Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan luting merupakan dental material yang kental yang diletakkan diantara
struktur gigi dengan protesa untuk melekatkan keduanya, yang mengeras melalui
reaksi kimia. Kata luting mengimplikasikan penggunaan suatu bahan yang dapat
dibentuk untuk menutup ruang atau untuk menyemenkan dua komponen menjadi
satu. Sejumlah perawatan dental mengharuskan perlekatan antara gigi dengan
protesa dan alat-alat, dengan bantuan bahan luting (Anusavice, 2003) (Syafiar., et
al 2011).
Persyaratan material luting tidak seketat material lining karena semen luting
secara umum penempatannya berada pada lapisan dentin yang lebih tebal
dibandingkan pada lining yang ditempatkan pada cavitas yang dalam.
Karakteristik setting harus memiliki waktu yang cukup untuk pencampuran
material, penempatan pada restorasi dan preparasi gigi, serta pada penempatan
restorasi didalam mulut. Semen luting idealnya tidak menghantarkan termal dan
listrik karena banyak restorasi yang disemenkan kegigi umumnya berbasis logam
atau alloy misalnya mahkota emas (McCabe, 2014)
Philip’s. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta: EGC, 2003:
444-461
Syafiar L. et al. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Edisi
1, Medan. USU Press, 2011: 135-159
McCabe J.F, Angus W. G. Walls. Bahan Kedokteran Gigi Edisi 9. Jakarta: EGC,
2014.
1.1 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari semen luting ?
2. Apa komposisis dari semen luting ?
3. Berapa lama waktu kerja dan settingnya ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi lama waktu kerja dan settingnya ?

1.2 Tujuan Peenulisan


1. Mengatahui definisi dari semen luting.
2. Mengetahui fungsi dari semen luting.
3. Mengetahui berapa lama waktu kerja dan settingnya.

1
2

4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan settingnya.


5. Mengetahui mekanisme manipulasi semen luting.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Diketahuinya definisi dari semen luting.
2. Diketahuinya fungsi dari semen luting.
3. Diketahuinya komposisinya dari semen luting.
4. Diketahuinya lama waktu kerja dan settingnya.
5. Diketahuinya faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan settingnya
6. Diketahuinya mekanisme manipulasi material semen luting.
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Semen Seng Fosfat

Seng fosfat merupakan bahan semen gigi tertua yang masih banyak
digunakan hingga saat ini. Salah satu kelemahan semen gigi berbasis seng fosfat
adalah sifat mekanisnya yang cenderung rendah. Semen ini menjadi tolak ukur
bagi sistem-sistem yang lebih baru, seng fosfat terdiri atas bubuk dan cairan di
dua botol yang terpisah. Keunggulan material dalam bentuk semen dibandingkan
bentuk granul, blok, maupun serbuk yaitu bersifat dapat diinjeksikan sehingga
dapat mengisi ruang (kavitasi) pada gigi yang rusak, serta bersifat dapat mengeras
sendiri, dapat di cetak sehingga digunakan sebagai pengisi pada gigi yang rusak
(Anusavice, 2013)(Samah, 2014).

2.2 Komposisi Semen Seng Fosfat

Bahan utama dari bubuk semen adalah oksida seng (90%) dan oksida
magnesium (10%). Bahan-bahan dari bubuk diaduk bersama pada temperature
1000-1400°C menjadi cake yang kemudian di tumbuk menjadi bubuk halus.
Ukuran partikel bubuk mmpengaruhi kecepatan kekerasan, umumnya semakin
kecil ukuran partikel maka semakin cepat semen mengeras. Sedangkan cairannya
mengandung asam fosfor, air, alumunium fosfat, dan seng fosfat. Sebagian besar
dari cairan kandungan air berkisar 33% kurang lebih 5%, air berfungsi untuk
mengendalikan ionisasi dari asam yang akan mempengaruhi kecepatan reaksi
cairan-bubuk (Anusavice, 2013).

2.3 Waktu Kerja dan Pengerasan

Waktu kerja merupakan waktu yang diukur dari awal pengadukan selama
kekentalan adukan cukup rendah untuk dapat mengalir dibawah tekanan untuk
membentuk lapisan yang tipis. Sedangkan waktu pengerasan adalah pembentukan
matriks yang telah mencapai titik dimana gangguan fisik dari luar tidak
mengakibatkan perubahan dimensi yang menetap (Anusavice, 2013).

4
5

Terdapat setting time minimal untuk proses luting adalah sekitar2,5 menit
dan 2 menit untuk bagian basis. Setting time minimum dirancang untuk
memastikan bahwa terdapat waktu pengerjaan yang cukup. Pengerasan awal
material biasanya terjadi dalam waktu 4-7 menit, kekuatan ini akan terus
meningkat beberapa waktu kemudian. Standar ISO menentukan waktu pengerjaan
untuk basis sekitar 6 menit dan untuk luting sekitar 8 menit (Mc Cabe, 2008).

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Waktu Kerja dan Pengerasan

Waktu kerja dan pengerasan merupakan sifat yang dapat dikendalikan pada saat
proses pembuatannya. Berikut adalah beberapa cara untuk memperpanjang waktu
pengerasan:

a) Rasio Bubuk: Cairan


Waktu kerja dan pengerasan dapat diperpanjang dengan mengurangi rasio
bubuk: cairan. Namun cara ini dapat menggangggu sifat fisik dan akan
menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah.
b) Kecepatan Penggabungan Bubuk
Sejumlah bubuk yang dicampurkan akan menambah waktu kerja dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan bubuk
lebih banyak masuk ke dalam adukan.
c) Waktu Pengadukan
Perpanjangan waktu dapat terjadi jika operator menghancurkan atau
memcahkan matriks yang sedang dibentuk.
d) Temperatur Alas Aduk
Metode ini merupakan metode paling efektif. Pendinginan alas akan
memperlambat reaksi kimia sehingga pembentukan matriks juga
diperlambat. Sehingga, memungkinkan bubuk dapat masuk kedalam
cairan tanpa adonan menjadi sangat kental.

2. 5 Sifat Fisik dan Biologis

Dua sifat fisik dari semen untuk retensi protesa cekat adalah sifat mekanis dan
daya larutnya. Protesa dapat terungkit jika semen yang ada dibawahnya mendapat
tekanan yang lebih besar daripada kekuatannya. Daya larut yang tinggi dapat
6

menyebabkan hilangnya semen. Jika dimanipulasi dengan benar, semen seng


fosfat mempunyai kekuatan tekan 104 MPa dan kekuatan garis tengah 5,5 MPa.
Semen seng fosfat juga mempunyai modulus elastisitas 13 GPa yang harusnya
dapat menahan perubahan bentuk elastic bahkan dapat digunakan untuk sementasi
restorasi yang terkena tekanan pengunyahan yang besar. Selain itu, kecepatan
pelarutan semen seng fosfat ini lebih cepat didalam asam organic (asam laktat,
asetat, sitrat).

2.6 Manipulasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manipulasi semen seng fosfat:

a) Dianjurkan penggunaan bubuk yang maksimal sejauh masih menghasilkan


pengadukan yang bisa dikerjakan untuk meminimalkan daya larut dan
memaksimalkan kekuatan.
b) Gunakan alas aduk yang dingin . Cairan tidak boleh dituang ke alas aduk
sebelum pengadukan siap. Hal ini akan menyebabkan kandungan airnya
akan menguap.
c) Pengadukan diawali dengan penambahan sejumlah kecil bubuk.
Penambahan bubuk dilakukan setelah 15 detik pengadukan. Kekentalan
yang diinginkan harus selalu didapatkan dengan penambahan lebih
banyak bubuk. Untuk gigi tiruan sebagian cekat, diperlukan waktu ekstra
untuk pengadukan (kekentalan harus sedikit dikurangi)
d) Tuangan harus segera dipasang. Jika tuangan sudah berada pada
tempatnya, semen harus ditekan sampai mengeras untuk mengurangi
rongga udara. Pastikan daerah kerja tetap kering.
e) Setelah mengeras, sisa semen bisa dibuang. Dianjurkan menggunkan
vernis pada daerah tepi untuk memberi waktu semen untuk matang dan
mengembangkan daya tahan yang lebih tinggi terhadap pelarut di cairan
mulut.
7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat

A. Glass lab (kaca tebal)

B. Sonde

C. Spatula semen

D. Stopwatch

8
9

E. Cetakan sampel

F. Mixing pad
10

G. celluloid strip

F. Sendok bubuk

3.2 Bahan

A. Bubuk dan cairan semen


11

B. Vaselin

3.3 Cara kerja:

A. Bubuk semen seng fosfat diambil menggunakan sendok takar yang telah
disediakan didalam kemasan semen seng fosfat (sesuai aturan pabrik).
Bubuk ditimbang dan dicatat beratnya, lalu diletakkan diatas kaca tebal
dan dibagi menjadi 3 bagian

B. Cairan semen seng fosfat diteteskan secara vertikal tanpa ditekan diatas
kaca tebal sebanyak 3 tetes (sesuai aturan pabrik)
12

C. Kertas lakmus ditempelkan di cairan dan dicatat pH nya

D. Bubuk bagian pertama dimasukkan kedalam cairan dan diaduk secara


memutar dengan tekanan selama 10 detik, catat waktu mulai
pengadukan antara bubuk dan cairan, kemudian setelah 10 detik
pertama bagian keduaditambahkan dan diaduk dan dengan cara yang
sama. Demikian seterusnya sampai semua bubuk habis hingga
homogen. Pencampuran seluruh bubuk dan cairan hingga homogen
memerlukan waktu sesuai aturan pabrik.
13

E. Kertas lakmus ditempelkan pada permukaan adonan dan dicatat pH nya

F. Spatula letaknya dimiringkan dengan sudut 45º terhadap glass slab dan
ambil adonan semen, tarik keatas, maka semen akan ikut terangkat keatas
(tanpa jatuh), konsistensi adonan tersebut merupakan konsistensi
untuk/luting (penyemenan).
14
BAB IV

PEMBAHASAN

Bubuk amalgam Cairan merkuri Waktu pengadukan Setting time

(tegak lurus) (tegak lurus) (detik) (jam)


1 kali tekanan 1 kali tekanan 60 24

 Pada praktikum material amalgam, kami melakukan percobaan


menggunakan bubuk amalgam dan cairan merkuri. Pertama-tama bubuk
amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan dan
dimasukkan ke dalam mortar dengan arah tegak lurus. Kemudian
pengeluaran cairan merkuri dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan dan
dimasukkan ke dalam mortar yang telah berisi bubuk amalgam, tekanan
yang dilakukan juga dengan arah tegak lurus.

Gambar 1.1 Hasil pengeluaran bubuk amalgam dan cairan merkuri

 Bubuk amalgam dan cairan merkuri diaduk dengan cara menekan pastle
pada dinding mortar dengan gerakan memutar sampai homogen dengan
waktu selama 60 detik. Ketika awal pengadukan, waktu harus selalu
dicatat.

15
Gambar 1.2 Hasil pengadukan bubuk amalgam dengan cairan merkuri.

 Pencampuran bubuk amalgam dan cairan merkuri akan menjadi adonan,


adonan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kain kasa.

Gambar 1.3 Hasil adonan yang dimasukkan ke dalam kasa.

 Kedua ujung kain kasa diputar dengan kuat menggunakan tangan sampai
sisa merkuri keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan berulang kali sampai
tidak ada sisa kain kasa yang keluar.

16
Gambar 1.4 Hasil kain kasa yang diputar dengan kuat.

 Amalgam yang terdapat pada kain kasa diambil menggunakan pistol


amalgam kemudian dimasukkan ke dalam cetakan model

Gambar 1.5 Hasil pengambilan amalgam dari kain kasa

 Penempatan adonan amalgam dalam cetakan dilakukan sedikit demi


sedikit sambal dilakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan
model penuh. Selanjutnya, amalgam ditunggu sampai mengeras (setting
time) hingga didapatkan lama waktu pengerasan adalah 24 jam.

17
Gambar 1.6 Hasil penempatan adonan pada cetakan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarka praktikum material amalgam minggu lalu dapat
disimpulkan bahwa komposisi material amalgam adalah perak,
timah, tembaga, seng, paladium, indium, dan selenium.
Kombinasi dari logam padat tersebut disebut amalgam alloy.
Amalgam memiliki kekuatan untuk menahan daya kunyah
terutama gigi posterior.

5.2 Saran
Pemanfaatan amalgam sebaiknya selalu memperhatikan prosedur,
standarisasi, dan komposisi dengan tepat agar mendapat hasil tumpatan
yang diinginkan.

18

Anda mungkin juga menyukai