Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air
Kelompok : C8
Tgl. Praktikum: 5 Maret 2020
Pembimbing : Titien Hary Agustina, drg., M.Kes.

Penyusun :

No. Nama NIM

1. Theodora Valensia 021911133146

2. Christopher Bryan V 021911133149

3. Nishfa Azizah 021911133150

4. Phara Aster Chandra A 021911133151

5. Stefani Tiarma Junita M 021911133152

6. Salsabilavi Soffarina 021911133153

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
ISI LAPORAN
1. TUJUAN
1.1. Setelah praktikum, mahasiswa mampu memanipulasi material cetak alginat
secara tepat.
1.2. Setelah praktikum, mahasiswa mampu membedakan pengaruh suhu air
terhadap setting time material cetak alginat.

2. METODE PRAKTIKUM
2.1. Bahan
1) Bubuk alginat dengan merek Kromopan type 2
2) Air
2.2. Alat
1) Mangkuk karet
2) Spatula
3) Gelas ukur
4) Gelas takar air
5) Sendok takar alginat
6) Stopwatch
7) Timbangan digital
8) Cetakan bentuk cincin dari paralon diameter 3 cm, tinggi 16 mm
9) Alat uji setting time berupa batang akrilik diameter 6 mm, panjang 10 cm
10) Lempeng kaca
11) Termometer digital
12) Gelas timbang alginat
13) Sendok bebek plastik (untuk mengambil air)
14) Sendok plastik kecil (untuk menambah atau mengurangi bubuk alginat yang
ditimbang)
15) Tisu

1
2 3
1

4 5 6

7 8 9

10 11 12

13 14 15
Gambar 2.2 Alat praktikum setting time bahan alginat berdasarkan variasi suhu
air. 1. Mangkuk karet. 2. Spatula. 3. Gelas ukur. 4. Gelas takar air.

2
5. Sendok takar alginat. 6. Stopwatch. 7. Timbangan digital. 8.
Cetakan bentuk cincin dari paralon diameter 3 cm, tinggi 16 mm. 9.
Alat uji setting time berupa batang akrilik diameter 6 mm, panjang
10 cm. 10. Lempeng kaca. 11. Termometer digital. 12. Gelas
timbang alginat. 13. Sendok bebek plastik (untuk mengambil air).
14. Sendok plastik kecil (untuk menambah atau mengurangi bubuk
alginat yang ditimbang). 15. Tisu.
2.3. Cara Kerja
2.3.1. Manipulasi alginat dengan air bersuhu 27,70C
1) Alat dan bahan disiapkan
2) Cetakan bentuk cincin diletakkan di atas lempeng kaca
3) Gelas timbang alginat diletakkan di atas timbangan digital lalu timbangan
digital dinyalakan
4) Wadah tertutup yang berisi bubuk alginat dikocok
5) Bubuk alginat diambil menggunakan sendok takar lalu dikurangi dengan
bagian spatula yang lebih lurus dalam posisi yang tegak lurus
6) Gelas timbang alginat diambil dari timbangan digital lalu bubuk alginat
yang telah ditakar dimasukkan ke dalam gelas timbang alginat kemudian
ditimbang, lalu bubuk alginat ditambah atau dikurangi jika massa bubuk
alginat tidak tepat 9 gr, lalu timbangan digital dimatikan
7) Air dengan suhu kamar disiapkan dan ditakar dengan gelas takar sampai
tepat pada garis
8) Air dituangkan ke dalam gelas ukur lalu air ditambah atau dikurangi dengan
menggunakan sendok bebek plastik jika volume air tidak tepat 20 mL
9) Air dituangkan kembali ke dalam gelas takar, lalu suhu air diukur dengan
termometer digital dengan hasil pengukuran yaitu 27,7° C dan dicatat
10) Air yang telah diukur, dituang ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,
selanjutnya ditambahkan bubuk alginat yang telah ditimbang sebelumnya
11) Alginat dan air diaduk menggunakan spatula dengan gerakan seperti
membentuk angka 8, luas adukan sebesar 180° dan intermitten. Pengadukan
dilakukan sambil menekan adonan alginat pada dinding mangkuk karet
sampai homogen selama 45 detik

3
12) Alginat yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cetakan bentuk cincin
hingga berlebih. Adonan diratakan dengan menggunakan spatula
13) Adonan sisa yang ada di dalam mangkuk karet dikumpulkan dan diambil
menggunakan spatula yang selanjutnya digunakan sebagai trial setting time.
Adonan tersebut disentuh menggunakan alat uji setting time (batang akrilik
sebagai initial setting) untuk mengetahui kapan waktu yang tepat dilakukan
penyentuhan pada adonan alginat dalam cetakan cincin yakni saat bekas
sentuhan alat uji hampir hilang. Ujung alat uji yang terkena adonan alginat
saat awal dilakukan trial setting time dibersihkan segera dengan tisu.
14) Ujung alat uji setting time disentuhkan dengan ringan pada permukaan
adonan alginat sisa, kemudian ditarik dengan cepat. Tahap tersebut diulang
dengan interval 5 detik, hingga bekas sentuhan pada batang akrilik (initial
setting) hampir hilang dan dilanjutkan pada adonan alginat pada cetakan
cincin hingga tidak ada bekas sentuhan dari ujung alat uji (final setting)
15) Setting time dihitung dari awal pencampuran bubuk alginat dengan air,
hingga adonan alginat tidak ada bekas tekanan dari ujung alat uji setting
time menggunakan stopwatch dalam satuan detik.
16) Setting time alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu 27,70C dicatat
pada tabel 3.1
17) Percobaan di atas dilakukan kembali dengan air bersuhu 230C
18) Percobaan di atas dilakukan kembali dengan air bersuhu 190C

3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 3.1 Setting time alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu
27.7°C

Percobaan
Air : Bubuk Waktu Setting Time

1 20 ml :9 gram 45 detik 3 menit 25 detik (205


detik)

2 20 ml :9 gram 45 detik 3 menit (180 detik)

4
Rata – rata: 3 Menit 12 detik ( 192 detik)

Tabel 3.2 Setting Time alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu 23°C

Percobaan
Air : Bubuk Waktu Setting Time

1 20 ml :9 gram 45 detik 4 menit 20 detik (260


detik)

2 20 ml :9 gram 45 detik 3 menit 20 detik (200


detik)

Rata – rata: 3 menit 50 detik ( 230 detik)

Tabel 3.2 Setting Time alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu 19°C

Percobaan
Air : Bubuk Waktu Setting Time

1 20 ml :9 gram 45 detik 6 menit 5 detik (365


detik)

2 20 ml :9 gram 45 detik 5 menit (300 detik)

Rata – rata: 5 menit 32 detik ( 332 detik)

4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Pengertian Alginat
Alginat merupakan bahan cetak yang paling banyak digunakan secara luas.
Hal ini dikarenakan kemudahan dalam proses manipulasinya, hanya
membutuhkan sedikit peralatan manipulasi, fleksibel, akurat, dan harganya yang
terjangkau. Kekurangan utama dari matrial cetak alginat adalah tear strength-nya

5
yang lemah sehingga tidak memberikan detail yang pada permukaan model
gipsum sebaik pada material cetak elastomer (Powers & Wataha, 2013, p. 94).
Alginat biasa digunakan untuk membuat cetakan GTSL, denture lengkap,
ortodonsi dan model studi. Alginat disediakan dalam bentuk bubuk dan
mengandung berbagai zat kimia antara lain potasium alginat, kalsium sulfat
dihidrat, natrium fosfat, dan lain-lain. Proses manipulasi alginat dilakukan dengan
penambahan air sehingga terbentuk pasta (O’Brien, 2002, p.173).
4.2. Komposisi Alginat
Bahan utama dalam material cetak alginat adalah natrium, kalium, atau
trietanolamin alginat. Diatomaceous earth berperan sebagai filler untuk
meningkatkan kekuatan dan kekakuan dari alginat saat berada dalam fase gel.
Oksida seng juga berperan sebagai filler dan berpengaruh kepada kondisi fisik dan
setting time dari alginat gel. Kalsium sulfat digunakan sebagai reactor dengan
cara menyediakan ion kalsium untuk membentuk ikatan menyilang pada sol
alginat. Bahan penghambat ditambahkan untuk mengatur setting time. Flour yang
terdapat pada kalium titanium flourid digunakan sebagai accelerator untuk
mengatur kekerasan dan kepadatan permukaan saat gipsum dituangkan ke cetakan
alginat (Anusavice et al., 2013, p.172).

Tabel 4.2 Komposisi Alginat (Anusavice et al., 2013, p.172)

Komposisi Fungsi Presentasi Berat

Potassium/Natrium 15 Melarutkan alginat


Alginat 16 dalam air
Kalsium Sulfat 4 Reaktor
Oksida Seng 3 Partikel Pengisi
Kalium Titanium Fluorid 60 Pengeras Gypsum
Diatomaceous earth 2 Partikel Pengisi
Natrium fosfat Retarder

4.3. Reaksi Kimia Alginat


Reaksi sol-gel (gelasi) pada alginat merupakan reaksi antara alginat larut air
dengan ion kalsium dari kalsium sulfat membentuk gel kalsium alginat tidak

6
larut air. Secara struktural, ion kalsium menggantikan ion natrium atau potasium
dari dua molekul yang berdekatan untuk membentuk suatu rantai silang (cross
linking reaction) yang kompleks atau rantai polimer. Proses pembentukan gel
kalsium alginat berlangsung secara cepat sehingga working time berlangsung
singkat. Untuk memperpanjang working time maka ditambahkan garam fosfat
pada komposisi alginat seperti trinatrium fosfat. Kalsium sulfat akan lebih
bereaksi dengan garam fosfat dibanding alginat larut air. Oleh karena itu, reaksi
antara kalsium sulfat dan alginat larut air dapat dicegah dengan adanya
trinatrium fosfat yang tidak bereaksi (Anusavice et al., 2013, p.172).
Pada saat reaksi setting, kalsium sulfat dihidrat menyediakan ion Ca untuk
cross-linking reaction yang mengonversi sol menjadi gel. Ion kalsium
dilepaskan dari kalsium sulfat dihidrat, yang sebagian larut di dalam air :
(CaSO4) . 2H2O => 2Ca2+ + 2SO42- + H2O

Cross-linking reaction dapat dideskripsikan dalam rumus reaksi kimia


berikut :

NanAlg + n/2 CaSO4 => n/2 Na2SO4 + Can/2Alg

Natrium alginat + kalsium sulfat dihidrat => Natrium sulfat + Gel kalsium
alginat

Lamanya setting time bergantung pada banyaknya ion kalsium yang dilepas
dan kemampuannya dalam membentuk cross-link. Kecepatan pemutusan ikatan
kalsium sulfat menyebabkan working time berlangsung singkat. Untuk
mengatasinya, natrium sulfat perlu ditambahkan untuk mengontrol pelepasan ion
kalsium. Ion natrium dihasilkan dari reaksi berikut (Noort, 2013, p.142-3) :
Na3PO4 => 3Na+ + PO43-

Pembentukan gel dihalangi oleh trinatrium fosfat yang bereaksi dengan


kalsium sulfat menghasilkan endapan kalsium fosfat, sebagai berikut
(Anusavice et al., 2013, 172):
2 Na3PO4 + 3 CaSO4 => Ca3(PO4) + 3 Na2SO4
Ion kalsium yang dilepaskan oleh senyawa kalsium sulfat dihidrat tidak
dapat melakukan cross-linking selama mereka bereaksi dengan ion fosfat. Ion

7
kalsium baru akan dilepaskan kembali untuk membentuk cross-link setelah
semua natrium fosfat habis bereaksi dengan ion kalsium (Noort, 2013, p. 143).
4.4. Manipulasi Alginat
Proses manipulasi alginat diawali dengan menambahkan bubuk alginat
dengan takaran pabrik sedikit demi sedikit pada air yang sebelumnya telah
ditakar dan dituangkan dalam mangkuk karet yang bersih. Kemudian, air dan
bubuk alginat dicampur dengan mengaduknya secara perlahan menggunakan
spatula berbahan logam atau plastik yang cukup fleksibel untuk menyesuaikan
dengan dinding mangkuk karet. Apabila bubuk diletakkan terlebih dahulu ke
dalam mangkuk karet maka penetrasi air ke dasar mangkuk karet akan
terhambat, sehingga akan dibutuhkan waktu pengadukan yang lebih lama untuk
menghasilkan adonan yang homogen. Cara pengadukan yang terbaik dilakukan
dengan cara figure-eight stropping motion. Cara ini dilakukan dengan mengaduk
adonan membentuk angka delapan dan menekan adonan tersebut ke dinding
mangkuk karet dengan rotasi intermitten (180°) dari spatula untuk menekan
udara keluar dari adonan (Anusavice et al., 2013, p.173).
4.5. Sifat Setting Time Alginat
Setting time alginat dapat dikelompokkan menjadi normal/regular setting
dan fast setting. Menurut ANSI/ADA No.18/1992, tipe fast set sekitar 1-2 menit
sedangkan tipe regular set sekitar 4,5 menit (Powers & Wataha, 2013, p. 96).
Penambahan retarder selama proses manipulasi merupakan cara terbaik untuk
mengontrol setting time. Penggunaan suhu air tertentu dalam proses manipulasi
juga memengaruhi setting time. Semakin tinggi suhu air, maka setting time
semakin cepat. Saat cuaca panas, dibutuhkan suhu air yang lebih dingin
diperlukan saat manipulasi untuk mencegah terjadinya gelasi prematur.
Pendinginan bowl dan spatula mungkin dibutuhkan, terutama pada saat
manipulasi alginat dengan jumlah sedikit. Air keran secara alami mengandung
ion-ion logam, terutama ion kalsium dan magnesium. telah dibuktikan bahwa
jika dibandingkan dengan air sulingan, air keran memungkinkan untuk lebih
mempercepat setting time (Anusavice et al., 2013, p.173).
4.6. Teori Tumbukan

8
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila terjadi interaksi atau
tumbukan antara molekul-molekul reaktan, tetapi hanya tumbukan efektif yang
akan menghasilkan zat hasil reaksi. Efektivitas suatu tumbukan ditentukan oleh
posisi/arah tumbukan dari molekul dan energi kinetik yang dimiliki. Sebelum
suatu tumbukan terjadi, partikel partikel memerlukan suatu energi minimum
yang dikenal dengan energi pengaktifan atau energi aktivasi (Ea). Energi
aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu
reaksi. Energi tersebut yang kemudian digunakan untuk memutus ikatan
sekaligus membentuk ikatan yang baru, sehingga terbentuklah produk reaksi
(Tm Smart Nusantara, 2017, pp.125-126).
Gerakan tumbukan antar partikel koloid disebut gerak brown. Gerak brown
memiliki yang arah yang tidak menentu dan disebabkan oleh tumbukan dari
molekul-molekul medium pendispersi dengan partikel-partikel koloid (Nuriyani,
2016, p. 21). Menurut teori kinetik, partikel bergerak lebih cepat pada suhu yang
lebih tinggi dan lebih lambat pada suhu yang lebih rendah. Energi kinetik
partikel yang meningkat akan menambah gerakan partikel menjadi lebih banyak,
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu tumbukan yang efektif
karena memiliki energi kinetik yang cukup untuk mengatasi hambatan energi
aktivasi. Akibatnya, laju reaksi meningkat (Suarsa, 2017, p. 17).

5. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dilakukan percobaan mengenai pengaruh suhu air
terhadap setting time alginat. Untuk itu, dilakukan suatu proses manipulasi
alginat dengan tiga perlakuan yang berbeda. Manipulasi alginat dilakukan
dengan menambahkan air dengan tiga suhu air yang berbeda yaitu suhu air di
atas standar pabrik sebesar 27,7°C, suhu pabrik sebesar 23°C, dan suhu dibawah
standar pabrik sebesar 19°C.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan rata-rata dari setiap
percobaan yang telah dilakukan. Pada percobaan manipulasi dengan suhu air di
atas standar pabrik yaitu 27,7°C, didapatkan rata-rata setting time yaitu selama 3
menit 12 detik. Pada percobaan manipulasi dengan suhu air sesuai standar pabrik
yaitu 23°C, didapatkan rata-rata setting time yaitu selama 3 menit 50 detik. Pada

9
percobaan manipulasi dengan suhu air di bawah standar pabrik yaitu 19°C,
didapatkan rata-rata setting time yaitu selama 5 menit 32 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa manipulasi alginat dengan suhu air diatas standar pabrik
memiliki setting time yang lebih singkat dibandingkan manipulasi alginat
dengan suhu sesuai standar pabrik. Sedangkan manipulasi alginat dengan suhu
air di bawah standar pabrik memiliki setting time yang lebih lama dibandingkan
manipulasi alginat dengan suhu air dibawah standar pabrik.
Hal tersebut sesuai dengan teori dari Anusavice (2013), yang menyatakan
bahwa semakin tinggi suhu air yang digunakan untuk manipulasi maka akan
semakin cepat dan setting time-nya. Hal ini disebabkan karena suhu air yang
lebih tinggi akan meningkatkan laju reaksi natrium fosfat yang kemudian juga
meningkatkan laju dari cross–linking reaction (McCabe, 2008, p. 159). Menurut
teori tumbukan, pada temperatur tinggi lebih banyak terjadi tumbukan antar
partikel dibandingkan pada temperatur rendah. Hal ini disebabkan karena pada
temperatur tinggi, energi kinetik partikel akan semakin besar. Apabila energi
kinetik terus meningkat, maka akan cukup untuk mengatasi hambatan energi
aktivasi sehingga akan meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu tumbukan
yang efektif (Suarsa, 2017, p.17). Tumbukan efektif ini akan meningkatkan
pelepasan ion kalsium dari senyawa kalsium sulfat dihidrat dan meningkatkan
terbentuknya ikatan baru sehingga akan meningkatkan laju cross-linking
reaction antara ion kalsium dari kalsium sulfat dihidrat dengan ion natrium dari
natrium alginat untuk membentuk gel kalsium alginat. Hal ini menyebabkan
reaksi setting pada alginat dengan suhu air 27,7°C berlangsung lebih cepat
daripada suhu standar pabrik yaitu 23°C. Sedangkan pada temperatur tinggi,
energi kinetik antar partikel akan menurun sehingga mengurangi gerakan
partikel. Oleh karena itu, tumbukan antar partikel yang terjadi hanya sedikit.
Tumbukan antar partikel yang sedikit menyebabkan ion kalsium pada senyawa
kalsium sulfat dihidrat sulit untuk dilepaskan dan membentuk ikatan baru,
sehingga akan menurunkan laju cross-linking reaction antara ion kalsium dari
kalsium sulfat dihidrat dengan ion natrium dari natrium alginat untuk
membentuk gel kalsium alginat. Hal ini menyebabkan reaksi setting pada alginat

10
dengan suhu air 19°C berlangsung lebih lambat daripada suhu standar pabrik
yaitu 23°C.
Pada hasil percobaan setting time alginat dengan air bersuhu pabrik dan
setting time alginat dengan air bersuhu lebih rendah dari suhu pabrik, terdapat
perbedaan waktu yang cukup signifikan antara kedua percobaan yang dilakukan
yaitu sekitar 1 menit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
teknik mengaduk adonan alginat. Pengadukan yang baik menghasilkan adonan
yang homogen, namun pengadukan yang dilakukan mungkin kurang baik
sehingga adonan tidak homogen dan tidak merata. Adonan yang tidak merata
menyebabkan perbedaan waktu setting time pada sampel. Kedua, pada saat
adonan disentuh dengan alat uji, hal ini dilakukan oleh lebih dari satu orang.
Seharusnya, ketika melakukan penelitian, hal seperti ini dilakukan oleh satu
orang agar human error yang terjadi sedikit. Ketika kegiatan penyentuhan
dengan alat uji dilakukan oleh lebih dari satu orang, maka kekuatan yang
diberikan tidaklah sama dan meningkatkan human error. Ketiga adalah
pengamatan. Pengamatan dilakukan lebih dari satu orang sehingga hasilnya bisa
berbeda bergantung pada kekuatan dan ketajaman mata pengamat. Pengamatan
yang dilakukan oleh lebih dari satu orang akan menimbulkan human error yang
cukup besar dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan oleh satu orang.

6. KESIMPULAN
Material cetak alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu diatas standar
pabrik yaitu pada suhu 27,7°C memiliki setting time yang lebih cepat yaitu 3
menit 12 detik daripada material cetak alginat yang dimanipulasi dengan air
bersuhu standar pabrik yaitu 23°C dengan waktu setting time sebesar 3 menit 20
detik. Material cetak alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu dibawah
standar pabrik yaitu pada suhu 19°C memiliki setting time yang lebih lambat
yaitu 5 menit 32 detik daripada alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu
standar pabrik yaitu 23°C dengan setting time 3 menit 20 detik.

7. DAFTAR PUSTAKA

11
Anusavice KJ 2013, Phillips’ Science of Dental Materials. 12th ed. St. Louis:
Elsevier, p. 172-3.
McCabe J.F. Walls A.W.G. 2008. Applied Dental Materials. 9th Edition.
Australia: Blackwell Publishing, p. 159.
Nuriyani, 2016, Pengaruh Pembelajaran Make A-match pada Materi Sistem
Koloid terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 5 Banda Aceh, Aceh :
UIN Ar-Raniry, p. 21.
Powers, JM & Wataha, JC 2013, Dental Materials : Properties and Manipulation,
10th edn, Missouri, Elsevier Mosby, p. 94; 96.
Suarsa, IW 2017, Pengembangan Bahan Ajar : Teori Tumbukan pada Laju
Reaksi Kimia, Bali, Universitas Udayana, p. 17.
Tm Smart Nusantara 2017, Strategi Kuasai Kimia SMP Kelas 7, 8, 9, Gramedia
Widiasarana, pp.125-126, ISBN 602-375-909-2.

12

Anda mungkin juga menyukai