Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SKILL LAB BIOMATERIAL I

SETTING TIME GIPS KEDOKTERAN GIGI


(PRAKTIKUM III)

Nama : Mayfatul Firdausi Dahniar


NIM : 10617069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kedokteran gigi, gipsum merupakan material yang dipakai dalam membuat

replika dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk

pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Replika

tersebut dipakai untuk dokumentasi, menentukan rencana perawatan serta melakukan

pembuatan konstruksi protesa atau piranti gigi. Model replika rongga mulut terdiri dari 2

macam, yaitu model studi dan model kerja. Model studi menggunakan gipsum yang

memiliki kekerasan lebih rendah karena model studi hanya digunakan dalam menentukan

rencana perawatan, sedangkan model kerja menggunakan gipsum yang memiliki kekerasan

lebih tinggi karena model kerja digunakan sebagai media pembuatan gigi tiruan lengkap

atau sebagian (Sakaguchi, 2006)

Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang

dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat ( CaSO4.2H2O )

murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari

rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan

laboratorium. Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas.

Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gig tiruan. Selain itu

kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat model kerja maupun

model studi sehingga bahan gypsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar

tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan. Jika powder yang digunakan lebih

banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka gypsum tersebut akan dapat

mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat. (Annusavice,2003)


1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat memanipulasi material gips kedokteran gigi secara tepat serta dapat

mengukur waktu setting dari berbagai kelompok konsistensi (encer, normal, dan kental).

1.3 Manfaat

Mahasiswa dapat membedakan waktu setting dari berbagai kelompok konsistensi pada

gips.
BAB II

METODE PENGAMATAN

2.1 Alat dan Bahan

1. Alat

1. Spatula

2. Mangkuk karet / Rubber bowl

3. Gelas ukur

4. Stopwatch

5. Jarum

6. Cetakan balok (3x3x5 cm)

7. Vibrator

8. Neraca Analitik

2. Bahan

1. Stone Gips (Gips Tipe III)

2. Aquadest

2.2 Cara Kerja:

1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.

Gambar 1. Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Mengkonfirmasi merk dan nama produsennya gips stone yang dipakai di praktikum.

3. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi normal

a. Mencari dan mencatat ratio W:P gips stone yang dipakai, sesuai petunjuk pabriknya

(kelompok kosistensi normal).

b. Menyiapkan berat powder dengan menimbang di neraca alaitik dan volume air

dengan menuangkan gelas ukur. Berat gipsum dan volume air yang disiapkan harus

sesuai untuk kelompok konsistensi normal

4. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi encer

a. Menyiapkan berat powder gipsum stone sama dengan kelompok konsistensi normal

b. Menyiapkan volume air 2 kalinya dari volume air kelompok konsistensi normal

5. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi kental

a. Menyiapkan berat powder gipsum stone sama dengan kelompok konsistensi normal

b. Menyiapkan volume air ½ (setengah) kalinya dari volume air kelompok konsistensi

normal

6. Memberi kode cetakan dengan tulisan (encer, normal, kental) pada balok karton yang

sudah disiapkan.

Gambar 6. balok cetak yang masing-masing ditandai sesuai dengan perlakuan

konsentrasinya

7. Memasukkan serbuk gips sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet (menyalakan

stopwatch saat serbuk dimasukkan) yang telah berisi air dan biarkan mengendap
selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara. Aduk campuran gips hingga

homogen menggunakan spatula dengan gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran,

bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar perlahan-lahan. Pengadukan dapat juga

dilakukan dengan menggunakan alat pengaduk mekanis sistem vakum selama 1

menit/120rpm (didapatkan mixing time)

Gambar 7.1 Memasukkan aquadest ke bowl sesuai takaran

Gambar 7.2. Menakar serbuk gipsum sesuai dengan takaran


Gambar 7.3. Memasukkan serbuk gipsum kedalam bowl yang sudah terisi air

Gambar 7.4. Proses mixing adonan gipsum

8. Menuangkan adonan gips ke dalam cetakan,hidupkan vibrator selama 10 detik dengan

kecepatan low untuk menghilangkan udara yang terperangkap, kemudian permukaan

cetakan diratakan memakai spatula (didapatkan manipulating time)


Gambar 8. Memasukan adonan kedalam cetakan

9. Mengamati final setting dimulai pada saat adonan sudah dalam cetakan dan kemudian

tusuk permukaan gips dengan gerakan cepat dan jarum diangkat kembali. Bersihkan

ujung jarum dengan tissue, ulangi penusukan setiap 1 menit sambil cetakan digerakkan

memutar untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda. Lakukan hingga jarum

tidak dapat menusuk permukaan gips atau gips tidak menempel pada jarum

(didapatkan waktu final setting)

Gambar 9. Menusukan jarum dipermukaan gips

10. Dicatat suhu kamar dan kelembaban ruang pada saat bekerja.

11.Sambil mengamati final setting kelompok konsistensi normal, kegiatan no.7 sampai

10 dilakukan untuk kelompok konsistensi encer dan kental.


12. Menunjukkan hasil pengamatan ke instruktur lab untuk disahkan.

13. Membuat laporan berdasarkan hasil pengamatan setting time gips stone.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

NO Kelompok Mixing Manipulat Working Final Seting Time

Time (A) ing Time Time/Init Seting (Initial+Final)

(B) ial Seting

(A+B)

1. Konsistensi Encer 35 detik 10 detik 45 23 23 menit45

detik

2. Konsistensi Normal 20 detik 14 detik 34 18 18 menit 34

detik

3. Konsistensi Kental 20 detik 30 detik 50 13 13 menit 50

detik
BAB IV

PEMBAHASAN

Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang

dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat ( CaSO4.2H2O )

murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari

rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan

laboratorium. Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas.

Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gig tiruan. Selain itu

kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk membuat model kerja maupun

model studi sehingga bahan gypsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar

tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan. Jika powder yang digunakan lebih

banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka gypsum tersebut akan dapat

mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat. (Annusavice,2003)

Gipsum mungkin saja merupakan produk yang lebih baik dari material lainnya dalam

bidang kedokteran gigi. Dental plaster, stone, high- strength/high-expansion stone,dan casting

investment merupakan kelompok gipsum. Dengan sedikit modifikasi, gipsum dapat digunakan

untuk beberapa tujuan yang berbeda. Contohnya, impression plaster digunakan untuk membuat

cetakan dari rongga mulut, sedangkan dental stone digunakan untuk membuat die yang

menduplikasi anatomi oral ketika dituangkan ke berbagai tipe cetakan. Gipsum juga dapat

digunakan sebagai pengikat untuk silikat dalam gold alloy casting investment, soldering

investment, dan investment untuk alloy nikel-kromium dengan titik lebur rendah. Produk ini

juga digunakan dalam proses pembuatan complete denture. Alasan utama untuk penggunaan
gipsum pada berbagai macam keperluan itu adalah sifat material gipsum yang mudah

dimodifikasi secara fisis dan kimiawi (Powers & Sakaguchi, 2006).

Gipsum di bidang kedokteran gigi terdiri dari beberapa tipe. American Dental

Association (ADA) No.25 membagi gipsum menjadi lima tipe.13 Masing – masing tipe

memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, hal ini disesuaikan untuk kegunaannya.

a. Tipe I (Impression Plaster)

Gipsum tipe I digunakan untuk mencetak pasien yang telah kehilangan gigi, hal ini

disebabkan sifatnya yang tidak elastis dan mudah patah. Apabila gipsum tipe ini digunakan

untuk mencetak pada pasien yang memiliki gigi, maka undercut gigi tidak dapat tercetak

dengan baik.

b. Tipe II (Laboratory or Model Plaster)

Pada dasarnya gipsum tipe II merupakan plaster of Paris, gipsum ini digunakan sebagai

model studi dan sebagai bahan pengikat model kerja ke articulator

c. Tipe III (Dental Stone)

Dental stone umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. Gipsum tipe III

memiliki karakteristik lebih keras dan lebih kuat dibandingkan gipsum tipe II sehingga

lebih tahan lama.

d. Tipe IV (Dental Stone, High Strength)

Gipsum tipe IV atau biasa disebut dengan die stone digunakan untuk media pembuatan

dai. Gipsum ini memiliki ketahanan terhadap abrasi yang cukup baik untuk menghindari

perubahan bentuk gipsum saat mengukir wax.

e. Tipe V (High-Strength, High Expansion Dental Stone)

Gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi dan ekspansi yang lebih tinggi dibandingkan

gipsum tipe IV, hal ini diperoleh dari pengurangan perbandingan air dan bubuk (w/p ratio).
Gipsum tipe ini digunakan sebagai model kerja dalam pembuatan gigi tiruan berbasis

logam.

Produk gipsum digunakan dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi dari rongga

mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium

kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Setting time adalah waktu yang

diperlukan gips untuk mengeras sejak gips kontak dengan air.

1. mixing time adalah proses ketika waktu yang diperlukan untuk pengadukan gips

dengan air. Waktu pencampuran ini penting karena pengadukan yang tidak sempurna

dapat mengurangi kekuatan gips hingga 50 %. Pengadukan yang baik akan

menghasilkan campuran yang halus, dengan konsistensi seperti krim serta tidak

menetes dari spatula apabila spatula diangkat dari bowl.

2. Manipulating Time adalah ketika gips sudah dicampur air dimasukkan ke dalam sendok

cetak.

3. Working Time adalah permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips
dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. Secara visual
ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman).
Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
4. Final setting adalah waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai.
Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum
maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
5. Setting Time adalah ketika bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah

berakhir. (Craig 2006)


Pada praktikum kali ini jenis gipsum yang digunakan adalah jenis gipsum tipe 3 (dental

stone). Dimana gipsum tipe 3 ini digunakan untuk mengisi cetakan negative sehingga

terbentuklah suatu model kerja dari cetakan tersebut. Waktu setting pada gipsum adalah

waktu yang dibutuhkan untuk menjadi keras setelah dihomogenkan dengan larutan

aquadest.. Setting time pada gipsum terdapat dua tahap sebagai berikut:

1. Initial setting time

Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung. Pada masa ini, adonan gips

dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika viskositas dari adonan

meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan tampilan mengkilatnya (loss of

gloss). Loss of gloss tersebut menandakan bahwa gips sudah mencapai setting awalnya. Pada

saat setting awal dicapai, bahan gips tidak boleh dikeluarkan dari cetakan. Selain itu, pada

reaksi pengerasan ini terdapat reaksi eksoterm.

2. Final setting time

Ketika gips dapat dikeluarkan dari cetakan menandakan bahwa gips tersebut telah mencapai

final set. Akan tetapi pada masa ini, gips tersebut memiliki kekerasan dan ketahanan terhadap

abrasi yang minimal. Pada reaksi pengerasan akhir ini, reaksi kemis yang terjadi telah selesai

dan model akan menjadi dingin ketika disentuh ( McCabe dan Walls 2008).

Percobaan ini menggunakan metode eksperimental laboratorium untuk melihata adanya

pengaruh perbandingan rasio w:p terhadap setting time dari gipsum. Penelitian ini

menggunakan 3 sampel dengan rasio w:p yang berbeda yaitu :

1. W:P 15 ml:5 sendok bebek gipsum untuk sampel encer

2. W:P 12 ml:5 sendok bebek gipsum untuk sampel normal

3. W:P 10 ml:5 sendok bebek gipsum untuk sampel kental


Setelah dilakukan penelitian, ditemukan data hasil penelitian yang menunjukkan

adanya perbedaan yang memperlihatkan pengaruh perbandingan rasio air yang diberikan

terhadap setting time gips.Perbandingan water dan powder sangat mempengaruhi setting

time gypsum. Setting time adalah waktu yang diperlukan gipsum untuk mengeras.Untuk

menentukan setting time gips dapat dilihat dari data diatas semakin encer maka setting

timenya lama dan semakin kental setting timenya cepat.


BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat praktikum yang sudah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa waktu setting dari bahan cetak dental gypsum dapat dipengaruhi oleh rasio

air bubuk (W/P). Dan dapat disimpulkan setelah dilakukan praktikum mengenai manipulasi

material dental gypsum dengan berbagai kelompok konsistensi (encer, normal, dan kental)

bahwa :

1. Semakin kental adonan gypsum maka akan semakin cepat setting time yang diperoleh.

2. Semakin kental maka akan semakin tinggi kekuatan kompresi yang diperoleh.

3. Semakin kental maka semakin sedikit terbentuknya porus.

4. Semakin encer maka semakin banyak menghasilkan porus

5. Semakin encer maka semakin lama setting

6. Semakin encer maka semakin rendah kekuatan kompresi yang diperoleh.


DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J. 2003. Philips: Buku Ajar Ilmu Bahan Keddokteran Gigi. 10th ed. Jakarta:EGC.

Combe. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :Balai Pustaka.

Dental Stone Type IV According to ADA Specifications. Journal of Islamic Dental Association

of Iran (JIDAI) 2013;25(1).

Gladwin M, Bagby M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials Theory, Practice, and Cases.

4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

McCabe JF, Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th Ed. Oxford: Blackwell

Publishing Ltd.

Robert. G. Craig, Ph. D. 1983. Dental Material Properties and Manipulation. The University

of Michigan scool of dentistry; the C. V. Mosby Company

Sakaguchi, RL and Powers MS. 2006. Craig’s: Restorative Dental Materials. St.Louis: Mosby

Elsevier. p. 303-332.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai