Anda di halaman 1dari 12

DENTAL MATERIAL

BAHAN DENTAL STONE SEBAGAI BAHAN PENGECOR


Dosen Pembimbing
Drg.Hj.Naning. K. Utami, M.Kes
NIP.19660426 19903 2001

Disusun Oleh :
NAMA : RAHMAWATI
NIM.P07125229063

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN BANJARMASIN
PRODI D-III KEPERAWATAN GIGI
SEMESTER II
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Saya berharap semoga makalah yang telah tersusun ini bisa bermanfaat dan menambah
pengetahuan. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Banjarbaru, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... 1
(Sampul) ................................................................................................................ 1.1
Kata Pengantar.................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................ 3
BAB I
(Pendahuluan)
1.1 Latar belakang ............................................................................................ 4
1.2 Tujuan penulisan ........................................................................................ 4.1
BAB II
(Pembahasan)
2.1 Definisi dental stone/gips ..................................................................... 5
2.2 Klasifikasi setting time,initial setting, final setting...................... 5.1
2.3 Sifat mekanis dental stone/gips saat mengeras............................ 5.2
2.4Klasifikasi dental stone/gips .................................................................. 5.3
2.5 Sifat-sifat ........................................................................................................ 5.4
BAB III
(Metode penelitian)
3.1 Alat dan bahan............................................................................................. 6
3.2 Cara kerja....................................................................................................... 6.1
BAB IV
(Hasil dan pembahasan)
BAB V KESIMPULAN..............................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai aplikasi penggunaan
dental stone/gipsum III, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.
Material gips ini banyak dipergunakan antara lain dalam pembuatan model dan die,
articulatingcast,mould,refractoryinvestmentdanlain-lain.
Karena banyaknya pengunaan gips dalam Kedokteran Gigi ini maka perlu untuk
mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat sifatnya sehingga akan memudahkan
dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Dan untuk
lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan cara
manipulasi gips yang benar serta pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi.
Bahan-bahan yang dipakai di bidang Kedokteran Gigi kebanyakan mempunyai berbagai
fungsi berdasarkan kegunaannya atau pemakaian nya. Salah satunya adalah penggunaan
Gips. Gips dalam bidang ilmu material kedokteran gigi aplikasi bahan ini banyak sekali
dijumpai,baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.

Bahan yang berasal dari Gips dapat digunakan sebagai :

 Modeldandie
 Bahancetak
 Mounting
 Packing
 Bahan tanam

Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang dihasilkan
untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat ( CaSO4.2H2O ) murni. Produk
gypsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut
serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protes gigi.

Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas. Penggunaan tersebut
dapat diperlihatkan dalam pembuatan model gigi tiruan.Selain itu kegunaan klinis maupun
laboratories yang lain yaitu untuk membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan
gypsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan
restorasi gigi tiruan. Di dalam gypsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu,
merah atau coklat.Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,
anhidrat,karbohidrat,sedikit SiO2 atau oksida lain.

Intial setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan komposisi powder dan
liquid yang digunakan. Jika powder yang digunakan lebih banyak dalam artian tidak
seimbangi dengan liquidnya maka gypsum tersebut akan dapat mencapai tahapan initial
setting yang lebih cepat .

1.2.Tujuan penulisan

1) Mengetahui macam-macam gypsum


2) Mengetahui cara manipulasi gypsum yang benar
3) Mengetahui klasifikasi setting time,initialsetting,finalsetting
4) Mengetahui perbedaan antara initial setting dengan final setting
BAB II

PEMBAHASAN

Gips adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat, dengan rumus kimia
(CaSO4)2H2O. Di alam, gips merupakan masa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau
coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksidasi besi, anhidrat,
karbokhidrat,sedikit SiO2 atau oksida logam lain (Anderson 1997) Menurut Craig dkk
(1987), sifat kimia gips adalah:

a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan
dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan
dalam persen berat/volume.
b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung
sejak gips kontak dengan air.
setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :

 Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran
gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan.
secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/
timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih
dapat dipotong dengan pisau.
 Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum
selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum,
kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi
atau patah.

Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :

1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)


kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel
dental stone lebih halus, maka air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit jika
dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran plaster of paris.
2. Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak.
Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya
rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah
maupun kering.

3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya tahan
abrasi.Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. daya
tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan
terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras
Merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.

Faktor-faktor berikut ini dapat diamati selama berlangsungnya reaksi setting:

a. Campuran air dan hemyhidrat dapat dituang dengan seketika (bila digunakan
perbandingan yang benar antara air dengan puder)
b. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras (initial set); pada tahap ini bahan dapat
diukir tetapi sudah tidak dapat dibentuk/dicetak.
c. Terjadi apa yang disebut ‘final set’ dimana bahan menjadi keras dan kuat.
Walaupun demikian pada tahap ini reaksi hydrasi tidak berarti sudah
sempurna, juga tidak berarti bahwa kekuatan dan kekerasan optimum sudah
tercapai.
d. Dihasilkan panas selama setting karena hydrasi hemyhidrat bersifat eksotermis
(Combe,1992:319).

Gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana suhunya cukup
tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,
(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana berikut:
Gips sampai 130o CaSO4.2H2O
Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4
(Richard dkk, 2002)

Klasifikasi gips (ADA) spesifikasi nomor 25

1. Impression plaster (tipe I)


Impression plaster sekarang jarang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dan
bahan ini digantikan dengan bahan yang tidak terlalu kaku dan material elastik
impression
2. Model plaster (tipe II)
Model plaster biasanya digunakan untuk diagnostik cast dan artikulasi dari stone cast.
Produk ini secara tardisional diproduksi dalam warna putih untuk membedakannya
dengan dental stone.
3. Dental stone (tipe III)
Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture, model
ortodonsi dan lain lain.Dental stone secara tradisional berwarna kuning atau putih
4. Dental stone, high strength (tipe IV)
Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok untuk
pembuatan pola dari malam dalam cast restoration.
5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk
memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding
dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan paling banyak membutuhkan
biaya dibandingkan semua produk gips.
(Hatrick dkk, 2003)
Sifat-Sifat
a. Ketepatan
- Plaster sangat baik dalam mencatat detil detil halus.
- Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil
- Bila terdapat undercut,cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari
mulut.
- Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil
meskipun ada sedikit kontraksi karena pengeringan
- Sebelum diisi dengan model gips cetakan harus diberi bahan separasi
b. Sifat sifat lainnya
- Bahan cetak gips bersifat nontoksis
- Waktu setting bisa dikontrol dengan menggunakan bahan tambahan yang
tepat (Combe, 1992)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

Alat :
a.Mangkok karet dan spatula
b. Pensil tinta
c. Neraca
d. Stop watch
e. kotak kubus dengan atas terbuka ukuran 4 x 3 x 3
f. gelas ukur
g. Penggaris
h. Vibrator
i. pisau model
j. pisau gips

Bahan :
a. Gips putih / plaster of paris
b. Vaselin
c. Air
d. Kertas gosok

3.2 CARA KERJA

1. Pada praktikum gips ini akan dilakukan manipulasi dengan konsistensi normal.
2. Mengolesi seluruh bagian dalam kotak kubus dengan vaselin secara tipis dan merata
3. Menimbang bahan gips menggunakan neraca sebanyak 35 gram dan air menggunakan
gelas ukur sebanyak 23 ml.
4. Melakukan manipulasi, menyiapkan stop watch untuk melihat waktu yang dibutuhkan
gips dalam mencapai initial setting sampai final setting.
5. Menuangkan air ke dalam mangkok karet, kemudian menuangkan gips ke dalam
mangkok karet, mengaduk campuran gips dengan air diatas vibrator searah dengan
jarum jam selama 1 menit/60 putaran dan memperhatikan waktu.
6. Setelah campuran gips homogen, menuangnya ke dalam kotak kubus, melakukan hal
ini di atas vibrator sampai kotak kubus terisi penuh. Merapikan kelebihan gips pada
tepi kotak kubus
7. Memperhatikan waktu, menandai waktu dimana gips mencapai initial setting sampai
final setting.
8. Setelah gips mencapi finnal setting, membuka kotak kubus kemudian merapikan gips
dengan pisau gips menjadi ukuran 3,5 x 2,5 x 2,5 menggunakan penggaris dan pensil
tinta. Terakhir menghaluskan permukaan gips dengan kertas gosok.
9. Hasil maksimal adalah didapatkan balok gips dengan ukuran tepat, permukaan yang
halus dan tidak poros.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum diatas dapat dilihat beberapa tanda dari gipsum seperti berikut
1. Warna
Terlihat bahwa warna gips menjadi agak keruh. Hal ini terjadi karena pada
konsistensi normal perbandingan powdernya lebih besar sehingga akan lebih
memperkeruh campuran.
2. Porositas
Porositas ini terjadi karena pengadukan dan lama waktu diatas vibrator belum
mencapai 1 menit sehingga udara masih terjebak dalam adonan. Porsentasi
kemungkinan terjadinya porositas dalam manipulasi gips lebih besar untuk adonan
yang lebih encer, karena semakin banyak air berarti semakin banyak H2O yang
menimbulkan gelembung udara dan dapat mengakibatkan porositas. Namun hal
ini sebenarnya bisa dihindari jika dalam pengerjaannya operator (praktikan) lebih
teliti dan hati hati dalam melakukan pengadukan
3. Kekerasan
Pada saat merapikan gips dapat dirasakan adanya perbedaan kekuatan dan
kekerasan pada gips setelah setting. Hal ini terjadi karena powder (mineral gips)
merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia CaSO4, unsur kalsium (Ca)
ini yang menunjukkan kekerasan dan kekuatan dari gips.
4. Initial setting
Initial setting bisa diketahui saat campuran bahan menjadi kaku tetapi tidak keras
dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya panas. Hal ini
terjadi karena ketika partikel calcium sulfat dalam powder dicampur dengan air
akan terjadi massa padat dari dihydrat. Sehingga semakin banyak air akan
semakin lama terjadinya reaksi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menjadi setting.
5. Final setting
Final setting dapat diketahui dengan menurunnya suhu campuran dan pada
akhirnya menjadi dingin. Pada finnal setting gips sudah bisa dilepas dari cetakan
dan bisa dibentuk. Hal ini terjadi karena semakin banyak air akan semakin
memperlambat berakhirnya reaksi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menjadi setting.

Setelah semuanya dingin panas sudah tidak teraba dengan tangan, balok boleh
dibuka. Faktor kesalahan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu terbentuknya
lubang-lubang kecil atau porus pada gypsum. Hal ini disebabkan oleh tidak
sempurnanya dalam proses penuangan dan kesalahan praktikan pada saat
menggunakan vibrator yang tidak sempurna. Kemudian ketiga gypsum tersebut
dibentuk lagi dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 3,5 dengan menggunaan pisau gips.
Supaya gypsum halus, maka dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok.
BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum Gips kali ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan
manipulasi gips perlu diperhatikan atara lain adalah:
1. Penyimpanan
2. Kebersihan alat untuk manipulasi
3. Rasio atau perbandingan air dan powder
4. Waktu Pengadukan
5. Initial setting-working time
6. Final setting
7. Pemberian bahan separator
8. Hindari terjebaknya udara bias dengan menggunakan vibrator

Gips mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Menghasilkan detail yang halus


b. Dimensionalnya akurat
c. Sifat mekanis yang kuat

Dari data hasil pratikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa waktu
setting dari gypsum dipengaruhi oleh W/P rasio dan komposisinya. Semakin banyak
powdernya, semakin kental pula campuran tersebut. Semakin kental gypsum maka semakin
cepat pula waktu settingnya. Semakin encer gypsum tersebut maka semakin lambat pula
waktu settingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Jack L. Ferracane, Bahan dalam Kedokteran Gigi: Prinsip dan Aplikasi,


2001, 2d Edition, Lippincott Williams & Wilkins, ISBN 0781727332

Richard van Noort, 2002, Introduction to Dental Material, 2d Edition,


Elsevier Health Sciences, ISBN 0723432155

Anusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi
10. Jakarta : EGC.

Combe, E. C. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai pustaka

Anda mungkin juga menyukai