Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMATERIAL I

SETTING TIME GIPS KEDOKTERAN GIGI


(PRAKTIKUM III)

Disusun oleh:
Bagas Anggie Susetya Adji
10617022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral Gipsum merupakan salah satu mineral alam dan juga dapat dihasilkan

oleh proses industri kimia. Dalam bidang kedokteran gigi gipsum digunakan untuk

keperluan laboratorium dental, misal dalam pembuatan cast dan die (Sugiarto, 2009).

Gypsum sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis gypsum dental secara umum

sebelum diklasifikasikan yaitu : Plaster dan stone gigi. Struktur kimia gips Gips adalah

kalsium sulfat dihidrat, CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi

untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,

(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk. (Richard dkk,

2002).

Manipulasi dari gipsum dilakukan dengan melakukan pencampuran bubuk dari

gipsum ini dengan air. Proses pencampuran disebut dengan spatulasi. Proses spatulasi

memiliki efek tertentu pada setting time dan setting expansion (Craig’s, 2008).

Setting time dapat diidentifikasi melalui dua tahap. Tahap pertama, dimana

material berkembang menjadi padat namun lemah dan flow kurang. Tahap ini dikenal

sebagai tahap initial setting. Saat material telah mempunyai kekuatan dan kekerasan

yang cukup untuk dilakukan pengerjaan, tahap ini disebut final setting. Ciri-ciri tahap

setting dari gipsum dapat diukur dengan menggunakan tekanan dari jarum Gillmore.
Jarum yang lebih berat memiliki diameter ujung yang lebih kecil sehingga

menghasilkan gaya tekan yang lebih besar. Initial setting dapat didefinisikan saat

gipsum dapat menyangga jarum yang ringan. ( McCabe dan Walls 2008).

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat memanipulasi material gips kedokteran gigi secara tepat serta

dapat mengukur waktu setting dari berbagai kelompok konsistensi (encer, normal,

dan kental).

1.3 Manfaat Praktikum

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara memanipulasi gipsum serta

mengukur waktu settingnya.


BAB II

METODE PENGAMATAN

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

a. Spatula

b. Mangkuk karet / Rubber bowl

c. Gelas ukur

d. Stopwatch

e. Jarum

f. Cetakan balok (3x3x5 cm)

g. Vibrator

h. Neraca Analitik

2.1.2 Bahan

a. Stone Gips (Gips Tipe III)

b. Aquadest

2.2 Cara Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.


Gambar 1. Alat-alat yang dibutuhkan

Gambar 2. Serbuk gipsum tipe 3 (dental stone)

Gambar 3. Aquadest
b. Mengkonfirmasi merk dan nama produsennya gips stone yang dipakai di

praktikum.

c. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi normal

1. Mencari dan mencatat ratio W:P gips stone yang dipakai, sesuai petunjuk

pabriknya (kelompok kosistensi normal).

2. Menyiapkan berat powder dengan menimbang di neraca analitik dan

volume air dengan menuangkan gelas ukur. Berat gipsum dan volume air

yang disiapkan harus sesuai untuk kelompok konsistensi normal

d. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi encer

1. Menyiapkan berat powder gipsum stone sama dengan kelompok

konsistensi normal

2. Menyiapkan volume air 2 kalinya dari volume air kelompok konsistensi

normal

e. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi kental

1. Menyiapkan berat powder gipsum stone sama dengan kelompok

konsistensi normal

2. Menyiapkan volume air ½ (setengah) kalinya dari volume air kelompok

konsistensi normal

f. Memberi kode cetakan dengan tulisan (encer, normal, kental) pada balok

karton yang sudah disiapkan.


Gambar 4. 3 balok cetak yang masing-masing ditandai sesuai dengan

perlakuan konsentrasinya

g. Memasukkan serbuk gips sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet

(menyalakan stopwatch saat serbuk dimasukkan) yang telah berisi air dan

biarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.

Aduk campuran gips hingga homogen menggunakan spatula dengan gerakan

memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet

diputar perlahan-lahan. Pengadukan dapat juga dilakukan dengan

menggunakan alat pengaduk mekanis sistem vakum selama 1 menit/120rpm

(didapatkan mixing time)

Gambar 5. Memasukkan aquadest ke bowl sesuai takaran


Gambar 6. Memasukkan serbuk gipsum kedalam bowl yang sudah terisi air

Gambar 7. Proses mixing adonan gipsum

h. Menuangkan adonan gips ke dalam cetakan,hidupkan vibrator selama 10 detik

dengan kecepatan low untuk menghilangkan udara yang terperangkap,

kemudian permukaan cetakan diratakan memakai spatula (didapatkan

manipulating time)
Gambar 8. Menuangkan adonan gipsum kedalam balok

i. Mengamati final setting dimulai pada saat adonan sudah dalam cetakan dan

kemudian tusuk permukaan gips dengan gerakan cepat dan jarum diangkat

kembali. Bersihkan ujung jarum dengan tissue, ulangi penusukan setiap 1

menit sambil cetakan digerakkan memutar untuk mendapatkan daerah tusukan

yang berbeda. Lakukan hingga jarum tidak dapat menusuk permukaan gips

atau gips tidak menempel pada jarum (didapatkan waktu final setting)
Gambar 9. Mengetes kekerasan / final setting gipsum dengan menusukan

jarum pada adonan

j. Dicatat suhu kamar dan kelembaban ruang pada saat bekerja.

k. Sambil mengamati final setting kelompok konsistensi normal, kegiatan no.7

sampai 10 dilakukan untuk kelompok konsistensi encer dan kental.

l. Menunjukkan hasil pengamatan ke instruktur lab untuk disahkan.

Gambar 10. Hasil gipsum yang berasal dari konsentrasi encer

Gambar 11. Hasil gipsum yang berasal dari konsentrasi normal


Gambar 12. Hasil gipsum yang berasal dari konsentrasi kental

m. Membuat laporan berdasarkan hasil pengamatan setting time gips stone


BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Tabel Hasil Pengamatan Waktu Setting (detik)

No. Working Final Setting Time


Kelompok Mixing Manipulating Time/Initial Setting (Initial+Final)
Time (A) Time (B) Setting(A+B)
1. Konsistensi 74 38 112 749 861
Encer
2. Konsistensi 65 44 109 539 648
Nornmal
3. Konsistensi 59 46 105 473 578
Kental
BAB IV

PEMBAHASAN

Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan,berupa

bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat).Dihidrat

murni biasanya memiliki kandungan kimia (dalam bentuk oksida),seperti CaO 32,5%,

SO3 46,6%, dan H2O 20,9% (Singh, 2006)

Gipsum mungkin saja merupakan produk yang lebih baik dari material lainnya

dalam bidang kedokteran gigi. Dental plaster, stone, high- strength/high-expansion

stone,dan casting investment merupakan kelompok gipsum. Dengan sedikit

modifikasi, gipsum dapat digunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda. Contohnya,

impression plaster digunakan untuk membuat cetakan dari rongga mulut, sedangkan

dental stone digunakan untuk membuat die yang menduplikasi anatomi oral ketika

dituangkan ke berbagai tipe cetakan. Gipsum juga dapat digunakan sebagai pengikat

untuk silikat dalam gold alloy casting investment, soldering investment, dan

investment untuk alloy nikel-kromium dengan titik lebur rendah. Produk ini juga

digunakan dalam proses pembuatan complete denture. Alasan utama untuk

penggunaan gipsum pada berbagai macam keperluan itu adalah sifat material gipsum

yang mudah dimodifikasi secara fisis dan kimiawi (Powers & Sakaguchi, 2006).
Gipsum di bidang kedokteran gigi terdiri dari beberapa tipe. American Dental

Association (ADA) No.25 membagi gipsum menjadi lima tipe.13 Masing – masing tipe

memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, hal ini disesuaikan untuk kegunaannya.

a. Tipe I (Impression Plaster)

Gipsum tipe I digunakan untuk mencetak pasien yang telah kehilangan gigi, hal

ini disebabkan sifatnya yang tidak elastis dan mudah patah. Apabila gipsum tipe

ini digunakan untuk mencetak pada pasien yang memiliki gigi, maka undercut gigi

tidak dapat tercetak dengan baik.

b. Tipe II (Laboratory or Model Plaster)

Pada dasarnya gipsum tipe II merupakan plaster of Paris, gipsum ini digunakan

sebagai model studi dan sebagai bahan pengikat model kerja ke articulator

c. Tipe III (Dental Stone)

Dental stone umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. Gipsum

tipe III memiliki karakteristik lebih keras dan lebih kuat dibandingkan gipsum tipe

II sehingga lebih tahan lama.

d. Tipe IV (Dental Stone, High Strength)

Gipsum tipe IV atau biasa disebut dengan die stone digunakan untuk media

pembuatan dai. Gipsum ini memiliki ketahanan terhadap abrasi yang cukup baik

untuk menghindari perubahan bentuk gipsum saat mengukir wax.

e. Tipe V (High-Strength, High Expansion Dental Stone)


Gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi dan ekspansi yang lebih tinggi

dibandingkan gipsum tipe IV, hal ini diperoleh dari pengurangan perbandingan air

dan bubuk (w/p ratio). Gipsum tipe ini digunakan sebagai model kerja dalam

pembuatan gigi tiruan berbasis logam.

Pada praktikum kali ini jenis gipsum yang digunakan adalah jenis gipsum tipe 3

(dental stone). Dimana gipsum tipe 3 ini digunakan untuk mengisi cetakan negative

sehingga terbentuklah suatu model kerja dari cetakan tersebut. Waktu setting pada

gipsum adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjadi keras setelah dihomogenkan

dengan larutan aquadest.. Setting time pada gipsum terdapat dua tahap sebagai berikut:

1. Initial setting time

Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung. Pada masa ini,

adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika

viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan

tampilan mengkilatnya (loss of gloss). Loss of gloss tersebut menandakan bahwa gips

sudah mencapai setting awalnya. Pada saat setting awal dicapai, bahan gips tidak boleh

dikeluarkan dari cetakan. Selain itu, pada reaksi pengerasan ini terdapat reaksi

eksoterm.

2. Final setting time

Ketika gips dapat dikeluarkan dari cetakan menandakan bahwa gips tersebut

telah mencapai final set. Akan tetapi pada masa ini, gips tersebut memiliki kekerasan
dan ketahanan terhadap abrasi yang minimal. Pada reaksi pengerasan akhir ini, reaksi

kemis yang terjadi telah selesai dan model akan menjadi dingin ketika disentuh (

McCabe dan Walls 2008).

Pada praktikum kali ini dilakukan perlakuan yang berbeda pada 3 percobaan

manipulasi gipsum tipe 3 (dental stone). Dilakukan 3x proses manipulasi gipsum yang

dibedakan pada konsentrasi larutan yang digunakan. Pada perlakuan pertama yaitu

konsentrasi encer dimana perbandingan w/p nya ialah 40ml aquadest dan 4,5 sendok

makan bebek dihomogenkan lalu dituang kedalam balok pertama dan mendapatkan

hasil waktu setting 861 detik. Pada perlakuan kedua yaitu dengan konsentrasi normal

dimana perbandingan w/p nya 30ml aquadest dan 4,5 sendok makan bebek

dihomogenkan dan dituang kedalam balok ke 2 sehingga mendapatkan hasil waktu

setting 648 detik. Sedangkan pada perlakuan ketiga ialah dengan percobaan konsentrasi

kental dimana pada percobaan kali ini perbandingan w/p yang digunakan adalah 20ml

aquadest dan 4,5 sendok makan bebek dan dihomogenkan lalu dituang pada balok ke

3 sehingga didapatkan hasil waktu setting 578 detik.

Pada masing-masing percobaan kali ini dapat dilihat perbedaan perbandingan

w/p sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu setting pada gipsum, semakin banyak

konsentrasi air atau aquadest yang ditambahkan maka waktu setting pada gipsum juga

semakin lama. Hal ini sesuai dengan teori- teori yang dikemukakan oleh (anusavice,

2003) bahwa Semakin tinggi perbandingan W : P, maka semakin lama setting time dan

semakin lemah produk gipsum. Hal ini terjadi karena semakin banyak air digunakan
untuk pengadukan, semakin sedikit jumlah nucleus pada unit volume. Akibatnya waktu

pengerasan diperpanjang.

Selain konsentrasi w/p, hal yang dapat mempengaruhi setting time pada gipsum

ialah :

a Kehalusan partikel. Semakin halus partikel gipsum maka nuklei kristal

akan meningkat dan waktu setting lebih pendek.

b Mixing time. Semakin cepat dan panjang waktu pengadukan, maka

semakin sering terjadi tumbukan partikel dan reaksi berjalan lebih cepat.

c Temperatur. Pada suhu 0° C- 50° C, perubahan waktu setting tidak begitu

signifikan, Namun, di atas 50° C, setting time memendek secara bertahap.

d Retarder dan accelerator. Secara umum, accelerator akan mempercepat

reaksi sehingga setting time lebih pendek sementara retarder

memperpanjang setting time.

e Kelembaban. Setting time dapat menjadi lebih panjang dalam kondisi

lembab. Oleh karena itulah setelah digunakan, bubuk gipsum harus

disimpan dalam tempat yang kedap udara (Chandra, 2000).


BAB V

KESIMPULAN

Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan,berupa

bubuk putih, dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat). Pada

kedokteran gigi gipsum memiliki banyak kegunaan sesuai dengan jenis atau tipe

gipsum tersebut. Gipsum tipe 1 digunakan untuk mencetak rahang pasien yang

kehilangan gigi, gipsum tipe 2 digunakan sebagai model study, gipsum tipe 3

digunakan sebagai model kerja, gipsum tipe 4 digunakan sebagai media untuk

pembuatan die, dan gipsum tipe 5 digunakan sebagai model kerja dalam pembuatan

gigi tiruan berbasis logam

Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada kali ini, dapat disimpulkan bahwa

ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi lamanya waktu setting pada

gipsum. Salah satunya adalah rasio W/P. Semakin banyak konsentrasi air yang

ditambahkan pada serbuk gipsum, ini akan membuat hasil adonan menjadi encer

sehingga membuat waktu settingnya semakin lama dan sebaliknya jika konsentrasi air

yang ditambahkan pada serbuk gipsum akan membuat adonan menjadi kental dan

waktu setting menjadi lebih cepat.


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, dkk. 2009. Sifat Material Dental. Yogyakargta : Graha Ilmu.

Noort, Richard. 2002. Introduction to Dental Material, 2d Edition.


ElsevierHealth Sciences.
Craig, Robert George, Powers, John M., &Wataha, John C.2008. Dental Materials:
Properties and Manipulation 8th edition. Mosby: Michigan.

McCabe, John F dan Angus Walls. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed., Victoria:
Blackweel, Inc.
Singh, M. 2006. Making A Gypsum Plaster in Bhutan – An Experience. Journal of
Scientific and Industrial Research. Volume 65. Diakses: 26 oktober 2018, dari
https://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/4964/JSIR%2065%2810%29%2082
6-829.pdf
Craig, R.G., Powers, J.M., dan Sakaguchi, R.L., 2006. Resin Compounds Restorative
Materials, in Craig’s Restorative Dental Material. Edisi 12. Mosby, St. Louis
Anusavice. K.J. 2003, Phillips’ Science on Dental Materials., 11th ed. Saunders,
Elsevier Science. St Loius
Chandra, S 2000, A Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaypee.

Anda mungkin juga menyukai