Anda di halaman 1dari 12

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

TOPIK : Glass Ionomer Cement (GIC)


KELOMPOK : C-10 (Genap)
HARI PRAKTIKUM : Selasa
TANGGAL PRAKTIKUM : 07 Februari 2023
PEMBIMBING : Priyawan Rachmadi, drg., Ph. D

NAMA :
1. Zannalia Putri Natasya 022111133219
2. Fidelya Mahadeviani A. 022111133220
3. Adinda Melanita Z. P. 022111133221
4. Febi Ayu Rukmana 022111133222
5. Widya Ayu Satya P. 022111133223
6. Ayu Tania Putrisma Dewi 022111133225

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
1. TUJUAN
1.1. Mahasiswa Mampu memanipulasi Glass Ionomer Cement untuk
material restorasi menggunakan alat dengan benar
1.2. Mahasiswa mampu membedakan setting time Glass Ionomer Cement
berdasarkan variasi rasio bubuk atau rasio cairan dengan benar

2. ALAT & BAHAN

Gambar 1. Alat dan bahan yang digunakan saat praktikum

2.1. Bahan
a. Bubuk dan Cairan Glass Ionomer Cement
2.2. Alat
a. Pengaduk plastik
b. Glass lab
c. Cetakan teflon ukuran 5 mm dengan tebal 2 mm
d. Plastic Filling Instrument
e. Sonde
f. Stopwatch
g. Paper Pad
h. Pisau Model
i. Pisau Malam
j. Kain putih
3. CARA KERJA
a. Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan untuk praktikum.
b. Cetakan teflon diletakkan di atas glass lab.
c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu, kemudian mengambil 1 sendok
takar bubuk GIC dengan memiringkan posisi botol bubuk GIC, diletakkan
di atas paper pad dan dibagi menjadi dua bagian.
d. Cairan GIC diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk
dengan cara: botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad ditekan
sedikit sampai cairan menetes.
e. Waktu awal pencampuran dicatat posisi stopwatch pada posisi 00:00.
f. Bubuk GIC yang telah dibagi dua, pada bagian pertama dicampur ke
cairan dan diaduk selama 10 detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian
kedua diaduk kurang lebih selama 25-30 detik (maks. 60 detik) sampai
homogen.
g. Hasil pengadukan GIC yang sudah homogen dimasukkan ke dalam
cetakan teflon menggunakan plastic filling instrument kemudian permukaan
diratakan (stopwatch masih tetap nyala).
h. Setelah adonan GIC pada permukaan teflon rata, mulai dilakukan
pengukuran setting time dengan cara: permukaan GIC pada cetakan teflon
ditusuk sonde dengan interval waktu 5 detik untuk setiap kali tusukan.
Setting time dinyatakan selesai apabila pada permukaan sampel tidak ada
bekas tusukan sonde. Waktu pengerasan GIC dicatat.
i. Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen
mengeras. j. Setelah GIC mengeras dilepas dari cetakan.
k. Praktikum menggunakan bubuk dan cairan GIC dilakukan dengan
variabel perlakuan Cairan GIC : bubuk GIC.
1. 1 : 1 sendok takar (Normal)
2. 1 : 1 ¼ sendok takar (Konsistensi encer)
3. 1 : ¾ sendok takar (Konsistensi Kental)
4. HASIL PRAKTIKUM

Percobaan Konsistensi W/P Ratio Setting Time


Ke-

1 Normal 1:1 5 menit 30 detik

2 Normal 1:1 5 menit 40 detik

3 Normal 1:1 8 menit

4 Normal 1:1 8 menit 5 detik

5 Normal 1:1 5 menit 54 detik

6 Normal 1:1 5 menit 49 detik

Rata - rata : 6 menit 29 detik

Percobaan Konsistensi W/P Ratio Setting Time


Ke-

1 Encer 1:3/4 9 menit

2 Encer 1:3/4 9 menit 5 detik

3 Encer 1:3/4 8 menit 15 detik

4 Encer 1:3/4 8 menit 20 detik

5 Encer 1:3/4 7 menit 15 detik

6 Encer 1:3/4 7 menit 30 detik

Rata - rata : 8 menit 24 detik


Percobaan Konsistensi W/P Ratio Setting Time
Ke-

1 Kental 1:5/4 6 menit 45 detik

2 Kental 1:5/4 6 menit 50 detik

3 Kental 1:5/4 6 menit 10 detik

4 Kental 1:5/4 6 menit 30 detik

5 Kental 1:5/4 6 menit 15 detik

6 Kental 1:5/4 6 menit 20 detik

Rata - rata : 6 menit 47 detik

5. PEMBAHASAN
Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan bahan restorasi yang melibatkan
reaksi antara glass powder dengan polyacrylic acid. Bubuk GIC mengandung
sodium alumino-silicate glass dan cairannya mengandung acrylic acid. Tartaric
acid juga terkandung dalam cairan yang berfungsi untuk menurunkan viskositas,
memperpanjang shelf life sebelum gelasi cairan terjadi, meningkatkan working
time, dan menurunkan setting time (Alla, Rama. 2013. p.113).
Penggunaan GIC paling banyak digunakan karena memiliki sifat adheren
dan translucent. GIC digunakan untuk restorasi pada gigi anterior klas III dan V,
sebagai luting, adhesive pada orthodonti, pit and fissure sealant, dan liners and
base. GIC diklasifikasikan berdasarkan variasi komposisi bubuk dan ukuran
partikel untuk mencapai fungsi yang diinginkan, sebagai berikut :
Tipe I : Sebagai luting mahkota, jembatan, dan orthodontic bracket.
Tipe IIa : Sebagai semen restorasi estetik.
Tipe IIb : Memperkuat semen restorasi.
Tipe III : Lining semen dan basis. (Anusavice, et al 2022, p.372).
Keuntungan penggunaan GIC adalah bersifat biokompatibel, mampu
berikatan dengan baik terhadap struktur gigi, dan dapat melepaskan fluoride. Selain
itu, GIC juga memiliki kekurangan seperti, bersifat brittle dan mudah mengalami
pengikisan apabila terpapar cairan asam sehingga menyebabkan kekasaran pada
permukaan (Sakaguchi, et al 2019, p.287).
Pada praktikum ini, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan mengatur
perbandingan bubuk dan cairan GIC. Bubuk dan cairan dicampurkan di atas paper
pad dengan menggunakan pengaduk plastik. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan rasio bubuk : cairan pada kecepatan setting time
material GIC.
Reaksi setting GIC terdiri dari 3 fase, yaitu fase dissolution, fase gelation,
dan fase hardening. Pada fase dissolution terjadi ketika bubuk dan cairan pertama
kali dicampurkan. Larutan encer dari polyacid copolymer dan akselerator tartaric
acid memecah bubuk ion-leachable aluminofluoro-silicate dan melarutkan
permukaan luar kaca. Ion hidrogen dari polyacid copolymer dan akselerator tartaric
acid menyebabkan pelepasan dari kation logam, seperti Al3+ dan Ca2+, dari
permukaan luar kaca yang kemudian bereaksi dengan ion fluor untuk membentuk
kompleks CaF2, AlF2-. Pada tahap awal ini, GIC akan melekat pada struktur gigi.
GIC terlihat licin dan mengkilap hasil dari matriks yang belum bereaksi. Pada tahap
lanjut dari fase ini, material akan kehilangan kekilauannya karena matriks bebas
yang ada telah bereaksi dengan kaca (Sakaguchi, et al 2019, p.286).
Pada fase kedua adalah fase gelation. Fase ini terjadi 5-10 menit
percampuran yang menyebabkan terjadinya initial set. Selama fase ini ion kalsium
positif akan dilepaskan lebih cepat dan bereaksi dengan rantai polyacrylic acid
untuk membentuk ikatan silang. Fase hydrogel dapat menurunkan mobilitas dari
rantai polimer, menyebabkan gelasi awal dari matriks ionomer. Pada tahap ini GIC
akan terlihat kaku dan opak (Sakaguchi, et al 2019, p.286).
Fase terakhir adalah fase hardening. Fase ini material mencapai final set.
Matriks mengalami proses maturasi ketika ion aluminium yang dilepaskan lebih
lambat, membentuk polysalt hydrogel yang melindungi bahan pengisi kaca yang
belum bereaksi. Pada tahap ini GIC akan terlihat lebih seperti gigi. Selama proses
pengerasan, fase ikatan silang juga dehidrasi oleh air yang sama seperti yang
digunakan dalam medium. Bagian yang tidak bereaksi dari partikel-partikel kaca
akan diselubungi oleh gel silika yang terbentuk selama pelepasan kation dari
permukaan partikel. Dengan demikian, semen yang mengeras terdiri atas gumpalan
partikel-partikel bubu yang tidak bereaksi, dikelilingi oleh gel silika dalam matriks
amorfus dari kalsium hidrat dan campuran garam aluminium (Sakaguchi, et al 2019,
p.286).
Setting time normal yang dimiliki oleh GIC tipe luting yaitu selama 7 menit,
sedangkan untuk tipe restoratif setting time berjalan selama 4 - 5 menit. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu setting time GIC, yaitu :
(Annusavice, 2022, pp.372-374)
a. Temperatur
Sebuah lempengan kaca dingin dan kering dapat digunakan untuk
menghambat reaksi setting dan menambah working time.
b. Ukuran partikel powder
Ukuran maksimum partikel adalah rata-rata ukuran partikel mulai kurang
dari 10 𝛍𝙢 sampai sekitar 50 𝛍𝙢
c. Asam tartarat
Asam tartarat digunakan sebagai aditif pengatur laju dalam cairan GIC
meningkatkan penanganan, mengurangi viskositas, dan meningkatkan
waktu kerja. Asam tartarat juga mempersingkat waktu setting.
d. W:P ratio
W:P ratio antara bubuk dan air harus sesuai dengan yang telah
direkomendasikan oleh pabrik, karena apabila misal konsistensi encer lebih
lama mencapai setting time karena sisa reaksi lebih banyak terbentuk dan
begitu pula sebaliknya.
Hasil pengukuran setting time GIC dengan rasio yang sama kemudian
dirata-rata. Percobaan pertama GIC dimanipulasi dengan menggunakan rasio
cairan:bubuk sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu 1:1. Pada percobaan dengan rasio
normal didapatkan rata-rata setting time yaitu 6 menit 29 detik. Hal ini sesuai
dengan teori, menurut Craig’s (2018) GIC mengalami setting 6-8 menit dari waktu
pada saat memulai proses pengadukan. Berdasarkan hasil praktikum, pada semen
dengan konsistensi yang encer dan normal, pengadukan lebih mudah daripada
pengadukan semen pada konsistensi yang kental. Pada konsistensi encer, setting
time terhitung lebih panjang dibandingkan konsistensi normal dan kental. Hal ini
disebabkan karena cairan yang tersedia lebih banyak, sehingga bubuk semen
memerlukan waktu yang lebih lama agar semua partikel glass dapat berikatan
dengan ion H+. Pada konsistensi normal dan kental, setting time yang terhitung
agak mirip tetapi pada konsistensi kental tetap lebih cepat daripada konsistensi
normal. Hal ini mungkin disebabkan karena rasio yang digunakan tidak pas karena
tidak dilakukan pengukuran menggunakan timbangan. Selain itu dapat disebabkan
karena ketidaktelitian pada saat pengamatan waktu dan alat yang digunakan kurang
standar. Juga dapat disebabkan karena tidak homogen pada saat pencampuran
dengan konsistensi kental sehingga setting timenya lebih lama. Glass ionomer
cement dengan konsistensi encer lebih lama mencapai setting time karena sisa
reaksi lebih banyak terbentuk sebagai akibat dari banyaknya jumlah sisa asam
poliakrilat. Hal ini berakibat pada pembentukan satl gel matrix yang akan menjadi
berjauhan karena banyaknya sisa reaksi yang berada di antara celah partikel
sehingga menyebabkan setting time glass ionomer cement konsistensi encer
menjadi lebih lama. Sedangkan Glass ionomer cement pada konsistensi kental
memiliki setting time yang lebih cepat karena interaksi ion untuk membentuk ikatan
silang ionik dan polysalt memerlukan waktu yang lebih cepat daripada konsistensi
encer. Pada rasio kental, ratio liquid:powder yang tinggi akan mengakibatkan
setting time yang cepat karena bubuk semen glass ionomer akan menghasilkan
Ca2+dan Al3+ lebih banyak dibanding cairan asam. Cross-link yang terjadi antara
kation dengan polyacid membentuk polyalkenoate tidak perlu menunggu terurainya
kation sehingga proses pengerasan berlangsung cepat (Manapalil, 2016).

6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa perbandingan
antara powder dan liquid mempengaruhi setting time dari GIC. Sesuai dengan
perbandingan cairan dan bubuk (W/P Ratio 1:1) dan setting time 6 menit 29 detik.
Pengurangan W/P Ratio menjadi 1:¾ telah memanjangkan setting time yaitu 8
menit 24 detik. Sedangkan penambahan W/P Ratio menjadi 1:5/4 telah
memendekkan setting time yaitu 6 menit 47 detik. Sehingga semakin besar
perbandingan bubuk dan cairan semakin cepat setting time dari GIC, sedangkan
semakin kecil perbandingan bubuk dan cairan semakin lama setting time dari GIC.
7. DAFTAR PUSTAKA
Alla, Rama Krishna. 2013. Dental Materials Science. 10.5005/jp/books/12018.
Anusavice, KJ, Chiayi Shen, dan H. Ralph Rawls. 2022. Phillips’ Sciences
of Dental Material. 13th Ed. St. Louise, Missouri: Saunders Elsevier. pp. 372
Manappallil, J.J. (2016). Basic Dental Materials. Kathmandu: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
Sakaguchi et al., 2019. Craig's restorative dental materials, 14th ed. pp. 288
LAMPIRAN
Alla, Rama Krishna. 2013. Dental Materials Science. 10.5005/jp/books/12018

Anusavice, KJ, Chiayi Shen, dan H. Ralph Rawls. 2022. Phillips’ Sciences
of Dental Material. 13th Ed. St. Louise, Missouri: Saunders Elsevier. pp. 372
Manappallil, J.J. (2016). Basic Dental Materials. Kathmandu: Jaypee
Brothers Medical Publisher.

Sakaguchi et al., 2019. Craig's restorative dental materials, 14th ed. pp. 286-287

Anda mungkin juga menyukai