Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM DENTAL MATERIAL

Topik : Praktikum Dental Material


Tanggal Praktikum : 27 Oktober – 18 November 2022
Pembimbing : 1. Siti Fitria Ulfah, S.ST., M. Kes
2. Agus Marjianto S.Si.T., SKM, M. Kes
3. Mokhammad Ainu Roziq, S.ST
4. Aprilinda Pipit Ruswita,S.ST

Penyusun :
LEA INDY AVRIELA RAYANI
P27825121022

PROGRAM STUDI TERAPI GIGI PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2022

A. PRAKTIKUM 1
1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan glass ionomer
cement ( GIC )
2. METODE PRAKTIKUM
2.1. Bahan yang digunakan
1. Glass Ionomer Cement
2. Bahan : semen ionomer kaca (Powder dan cairan)
3. Dentin Conditioner
3. Alkohol 70%
4. Cotton pellet
5. Cotton roll
2.2. Alat yang digunakan
1. Glass plate tebal
2. Mixing pad
3. Agate spatle
4. Semen spatle
5. Plastic filling instrument
6. Pinset
7. Cotton roll dispenser
8. Dappen glass
9. Nierbekken
10. Gigi yang sudah ditanam di tutup botol
11. Stop watch/jam
2.3. Cara Kerja

1. Desinfeksi area kerja glass plat dengan menggunakan kapas alcohol


2. Perbandingan powder dan liquid adalah yang dianjurkan oleh pabrik (3:1)
3. Letakkan 1 tetes liquid dan 1 sendok takar glass ionomer cement di mixing pad
4. Powder glass ionomer cement dibagi menjadi 6 bagian
5. Kavita diulasi dentin conditioner selama 10 detik.
6. Bersihkan semua dentin conditioner yang ada di kavita setelah 10 detik dengan
menggunakan cotton pellet yang dicelupkan ke aquadest steril.
7. Selagi menunggu kavita kering, mulai campur powder dan liquid glass ionomer
semen sedikit demi sedikit dengan cepat dengan cara melipat.
8. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik karena GIC sangat cepat
mengeras.
9. Konsistensi adonan terlihat kental dan berkilat di permukaan, kemudian asam
poliakrilat masih basah dan dapat melekat ke struktur gigi.
10. Ambil hasil adukan glass ionomer cement yang sudah sesuai konsistensinya
menggunakan plastic filling instrument.
11. Masukkan ke kavitas dan ratakan dengan plastic filling instrument.

3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil dari pengadukan Glass Ionomer Cement yang pertama kali saya lakukan
belum mendapatkan konsistensi yang baik dan kurang sesuai dengan yang diarahkan
Instruktur. Lalu, saya melakukan pengadukan Glass Ionomer Cement untuk kedua
kalinya dan sudah mendapatkan konsistensi yang baik.
4. PEMBAHASAN
4.1. Pengertian Glass Ionomer Cement
Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan bahan restorasi yang melibatkan
reaksi antara glass powder dengan polyacrilic acid. Bubuk GIC mengandung
sodium alumino-silicate glass dan cairannya mengandung acrlylic acid. Tartaric
acid yang juga terkandung dalam cairan berfungsi untuk menurunkan viskositas,
memperpanjang shelf life sebelum gelasi cairan terjadi,meningkatkan working
time, dan menurunkan setting time. (Annusavice KJ. 2013 p:321). Pengadukan GIC
menggunakan cairan dan bubuk dilakukan diatas paper pad. Glass slab tidak
digunakan sebagai wadah untuk mixing dikarenakan semen glassionomer dapat
,elekat erat pada permukaan kaca sehingga akan sulit untuk diambil dan dibersihkan
apabila setting. (Annusavice, 2003).
4.2. Komposisi
GLASS IONOMER CEMENT
KOMPOSISI :
POWDER :
- SiO2 29%
- Al2O3 16,6%
- CaF3 34,2%
- Na3AlF6 5,0%
- AlF3 5,3%
- AlPO4 9,9%
LIQUID :
- Polyaclicic acid 40-50%
- Tartaric acid 5,0%
- Air 47%
4.3. Proses
Cara penyemenan yang benar adalah mencampur cairan dan bubuk, mirip dengan
seng fosfat. Campuran restoratif harus memiliki konsistensi putty-like dan permukaan
yang glossy. Permukaan gigi harus bersih dan bebas dari saliva. Permukaan restorasi
harus bebas dari debris dan kontaminasi. Semen tersebut mengeras perlahan-lahan dan
harus dilindungi dari kelembapan ketikan diatur secara klinis. (O’brien, 2002. pp.255)
Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama banyak. Bagian
pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur dengan spatula dengan gerakan
rolling (melipat) dengan tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan
menghasilkan campuran encer selama 10 detik. Kemudian bagian kedua disatukan
dengan adukan pertama. Pengadukan terus dilanjutkan dengan gerakan yang sama
sampai seluruh partikel terbasahi. Luas daerah pengadukan diusahakan tidak meluas dan
adukan selalu dikumpulkan menjadi satu (Dharsono, 2007).
Pengadukan glass ionomer diaduk dengan menggunakan spatula plastik yang
kaku. Penggunaan spatula plastik dalam pengadukan dimaksudkan agar tidak mengubah
warna dari GIC. Bila menggunakan spatula berbahan logam, maka semen akan
berwarna keabuan. (Aprilia, 2011 hal. 32).

4.4. Setting
Ada perbedaan laju pada setiap ion yang dilepaskan dari kaca dan laju pada setiap
matriks garam yang terbentuk. Ion Ca lebih cepat dilepaskan daripada ion Al. Hal ini
karena ion Ca tidak terikat kuat pada struktur kaca, sedangkan ion Al bagian dari
jaringan kaca yang lebih sulit untuk memecah dan akhirnya kedua ion tersebut akan
membentuk matriks garam (Noort, 2007). Seting reaksi GIC merupakan reaksi asam
basa antara acidic polyelectrolyte dan aluminosilicate glass, seperti pada gambar
berikut:

Proses setting dari GIC terjadi melalui tiga proses, yaitu dissolution, gelation, dan
hardening.
1. Dissolution.
Ketika cairan dicampur dengan bubuk, asam masuk ke dalam larutan dan bereaksi
dengan lapisan luar calcium fluoroaluminosilicate glass sehingga terjadi pelepasan
ion aluminium, kalsium, natrium, dan fluor. Ion hidrogen yang dilepaskan dari
tartaric acid menggantikan ion-ion yang terlepas. Biasanya, setting time
membutuhkan 3 sampai 6 menit tergantung digunakan untuk filling atau semen
luting (Noort, 2002).
2. Gelation
Tahap ini merupakan tahap initial setting, yaitu aksi yang cepat dari ion kalsium yang
memiliki valensi 2 dan berjumlah lebih banyak lebih mudah bereaksi dengan gugus
karboksil dari asam dari pada ion aluminium yang bervalensi 3 (Noort, 2002).
3. Hardening
Setelah fase gelation terdapat fase hardening yang dapat bertahan selama tujuh hari.
Membutuhkan waktu 30 menit untuk menyerap ion aluminium menjadi signifikan,
namun ion aluminium yang menyediakan kekuatan akhir untuk semen karena ion
aluminium melakukan crosslink (Noort, 2007). Hal ini terjadi karena perbedaan laju
pada setiap ion yang dilepaskan dari kaca dan laju pada setiap matriks garam yang
terbentuk. Ion kalsium lebih cepat dilepas daripada ion aluminium. Hal ini karena ion
kalsium hanya terikat longgar dalam struktur kaca, sedangkan ion aluminium
merupakan bagian dari jaringan kaca, yang lebih sulit untuk memecah. Kalsium dan
ion aluminium pada akhirnya akan membentuk matriks garam. Ion natrium dan
fluorin tidak mengambil bagian dalam proses setting tetapi bergabung untuk
dilepaskan sebagai natrium fluorida (Noort, 2007).
4.5 Faktor yang mempengaruhi setting time
1. Asam tartarat
Asam tartarat dapat memperpanjang working time (Annusavice, 2013, p.321).
Adanya asam tartart berperan dalam mendegradasi permukaan parikel glass,
pelepasan ion alumunium secara cepat membentuk kompleks ion logam. Hal ini
menyebabkan ion alumunium tidak segera bereaksi dengan polyacid sehingga
working time semen dapat dijaga (McCabe dan Walls, 2008, p.248).
2. Temperatur
Paper pad digunakan untuk mencampur bubuk dan cairan. Sebuah glass slab yang
dingin dan kering dapat digunakan untuk menghambat reaksi setting dan
menambah working time (Anusavice, 2013, p.321)
3. L/P (Liquid dan Powder) ratio
4.6. Analisis Hasil Praktikum
Manipulasi pada konsistensi semen tergantung dari pemakaian yang diinginkan.
Konsistensi yang baik adalah kental sedikit melekat pada semen spatel yaitu berbentuk
pasta, sedangkan untuk sebagai luting konsistensinya encer yaitu dapat mengalir
perlahan-lahan dari spatula yang kita pakai. Dan hasil pengadukan pertama saya
berhasil karena sudah mendapatkan konsistensi yang baik dan tumpatan menutup
sampai dentin enamel junction.
Manipulasi Reaksi antara bubuk zinc phosphate cement dan cairan zinc phosphate
cement mempengaruhi karakteristik semen. Cara manipulasi yang tepat adalah
memasukkan jumlah bubuk ke dalam cairan secara perlahan pada glass slab untuk
mencapai konsistensi semen yang diinginkan (Bonsor dan Pearson, 2013). Kaca yang
tebal akan menghilangkan panas dari reaksi semen. Apabila reaksi terjadi dengan cepat,
working time tidak tersedia waktu untuk memanipulasi semen dengan tepat sebelum
semen setting (Bonsor dan Pearson, 2013). Saat memanipulasi pada glass slab, akan
efektif apabila suhu rendah namun tidak sampai di bawah titik embun. Suhu 18° sampai
24° diindikasikan untuk memanipulasi semen pada suhu ruang. Jumlah bubuk yang
dimanipulasikan dengan cairan yang diberikan sangat menentukan

5. KESIMPULAN
Setting time GIC dipengaruhi olrh rasio antara bubuk dan cairan. Semakin besar
rasio bubuk dan cairan, konsistensi kental sehingga menyebabkan setting time GIC
semakin cepat.

GIC atau campuran restoratif harus memiliki konsistensi putty-like dan


permukaan yang glossy. Permukaan gigi harus bersih dan bebas dari saliva. Permukaan
restorasi harus bebas dari debris dan kontaminasi. Semen tersebut mengeras perlahan-
lahan dan harus dilindungi dari kelembapan ketikan diatur secara klinis. (O’brien, 2002.
pp.255)
Rasio bubuk – cairan yag direkomendasikan oleh produsen untuk GIC harus
diikuti. Mixing pad saja cukup untuk pencampuran. Sebuah glass plate dingin dan kering
dapat digunakan untuk menghambat reaksi dan memperpanjang waktu kerja. Penting
sekali untuk pemakaian menggunakan glass plate, tidak dapat digunakan jika suhu berada
di bawah titik pengembunannya. Bubuk dan cairan tidak boleh diletakkan ke mixing pad
sampai sebelum prosedur pencampuran dimulai. Terlalu lama terkena udara dapat
mengubah rasio asam – air yang tepat dari cairan. Bubuk harus dimasukkan dengan cepat
ke dalam cairan menggunakan spatula kaku untuk aplikasi restoratif dan logam atau agate
spatle (plastik spatula) untuk aplikasi luting (Annusavice, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J., 2003, Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, ed.10, Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran, h.197;223

Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.ed ke-12:
Elsevier.

Aprilia, Sari. 2011. Kesehatan Gigi Masyarakat Bireun NAD. Thesis UI, 32

Dharsono, H. D. A. 2007, Agustus 19-last update, Restorasi Resin Komposit dengan


Teknik Laminasi. [homepage of UNPAD], [online].
available: http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_ dosen/restorasi
McCabe, J. F and Wall, Angus. 2008. Applied Dental Materials. Ninth edition. Victoria:
Blackwell. pp. 247, 248.

Van Noort R. 2002.Introduction to Dental Materials. 2nd ed. Philadelphia Elsevier.p:130-131.


B. PRAKTIKUM 2
1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa dapat mengaplikasikan komposit
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan yang digunakan
1. Komposite
2. Bonding
3. Etsa
4. Alchohol 70%
5. Cotton roll
6. Cotton pellet
2.2 Alat yang diperlukan
1. Glass plate
2. Pinset
3. Light cure
4. Burnisher
5. Eskavator
6. Cotton roll dispenser
7. Mikrobrush
2.3 Cara kerja
1. Disinfeksi area kerja menggunakan alkohol 70%
2. Letakkan etsa satu tetes pada glass plate
3. Oleskan etsa pada kavitas gigi menggunakan microbrush
4. Tunggu etsa menyerap pada gigi selama 15 detik
5. Bersihakan gigi dengan aquadest steril menggunakan cotton pellet
6. Keringkan cavitas gigi menggunkan cotton pellet
7. Letakkan bonding pada glass plate
8. Oleskan bondding pada kavitas gigi menggunkan cotton pellet
9. Sinari bonding menggunakan light cure selama 15 detik
10. Ambil komposit dengan menggunakan plastic filing instrumen sesuai dengan
kavitas gigi
11. Letakkan komposite pada kavitas gigi
12. Tekan komposite menggunkan cement stopper dan haluskan atau rapikan
menggunakan burnisher
13. Sinari gigi menggunakan light cure selama 20 detik
3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil dari pengaplikasian komposit yang saya lakukan hanya sekali dan sudah
mendapatkan konsistensi yang baik seperti yang diarahkan.
4. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Komposit
Resin komposit menurut ilmu kedokteran gigi secara umum adalah penambahan
polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit
digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi
sehingga akhirnya diharapkan dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit
memiliki tiga komponen atau bahan utama yaitu resin matriks sebagai komponen
organik, partikel bahan pengisi atau filler sebagai bahan anorgnik, dan bahan coupling
agent yang menyatukan kedua bahan organic dan anorganik (Noort, 2013).
4.2 Komposisi
Komposisi resin komposit terdiri atas matriks resin organik, partikel bahan
pengisi anorganik (filler), bahan coupling (silane), sistem aktivator-inisiator, inhibitor
dan stabilizer dan optical modifiers (van Noort, 2007).
4.3 Proses
Lakukan pemberian etcha asam dengan microbrush pada kavitas (tunggu selama
15 detik), kemudian dibilas menggunakan aquadest steril hingga benar-benar bersih. Lalu
keringkan menggunakan cotton pellet. Selanjutnya ambil dentin conditioner
menggunakan microbrush, kemudian sinari menggunakan light cure selama 15 detik.
Selanjutnya ambil bahan komposit dengan bantuan plastic filling instrument, kemudian
masukkan kedalam kavitas tekan-tekan menggunakan cement stopper dan haluskan
menggunakan burnisher. Langkah terakhir lakukan LC selama 20 detik.

4.4 Waktu pengerasan tergantung pada metode aktivasi


- Two-paste chemically activated system (self-cured composite)
3-6 menit dari mulai pengadukan
- One-paste light activated sytem (light-cured composite)
Sumber sinar dan waktu eksposure
- Light curing times : 3-40 menit (tipe dan intensitas sumber sinar, warna dan
ketebalan material)
4.5 Faktor yang mempengaruhi waktu kerja
1. Ketebalan bahan pada saat penumpatan
2. Kurangnya durasi penyinaran
3. Intensitas sinar pada saat penyinaran rendah
4. Kelembaban tangan oprator pada saat meletakan bahan komposite
4.6 Analisis hasil praktikum
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan tumpatan
komposite dengan hasil kavitas tertutup sempurna sehingga tidak ada celah ataupun
karies di gigi tersebut, dan juga warna tumpatan komposite yang hampir menyerupai
gigi aslinya.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan Komposit merupakan suatu
material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui
campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material
pembentuknya berbeda. terdiri atas filler (bahan pengisi) anorganik, matriks resin dan
coupling agent. Filler anorganik berperan terhadap kekuatan resin komposit. Matriks
resin digunakan untuk membentuk fisik resin komposit agar dapat diaplikasikan.
Komposit dapat setting setelah di sinari menggunakan light cure selama 20-60 detik
tergantung dengan ketebalan tumpatan.
DAFTAR PUSTAKA

Gatot Sutrisno (2019) Composite Resin https://staff.ui.ac.id/system/files/


users/gatot.sutrisno/material/4-compositeresin.pdf
Van Noort, R., 2007, Introduction to Dental Materials, 3rd ed, Mosby, St.louis, 89-102
Van Noort R. Introduction to Dental Materials, 4th ed. China; Mosby Elsevier; 2013: p.169
C. PRAKTIKUM 3
1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan zinc phosphate
cement
2. METODE PRAKTIKUM
2.1. Bahan yang digunakan
1. Zinc Phosphat Cement
2. Bahan : semen seng fosfat (Powder dan cairan)
3. Alkohol 70%
4. Cotton pellet
5. Cotton roll
2.2. Alat yang digunakan
1. Glass plate tebal
2. Semen spatel
3. Semen stopper
4. Pinset
5. Cotton roll dispenser
6. Dappen glass
7. Nierbekken
8. Gigi yang sudah ditanam di tutup botol
9. Stop watch/jam
2.3. Cara Kerja

1. Desinfeksi area kerja glass plat dengan menggunakan kapas alcohol


2. Perbandingan powder dan liquid adalah 2 : 1, menurut ADA spesifikasi no.8
Untuk zinc okside phosphat semen perbandingan cairan dan bubuk adalah : 0,5
m1 cairan untuk 1,1 - 1,3 gr bubuk
3. Letakkan 1 tetes liquid zinc phosphate cement ditengah glass platt
4. Letakkan 1 sendok takar powder zinc phosphate cemen di tepi kanan glass platt/
dekat dengan area kerja
5. Powder zinc phophat cemen dibagi menjadi 8 bagian
6. Powder bagian pertama dimasukkan ke liquid zinc phosphate cemen
7. Pindahkan bagian pertama cairan dengan menggunakan ujung spatel ke sebelah
bagian pertama powder
8. Serbuk bagian pertama ditarik ke arah bagian pertama cairan, aduk dengan cara
memutar selama 10 detik, daerah pengadukan harus seluas mungkin agar panas
yang terjadi karena reaksi kimia dapat dibebaskan
9. Bubuk tidak boleh sekaligus dicampur dengan cairan, karena akan mempercepat
waktu pengerasan,dan akan terjadi banyak panas.
10. Demikian seterusnya puder ditambahkan ke cairan sedikit demi sedikit sampai
mendapatkan konsistensi hasil pengadukan sesuai yang diinginkan (sesuai
dengan besar kecilnya kavita jika semen untuk basis)
11. Proses pencampuran sampai keadaan homogen dan selesai 60-90 detik.
12. Pengadukan tidak boleh terlalu cepat, sebab dapat mengakibatkan :
- waktu pengerasan dari semen akan lebih cepat.
- semen kurang kuat dan daya kohesinya kurang.
- terjadi panas yang banyak sehinnga dapat menyebabkan pulpa gigi mati.
13. Konsistensi semen tergantung dari pemakaian yang diinginkan. Konsistensi yang
baik adalah kental sedikit melekat pada semen spatel, sedangkan untuk sebagai
luting konsistensinya encer yaitu dapat mengalir perlahan-lahan dari spatula
yang kita pakai.
14. Catat berapa menit waktu yang diperlukan untuk mencapai hasil adonan kental
dan adonan encer.
15. Ambil adonan semen dengan bantuan plastic filling instrument
16. Masukkan hasil adukan semen pada kavita gigi yang sdh ditanam menggunakan
plastic filling instrument kemudian kondensasi dengan semen stopper
17. Jika hasil adonan semen untuk luting, adukan harus encer dan ambil adonan
semen dengan bantuan plastic filling instrument.
18. Total waktu kerja dari mulai mixing hingga kondensasi 3-4 menit.

3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil dari pengadukan Zinc Phosphate Cement yang pertama kali saya lakukan
tidak mendapatkan konsistensi yang baik karena adukannya sudah mengering dan
akhirnya hilang. Namun kedua kalinya saya melakukan pengadukan sudah mendapatkan
konsistensi yang baik seperti yang sudah diarahkan oleh Instruktur.
4. PEMBAHASAN
4.1. Pengertian Zinc Phosphat Cement
Zinc Phosphate Cement merupakan salah satu bahan di bidang kedokteran
gigi yang digunakan sebagai semen luting. Bahan ini memliki kelemahan yaitu
tingkat keasamannya yang tinggi pada awal penggunaannya sehingga dapat
berpotensi mengiritasi pulpa. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
mempercepat peningkatan pH zinc phosphate cement adalah dengan merubah
partikel zinc phosphate cement dari skala mikro menjadi skala nano.
4.2. Komposisi
ZINC PHOSPHAT CEMENT
KOMPOSISI :
POWDER LIQUID
-ZnO 90,3
-MgO 3,2
-SiO2 1,4
-Bi2O3 0,1
-BaO,Ba2SO4
CaO 0,1
-H3PO4
(free acid) 38,2
-H3PO4
(ditambah Al, Zn) 16,2
-Al 2,5
-Zn 7,1
-H2O 36,0
4.3. Proses
Manipulasi reaksi antara bubuk zinc phosphate cement dan cairan zinc phosphate
cement mempengaruhi karakteristik semen. Cara manipulasi yang tepat adalah
memasukkan jumlah bubuk ke dalam cairan secara perlahan pada glass slab untuk
mencapai konsistensi semen yang diinginkan (Bonsor dan Pearson, 2013). Kaca yang
tebal akan menghilangkan panas dari reaksi semen. Apabila reaksi terjadi dengan cepat,
working time tidak tersedia waktu untuk memanipulasi semen dengan tepat sebelum
semen setting (Bonsor dan Pearson, 2013). Saat memanipulasi pada glass slab, akan
efektif apabila suhu rendah namun tidak sampai di bawah titik embun. Suhu 18° sampai
24° diindikasikan untuk memanipulasi semen pada suhu ruang. Jumlah bubuk yang
dimanipulasikan dengan cairan yang diberikan sangat menentukan
4.4. Setting
Reaksi Setting Pada pencampuran bubuk dan cairan terjadi reaksi yang
menghasilkan formasi yaitu seng fosfat yang relatif tidak larut fosfat sebagai berikut:
3ZnO + 2H3PO4 + H2O → Zn3(PO4)2 · 4H2O Ketika bubuk dan cairan zinc
phosphate cement dicampurkan, asam fosfor akan berkontak dengan permukaan partikel
dan akan terjadi pelepasan ion-ion seng ke dalam cairan. Alumunium akan membentuk
ikatan dengan asam fosfor, bereaksi dengan seng, sehingga menghasilkan gel seng
aluminofosfat di permukaan sisanya. Semen yang mengeras merupakan struktur inti
terutama terdiri dari partikel seng oksida yang tidak bereaksi, dibungkus dengan matriks
yang tidak berbentuk dan padat dari seng aluminofosfat (Anusavice, 2013).

1.1. Faktor yang mempengaruhi waktu kerja


Waktu kerja dan pengerasan dari sebuah produk komersial adalah sifat yang
dikendalikan oleh proses pembuatannya. Umumnya, praktisi menginginkan
perpanjangan waktu pengerasan semen sehingga tersedia waktu kerja yang cukup.
Berikut ini adalah cara memperpanjang waktu pengerasan di ruang praktik (Anusavice,
2003).
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi rasio
bubuk dan cairan, namun prosedur ini bukan cara yang bisa diterima untuk
memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu sifat fisik dan
menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah serta mengurangi kekuatan
kompresif dan kekuatan tarik (Anusavice, 2003).
2. Kecepatan pengadukan bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap dalam jumlah kecil dicampur ke
dalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan mengurangi
jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih banyak bubuk yang bisa
digabungkan ke dalam adukan, prosedur ini dianjurkan untuk manipulasi semen
seng fosfat (Anusavice, 2003).
3. Waktu pengadukan
Operator yang memperpanjang waktu pengadukan akan menghancurkan
matriks yang sedang terbentuk. Pecahnya matriks berarti membutuhkan tambahan
waktu bagi semen seng fosfat untuk kembali membangun matriksnya (Anusavice,
2003).
4. Temperatus alas aduk
Metode ini merupakan yang paling efektif dalam memperpanjang waktu
pengadukan. Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan
cairan sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan
dimasukkannya bubuk dalam jumlah yang optimal ke dalam cairan tanpa
membuat adonan menjadi sangat kental (Anusavice, 2003).
Hal yang perlu diperhatikan dalam memanipulasi semen seng fosfat
menurut Anusavicce, 2003 :
1. Pembagian bubuk dan cairan tidak perlu diukur karena kekentalan yang
diinginkan bervariasi sesuai kebutuhan klinis.
2. Tidak dianjurkan untuk menukar bubuk dan cairan dari merek yang berlainan,
karena akan mengubah sifat manipulasi dan sifat fisik semen yang dihasilkan.
3. Alas pengaduk yang dingin akan memperpanjang waktu kerja. Bahan jangan
dituang ke alas pengaduk jika belum siap mengaduk. Kontak cairan dengan
udara mengakibatkan hilangnya air karena menguap.
4. Kekentalan adonan didapatkan dengan penambahan bubuk bukan dengan
mengurangi perbandingan bubuk dan cairan ataupun menunggu adonan yang
encer menjadi kaku.
5. GTC kekentalan adonan harus sedikit dikurangi karena dibutuhkan waktu
khusus untuk mengulaskan semen.
6. Dianjurkan untuk mengulaskan selapis vernis agar memberi lebih banyak
waktu bagi semen untuk mengeras dan mengembangkan daya tahan yang lebih
tinggi terhadap pelarutan di cairan mulut.
7. Tuangan harus segera dipasang sebelum terjadi pembentukan matriks. Tuangan
harus ditahan dan ditekan sampai semen mengeras untuk mengurangi rongga
udara.
8. Selama prosedur dilakukan daerah kerja harus tetap kering.
9. Kelebihan semen dibuang setelah semen seng fosfat setting.
4.6. Analisis Hasil Praktikum
Manipulasi pada konsistensi semen tergantung dari pemakaian yang diinginkan.
Konsistensi yang baik adalah kental sedikit melekat pada semen spatel yaitu berbentuk
pasta, sedangkan untuk sebagai luting konsistensinya encer yaitu dapat mengalir
perlahan-lahan dari spatula yang kita pakai. Dan hasil pengadukan pertama saya
berhasil karena sudah mendapatkan konsistensi yang baik. Hanya saja, hasil adukan
yang saya dapatkan kurang sehingga tumpatan belum menutup sampai dentin enamel
junction.
Manipulasi Reaksi antara bubuk zinc phosphate cement dan cairan zinc phosphate
cement mempengaruhi karakteristik semen. Cara manipulasi yang tepat adalah
memasukkan jumlah bubuk ke dalam cairan secara perlahan pada glass slab untuk
mencapai konsistensi semen yang diinginkan (Bonsor dan Pearson, 2013). Kaca yang
tebal akan menghilangkan panas dari reaksi semen. Apabila reaksi terjadi dengan cepat,
working time tidak tersedia waktu untuk memanipulasi semen dengan tepat sebelum
semen setting (Bonsor dan Pearson, 2013). Saat memanipulasi pada glass slab, akan
efektif apabila suhu rendah namun tidak sampai di bawah titik embun. Suhu 18° sampai
24° diindikasikan untuk memanipulasi semen pada suhu ruang. Jumlah bubuk yang
dimanipulasikan dengan cairan yang diberikan sangat menentukan.

5. KESIMPULAN
Konsistensi semen tergantung dari pemakaian yang diinginkan. Konsistensi yang
baik adalah kental sedikit melekat pada semen spatel yaitu berbentuk pasta, sedangkan
untuk sebagai luting konsistensinya encer yaitu dapat mengalir perlahan-lahan dari
spatula yang kita pakai. Kemudian untuk waktu kerja dan pengerasan dari sebuah
produk komersial adalah sifat yang dikendalikan oleh proses pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Boston and Jefferies, (2009).cD.W. Boston, S.R. Jefferies. Effects of a 36% tooth bleaching gel
on zinc phosphate cement. J. Biomed. Mater. Res. Part B: Appl. Biomater., 92B (2009),
p. 456
Czarnecka et al., (2003). B. Czarnecka, H. Limanowska-Shaw, J.W. Nicholson. Ion-release,
dissolution and buffering by zinc phosphate dental cements. J. Mater. Sci. Mater. Med.,
14 (2003), p. 601
Fakiha et al., (1992). Z.A. Fakiha, L.A. Mueninghoff, K.F. Leinfelder. Rapid mixing of zinc
phosphate cement for fixed prosthodontic procedures. J. Prosthet. Dent., 67 (1992), pp.
52-58
Hamdy, T. M., & El-Korashy, S. A., (2018). Novel bioactive zinc phosphate dental cement with
low irritation and enchanced microhardness. E-Journal of Surface Science and
Nanotechnology, 16, 431-435. https://doi/org/10.1380/ejssnt.2018.4311
D. PRAKTIKUM 4
1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan tepat amalgam.
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan yang digunakan
1. Alloy powder
2. Merkuri
3. Alkohol 70%
4. Cotton roll
5. Cotton pellet
6. Aquades steril
7. Gigi yang terdapat karies dan sudah ditanam pada tutup botol.
2.2 Alat yang diperlukan
1. Timbangan
2. Mortal
3. Pastle
4. Sehelai hain
5. Rubber dam
6. Cement stopper
7. Cement spatle
8. Pinset
9. Eksavator
10. Kaca mulut
11. Nierbekken
12. Sonde
13. Cotton roll dispenser
14. Deppen glass
15. APD lengkap
16. Stopwatch
2.3 Cara kerja
1. Mengeluarkan bubuk amalgam.
2. Mengeluarkan cairan merkuri
3. Menimbang dengan ratio 1:2 (Alloy:Hg)
4. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pastle pada dinding
mortar dengan gerakan memutar sampai homogen selama 60 detik.
5. Memasukkan adonan yang telah diaduk kedalam kain, mengeluarkan kelebihan
merkuri akan keluar dari kain.
6. Mengambil adonan dari kain dengan postol amalgam kemudian dimasukkan
kedalam cetakan model.
7. Menempatkan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit demi sedikit sambil
melakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai padat.
8. Haluskan menggunakan burnisher.
3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil pengadukan yang telah saya lakukan dengan ratio 2:3 (alloy:hg) adukannya
overmix sehingga saya harus memerasnya agar menjadi normal mix atau mendapatkan
hasil yang sempurna. Lalu setelah mendapatkan adukan normal mix yang sesuai, disuruh
untuk merasakan adukannya apakah sudah krispi (kripitasi) atau belum, kalau adukannya
pas lalu sudah bisa diaplikasikan untuk menutup kavitas.
4. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian
Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya
adalah merkuri. Alloy amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu
sendiri merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut
amalgamasi atau triturasi. Campuran merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam
kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi (Baum, 2012)
4.2 Komposisi
ALLOY BERAT
Silver 65%
Tin 29%
Copper 6%
Zinc 2%
Mercury 3%
Palladium 0,5%
4.3 Proses
Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu
proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan
plastis dimasukkan kedalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena
kristalisasi.
Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara
manual dengan menggunakan mortal dan pastle. Homogenitas amalgam tergantung
dari tekanan yang terjadi antara mortal dan pastle. Tekanan yang berbeda-beda dari
operator menyebabkan kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya sehingga
hasilnya kurang baik. Lain halnya dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama
sehingga menghasilkan amalgam yang homogen.
4.4 Reaksi setting
Ag3Sn + Hg → Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn(7-8)Hg
powder liquid alloy yang tidak matriks
bereaksi
4.5 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dimensi
1. Komposisi alloy. Semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih
besar pula ekspansi yang terjadi.
2. Ratio merkuri (alloy). Semakin banyak merkuri, akan semakin besar tingkat
ekspansinya.
3. Ukuran partikel alloy. Dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut,
maka total area permukaan alloy akan meningkat.
4. Waktu triturasi. Secara umum, semakin lama waktu triturasi maka ekspansi akan
lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi. Jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi,
akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak tergantung difusi merkuri ke
alloy (Anusavice, 2004)
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J..Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi = Phillips' Science Of
Dental Materials. Ed. 10 / Kenneth J. Anusavice .2004
Van Diedenhoven, B., B. Cairns, I. V. Geogdzhayev, A. M. Fridlind, A. S. Ackerman, P. Yang,
and B. A. Baum, 2012: Remote sensing of ice crystal asymmetry parameter using multi-
directional polarization measurements. Part I: Methodology and evaluation with
simulated measurements. Atmos. Meas. Tech., 5, 2361-2374, doi: 10.5194/amt-5-2361-
2012
E. PRAKTIKUM 5
1. TUJUAN
Setelah dilakukannya praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan tepat
zinc oxide eugenol

2. METODE PRAKTIKUM
2.1. Bahan yang digunakan
1. Powder zinc oxide eugenol cement
2. Liquid eugenol
3. Alchohol 70%
4. Cotton roll
5. Cotton pellet
2.2. Alat yang digunakan
1. Glass plate
2. Cement stopper
3. Cement spatle
4. Pinset
5. Eksavator
6. Kaca mulut
7. Cotton roll dispenser
2.3. Cara Kerja
1. Desinfeksi area kerja (glass platt) menggunakan alcohol 70%
2. Perbandingan powder dan liquid eugenol adalah 4:1 atau 6:1
3. Teteskan liquid eugenol pada bagian tengah glass platt
4. Letakkan poder zinc oxide eugenol cemen di bagian kanan glass plate, bagi
powder menjadi bagian-bagian kecil
5. Ambil liquid eugenol dengan semen spatel letakkan disebelah kiri powder
6. Geser powder bagian kecil kearah liquid eugenol
7. Aduk powder dan liquid eugenol dengan cara memutar sampai didapatkan hasil
konsistensi yang kalis
8. Untuk memastikan hasil adukan kalis dengan cara hasil adukan yang ada di semen
spatel ditempelkan pada glass plat, jika tidak menempel maka adukan sudah kalis.
9. Pastikan kavitas sudah selesai sterilkan dengan aquadest steril
10.Ambil hasil adukan dengan bantuan sonde lurus/halfmoon dengan teknik one
hand
11.Masukkan kedalam kavitas, pastikan ZOE menempel di pulpa wall
(dengan cara ditekan dengan cotton pellet alcohol mamel)

3. HASIL PRAKTIKUM
1. Hasil dari praktikum pengadukan Zinc Oxide Eugenol yang pertama kali saya lakukan
berhasil dan sudah kalis.
2. Hasil adukan yang kalis yaitu hasil adukan yang ada di semen spatel ditempelkan pada
glass plat dan tidak menempel pada glass plate, sesuai yang diharapkan oleh dosen
instruktur Dental Material.
3. Kemudian Instruktur menginstruksikan untuk diaplikasikan ke kavitas dengan
memastikan kavitas sudah selesai sterilkan dengan aquadest steril.
4. Lalu ambil hasil adukan dengan bantuan sonde.
5. Terakhir masukkan kedalam kavitas, lalu dipastikan ZOE menempel di pulpa wall
(ditekan-tekan dengan cement stopper steril) setelah itu diratakan dengan cement
stopper.

4. PEMBAHASAN
4.1. Pengertian Zinc Oxide Eugenol
Zinc oxide (ZnO) merupakan material organik yang unik dan menjadi kunci pada
penelitian yang luas karena fitur karakteristik dan aplikasi baru dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Wang, 2004). Semen zinc oxide eugenol
terbentuk dari bahan dasar bubuk (powder) zinc oxide dan cairan eugenol. Sifat dari
semen gigi ini tidak menyebabkan iritasi ataupun toksisitas terhadap jaringan,
antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada dinding kavitas,
mengurangi rasa nyeri pada pulpitis (Wahyudi, 2005). Semen gigi zinc oxide eugenol
ini merupakan bahan yang paling tidak mengiritasi dari semua bahan gigi, dan
merupakan penutup yang istimewa terhadap kebocoran (Anusavie, 2003).Cairan
eugenol dalam pembuatan semen gigi bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri pada
pulpitis, yang disebabkan kemampuannya dalam memblok impuls syaraf.
Selain itu, eugenol memiliki sifat antibakteri yang dapat menekan perkembangan
bakteri sehingga dapat mengurangi metabolisme toksik yang mungkin menyebabkan
inflamasi pulpa (Wahyudi, 2005). Karena kelebihan sifat eugenol relief of pain
(menghilangkan rasa nyeri), meminimalkan kebocoran, dan memberikan
perlindungan terhadap pulpa, cairan eugenol paling sering digunakan ketika merawat
lesi karies yang besar (Baum, 1997). Material berukuran nanopartikel akan memiliki
sifat yang berbeda dari material sebelumnya karena materi penyusunnya akan
berbeda pula. Material nanopartikel dapat berubah bentuk, dan ukurannya juga dapat
berubah karena material nanopartikel mudah bereaksi dengan lingkungan (Rochman,
2009). Material berukuran nanometer memiliki sifat yang kaya karena menghasilkan
sifat yang tidak dimiliki oleh material berukuran besar (bulk). Sejumlah sifat tersebut
dapat diubah-ubah melalui pengontrolan ukuran material, pengaturan komposisi
kimiawi, modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi antar partikel (Astuti,
2007). Ketika ukuran partikel menuju orde nanometer, hukum-hukum fisika yang
mendominasi adalah hukum-hukum mekanika kuantum (Mikrajuddin, dkk, 2008).
Dalam aplikasi nanopartikel dalam dunia kedokteran ukuran partikel yang digunakan
ukuran antara 100-150 nm dikarenakan ukuran nanopartikel yang lebih kecil lebih
mahal dan juga dalam aplikasinya belum terntu lebih baik, mengingat bahwa
nanopartikel lebih reaktif. Prinsip kerja four point probe yaitu sebelum arus dialirkan
melalui probe, keempat probe diturunkan hingga menyentuh permukaan sampel.
Kemudian arus dialirkan melalui probe 1 dan 4. Dengan cara ini, arus akan
didistribusikan secara laminer melalui sampel dari probe satu menuju probe yang
lainnya. Saat probe 2 dan 3 bersentuhan dengan sampel, tegangan akan diukur
dengan voltmeter. Dari variasi perubahan arus yang diberikan, akan diperoleh
tegangan yang diukur.
4.2. Komposisi
Komposisi dari semen Zinc Oxide Eugenol tersusun dari powder dan liquid.
POWDER :
ZINC OXIDE 69,0 % berat
WHITE ROSIN 29,3 % berat
ZINC STEARATE 1,0 % berat
ZINC ASETATE 0,7 % berat
LIQUID :
EUGENOL 85 % berat
OLIVE OIL 15 % berat
4.3. Proses
Zinc oxide eugenol dihasilkan sebagai dua tabung pasta. Satu tabung berisi zinc
oxide dan minyak sayur atau mineral yang kemudian disebut sebagai base paste,
tabung lainnya berisi eugenol dan rosin yang kemudian disebut sebagai accelerator
paste. Minyak sayur atau mineral berfungsi sebagai plasticizer dan membantu dalam
mengurangi iritasi yang dapat terjadi. Minyak cengkeh, yang mengandung 70%
hingga 85% eugenol, kadang digunakan pada eugenol karena efek terbakar yang
dihasilkan sedikit ketika berkontak dengan jaringan mulut. Penambahan rosin pada
pasta di tabung ke dua mempercepat kecepatan reaksi dan menghasilkan produk yang
lebih halus atau homogen. Balsam canada dan peru sering digunakan untuk
menambah aliran dan memperbaiki bahan campuran.
4.4. Setting
Setting reaction diawali dengan adanya absorbsi eugenol oleh Zinc Oxide dan
bereaksi membentuk Zinc Oxide Eugenol. Mekanisme pengerasan semen Zinc Oxide
dan eugenol terdiri dari hidrolisis Zinc Oxide dan reaksi berikutnya antara Zinc
hydroxide dan eugenol membentuk suatu gumpalan (Anusavice, 2003). Reaksi
tersebut ditulis sebagai berikut:
ZnO + H2O → Zn(OH)2. (2.1)
Zn(OH)2 + 2HE → ZnE2 +2H2O (2.2)
Air dibutuhkan untuk mengawali reaksi dan juga merupakan hasil dan reaksi tersebut
mengandung beberapa Zinc Oxide (Noort. 1994)
4.5. Faktor yang mempengaruhi cepat pengerasan
1. Rasio bubuk: cairan dari semen ZOE akan mempengaruhi kecepatan pengerasan.
Semakin tinggi rasio bubuk: cairan, semakin cepat pengerasannya
2. Pendinginan alas aduk akan memperlambat waktu pengerasan kecuali
temperaturnya titik pengembunan. Di bawah titik embun ini kondensat akan
bergabung dengan adukan dan reaksi pengerasan akan dipercepat.
3. Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya, ukuran partikel
yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatannya.
4. Penggantian sebagian eugenol dengan asam ortoetoksibenzoat berakibat
meningkatkan kekuatan.
5. Penambahan air mempercepat reaksi pengerasan, mempersingkat waktu
pengerasan. Kelembaban mempercepat reaksi pengerasan, mempersingkat waktu
pengerasan.
6. Peningkatan suhu mempercepat reaksi pengerasan, mempersingkat waktu
pengerasan. Memperpanjang waktu pencampuran dapat mempercepat reaksi
pengerasan, mempersingkat waktu pengerasan
4.6 Analisis Hasil Praktikum
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan
memanipulasi Zinc oxide eugenol untuk memastikan hasil adukan kalis yaitu dengan
cara hasil adukan yang ada di semen spatel ditempelkan pada glass plate, jika tidak
menempel maka adukan sudah kalis dan siap untuk di aplikasikan ke dalam kavitas.
Dan pada pengadukan pertama telah didapatkan hasil yang kalis.
Zinc oxide eugenol dihasilkan sebagai dua tabung pasta. Satu tabung berisi zinc
oxide dan minyak sayur atau mineral yang kemudian disebut sebagai base paste,
tabung lainnya berisi eugenol dan resin yang kemudian disebut sebagai accelerator
paste. Minyak sayur atau mineral berfungsi sebagai plasticizer dan membantu dalam
mengurangi iritasi yang dapat terjadi. Minyak cengkeh, yang mengandung 70%
hingga 85% eugenol, kadang digunakan pada eugenol karena efek terbakar yang
dihasilkan sedikit ketika berkontak dengan jaringan mulut. Penambahan resin pada
pasta di tabung ke dua mempercepat kecepatan reaksi dan menghasilkan produk yang
lebih halus atau homogen. Balsam canada dan peru sering digunakan untuk
menambah aliran dan memperbaiki bahan campuran.

5. KESIMPULAN
Mengaduk Zinc oxide eugenol untuk memastikan hasil adukan kalis yaitu dengan cara
hasil adukan yang ada di semen spatel ditempelkan pada glass plat, jika tidak menempel
maka adukan sudah kalis dan siap untuk di aplikasikan ke dalam Kavitas.
DAFTAR PUSTAKA

Dong, W., Chen, R., Lin, Y. T., Huang, Z. X., Bao, G. J., & He, X. Y., (2020). A novel zinc
oxide eugenol modified by polyhexamethylene biguanide: Physicaand antimicrobial
properties. Dental Material Journal, 39(2), 200-205. https://doi.org/10.4012/dmj.2018-
425
Gonzalez, (2016). Zink oxide Eugenol pulpotomy in primary teeth: A 24 month follow up jurnal
of clinical pediatric dentistry. 29(4):91-92
Kennet Markowitz., (1992). Biologic properties of eugenol and zink oxide eugenol: A clinically
oriented review. Michael Moynihan DDS.,(1992), p.729-737
F. PRAKTIKUM 6
1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan fletcher
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan yang digunakan
1. Powder fletcher
2. Liquid eugenol
3. Alcohol 70%
4. Cotton roll
5. Cotton pellet
2.2 Alat yang diperlukan
1. Pinset
2. Semen spatel
3. Glass plate
4. Plastic filling instrument
5. Cotton roll dispenser
6. Dappen glass
7. Nierbekken
8. Petridisk
9. Gigi yang sudah ditanam pada tutup botol
10. Stopwatch atau jam

2.3 Cara kerja


1. letakkan powder diatas glass plate, menggunakkan cement spatel
2. membagi powder flatcher menjadi beberapa bagian untuk memudahkan
mengaduknya
3. memberi liquid fletchet di beda area, lalu ambil sedikit dengan cement spatel dan
taruh bersama powder fletcher
4. lalu lakukan pengadukan menggunakan semen spatel hingga membentuk
konsistensi seperti pasta
5. lalu ambil adukan tersebut dengan plastis filling dengan cara one hand, dan
masukkan ke dalam kavitas hingga tertutup rata
3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil pengadukan saya pertama kali berhasil membentuk konsistensi baik yaitu
pasta, sebenarnya terlalu banyak lalu Instruktur mengarahkan untuk mengurangi
adonannya.
4. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian
Bahan pengisi tumpatan sementara sering digunakan dalam kedokteran gigi tetapi
bahan yang bersifat baru termasuk resin,sedangkan di abad ke-19 bahan mengisi
sementara seperti zinc phosphate cement dan zinc oxide eugenol”cement” atau fletcher
yang umum digunakan untuk mengisi kavita. Ciri ciri : Bubuknya berwarna putih,
bentuknya seperti tepung, halus, berbau seperti sirih tetapi tidak menyengat. Liquidnya
berwarna bening, cair, baunya seperti adonan agar-agar tetapi tidak menyengat juga.
Bubuk fletcher sebagai ts banyak keuntungan yaitu mudah dan murah, serta
mudah rapuh dbanding bahan ts lain, selain itu sering digunakan sebagai bahan
campuran ZOE, fungsi lain untuk luting inlay, onlay, dowel crown
4.2 Komposisi
Bubuk : - znO ------ 300 bag, - Aquadest 57 bag - Beborate natrix 1 bag
Cairan : - Sulfat sincinci 42 bag

4.3 Proses
Memasukkan liquid ke powder sedikit demi sedikit supaya adukannya pas berbentuk
pasta. Setelah bubuk dan cairan fletcher dicampur, harus diaduk secara cepat dan
tidak ada porus, karena jika lambat mengaduknya maka akan setting dan gagal
4.4 Reaksi setting
- working time +- 45 detik, setting time = +-38 detik

4.5 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dimensi


DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/embeds/519295404/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_
key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://repositori.kemdikbud.go.id/13069/1/4.%20Modul%20Dental%20Asisten%20D.pdf
G. PRAKTIKUM 7
1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu memanipulasi dengan calcium hydroxide
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan yang digunakan
1. powder fletcher
2. liquid
3. alcohol 70%
2.2 Alat yang diperlukan
1. Glass plate
2. Cement stopper
3. Cement spatle
4. Pinset
5. Eksavator
6. Kaca mulut
7. Nierbekken
8. Sonde
9. Cotton roll dispenser
10. Deppen glass
11. APD lengkap
12. Stopwatch
2.3 Cara Kerja
1. Desinfeksi area kerja glass plate dengan menggunakan kapas alcohol
2. Taruh kalsium hydroxide base pada sisi kanan glass plate
3. Taruh kalsium hydroxide catalyst pada sisi kiri glass plate
4. Ambil kalsium hydroxide base dengan menggunakan salah satu tip ekskavator dan
aplikasikan pada dasar Kavita
5. Ambil kalsium hydroxide catalyst dengan menggunakan tip kedua dari ekskavator dan
aplikasikan pada dasar Kavita
6. Aduk kalsium hydroxide base dan catalyst di dalam Kavita dengan menggunakan
sonde lurus, diaduk hingga merata
7. Ambil cotton pellet alkohol dengan menggunakan pinset untuk meratakan dan
merapikan permukaan dari kalsium hydroxide
3. HASIL PRAKTIKUM
Hasil dari pengadukan saya pertama kali dengan mencampur pasta base dan pasta
katalis di dalam kavitas sudah membentuk konsistensi baik sesuai dengan arahan dari
Instruktur.
4. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian
Kalsium hidroksida merupakan basis semen saluran akar yang diyakini memiliki
beberapa keunggulan dalam hal dapat terjadi efek terapi yang dapat merangsang
terbentuknya jaringan keras gigi (Gutman,1996). Kalsium hidroksida dapat merangsang
penutupan biologis pada daerah apikal sehingga menghasilkan penutupan apeks yang
lebih dapat meningkatkan keberhasilan perawatan. Kalsium hidroksida adalah senyawa
kimia dengan rumus Ca(OH)2. Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tidak berwarna
atau bubuk putih. Kalsium hidroksida dapat dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida
(CaO) dengan air.

- Cao + H2O (Ca(OH)2)


Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH 12-13

- Basis :salicylate,
- Katalis: calcium Hydroxyde, zinc oxide, dan ethylene toluende
sulfonamide.
4.2 Komposisi
Bahan Kalsium Hidroksida yang diteliti dalam penelitian adalah terdiri dari campuran
25% kalsium hidroksida dan 75% larutan aquous dari asam poliakrilik (cair)
- Pasta Base : calcium tungstate, tribasic calcium phosphat, zinc oxide
dalam glycol salisilat.
- Pasta Katalis : calcium hidrokside, zinc oxide, zinc stearate dalam etilene
toluene sulphonamide.

4.3 Proses
Kalsium hidroksida dimanipulasi dengan cara mencampur pasta base dan katalis
diatas paperpad dengan menggunakan metal spatel atau ball-ended Instrument ukuran
kecil. Base dan katalis dibagi dalam porsiyang sama dan dicampur sekitar 10 detik
dengan waktu setting dari 2-7menit. Waktu setting bervariasai antara 2,5-5menit
(Manappallil, 2003).

4.4 Reaksi setting


- Selama setting terbentuk calcium cisalicylate, berkekuatan tinggi. Punya
efek bakteriostatik atau bakterisidal. Hal ini dikarenakan dengan sifat
basanya juga efek antiseptik dari ethylene toluende sulphonamide.
- Bahan yang berperan dalam pengerasan (setting) yaitu calcium hidrokside
+ salisilat yang bereaksi membentuk amorphous calcium disalisilat
- Filler : calcium tungstate / barium sulfat -> radiopacity
- Light cured CaOH  calcium hidrokside dan barium sulfat

4.5 Faktor-faktor yang memengaruhi reaksi


Menambahkan rasio katalist ke dalam pasta base dapat mempercepat waktu setting
khusus akselerator pada katalist
Kelembapan dan panas dapat mempercepat setting
Setting time diperlambat dengan pengeringan dan perlindungan (Hussain,2004)
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfslide.net/documents/kalsium-hidroksida-ketik.html
https://www.academia.edu/9709952/perawatan_saluran_akar_gigi_desidui_dan_bahan_yang_dig
unakan
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/gatot.sutrisno/material/1-linersnbases.pdf
H. PRAKTIKUM 8
1.TUJUAN
Mahasiswa mampu memanipulasi tumpatan sementara instant merk Orafil-G
dengan tepat.

2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Bahan yang Digunakan
1. Tumpatan sementara merk Orafil-G
2. Alkohol 70%
3. Cotton roll
4. Cotton pellet
2.2 Alat yang Digunakan
1. Cement spatel
2. Plastic Filling Instrument
3. Cement Stopper
4. Pinset
5. Kaca mulut
6. Cotton roll dispenser
7. Petridisk

2.3 Cara Kerja


1. Desinfeksi area kerja (glass platte) menggunakan alcohol 70%.
2. Ambil tumpatan sementara Orafil-G dengan menggunakan cement spatel
sebanyak dalamnya Kavita.
3. Ambil alat sementara pada cement spatel menggunakan plastic filling instrument dengan
prinsip one hand.
4. Masukkan tumpatan sementara ke dalam kavitas lalu ditekan dengan menggunakan plastic
filling instrument agar merata.
5. Gunakan stopper agar dapat mendapatkan hasil yang lebih baik.
6. Ambil cotton pellet alkohol dengan pinset lalu tekan-tekan daerah tumpatan agar rapi dan
sempurna.

3.HASIL PRAKTIKUM
Hasil tumpatan yang saya lakukan sudah mendapatkan konsistensi yang baik dan rapi serta sudah
sesuai dengan arahan instruktur.
4. PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Tumpatan Sementara Merk Orafil-G
Orafil-G merupakan semen zinc sulfat – zinc oksida untuk tumpatan sementara yang bersifat
radiopak. Indikasi dari pemakaian tumpatan sementara Orafil-G adalah tumpatan sementara
untuk kavitas dan antara kunjungan endodontik serta tumpatan sementara untuk kavitas pada
pembuatan inlay, crown, dan bridge. Kelebihan dari tumpatan sementara Orafil-G adalah
formula tanpa eugenol sehingga menimbulkan iritasi, adanya resin yang meningkatkan daya
perlekatan, melindungi pulpa dan memiliki efek bakterisidal, ekspansi minimal menjamin
penutupan margin baik, adaptasi pada kavitas baik, dan pengaplikasian yang mudah.
4.2 Komposisi
Komposisi dari tumpatan sementara Orafil-G adalah zinc oksida, zinc sulfat dengan bahan EVA
Resin atau Glycol dengan aroma spearmint, dan sodium fluoride (ORAFIL PLUS) dalam
kemasan 1 x 40 gr pot
4.3 Proses
Tumpatan sementara berbasis resin ini mempunyai kebocoran mikro yang rendah, hal ini terjadi
karena pengerutan polimerisasi yang diikuti dengan ekspansi akibat sifat yang menyerap air.
Bentuk sediaan tumpatan sementara berbasis resin mudah diaplikasikan cepat mengeras dengan
aktivasi sinar, memiliki koefisien ekspansi termal yang tinggi sehingga ketika mengalami
perubahan termal tidak menimbulkan celah. Bentuk sediaan tumpatan sementara berbasis resin
dan tumpatan sementara berbasis kalsium sulfat berbentuk padat, yang cara peletakan ke dalam
kavitas selapis demi selapis pada dinding kavitas dengan menggunakan plastis instrumen, lebih
mudah menutup kavitas daripada tumpatan sementara yang berbasis seng oksida eugenol yang
berbentuk serbuk dan cairan yang diaduk, menggunakan plastis instrumen diletakan pada kavitas
yang kering, kemudian diratakan dengan kapas lembab. Hal ini akan mempengaruhi adaptasi
terhadap dinding kavitas.
4.4 Setting
Untuk memberikan waktu yang cukup dalam pengerasan, dianjurkan pasien agar tidak
mengunyah keras-keras atau melakukan penyikatan dalam waktu 30 menit. Pasta yang ada dalam
tempatnya tidak boleh dibiarkan terbuka, karena ia akan mengeras apabila terkena udara. Jadi
tempat tumpatan sementara harus selalu tertutup rapat.
4.5 Faktor yang Mempengaruhi Cepat Pengerasan
Pasta mengeras dengan cepat. Setelah kontak dengan cairan mulut, maka akan tetap mengeras
pada dinding kavita meskipun terkena cairan lain. Sehingga salah satu faktor cepat pengerasan
adalah saliva atau pH saliva pasien.
4.6 Analisis Hasil Praktikum
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, pengaplikasian dari tumpatan
sementara Orafil-G lebih mudah dilakukan karena sudah dalam berbentuk adonan. Sehingga,
yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan tinggi dari tumpatan sementara tersebut harus
menyerupai aslinya agar tidak mengganggu proses pengunyahan.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan mengaplikasikan tumpatan sementara harus
hati-hati agar tidak jatuh ke dalam rongga mulut pasien. Tumpatan sementara harus di buat
menyerupai gigi aslinya agar tidak mengganggu proses pengunyahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ii, B A B, and Tinjauan Pustaka. 2003. “Lutting 1.,” 3–41.


———. 2014. “Semen Ionomer Kaca,” 6–21.
Pratiwi, Dian Dwi. 2011. “Pengaruh Perendaman Resin Komposit Nanofiller Dalam Air
Perasan Jeruk Lemon (Citrus Limon) Terhadap Kekasaran Permukaan.”
Sadewi, Betanty Prasetya. 2012. “Pengaruh Penambahan Aditif Polistiren Pada Karakteristik
Semen Gigi,” 2012. http://repository.unair.ac.id/25610
Logbook Praktik Dental Material

No. Hari/Tgl Jam Tahap Praktikum Uraian Praktikum PBB


1. Kamis, 27 13.00-14.00 Materi Review dan
Oktober 2022 penjelasan tata cara
manipulasi GIC dan
cara
mengaplikasikan
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
14.00-17.00 Praktikum/penilaian Praktikum/penilaian
manipulasi dan
pengaplikasian GIC
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
2. Senin, 31 14.00-14.30 Materi Review dan
Oktober 2022 penjelasan tata cara
mengaplikasikan
Komposit pada gigi
yang ditanam pada
tutup botol
14.30-17.00 Praktikum/penilaian Praktikum/penlaian
manipulasi dan
pengaplikasian GIC
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
3. Kamis, 10 14.00-14.30 Materi Review dan
November 2022 penjelasan tata cara
manipulasi ZPC dan
cara
mengaplikasikan
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
14.30-17.00 Praktikum/penilaian Praktikum/penilaian
manipulasi dan
pengaplikasian ZPC
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
4. Rabu, 16 13.00-13.30 Materi Review dan
November 2022 penjelasan tata cara
manipulasi Amalgam
dan cara
mengaplikasikan
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
13.30-17.00 Praktikum/penilaian Praktikum/penilaian
manipulasi dan
pengaplikasian
Amalgam pada gigi
yang ditanam pada
tutup botol
5. Kamis, 17 14.00-14.30 Materi Review dan
November 2022 penjelasan tata cara
manipulasi ZOE dan
cara
mengaplikasikan
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
14.30-17.00 Praktikum/penilaian Praktikum/penilaian
manipulasi dan
pengaplikasian ZOE
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
6. Jumat, 18 13.30-14.00 Materi Review dan
November 2022 penjelasan tata cara
manipulasi Fletcher,
Calcium Hydroxite,
dan Temporary
Filling serta cara
mengaplikasikan
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol
14.00-16.30 Praktikum/penilaian Praktikum/penilaian
manipulasi dan
pengaplikasian
Fletcher, Calcium
Hydroxite, dan
Temporary Filling
pada gigi yang
ditanam pada tutup
botol

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai