PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
Seng fosfat merupakan bahan semen gigi tertua yang masih banyak
digunakan hingga saat ini. Salah satu kelemahan semen gigi berbasis seng fosfat
adalah sifat mekanisnya yang cenderung rendah. Semen ini menjadi tolak ukur
bagi sistem-sistem yang lebih baru, seng fosfat terdiri atas bubuk dan cairan di
dua botol yang terpisah. Keunggulan material dalam bentuk semen dibandingkan
bentuk granul, blok, maupun serbuk yaitu bersifat dapat diinjeksikan sehingga
dapat mengisi ruang (kavitasi) pada gigi yang rusak, serta bersifat dapat mengeras
sendiri, dapat di cetak sehingga digunakan sebagai pengisi pada gigi yang rusak
(Anusavice, 2013)(Samah, 2014).
Bahan utama dari bubuk semen adalah oksida seng (90%) dan oksida
magnesium (10%). Bahan-bahan dari bubuk diaduk bersama pada temperature
1000-1400°C menjadi cake yang kemudian di tumbuk menjadi bubuk halus.
Ukuran partikel bubuk mmpengaruhi kecepatan kekerasan, umumnya semakin
kecil ukuran partikel maka semakin cepat semen mengeras. Sedangkan cairannya
mengandung asam fosfor, air, alumunium fosfat, dan seng fosfat. Sebagian besar
dari cairan kandungan air berkisar 33% kurang lebih 5%, air berfungsi untuk
mengendalikan ionisasi dari asam yang akan mempengaruhi kecepatan reaksi
cairan-bubuk (Anusavice, 2013).
Waktu kerja merupakan waktu yang diukur dari awal pengadukan selama
kekentalan adukan cukup rendah untuk dapat mengalir dibawah tekanan untuk
membentuk lapisan yang tipis. Sedangkan waktu pengerasan adalah pembentukan
matriks yang telah mencapai titik dimana gangguan fisik dari luar tidak
mengakibatkan perubahan dimensi yang menetap (Anusavice, 2013).
4
5
Terdapat setting time minimal untuk proses luting adalah sekitar2,5 menit
dan 2 menit untuk bagian basis. Setting time minimum dirancang untuk
memastikan bahwa terdapat waktu pengerjaan yang cukup. Pengerasan awal
material biasanya terjadi dalam waktu 4-7 menit, kekuatan ini akan terus
meningkat beberapa waktu kemudian. Standar ISO menentukan waktu pengerjaan
untuk basis sekitar 6 menit dan untuk luting sekitar 8 menit (Mc Cabe, 2008).
Waktu kerja dan pengerasan merupakan sifat yang dapat dikendalikan pada saat
proses pembuatannya. Berikut adalah beberapa cara untuk memperpanjang waktu
pengerasan:
Dua sifat fisik dari semen untuk retensi protesa cekat adalah sifat mekanis dan
daya larutnya. Protesa dapat terungkit jika semen yang ada dibawahnya mendapat
tekanan yang lebih besar daripada kekuatannya. Daya larut yang tinggi dapat
6
2.6 Manipulasi
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
B. Sonde
C. Spatula semen
D. Stopwatch
8
9
E. Cetakan sampel
F. Mixing pad
10
G. celluloid strip
F. Sendok bubuk
3.2 Bahan
B. Vaselin
A. Bubuk semen seng fosfat diambil menggunakan sendok takar yang telah
disediakan didalam kemasan semen seng fosfat (sesuai aturan pabrik).
Bubuk ditimbang dan dicatat beratnya, lalu diletakkan diatas kaca tebal
dan dibagi menjadi 3 bagian
B. Cairan semen seng fosfat diteteskan secara vertikal tanpa ditekan diatas
kaca tebal sebanyak 3 tetes (sesuai aturan pabrik)
12
F. Spatula letaknya dimiringkan dengan sudut 45º terhadap glass slab dan
ambil adonan semen, tarik keatas, maka semen akan ikut terangkat keatas
(tanpa jatuh), konsistensi adonan tersebut merupakan konsistensi
untuk/luting (penyemenan).
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Bubuk amalgam dan cairan merkuri diaduk dengan cara menekan pastle
pada dinding mortar dengan gerakan memutar sampai homogen dengan
waktu selama 60 detik. Ketika awal pengadukan, waktu harus selalu
dicatat.
15
Gambar 1.2 Hasil pengadukan bubuk amalgam dengan cairan merkuri.
Kedua ujung kain kasa diputar dengan kuat menggunakan tangan sampai
sisa merkuri keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan berulang kali sampai
tidak ada sisa kain kasa yang keluar.
16
Gambar 1.4 Hasil kain kasa yang diputar dengan kuat.
17
Gambar 1.6 Hasil penempatan adonan pada cetakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarka praktikum material amalgam minggu lalu dapat
disimpulkan bahwa komposisi material amalgam adalah perak,
timah, tembaga, seng, paladium, indium, dan selenium.
Kombinasi dari logam padat tersebut disebut amalgam alloy.
Amalgam memiliki kekuatan untuk menahan daya kunyah
terutama gigi posterior.
5.2 Saran
Pemanfaatan amalgam sebaiknya selalu memperhatikan prosedur,
standarisasi, dan komposisi dengan tepat agar mendapat hasil tumpatan
yang diinginkan.
18