Anda di halaman 1dari 6

BAHAN CETAK ALGINAT

A. Pengertian
Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid irreversible, mengandung
air, digunakan untuk mencetak detail minimal seperti yang diperlukan dalam
membuat model studi. Bahan cetak alginat ini dibuat dari algin, yaitu ekstrak
lendir yang dihasilkan dari alga coklat. Algin merupakan polimer linier yang
bernama asam anhydro-β-d mannuronic yang biasa disebut asam alginik. Asam
alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang
diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium yang larut dalam air. Alginat
telah digunakan secara luas melebihi bahan cetak lain sejak perang dunia kedua
karena mempunyai banyak kelebihan, yaitu; manipulasinya yang mudah, nyaman
bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak membutuhkan banyak peralatan
(Anusavice, 2013).
Beberapa sifat dari alginat yaitu (Combe, 1992) :

a. Sifat rheology: Alginat cukup encer untuk sanggup mencatat detil halus
dalam mulut
b. Bahan ini cukup elastis untuk dapat ditarik melewati undercut;
walaupun demikian kadang-kadang bagian cetakan dapat patah bila
melalui undercut yang dalam.
c. Dimensi cetakan tidak stabil pada penyimpanan karena syneresis.
d. Dapat kompatibel dengan model plaster dan stone.
e. Bahan tidak toksis dan tidak mengiritasi; rasa dan baunya biasanya
dapat ditoleransi.
f. Waktu setting tergantung pada kompsisi dan suhu pencampuran.
g. Bubuk alginat menjadi tidak stabil bila disimpan pada ruangan yang
lembab atau kondisi yang lebih hangat dari suhu kamar.

B. Komposisi
Komponen aktif utamanya adalah salah satu alginat yang larut air,
seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin. Bila alginat dicampur dengan
air, maka bahan tersebut membentuk sol. Berat molekul dari campuran alginat
bervariasi bergantung pada pabrik pembuat. Semakin besar berat molekul,
semakin kental sol yang didapat (Anusavice, 2013).
Formula komponen bubuk bahan cetak alginat terdiri dari 15% kalium
alginat sebesar, 16% kalsium sulfat, 4% oksida seng, 3% kalium titanium fluorid,
60% tanah diatoma, dan 2% natrium fosfat. Tanah diatoma dan oksida seng
digunakan sebagai bahan pengisi. Bila bahan pengisi ditambahkan dalam jumlah
yang tepat, maka akan dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat,
menghasilkan tekstur yang halus, dan menjamin permukaan gel padat yang tidak
bergelombang. Tanpa bahan pengisi, gel yang terbentuk menjadi tidak kuat dan
akan terbentuk permukaan lengket yang tertutup eksudat hasil sineresis. Kalsium
sulfat digunakan sebagian reaktor yang bentuk hemihidratnya akan memperlama
waktu penyimpanan. Sedangkan, fluoride berfungsi untuk mempercepat
pengerasan stone untuk mendapatkan permukaan model stone yang keras dan
padat terhadap cetakan (Anusavice, 2013).
C. Cara Penyimpanan
Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara adalah
dua faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat.
Bahan yang sudah disimpan selama 1 bulan pada 65 oC tidak dapat digunakan
dalam perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali
atau mengeras terlalu cepat. Bahkan pada temperatur 54 oC ada bukti kerusakan,
barangkali karena alginat mengalami depolarisasi. Tanggal kadaluarsa yang
menyatakan kondisi penyimpanan harus dengan jelas dicantumkan oleh pabrik
pembuat pada masing-masing kemasan. Pada keadaan apapun, lebih baik tidak
menyimpan persediaan alginat lebih dari setahun dalam praktik dokter gigi dan
simpan bahan tersebut pada lingkungan yang dingin kering (Anusavice, 2013).
D. Manipulasi
Setiap alginat mempunyai P/W rasio standar yang telah dibuat pabrik.
Idealnya bubuk alginat harus ditimbang dan bukan diukur secara volumetrik
dengan sendok penakar, seperti yang banyak dianjurkan oleh pabrik. Namun bila
petunjuk pabrik tidak dilakukan dengan baik, sifat manipulasi dari campuran
alginat akan terpengaruh. Misalnya, variasi perbandingan bubuk alginat dan air
sebesar 15% sudah dapat mempengaruhi waktu pengerasan dan konsistensi secara
nyata (Anusavice, 2013).
Waktu pengadukan sangatlah penting, misalnya kekuatan gel dapat
berkurang sampai 50% bila pengadukan tidak sempurna. Waktu pengadukan 45
detik sampai 1 menit umumnya sudah cukup, tergantung pada merek dan jenis
alginat. Hasilnya harus berupa campuran seperti krim yang halus serta tidak
menetes dari spatula ketika diangkat dari rubber bowl. Pengadukan dengan
gerakan angka delapan dengan cepat adalah yang terbaik, dengan adukan
dihentakkan dan ditekan pada dinding rubber bowl dengan putaran intermiten
(180°) dari spatula untuk mengeluarkan gelembung udara (Anusavice, 2013).
Sebelum menempatkan cetakan dalam mulut, bahan tersebut harus
mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir keluar dari sendok cetak
dan membuat pasien tersedak. Cetakan dimasukkan pada tahap krits, yaitu antara
tahap bahan cetak mengalir dan tidak mengalir. Campuran ditempatkan pada
sendok cetak yang sesuai. Bahan cetak harus menempel pada sendok cetak
sehingga hasil cetakan dapat ditarik dari sekitar gigi. Lapisan alginat yang tipis
umumnya lemah, karena itu sendok cetak harus cocok dengan lengkung gigi
pasien sehingga didapatkan ketebalan cetakan alginat sekurang-kurangnya 3mm
(Anusavice, 2013).
E. Proses Setting/ Gelasi
Gelasi adalah perubahan dari sol menjadi gel. Kalsium sulfat bereaksi
dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau
natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produksi kalsium alginat ini begitu cepat
sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja. Jadi, suatu garam larut air ketiga,
seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk memperpanjang waktu
kerja. Strateginya adalah kalsium sulfat akan lebih suka bereaksi dengan garam
lain dibanding alginat larut air. Jadi, reaksi antara kalsium sulfat dan alginat larut
air dapat dicegah asalkan ada trinatrium fosfat yang tidak bereaksi. Ada sejumlah
garam larut air yang dapat digunakan sebagai retarder, seperti natrium atau kalium
fosfat, kalium oksalat, atau kalium karbonat, trinatrium fosfat, natrium
tripolifosfat dan tetranatrium pirofosfat. Umumnya, bila kira-kira 15 g bubuk
dicampur dengan 40 ml air, gelasi akan terjadi dalam waktu sekitar 3-4 menit
pada temperatur ruangan (Anusavice, 2013).

Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya gelasi atau
waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket
bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan serta
harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk bahan, mengisi
sendok cetak, dan meletakkannya di dalam mulut pasien. Waktu gelasi optimal
adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan (20 oC). Normalnya, pabrik
jenis alginat yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan
kecepatan normal (2,5-4 menit) (Anusavice, 2013).

Waktu gelasi dapat diperpanjang dengan menggunakan air dingin atau


diperpendek dengan menggunakan air hangat. Penyesuaian bubuk dengan rasio air
dapat mempengaruhi pengerasan tetapi juga merugikan karena mempengaruhi
sifat fisik oleh karena itu tidak dianjurkan. Beberapa bahan yang dipasarkan
menunjukkan perubahan waktu gelasi sebesar 20 detik untuk setiap derajat
Celcius perubahan temperatur (Hatrick, 2003).

F. Penanganan Hasil Cetakan


Cetakan sebaiknya segera dilakukan desinfeksi menggunakan bahan
pemutih rumah tangga, iodophor, atau fenil sintetik. Setelah cetakan dicuci bersih,
semprotkan desinfektan secara merata. Bungkus cetakan dalam handuk kertas
yang sudah direndam dalma disenfektan, masukkan ke kantung plastik tertutup
selama 10 menit. Kemudian, keluarkan cetakan, cuci, dan kebaskan kelebihan air
(Anusavice, 2013).
Cetakan tidak boleh terlalu lam terpajan di udara dan harus segera diisi
dengan stone bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Jika dibiarkan dalam ruangan
terbuka akan mengalami sineresis, sebaliknya jika direndam maka akan
mengalami imbibisi. Perubahan panasjuga menyebabkan perubahan dimensi. Pada
alginat, cetakan akan mengerut sedikit karena perbedaan suhu rongga mulut
dengan ruangan. Selain itu, gel juga terkena tekanan yang terlokalisir terutama
karena terkena tekanan pada sendok cetak selama periode gelasi. Berbagai
medium penyimpanan seperti kalium sulfat 2% atau kelembaban relatif 100%
disarankan untuk mengurangi perubahan dimensi cetakan (Anusavice, 2013).
Setelah cetakan dikeluarkan dari mulut dan dicuci, segera isi dengan
stone. Permukaan model stone yang kasar terjadi bila kelebihan air pencuci
terkumpul pada permukaan cetakan saat cetakan diisi dengan stone. Namun, juga
tidak boleh dikeringkan karena gel akan melekat pada permukaan model tuang
sewaktu hendak dibuka. Permukaan cetakan harus mengkilat, tanpa lapisan atau
tetesan air saat dilakukan pengecoran (Anusavice, 2013).
Penuangan campuran stone untuk mengisi cetakan harus dimulai dari
salah satu ujung cetakan lengkung rahang. Setelah itu, cetakan dapat diletakkan
pada humidor atau larutan kalium sulfat 2% sementara menunggu stone mengeras.
Cetakan yang sudah diisi tidak boleh direndam dala air. Model stone atau die
harus tetap berkontak dengan cetakan minimal 30 menit sebelum dipisahkan. Bila
waktu kontak diperpanjang, stone akan menyerap air dari cetakan yang akan
menghasilkan permukaan berkapur dengan detail yang buruk (Anusavice, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

. Anusavice, K. J., 2013, Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, edisi
10, EGC, Jakarta.
Hatrick, C. D., 2003, Dental Materials, Saunders, Philadelphia.
Combe, E. C., 1992, Sari Dental Material, Balai Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai