ANGGOTA KELOMPOK
LAPORAN HASIL
“PERCOBAAN MANIPULASI GIC”
Tutor Tanggal
Untuk mendapatkan hasil yang baik manipulasi semen ionomer kaca harus
diperhatikan. Bahan yang akan dipergunakan dipersiapkan dengan hati-hati (proporsionally)
dan segera dilakukan mixing secara cepat selama 10-40 detik. Reaksi pengerasan GIC terdiri
dari tiga fase, yakni fase pelepasan ion, fase hidrogel, dan fase gel poligaram. Pelepasan ion
terjadi segera setelah kontak antara cairan dan bubuk. Fase hidrogel dimulai 5–10 menit
setelah pencampuran, dan menyebabkan awal pengerasan. Maturasi terjadi selama 24 jam.
Selama fase ini, ionomer harus dilindungi dari pengaruh kontaminasi lingkungan (air dan
udara). Dalam hal ini, perlindungan dapat diberikan dengan mengaplikasikan varnish atau
bonding agent setelah aplikasi bahan SIK pada struktur gigi. Fase gel poligaram terjadi pada
saat bahan sudah mengeras seluruhnya, dapat berlangsung selama beberapa bulan. Matriks
semen mengalami maturasi pada saat ion [Al3+] yang dilepaskan membentukan hidrogel
poligaram mengelilingi filler glass. Fase ini menghasilkan peningkatan sifat fisik dari GIC
(Sungkar, 2015)
B. Tujuan
2. Paper pad
3. Glass plate
4. Agate spatula
5. Sendok takar
6. Mouth kavitas
B. Tahapan Pekerjaan
1. Siapkan alat dan bahan
2. Manipulasi GIC sesuai dengan takaran yang akan diuji
3. Bagi powder menjadi 4 bagian
4. Lakukan percampuran GIC menggunakan agate spatula dengan cara membawa satu bagian
powder GIC ke arah liquid
5. Campur powder dengan liquid menggunakan teknik melipat
6. Tambahkan lagi powder yang tersisa
7. Aduk kembali hingga konsistensi GIC tidak menetes ketika diletakkan pada agate spatula
8. Pastikan adonan telah tercampur merata (homogen), kumpulkan adonan GIC menggunakan
agate spatula, ambil semua adonan menggunakan agate spatula
9. Hitung dengan stopwatch untuk pencatatan setting time
10. Ambil adonan menggunakan plastis filling instrument lalu aplikasikan ke dalam cavitas
hingga cavitas penuh, pastikan adonan terkondensasi dengan menggunakan semen
plugger/ball instrument, rapikan permukaan cavitas menggunakan semen plugger/ball
instrument
11. Tunggu hingga setting
12. Setelah setting, catat waktu di kertas
13. Ulangi prosedur dengan mengganti-ganti takaran powder dan liquid.
14. Tiap takaran dilakukan pengulangan 3 kali
15. Mengisikan hasil percobaan pada table
C. Hasil Pengamatan
A. Pembahasan
Glass Ionomer Cement (GIC) terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk dalam GIC adalah
calcium floroaluminosilicate glass dengan ukuran partikel maksimum 15 μm. Glass lain
dapat diformulasikan dengan menggantikan kalsium menjadi strontium atau lanthanum
untuk meningkatkan radiopacity. Karakter dasar glass ini dijelaskan oleh rasio
alumina:silika dan, untuk bereaksi dengan asam, massa harus melebihi 1: 2. Sejumlah besar
fluorida tergabung dalam glass dengan menambahkan kalsium dan natrium fluorida ke
oksida lainnya. Fluorida merupakan komponen penting karena menurunkan titik leleh dan
meningkatkan translucency dari bubuk dan meningkatkan konsistensi pasta pencampuran
dan kekuatan bahan. Kehadiran ion elektropositif, seperti Ca2+ dan Na+ , penting untuk
menyeimbangkan muatan listrik dalam kisi aluminosilikat dasar. Seng oksida dan glass
barium dapat ditambahkan ke bubuk untuk meningkatkan radiopacity (Sakaguchi & Powers
2012).
Glass Ionomer Cement (GIC) dianggap mild untuk pulpa dibandingkan dengan semen
pendahulunya, yang menggunakan larutan asam fosfat. Namun, respon inflamasi lebih kuat
daripada semen ZOE. Biokompatibilitas dari GIC cukup kontroversial dan hasil in vitro
tampaknya bervariasi sesuai dengan merek komersial yang diuji. Glass Ionomer Cement
(GIC) melepaskan sejumlah besar fluorida, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, yang terbukti memiliki efek antikariogenik. Pelepasan fluorida meningkatkan
resistensi enamel terhadap pelarutan asam, dengan menghambat pertumbuhan bakteri dan
mengganggu metabolisme plak gigi. Penggunaan GIC untuk ikatan ortodontik mengurangi
risiko pembentukan white spots dibandingkan dengan semen resin (Sakaguchi & Powers
2012).
Proses reaksi setting dari GIC terjadi melalui tiga tahapan, yaitu dissolution, gelation, dan
hardening.
1. Dissolution
Selama pencampuran cairan dan bubuk GIC, polyacid mendegradasi
permukaan luar dari partikel glass, juga melepaskan ion Ca2+, Al3+, natrium, dan
fluorida hingga gel silika saja yang tersisa. Ion hidrogen yang terlepas dari gugus
karboksil dari rantai polyacid masuk ke bagian yang lebih dalam yaitu partikel
kaca untuk memperbaiki ion kalsium, aluminium, dan fluorida yang hilang.
Reaksi setting ini berlangsung perlahan dan memakan banyak waktu untuk
menstabilkan bahan yang ada. Keadaan translucency akhir dari material tidak
tampak sampai 24 jam setelah penempatan material.
2. Gelation
Tahap ini meliputi tahap initial setting, yaitu aksi yang cepat dari ion
kalsium yang bervalensi 2 dan lebih banyak jumlahnya yang lebih mudah
bereaksi dengan gugus karboksil dari asam daripada ion aluminium yang
bervalensi 3. Fase gelasi dari reaksi setting menunjukkan efisiensi pada ion
kalsium yang ber-crosslink dengan molekul polyacid namun tidak terjadi sebaik
yang diharapkan karena ion kalsium dapat juga chelate gugus karboksil pada
molekul yang sama.
3. Hardening
Proses hardening terjadi setelah fase gelasi dan kira – kira dapat bertahan
hingga 7 hari. Pada fase ini proses pengambilan aluminium lebih signifikan. Ion
aluminium menyediakan kekuatan akhir pada semen karena mereka bertanggung
jawab pada saat terjadi crosslink. Berlawanan dengan ion kalsium, valensi 3 dari
ion aluminium memastikan terjadinya derajat ikatan yang tinggi pada molekul
polimer
Rasio bubuk dan cairan yang direkomendasikan pabrik harus diikuti. Paper pad atau glass
plate yang bersih dan kering disediakan sebagai tempat pencampuran. Bubuk dan cairan
harus dibagikan tepat sebelum pencampuran dimulai. Serbuk harus dimasukkan dengan
cepat ke dalam cairan menggunakan agate spatula untuk aplikasi restorasi.Biasanya setengah
dari serbuk dicampur cairan selama 5 hingga 15 detik, sisa bubuknya kemudian cepat
ditambahkan dan dicampur dengan melipat semen sampai seragam dan tercapai warna
glossy. Waktu pencampuran tidak boleh melebihi 45 detik tetapi mungkin kurang untuk
produk tertentu. Tampilan yang mengkilap menunjukkan adanya polyacid yang tidak
bereaksi, yang sangat penting untuk ikatan ke gigi. Penampilan adonan GIC yang lebih
gelap menunjukkan bahwa asam telah bereaksi terlalu banyak dengan partikel kaca untuk
ikatan yang baik. (Anusavice 2013)
Berdasarkan hasil praktikum, pada semen dengan konsistensi normal dan encer
pengadukan lebih lebih mudah daripada konsistensi yang kental. Pada konsistensi encer
setting time lebih lama dibandingkan kosistensi normal dan kental. Hal ini disebabkan
karena cairan yang tersedia lebih banyak, sehingga bubuk semen memerlukan waktu yang
lebih lama agar semua partikel glass dapat berikatan dengan ion H+. Pada konsistensi
normal dan kental setting time terhitung mirip, tetapi pada konsistensi kental waktu yang
didapat lebih cepat daaripada konsistensi normal dan pengaplikasian kedalam kavitas
terkadang mengalami kesulitan karena adonan telah setting. Hal ini memungkinkan
disebabkan karena tidak homogenya pada saat pencampuran konsistensi kental sehingga
waktu setting time yang didapatkan lebih lama mendekati konsistensi normal atau rasio yang
digunakan tidak sesuai atau tidak pas.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa variasi ratio powder dan
liquid yang digunakan dalam proses manipulasi GIC dapat mempengaruhi waktu setting
time GIC. Setting time menjadi lebih cepat dengan banyaknya jumlah powder pada adonan.
Ratio powder lebih banyak daripada liquid, setting time yang didapatkan lebih cepat dan
memungkinkan kesulitan dalam pengaplikasian ke kavitas. Begitupun sebaliknya, liquid
yang memiliki ratio lebih banyak dari powder dapat mempengaruhi waktu setting time GIC,
yang menyebabkan waktu setting time lebih lama.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Anang, D. 2015. Penggunaan Bahan Tumpatan di RS Gigi dan Mulut. Jurnal e Gigi (eG), 3 (2).
Anusavice K J, Shen C, and Rawls HR. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials. st. Louis,
Missouri : Saunders Elsevier.
Sakaguchi R L & Powers JM. (2012). Craig’s Restorative Dental Materials. 13 th ed.
Philadelphia, P. A : Mosby Elsevier.
Sungkar, S. 2015. ‘Peran Kondisioner Pada Adhesi Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca
dengan Struktur Dentin’. Jurnal Cakradonya Dent, 6 (2).
Sulastri, S. 2017. Dental Material. Jakarta; Kemenkes RI