memeperluas daerah penyerapan.

3
Namun, ketentuan pembagian bubuk bergantung pada aplikasi atau penerapan
yang dibutuhkan (Powers, Wataha & Chen 2017, p. 96).

c) Konsistensi Semen Seng Fosfat

Gambar 2. Konsistensi Semen Seng Fosfat (Alla 2013, p. 102)

Terdapat 2 konsistensi pada semen seng fosfat (Alla 2013, p. 102) yaitu:
1. Konsistensi luting: adonan semen membentuk string setinggi 1 inci dan
kembali ke campuran ketika diangkat dengan spatula (Gambar 2).
2. Konsistensi base: Saat diangkat, string putus untuk membentuk struktur
seperti kait (Gambar 2).

d) Working Time dan Setting Time


Working time merupakan waktu yang diukur dari awal pencampuran
sampai viskositas (konsistensi) dari campuran cukup rendah untuk mengalir
dengan mudah di bawah tekanan membentuk film atau lapisan tipis. Waktu
pencampuran berlangsung selama 60–90 detik. Working time untuk
konsistensi luting pada suhu kamar untuk sebagian besar semen fosfat sekitar
3-6 menit. Setting time yang wajar untuk seng semen fosfat antara 5-9 menit
(Alla 2013, p. 101).

4
e) Kontrol Working Time
Terdapat empat teknik yang dapat memperpanjang waktu kerja seng semen
fosfat (Anusavice, Shen & Rawls 2013, pp. 317-318) diantaranya:
1. Mengurangi rasio bubuk dan cairan dan menghasilkan campuran yang
lebih tipis. Namun, perubahan ini akan menghasilkan pH awal semen yang
lebih rendah dan akan berdampak buruk terhadap sifat mekanik semen.
2. Mencampur bubuk dalam porsi yang sedikit pada awal pencampuran dan
sedikit demi sedikit ditambahkan. Prosedur ini memudahkan bubuk larut
dalam cairan dengan mengurangi keasaman cairan dan memperlambat laju
reaksi. Sementara itu, panas yang dihasilkan dari reaksi akan cukup
diserap selama spatulasi.
3. Memperpanjang waktu spatulasi saat penambahan bubuk terakhir.
Spatulasi atau pencampuran secara efektif menghancurkan matriks yang
terbentuk, yang berarti bahwa diperlukan waktu ekstra untukmembangun
kembali sebagian besar matriks. Namun, prosedur ini bukan metode yang
disarankan untuk memperpanjang waktu kerja.
4. Suhu pencampuran yang lebih dingin akan memperlambat reaksi kimia
antara bubuk dan cairan dan memperlambat pembentukan matriks.

f) Kontrol Setting Time


Terdapat dua faktor dalam mengontrol waktu setting (Alla 2013, pp. 101-102)
yaitu:
A. Faktor-faktor di bawah kendali pabrik:
1. Suhu pemanasan: semakin tinggi suhu, lebih lambat semen untuk
setting.
2. Ukuran partikel: ukuran partikel semen seng fosfat yang lebih halus
bereaksi lebih banyak karena area permukaan lebih mudah dan luas
terkena cairan
3. Kadar air cairan: kelebihan air mempercepat reaksi, sedangkan air
yang tidak mencukupi menghambat reaksi.
4. Buffering agent: agen penyangga (buffering agent) dapat
memperlambat reaksi

5
B. Faktor-faktor di bawah kendali operator:
1. Suhu pencampuran: pendinginan lempengan kaca dapat menghambat
reaksi kimia antara bubuk dan cair sehingga pembentukan matriks
terhambat. Prosedur ini memungkinkan penggabungan bubuk dan
cairan secara optimal tanpa campuran dengan viskositas terlalu tinggi.
Sedangkan, suhu tinggi mempercepat reaksi.
2. Rasio bubuk dan cairan: konsistensi yang leih cair maka lebih lambat
reaksinya.
3. Tingkat penambahan bubuk ke cairan: reaksi lebih lambat jika
bubuknya dimasukkan ke dalam cairan secara perlahan.
4. Waktu pencampuran: Semakin lama waktu pencampuran maka reaksi
setiing menjadi lebih lambat.

g) Modifikasi Semen Seng Fosfat dengan Bahan Lain :


Terdapat dua modifikasi (Alla 2013, p. 103) yaitu:
1. Semen tembaga (Cu) dan perak (Ag)
a. Kelebihan : meningkatkan antibacterial properties
b. Kekurangan : discoloration
2. Fluoride cement
a. Kelebihan : anticariogenic property, higher sollubility
b. Kekurangan : kekuatannya lebih rendah daripada semen seng fosfat,
pengurangan kelarutan enamel

1.5 Penggunaan
Menurut Alla (2013, p. 103) kegunaan semen seng fosfat adalah
1. Luting restorasi indirect
2. Luting orthodontic bands dan bracket
3. Restorasi sementara
4. Cavity liners atau high strength bases untuk proteksi pulpa dari stimulus
mekanik, thermal, ataupun elektrik

6
Menurut Manappallil (2016, p. 89) kegunaan semen seng fosfat adalah
1. Luting restorasi (inlays, crown, fixed dental prostheses)
2. High strength base
3. Restorasi sementara
4. Luting orthodontic bands dan bracket

1.6 Sifat
Semen seng fosfat memiliki beberapa sifat sebagai berikut (Alla 2013, p. 101).
a. Sifat Mekanik
I. Compressive strength pada semen seng fosfat lebih kuat daripada
semen seng oksida eugenol namun tidak lebih kuat daripada semen
silicophosphate
II. Tensile strength pada semen seng fosfat sangat rendah sehingga
menjadikan semen seng fosfat rapuh
III. Modulus of elasticity pada semen seng fosfat sangat tinggi sehingga
membuat semen seng fosfat stiff sehingga tahan dengan elastic
deformasi
IV. Adhesion : semen seng fosfat tidak membentuk ikatan kimia
dengan enamel atau dentin. Namun, terdapat mechanical
interlocking yang menyediakan retensi pada restorasi
b. Sifat termal : semen seng fosfat merupakan insulator yang baik dan efektif
untuk mengurangi efek galvani
c. Sifat optik : pada saat semen seng fosfat telah set, semen seng fosfat
memiliki sifat opaque yaitu, tidak menghantarkan cahaya
d. Sifat biologis : semen seng fosfat menyebabkan iritasi pulpa yang
berkepanjangan, pada cavities yang dalam diperlukan pelindung pulpa.
Dapat diminimalisir dengan menggunakan rasio bubuk dan cairan yang
tinggi, menggunakan Ca(OH)2 sebagai liner di cavity.
e. Sifat kimia : semen seng fosfat yang baru dicampur memiliki ph diantara 1
sampai 2 setelah pencampuran. Setelah 24 jam pH berubah menjadi 6-7.

7
f. Film thickness menurut ADA Specification number 8 berguna untuk :
I. Tipe I: Fine grained digunakan untuk luting (film thickness – 25
µm atau kurang
II. Tipe II: Medium grained digunakan untuk luting dan filling (film
thickness tidak lebih dari 40 µm)

1.7 Kelebihan
Menurut Alla (2013, p. 103) kelebihan semen seng fosfat adalah:
1. Mudah dicampur (easy to mix)
2. Sharp & well defined set
3. Memiliki compressive strength yang baik sehingga dapat digunakan
sebagai base yang kuat di bawah restorasi amalgam

Menurut Manapallil (2016, p. 93) kelebihan semen seng fosfat adalah:


1. Memiliki track record yang cukup lama dan dapat diandalkan
2. Memiliki compressive strength yang baik

1.8 Kekurangan
Menurut Alla (2013, p. 103), kekurangan semen seng fosfat adalah:
1. Mengiritasi pulpa
2. Sangat rapuh /brittle
3. Tidak beradhesi secara kimia pada gigi
4. Rentan menimbulkan keasaman
5. Kurangnya antibacterial

Menurut Manappallil (2016, p. 93), kekurangan semen seng fosfat adalah:


1. Tidak ada adhesi kimia. Tidak disarankan apabila retensi lemah
2. Tidak terdapat bahan yang bersifat anticariogenic
3. Mengiritasi pulpa
4. Estetika yang buruk; tidak dapat digunakan untuk restorasi seperti crown
dan veeners yang bersifat translucent

8
BAB II
Semen Seng Oksida Eugenol dan Semen Seng Oksida Non Eugenol

2.1 Definisi Operasional


Semen seng oksida eugenol adalah semen berbasis minyak yang memiliki
efek menenangkan (sedatif) pada pulpa dan sangat berguna untuk sementasi pada
gigi yang telah dipreparasi dengan tubulus dentin terbuka. Penambahan agen
penguat pada semen seng oksida eugenol telah menghasilkan semen luting
permanen. Semen sementara tidak terlalu kuat tetapi berguna untuk sementasi
jangka pendek dari mahkota stainless steel sementara dan restorasi permanen.
Semen seng oksida eugenol adalah semen yang digunakan untuk sementasi jangka
pendek dari mahkota akrilik sementara dan restorasi tuang lengkap. Semen
tersebut lemah dan mudah dibersihkan dari tuangan (Powers, Wataha & Chen
2017, p. 88).

2.2 Komposisi

Tabel 2. Komposisi Semen Seng Oksida Eugenol (Alla 2013, p. 94)

Pada bubuk semen seng oksida eugenol terdiri dari seng oksida 69% sebagai
bahan reaktif utama, white rosin 29,3% berfungsi untuk mengurangi brittle dari
semen set serta meningkatkan konsitensi dan menyediakan mixing yang lebih

9
halus, Seng stearate 1% berfungsi sebagai plasticizer, seng asetat 0,7% berfungsi
sebagai akselerator dan meningkatkan kekuatan semen, dan magnesium oksida,
ditambahkan dalam beberapa bubuk bekerja dengan eugenol dengan cara yang
sama seperti seng oksida. Sedangkan pada liquid terdiri dari eugenol 85%
berfungsi sebagai bahan rekatif utama yang bereaksi dengan seng oksida, minyak
zaitun 15% sebagai plasticizer yang mengontrol viskositas, dan asam asetat
glacial sebagai akselerator (Alla 2013, p. 94).

2.3 Tipe Semen Seng Oksida Eugenol dan Seng Oksida Non Eugenol
Penggunaan serbaguna dari seng oksida eugenol tercermin dalam spesifikasi
ANSI/ADA No. 30 atau ISO 3107; Bahan kedokteran gigi semen seng oksida
eugenol dan semen seng oksida non eugenol berisi empat jenis semen seng oksida
eugenol yang didaftar berdasarkan oleh aplikasi klinis: (I) Sementasi sementara;
(II) Sementasi jangka panjang dari prostesa yang terpasang tetap; (III) Bahan
pengisi sementara dan basis isolasi termal; dan (IV) Bahan pengisi intermediet.
Semen seng oksida eugenol juga digunakan sebagai sealer saluran akar dan
dressing periodontal (Anusavice, Shen & Rawls 2013, p. 331)

2.4 Reaksi Setting


Reaksi seng oksida dengan eugenol menghasilkan pembentukan zinc
eugenolate chelate, yaitu kompleks di mana satu atom seng (Zn) berikatan dengan
dua molekul eugenolat. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, konstanta
disosiasi eugenol kecil. Oleh karena itu, laju reaksi ditingkatkan dengan
penggunaan oksida yang lebih reaktif, bersama dengan adanya akselerator. Reaksi
asam-basa tidak terjadi dalam media berair.
Namun, air memainkan peran yang sangat penting dalam reaksi, karena
bereaksi dengan seng oksida membentuk ion ZnOH + yang berdisosiasi dalam Zn.
Kation seng kemudian bereaksi dengan eugenolat, sedangkan anion hidroksil
bereaksi dengan H2+ dan air pembentuk OH-. Karena air berperan sebagai reagen
dan produk akhir, reaksinya autokatalitik. Adanya asam asetat menghilangkan
kebutuhan + air untuk memulai reaksi. Struktur semen yang telah set diwakili oleh
partikel seng oksida yang diikat bersama oleh amorf matriks seng eugenolat. EBA

10
juga terbentuk dengan seng oksida, dan fase kristal yang diidentifikasi dalam
matriks EBA-eugenol cements (Sakaguchi, Ferracane & Powers 2019, pp. 284-
285).

2.5 Manipulasi
1. Produk Bubuk-Cairan
Semen seng oksida eugenol permanen (Tipe II) berbentuk sistem bubuk-
cair. Perbandingan bubuk dan cairannya yaitu 4:1 – 6:1. Botol bubuk diguncang
dengan lembut, dan kemudian bubuk tersebut diambil dengan sendok yang
disediakan dan cairan dengan pipet lalu dicampur pada glass slab atau paper pad
dengan spatula logam. Bubuk dimasukkan ke dalam cairan sekaligus dan
dicampur selama 30 detik dan campur menggunakan spatula dengan menyeluruh
dalam gerakan melingkar dengan spatula logam. Campuran awalnya seperti
dempul, tetapi selanjutnya campuran semen polimer menjadi cair. Pencampuran
dilanjutkan sampai warna yang seragam tercapai. Semen seng oksida-eugenol
sulit untuk dihilangkan pada jaringan dan permukaan pencampuran setelah set.
Bibir pasien dan gigi yang berdekatan dilapisi dengan minyak silikon sebelum
mengaplikasikan semen. Lempengan kaca dan spatula dibersihkan sebelum semen
set. Minyak jeruk adalah pelarut yang bermanfaat dalam penghapusan semen yang
telah set (Powers, Wataha & Chen 2017, p. 88).

2. Produk Pasta
Semen seng oksida eugenol sementara (Tipe I) berbentuk sistem pasta.
Pasta akselerator dan base disalurkan dengan panjang yang sama pada paper pad.
Kedua pasta itu mempunyai warna yang berbeda. Pasta dicampur dengan spatula
semen dengan gerakan memutar dan strops kedua pasta bersama-sama. Stropping
mirip dengan gerakan mengocok frosting kue secara bolak balik. Pencampuran
berlanjut hingga homogen yaitu ketika warna kedua pasta sudah seragam
(Gladwin & Bagby 2013, p. 100).

11
2.6 Penggunaan
Menurut Alla (2013, p. 96) semen seng oksida eugenol memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
1. Sebagai basis
2. Sebagai bahan restorasi sementara
3. Sebagai bahan restorasi intermediate
4. Sebagai semen permanen
5. Sebagai sealer pada perawatan endodontik

2.7 Sifat
Semen seng oksida eugenol memiliki beberapa sifat sebagai berikut:
1. Sifat Biologis berdasarkan Alla (2013, p. 94)
1.1 Efek pada pulpa : Sangat tidak mengiritasi, sehingga pulpa memberi respon
ringan
1.2 Sifat bakteriostatik dan obtundent : Menghambat pertumbuhan bakteri dan
memiliki efek anodyne atau efek menenangkan pada pulpa di kavitas yang
dalam, mengurangi rasa sakit saat hadir
2. Sifat Kimia
PH sekitar 7 pada saat dimasukkan ke dalam rongga mulut. Semen ZOE
adalah salah satu bahan yang sangat tidak mengiritasi dalam material kedokteran
gigi dan memberikan seal yang sangat baik terhadap kebocoran (Alla, 2013, p.
95), serta membantu pemulihan pulpa (Sakaguchi, Ferracane & Powers, 2019, p.
338).

3. Sifat Reologis berdasarkan Alla (2013, p. 95)


Setting time semen seng oksida eugenol dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
3.1 Ukuran partikel: Partikel yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat setting
dibanding dengan partikel berukuran besar
3.2 Akselerator: Alkohol, asam asetat glasial, dan sejumlah kecil air dapat
mempercepat reaksi.

12
3.3 Temperatur: Jika suhu berada di bawah titik embun, maka reaksi setting
akan meningkat. Saat suhu berada dibawah titik embun, kondensat yang
dimasukkan ke dalam campuran dan reaksi setting dipercepat.
3.4 Rasio bubuk dan cairan: semakin tinggi rasio bubuk dan cairan, semakin
cepat set.
3.5 Ketebalan film: Ketebalan film dari semen seng oksida eugenol lebih tinggi
dari semen lainnya, mis. 25 µm untuk konsistensi luting.

4. Sifat Mekanis
Compressive strength, tensile strength dan modulus of elasticity (MOE)
dari semen seng oksida eugenol adalah yang paling kecil dibanding luting agent
lain (Alla, 2013. p. 95). Faktor yang dapat mempengaruhi sifat mekanik semen
seng oksida eugenol adalah sifat yang sangat sensitif terhadap faktor suhu.
Misalnya, compressive strength pada saat suhu 37 °C dapat mewakili hanya 20%
dari apa yang ditemukan pada suhu 23 °C (Sakaguchi, Ferracane & Powers, 2019,
p. 338).

5. Sifat Termis berdasarkan Alla (2013, p. 95)


5.1 Konduktivitas termal: sifat isolator semen ZOE sangat baik dan kira-kira
sama dengan dentin manusia.
5.2 Koefisien ekspansi termal: 35 × 10–6/ °C. Sangat tinggi dibandingkan
dengan gigi asli.

6. Sifat Optik berdasarkan Alla (2013, p. 95)


Semen yang telah set adalah opaque

2.8 Kelebihan
Menurut Alla (2013, p. 96) semen seng oksida eugenol memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1. Dapat meredakan rasa nyeri pada pulpa
2. Dapat meminimalkan infeksi pasca operasi
3. Dapat mencegah masuknya asam pada jaringan pulpa

13
4. Memiliki kemampuan sealing yang baik

2.9 Kekurangan
Menurut Alla (2013, p. 96) semen seng oksida eugenol memiliki beberapa
kekurangan, yaitu:
1. Larut oleh cairan mulut
2. Memiliki strength yang rendah
3. Memiliki resistensi abrasi yang rendah
4. Memiliki resistensi yang lebih buruk dari semen seng fosfat
5. Menyebabkan sensasi terbakar pada mulut (Eugenol)
6. Menyebabkan pembentukan dentin reparative yang bervariasi

2.10 Modifikasi Semen Seng Oksida Eugenol


1. EBA Alumina
Modifikasi lain telah dilakukan untuk meningkatkan strength dan abrasion
resistence dari semen seng oksida eugenol. Satu sistem menggantikan asam
orthoethoxybenzoic (EBA) bagian dari cairan eugenol, dan termasuk alumina
dalam bubuk.. Semen ini meningkatkan sifat mekanik dari semen seng oksida
eugenol. Dalam semen ini, alumina ditambahkan ke bubuk dan EBA
ditambahkan ke cairan.Semen ini tidak memiliki bau, kekuatan yang lebih
tinggi, dan kelarutan yang lebih rendah. (Anusavice, Shen & Rawls, 2013,
p.331; Alla, 2013, p. 96).
Menurut Alla, RM (2013, p.96) komposisi semen ini umumnya diberikan
dalam bentuk bubuk dan cairan
Tabel 3. Komposisi Semen EBA Alumina (Alla, 2013, p. 96)

14
Mekanisme reaksi setting dari semen ini belum sepenuhnya dapat
dijelaskan. Reaksi ini melibatkan garam chelate pembentukan antara eba, eugenol
dan seng oksida. Manipulasi dari semen eba alumina yaitu botol bubuk diguncang
dengan lembut, dan kemudian bubuk tersebut dituang dengan sendok yang
disediakan dan cairan dengan pipet. Ini dicampur pada lempengan kaca atau pada
kertas pad dengan spatula logam. Bubuk dan cairan dicampurkan sekaligus
selama 30 detik dengan sapuan spatula yang lebar untuk mendapatkan konsistensi
yang sesuai. Setelah pencampuran selama 30 detik akan didapatkan hasil
campuran yang dempul dan siap untuk digunakan. Pengadukan harus segera
dihentikan setelah 30 detik dan sebelum sampai 60 detik karena jika pengadukan
dilakukan sampai 60 detik atau lebih akan menyebabkan campuran kembali
berbentuk cair dan tidak dapat digunakan. Waktu kerja semen EBA-alumina
panjang (sekitar 22 menit). Di mulut, semen seng oksida-eugenol eba alumina
mengalami setting dengan cepat karena kelembaban dan panas. Beberapa sifat
mekanik seperti compressive strength dan tensile strength semen eba alumina
lebih besar dari semen seng oksida eugenol. Kelarutan dan disintegrasi telah
berkurang dibandingkan dengan semen seng oksida eugenol yang tidak
dimodifikasi. (Alla 2013, p. 97; Powers, Wataha & Chen, 2017, p. 88)

Menurut Alla (2015, p. 97) kegunaan dari semen EBA alumina sebagai berikut:
1. Untuk sementasi inlay, mahkota dan jembatan.
2. Untuk tambalan sementara.
3. Sebagai base dan lining material.

2. Semen Seng Oksida Eugenol dengan Polimer


Salah satu modifikasi dari semen oksida eugenol adalah semen seng oksida
eugenol yang ditambahkan polimer, terdiri dari cairan eugenol dan bubuk yang
mengandung partikel seng oksida dan 20-40% partikel polimer halus. Semen ini
memiliki compressive strength yang memadai meski tidak lebih besar daripada
semen seng fosfat, semen glass ionomer dan semen resin (Anusavice, Shen &
Rawls 2013, p. 31). Penambahan partikel polimer pada bubuk semen ini bertujuan

15
untuk menghasilkan sifat mekanis yang lebih baik daripada semen seng oksida
eugenol yang tidak dimodifikasi (Alla 2013, p. 97-98).

Komposisi bubuk pada modifikasi semen seng oksida eugenol polimer ini
terdiri dari seng oksida 80% sebagai bahan reaktif utama dan partikel polimer
halus yang alami ataupun buatan 20% untuk meningkatkan kekuatan dari hasil
campuran. Cairan pada modifikasi semen seng oksida eugenol polimer ini terdiri
dari eugenol 85% sebagai bahan reaktif utama dan minyak zaitun 15% (Alla
2013, p. 97-98).
Tabel 4. Komposisi Semen Seng Oksida Eugenol Polimer (Alla 2013, p. 97-98)

Reaksi setting yang terjadi pada modifikasi seng oksida eugenol polimer ini
serupa dengan reaksi yang terjadi pada seng oksida eugenol pada umunya (Alla
2013, p. 97-98).
Manipulasi untuk semen seng oksida eugenol polimer ini menggunakan
sistem powder-liquid. Pertama botol bubuk dikocok perlahan, kemudian bubuk
dituang dengan menggunakan sendok takar dan cairan diteteskan menggunakan
pipet. Pencampurannya dilakukan di atas glass slab atau paper pad dan
menggunakan spatula logam. Bubuk dan cairan dicampurkan sekaligus selama 30
detik dengan sapuan spatula yang lebar untuk mendapatkan konsistensi yang

16
sesuai. Setelah pencampuran selama 30 detik akan didapatkan hasil campuran
yang dempul dan siap untuk digunakan. Pengadukan harus segera dihentikan
setelah 30 detik dan sebelum sampai 60 detik karena jika pengadukan dilakukan
sampai 60 detik atau lebih akan menyebabkan campuran kembali berbentuk cair
dan tidak dapat digunakan (Powers, Wataha & Chen 2017, p. 88)
Semen seng oksida eugenol polimer ini memiliki compressive strength dan
modulus of elasticity yang tidak lebih baik atau sama dengan semen seng oksida
eugenol yang tidak dimodifikasi namun memiliki tensile strength yang lebih baik
dibandingkan semen seng oksida eugenol yang tidak dimodifikasi. Untuk efek
biologis yang ditimbulkan oleh semen ini lebih rendah dibandingkan dengan
semen seng oksida eugenol yang tidak dimodifikasi. Semen ini juga memiliki
disintregasi dan kelarutan yang tinggi, ketidakstabilan hidrolitik, intial sealing
yang baik serta ketebalan film yang tinggi. Semen ini juga bisa direaksikan
dengan beberapa resin seperti colophony (abietic resin), namun untuk beberapa
jenis resin lainnya dapat menyebabkan pelunakan dan perubahan warna (Alla
2013, p. 97-98).
Berdasarkan sifat-sifatnya didapati kelebihan dan kekurangan dari semen
seng oksida eugenol polimer sebagai berikut (Alla 2013, p. 97-98):
Kelebihan:
1. Efek biologis yang rendah.
2. Tensile strength-nya lebih baik daripada semen seng oksida eugenol
3. Initial sealing yang baik
4. Bisa direaksikan dengan beberapa jenis resin untuk memperkuat
5. Kekuatan yang memadai untuk semen akhir restorasi.

Kekurangan:
1. Compressive strength nya tidak lebih baik daripada semen seng oksida
eugenol
2. Modulus of elasticity nya tidak lebih baik daripada semen seng oksida
eugenol
3. Kelarutan dan disintegrasi yang tinggi
4. Ketidakstabilan hidrolitik.

17
5. Ketebalan film yang tinggi
6. Dapat menyebabkan pelunakan dan perubahan warna pada beberapa bahan
resin restorasi ketika digunakan dengan bahan restorasi resin.
DAFTAR PUSTAKA
Alla, R. K. 2013. Dental Materials Science, 1st Ed. Jaypee Brothers Medical
Publisher, New Delhi. Pp. 94-98 & 100-103
Anusavice, K. J., Shen, C., Rawls, H.R. 2013. Phillip’s Science of Dental
Materials, 12th Ed. Elsevier Saunders, St. Louis, Missouri. Pp. 31, 316-
318, & 331
Gladwin, M., Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials, Theory,
Practice and Cases. 4th Ed. Loppincott Williams & Wilkina, a Wolters
Kluwer business. Baltimore, Philadelphia. p.100
Manappalil, J. J. 2016. Basic Dental Material, Elsevier Saunders, St, Louis,
Missouri, Pp. 89 & 93
Powers, J. M., Wataha, J. C., Chen, Y. 2017. Dental Materials Foundations and
Applications. 11th Ed. Elsevier Saunders, St. Louis, Missouri. Pp. 88 & 96
Sakaguchi, R., Ferracane, J., Powers, J. 2019. Craig’s Restorative Dental
Materials. 14th Ed. Mosby Elsevier, St. Louis. Pp. 284-285 & 338

18

Anda mungkin juga menyukai