Anda di halaman 1dari 54

Bahan Cetak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat tiruan negatif dari rongga
mulut, sehingga selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya. Model gigi tersebut digunakan
oleh dokter gigi sebagai model studi maupun sebagai model kerja. Untuk menghasilkan
cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk membuat tiruan dari jaringan intraoral dan
ekstraoral harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, bahan tersebut harus cukup air
untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok
cetak yang menghantar bahan cetak ke mulut. Kedua, selama di mulut bahan tersebut harus
berubah (mengeras) menjadi bahan padat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya
waktu pengerasan total harus kurang dari 7 menit. Akhirnya cetakan yang mengeras harus
tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil
sehingga bahan cor dapat dituang. (Anusavice, 2004:94)
Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada 2 jenis bahan cetak, yakni
bahan cetak elastis dan bahan cetak non-elastis. Bahan cetak non elastis dibagi lagi menjadi
bahan cetak non elastis yang irreversible dan bahan cetak non elastis yang reversible.
Sedangkan bahan cetak elastis, dapat dibagi lagi menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan
cetak elastomer tanpa air.
Bahan cetak elastis dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras maupun lunak dari
rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal. Meskipun bahan ini dapat dipakai
untuk mencetak pasien tanpa gigi, kebanyakan dibuat untuk model cor untuk gigi tiruan
sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi tunggal. Bahan cetak elastik dapat
diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid dan elastomer.
Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang
direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Koloid merupakan kombinasi dari
wujud benda apapun, terkecuali bentuk gas. Semua penghambur koloid disebut sol. Bahan
cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid irreversible,
dan bahan cetak hidrokoloid reversible.
Bahan cetak hidrokoloid irreversible dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan ini disebut
irreversible, sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi
membentuk wujud sol. Bahan ini ditemukan pada saat bahan cetak yang digunakan
sebelumnya menjadi langka, yakni pada waktu perang dunia kedua. Bahan ini memiliki
kelebihan dibandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses manipulasinya yang mudah,
nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan.
Bahan cetak hidrokoloid lainnya, yakni bahan cetak hidrokoloid jenis reversible. Bahan ini
dipengaruhi oleh suhu, sehingga bahan ini dapat kembali ke bentuk semula (reversible).
Bahan ini leleh pada temperatur 70-100OC, sedangkan pada temperatur 37-50OC, bahan ini
dapat menjadi gel. Contoh bahan cetak jenis ini ialah agar.
Elastomer merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan cetak hidrokoloid. Suatu
bahan cetak elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil
ikatan. Ikatan tersebut mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik tertentu untuk
membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel. Pada keadaan ideal,
peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu
yang dapat kembali ke keadaan semula, yaitu rantai kembali melingkar pada keadaan
berikatan ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan kekakuan dan sifat elastis
bahan tersebut. (Anusavice, 2004: 117)

Bahan cetak lainnya yakni bahan cetak non elastis. Bahan cetak ini dapat dibedakan menjadi
irreversible dan reversible. Contoh dari bahan cetak jenis ini yang irreversible ialah plaster of
paris dan zinc oxyde eugenol. Sedangkan contoh dari yang reversible ialah malam dan
compound. Bahan cetak jenis ini memiliki sifat keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui
undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak tidak elastis ini
digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya cetakan agar. Meskipun bahan
tersebut sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi, bahan tidak elastis ini memiliki
keunggulan dalam pembuatan cetakan untuk pasien tak bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc
oxyde eugenol dan plaster of paris disebut bahan cetak mukostatik karena bahan tersebut
tidak menekan jaringan selama perlekatan cetakan. (Anusavice, 2004: 94)
2.1 Plaster of Paris
Sewaktu bahan dasar gips (CaSO4)2.H2O dicampur dengan air diduga terjadi hal hal
sebagai berikut (meskipun dalam literatur masih terdapat perbedaan pendapat mengenai
bentuk reaksi setting yang terjadi):
a. Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion ion Ca2+ dan SO42b. Hemihydrat yang terlarut membentuk dihydrat dalam larutan yang kemudian menjadi
terlalu jenuh. Maka dari larutan ini terjadi pertumbuhan kristal dihydrat. Bahan menjadi kaku
tetapi tidak keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi termis dan panas masih
INITIAL SETTING berlangsung
c. Factor factor penting berkaitan dengan reaksi setting bahan dasar gips:
I. Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; pada kasus ini inti dapat berupa kristal
gypsum yang timbul sebagai impurity pada kristal hemihydrat,
II. Pergerakan ion ion Ca2+ dan SO42- ke inti juga sangat penting, dan
III. Oleh karena dihydrat berkristalisasi maka lebih banyak hemihydrat yang larut dan proses
bersambung terus.
FINAL SETTING bahan keras, kaku, ekspansi thermis dan panas sudah berakhir
SETTING waktu yang diperlukan bahan untuk setting sampai menjadi rigid TIME setting
time dipengaruhi oleh: komposisi, bentuk fisis, temperature, W/P ratio, dan lama
pengadukan. REAKSI SETTING: (CaSO4) 2H2O + 3H2O 2CaSO4.2H2O + panas.
2.1.1 Bahan Additive
1. Setting Time; mempercepat pembentukan kalsium sulfatAKSELERATOR, Na2SO4
menambah kecepatan larutnya kalsium sulfathemihidrat, K2SO4 bahan in i hemihidrat.
RETARDUS, Na sitrat, boraks, Kalium sitrat diserap oleh inti kristal sehingga dapat
meracuni inti kristal mengurangi kecepatan kelarutan akibatnya kelarutan tidak sempurna
hemihidrat.
2. Setting Expantion; memperbesar setting expantion, 1% setting expantion linier untuk
kompensasiKalsium asetat pengerutan logam saat dingin, dan memperkecil setting
expantion, mengurangi setting expantion sebesar 0,05%.Natrium sulfat
penambahan bahan additive dapat mengurangi kekuatan gips (Kuliah IMTKG 1, 2005)
3. Kekuatan; perubahan besar ekspansi linier 0,3 dimensi saat setting plaster of paris 0,4%.
Ekspansi ini disebabkan adanya dorongan kearah luar oleh kristal kristal dihydrate yang
sedang terbentuk. Bahan yang telah ekspansi mengandung kristal kristal dihydrate dan pori
pori. Volume kristal bahan yang telah set lebih kecil dari volume awal hemihydrate.
Besarnya pengurangan volume kristal ini dapat dihitung dari berat molekul dan berat jenis
hemihydrat, dan ini kira kira sebanyak 7%. Bila gips yang telah dicampur dibiarkan dalam
air pada waktu initial set, maka akan terjadi ekspansi yang lebih besar ; ini disebut
hygroscopic expansion dan kadang kadang dilakukan untuk mengekspansi bahan tanam

gypsum.
2.1.2 Manipulasi gips
1. Harus tertutup rapat untuk menghindari kelembaban udara penyimpanan mempercepat
settingtime dapat menyebabkan terbentuknya hidrat,
2. Hindari kontaminasi
3. Siapkan air sesuai kebutuhan dalam bowel, kemudian cara mencampur 60 kali per
menit diatas vibrator tuang bubuk/powder gips, aduk
Bubuk model tidak akurat porus dulu kemudian air: banyak udara terjebak reaksi
kontak permukaan partikel bubuk gips dengan air tidak sama thermal expantion tidak sama
kristalisasi tidak sama.
4. W/P rasio: plaster of paris (50 60ml/100gr), DS (22 35ml/100gr), DSHS (20ml/100gr).
(Kuliah IMTKG 1, 2005)
Kekuatan gips tergantung pada:
i) Bahan yang dipergunakan; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan adanya
bahan additive,
ii) Perbandingan air / puder, dan
iii) Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat sifat optimal, gips
hendaknya dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih lama), dan
kemudian dikeringkan sampai diperoleh berat yang konstan pada suhu 450C.
(E.C.Combe,1992)
2.2 Compound
Compound, juga disebut modeling plastic, dilunakkan dengan pemanasan, dimasukkan dalam
sendok cetak, serta diletakkan pada jaringan sebelum bahan mengeras. Indikasi utama
penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi. Kadang-kadang compound
digunakan dalam kedokteran gigi operatif untuk mencetak preparasi gigi tunggal atau untuk
membuat stabil pita matrikx atau alat operatif lainnya. Untuk mencetak gigi tunggal, pita
tembaga silindris (disebut pita matriks) diisi dengan bahan compound yang sudah dilunakkan.
Pita yang terisi kenudian ditekan di atas gigi, menekan compound beradaptasi dengan
preparasi gigi. Cetakan seperti itu kadang disebut cetakan tube. Setelah compound
didinginkan, cetakan dilepas, dan hasil cor, atau die, dibuat dari cetakan tersebut. (Anusavice,
2003 : 149)
Compound yang agak lebih kental, disebut compound sendok cetak, dapat digunakan untuk
membentuk sendok cetak dalam pembuatan gigi tiruan. Suatu cetakan jarungan lunak
diperoleh dari compound sendok cetak seperti yang digambarkan. Cetakan ini disebut cetakan
primer. kemudian digunakan sebagai sendok cetak untuk menahan lapisan tipis bahan cetak
kedua, yang akan ditempatkan langsung menghadap jaringan. Cetakan ini disebut sebagai
cetakan sekunder. Cetakan sekundr dapat juga dibuat dari pasta oksida seng eugenol,
hidrokoloid, atau elastomer tanpa air.
Aplikasi umum lain dari bahan compound adalah untuk membentuk tepi (border molding)
sendok cetak perseorangan dari akrilik selama mencoba sendok cetak. Ada dua bentuk dasar
compound cetak, yaitu bentuk kue dan stick (batang). (Anusavice, 2003 : 149)
Komposisi. Umumnya, compound terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan
pengisi, dan bahan pewarna. Satu dari substansi pertama yang dipergunakan untuk bahan
cetak adalah malam lebah (beeswax). Karena malam tersebut rapuh, substansi seperti shellac,
asam stearic, dan gutta percha ditambahkan untuk meningkatkan plastisitas dan kemampuan
kerja. Bila substansi-substansi tersebut digunakan dengan cara ini, substansi dianggap sebagai
bahan pembuat plastis (plastisizers). Resin sintetik meningkat penggunaannya, biasanya

dikaitkan dengan resin alami. (Anusavice, 2003 : 149)


Bahan pengisi. Banyak bahan diperkuat atau sebaliknya, diubah sifat fisknya dengan
penambahan partikel kecil bahan lembam, biasanya dikenal sebagai bahan pengisi, yang
secara kimia berbeda dengan kandungan utama atau kandungan lainnya.
(Anusavice, 2003 : 150)
Malam atau resin dalam compound cetak adalah kandungan utama dan membentuk matriks.
Struktur ini terlalu cair untuk ditangani dan memberikan kekuatan yang rendah meskipun
pada temperature ruangan. Karena itu, bahan pengisi harus ditambahkan. Bahan pengisi
meningkatkan viskositas pada temperature di atas temperature mulut dan meningkatkan
kekerasan compound pada temperature ruang.
Struktur compound cetak agak seperti suatu komposit. Konsep komposit digunakan secara
luas dalam produksi bahan kedokteran gigi. (Anusavice, 2003 : 150)
Sifat termal. Pelunakan dengan panas adalah suatu persyaratan dalam penggunaan compound.
Kegunaannya ditentukan oleh respon terhadap perubahan temperature dalam lingkungan
sekitarnya. (Anusavice, 2003 : 150)
Temperatur fusi. Kemaknaan praktis temperature fusi adalah bahwa temperature tersebut
menunjukkan suatu penurunan nyata dalam keplastisan bahan selama pendinginan. Di atas
temperature ini bahan yang dilunakkan tetap bersifat plastis sementara cetakan dibuat. Jadi,
setiap detail jaringan mulut lebih mudah diperoleh. Begitu sendok cetak dimasukkan ke
dalam mulut, sendok cetak harus ditahan secara kuat pada posisinya sampai cetakan
mendingin di bawah temperature fusi. Pada keadaan apapun, cetakan tidak boleh diganggu
atau dikeluarkan sampai bahan tersebut mencapai temperature mulut. (Anusavice, 2003 :
150)
Konduktivitas dan kontraksi termal. Seperti diperkirakan, konduktivitas termal dari bahan ini
adalah rendah, mrnunjukkan perlunya waktu tambahan untuk memperoleh pendinginan dan
pemanasan yang sempurna dari bahan compound. Adalah penting bahwa bahan lunak merata
pada saat sendok cetak dimasukkan dan dingin menyeluruh dalam sendok cetak sebelum
cetakan dikeluarkan dri mulut. Biasanya air dingin dapat disemprotkan pada sendok cetak
ketika di dalam mulut, sampai compound mengeras merata sebelum dikeluarkan. Kegagalan
memperoleh bahan yang mengeras sempurna sebelum dikeluarkan, dapat menghasilkan
distorsi besar pada cetakan. (Anusavice, 2003 : 150)
Rata-rata kontraksi linier compound cetak pada pendinginan dari temperature mulut sampai
temperature ruang 25oC bervariasi antara 0,3% sampai 0,4%. Kesalahan yang disebabkan
dari besarnya kontraksi ini tidak bisa dihindari, dan merupakan kesatuan dari teknik.
(Anusavice, 2003 : 150)
Pelunakan compound cetak. Compound dapat dilunakkan dalam oven atau di atas api. Bila
api langsung digunakan, compound tidak boleh dibiarkan mendidih atau terbakar sehingga
kandungan di dalamnya menguap. (Anusavice, 2003 : 150)
Bila sejumlah besar compound, seperti yang dibutuhkan untuk mencetak seluruh rahang,
hendak dilunakkan, disarankan melakukan perendaman dalam air. Perendaman terlalu lama
atau terlalu panas dalam rendaman air tidaklah diindikasikan; compound dapat menjadi rapuh
dan berbutir bila beberapa kandungan berberat molekul rendah terlepas dari bahan.
(Anusavice, 2003 : 150)
Pelunakan compound adalah satu-sat unya cara mengeluarkan model dari compound cetak
setelah stone mengeras. Metode yang dianjurkan adalah merendam bahan cetak dalam air
hangat sampai compound cukup lunak sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari model.
(Anusavice, 2003 : 150)
Aliran. Setelah compound melunak, dan selama periode dicetakkan ke jaringan mulut, bahan
harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan sehingga setiap detail
dan tanda-tanda dalam mulut terpindahkan secara akurat. Di lain pihak, bila jumlah aliran

pada temperature mulut terlalu besar, distorsi dapat terjadi ketika cetakan dikeluarkan dari
mulut. (Anusavice, 2003 : 151)
Distorsi. Relaksasi dapat terjadi baik selama waktu yang boleh dikatakan amat singkat atau
dengan peningkatan temperature. Hasilnya adalah kerusakan atau distorsi cetakan. Untuk
meminimalkan distorsi, prosedur paling aman adalah melakukan pendinginan bahan cetak
dengan seksama sebelum dikeluarkan dari mulut dan membuat hasil cor atau die secepat
mungkin setelah cetakan diperoleh, sedikitnya dalam waktu satu jam. (Anusavice, 2003 :
151)
2.3 ZnO-eugenol
Zink oksid tersedia dalam bentuk pasta. Ini diperoleh dengan menambah suatu minyak
(misalnya olive oil, light mineral oil atau linseed oil). Minyak ini juga bertindak sebagai
plastisizer di dalam bahan. Juga dapat disertakan hydrogenated rosin untuk mempercepat
setting dan menjadikan pasta lebih kohesif. Eugenol mengandung talc atau kaolin sebagai
bahan pengisi membuatnya berbentuk pasta.
Salah satu atau kedua pasta dapat mengandung accelerator, seperti zinc asetat. Setidaktidaknya ada satu jenis pasta yang mengandung asam karboksilat sebagai bahan pengganti
untuk eugenol. Bahan ini dapat bereaksi dengan zinc hidroksida (yang kemungkinan
terbentuk oleh karena hidrolisa zinc oksida) membentuk garam sebagai berikut :
Zn(OH)2 + 2RCOOH - - (RCOO)2Zn + 2H2O
1. Manipulasi
Kedua pasta tersedia dalam warna yang berbeda . Pasta dengan perbandingan yang benar
(biasanya sama panjang) dicampur pada slab/mixing pad dengan spatel flexible sampai
diperoleh warna yang homogen.
2. Sifat-sifat
- Bahan ini cukup encer untuk dapat mencatat detil halus dalam mulut
- Tidak terdapat perubahan dimensional selama proses setting, atau kalaupun hanya ada
sedikit.
- Bahan ini tidak elastic sehingga tidak bisa mencatat daerah undercut.
- Bahan yang telah set kelihatannya cukup stabil dalam penyimpanan di laboratorium.
- Bahan ini dapat kompatibel dengan bahan model dental stone. Pasta dapat dikeluarkan dari
stone dengan cara melunakkannya dalam air suhu 60o.
- Tidak toksis, tetapi pasta yang mengandung eugenol dapat mengiritasi, member rasa gatal,
atau rasa seperti terbakar dan rasanya tetap lengket sehingga banyak pasien menganggapnya
tidak menyenangkan. Pasta dapat merekan ke jaringan, sehingga bibir pasien biasanya diolesi
vaselin (petroleum jelly) terlebih dulu.
- Waktu setting cukup baik. Adanya air dan peningkatan suhu, keduanya dapat
memperpendek waktu setting.
- Daya tahan bahan ini cukup lama.
3. Pemakaian
Bahan ini biasanya dipergunakan dalam bagian tipis (2-3 mm) sebagai wosh impression.
Cetakan dengan zinc oksid eugenol dapat dilakukan dengan menggunakan sendok khusus
yang sangat rapat atau menggunakan basis gigi tiruan yang ada terutama basis gigi tiruan
yang hendak di-relining. (Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material)
2.4 Aqueous Hydrocolloids
2.4.1 Agar (reversible)
Agar adalah koloid hidrofilik organik (polisakarida) diekstrak dari rumput laut jenis tertentu.
Merupakan suatu ester sulfuric dari polimer linear galaktosa. Terdapat dalam konsentrasi 8%15%, bergantung pada sifat bahan yang dimaksud. Kandungan utama berdasarkan berat
adalah air(> 80%). Penambahan boraks dalam jumlah sedikit berfungsi untuk menguatkan
atau meningkatkan kerangka micelle dalam gel. Hamper semua borat yang larut, baik organic

maupun anorganik, menghasilkan efek yang sama. Tetapi boraks juga merupakan retarder
terbaik untuk pengerasan gypsum. Keadaannya dalam bahan cetak hidrokoloid bersifat
merugikan dalam jumlah yang berlebihan karena memperlambat pengerasan plester atau
stone yang dituang ke dalam cetakan agar. Untuk mengatasi efek air dan boraks terhadap
lamanya pengerasan maka kalium sulfat ditambahkan untuk mempercepat pengerasan
gypsum. Beberapa produk dagang, mengandung sejumlah bahan pengisi untuk
mengendalikan kekuatan, viskositas, dan kekerasan. Bahan pengisi yang digunakan adalah
tanah diatoma, tanah liat, silica, malam, karet, dan serbuk kaku serupa. Timol dan gliserin
biasanya ditambahkan sebagai antibakteris dan bahan pembuat plastis. Serta adanya pigmen
dan aroma ditambahkan sebagai kenyamanan pasien.
Pengerasan hidrokoloid reversibel biasa disebut gelasi, yaitu proses menjadi padat dari
bentuk sol menjadi gel. Sifatnya yang reversibel memungkinkan bahan cetak ini dapat
kembali ke bentuk semula. Perubahan bentuk ini dipengaruhi oleh perubahan temperatur.
Tetapi untuk merubah kembali bentuk gel ke dalam bentuk sol dibutuhkan temperatur yang
lebih tinggi daripada pembentukan gel. Gel harus dipanaskan pada temperatur yang lebih
tinggi, yang dikenal sebagai temperatur liquefaction (temperatur leleh) untuk mengembalikan
menjadi bentuk sol yaitu sekitar 70-100o . sedangkan untuk membentuk gel dari keadaan sol
hanya di butuhkan temperatur 37o hingga 50 o C.
Manipulasi bahan cetak
Menggunakan bahan cetak hidrokoloid reversibel mencangkup 3 tahapan proses, yaitu:
1. Mempersiapkan bahan sebelumnya,
2. Preparasi tepat sebelum membuat cetakan, dan
3. Membuat cetakan.
Tahapan pertama dalam menggunakan bahan adalah mencairkannya dan menyimpannya
dalam bentuk sol.
A. Persiapan bahan
Hidrokoloid biasanya dikemas dalam 2 bentuk, yaitu semprit dan bahan sendok cetak. Tube
untuk mengisi sendok cetak berpendingin air dan cartridge untuk digunakan dalam semprit.
Tahap pertama adalah merubah gel hidrokoloid menjadi sol. Air panas merupakan cara paling
mudah untuk mencairkan bahan. Bahan sebaiknya dipertahankan pada temperatur ini selama
10 menit. Setelah dilelehkan bahan dapat di simpan dalam bentuk sol hingga waktunya
diinjeksikan ke dalam preparasi kavitas atau diisikan ke sendok cetak. Karena proses ini
memerlukan waktu dan bahan bisa disimpan selama beberapa hari, merupakan praktik umum
untuk menyiapkan beberapa tube bahan dan semprit sebagai persedian seminggu. Bahan
disimpan pada temperatur penyimpanan sampai siap digunakan.
B. Kondisioning atau pendinginan
Suhu 55o C merupakan temperatur maksimal yang dapat ditolerir oleh jaringan rongga mulut
kita. Oleh karena itu, bahan yang digunakan mengisi sendok cetak harus didinginkan atau
tempered. Untuk tahap preparasi segera, sebuah tube sol hidrokoloid dikeluarkan dari
kompartemen penyimpanan, diisikan ke sendok cetak, sepotong kasa diletakkan di atas bahan
yang terletak disendok cetak dan sendok cetak diletakan pada kompartemen pendingin (45o
C) cukup untuk memastikan bahwa semua bahan sudah cukup mencapai temperatur yang
lebih rendah ( 55o C).
Menghilangkan efek imbibisi adalah maksud pemakaian kasa yang diletakkan di atas bahan
cetak. Bila sendok cetak dimasukkan ke dalam ruang pendingin,bahan tersebut mulai
menyerap air dan juga lapisan film karet tersebut di permukaannya. Kasa tersebut tidak dapat
mencegah hal ini; namun, bila sendok cetak diangkat dari ruang pendingin dan kasa dibuang,
lapisan bahan yang terbentuk tadi menempel pada kasa dan ikut terbuang. Permukaan yang

segar telah siap melekat pada bahan yang disuntikkan di sekitar gigi yang di preparasi.
Selain menurunkan temperatur, pendingin berfungsi juga meningkatkan kekentalan bahan
hidrokoloid sehingga bahan tersebut tidak dapat mengalir keluar sendokcetak. Efek keluarnya
bahan dari lubang kecil pada semprit, dapat menurunkan temperatur bahan dalam semprit
sehingga cukup nyaman bagi pasien.
2.4.2 Alginate (irreversible)
Komposisi bahan cetak alginate yaitu larutan garam asam alginik yang bereaksi dengan
kalsium menghasilkan gel kalsium alginate, garam kalsium alginate yang lambat larut
(trisodium phospat) melepas kalsium untuk bereaksi dengan alginate, bahan pengisi untuk
meningkatkan kohesi campuran memperkuat gel, siliko flourida atau flourida untuk
memperbaiki permukaan model stone, bahan pewangi agar bahan lebih disenangi pasien,
indicator kimia agar warna dapat berubah dengan berubahnya pH.
Untuk memperoleh hasil cetakan yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Container dikocok lebih dahulu, agar campuran merata,
b. Bubuk dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik,
c. Biasanya menggunakan air dengan suhu kamar,
d. Retensi dengan sendok cetak diperoleh dengan salah satu atau kedua cara berikut,
menggunakan sendok cetak yang berlubang-lubang atau memakai bahan adesif seperti sticky
waxyang dicairkan,
e. Pencampuran hendaknya dilakukan dengan rata selama waktu tertentu,
f. Bahan cetan alginate hendaknya dikeluarkan dengan tiba-tiba/cepat dari jaringan,
g. Setelah dikeluarkan dari dalam mulut cetakan hendaknya disiram dengan air dingin untuk
menghilangkan saliva, ditutup dengan kain kasa lembab untuk mencegah syneresis, dan diisi
sesegera mungkin,
Sifat-sifat bahan cetak alginate:
a. Sifat rheology,
b. Selama proses pengerasan bahan perlu diperhatikan agar cetakan jangan dibuka,bahan
yang berkontak dengan jaringan mengeras lebih dahulu,
c. Bahan ini cukup elastic,
d. Dimensi cetakan alginate tidak stabil pada penyimpanan, karena adanya syneresis,
e. Dapat kompatibel dengan model plaster dan stone,
f. Tidak toksik dan tidak mengiritasi,
g. Waktu setting tergantung pada komposisi, dan
h. Bubuk alginate tidak stabil disimpan pada ruangan yang lembab atau kondisi yang lebih
hangat dari suhu kamar.
Aplikasi
Bahan ini biasanya tidak dipergunakan untuk mencetak inlay, mahkota, dan jembatan, tetapi
dipergunakan dengan hasil yang sangat baik untuk cetakan prostodonti dan ortodonti.
Alginate kurang stabil dibandingkan dengan elastomer.
2.5 Non-aquoeous Elastomer
2.5.1 Polysulfide
Kandungan dasar pasta polimer adalah merkaptan polifungsional atau polimer polisulfida
dengan rumus struktur umum. Polimer linier ini mengandung + 1 mol% cabang untuk
memberikan gugus merkaptan yang cukup sebagai tempat rantai berikatan silang. Polimer ini
biasanya berikatan dengan bahan oksida seperti timah dioksid. Karakteristik warna coklat
pada polisulfida adalah akibat timah teroksidasi ini. Selama reaksi kondensasi timah dioksida
dengan gugus SH polimer polisulfida, terjadi 2 fenomena (1) polimerisasi perpanjangan
rantai dari reaksi dengan pusat gugus SH, dan (2) ikatan silang dari reaksi dengan rantai

cabang gugus SH.


Karena gugus kaitan hanya merupakan persentase kecil dari kelompok SH yang ada,
awalnya, reaksi polimerisasi menghasilkan perpanjangan rantai, yang menyebabkan
viskositas meningkat. Reaksi ikatan silang selanjutnya mengikat rantai-rantai bersamaan
membentuk jalinan 3 dimensi yang menjadikan terciptanya sifat elastik pada bahan. Awal
peningkatan viskositas mempengaruhi waktu kerja bahan dan merupakan suatu perubahan
yang biasa dikenal oleh dokter gigi ketika menggunakan bahan ini.
Reaksi pengerasan mulai pada saat awal pengadukan dan mencapai nilai maksimal segera
setelah pengadukan sempurna, pada tahap dimana jalinan sifat kelentingan mulai terjadi.
Selama pengerasan akhir, terbentuk suatu bahan dengan elastisitas dan kekuatan cukup yang
dapat dikeluarkan melalui undercut dengan mudah.
Reaksi polimerisasi dari polimer polisulfida adalah eksotermik, banyaknya panas yang
dihasilkan bergantung pada banyaknya jumlah bahan dan konsentrasi inisiator. Kelembaban
dan temperatur mempengaruhi jalannya reaksi. Khususnya, keadaan panas dan lembab dapat
mempercepat pengerasan bahan cetak polisulfida. Hasil reaksi kondensasi dari bahan ini
adalah air. Hilangnya molekul kecil dari bahan yang mengeras memiliki pengaruh yang nyata
pada kestabilan dimensi cetakan.
Anusavice, Kenneth J. 2003. (Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10.
Jakarta : EGC)
2.5.2 Silikon
Susunan kimia
Polimerisasi dari bahan ini melibatkan reaksi dengan trifungsi dan tetrafungsi alkyl silikat,
biasanya tetraetil orthosilikat, dengan adanya rantai oktoat mengandung timah. Reaksi ini
dapat terjadi pada temperature rata-rata jadi bahan ini sering disebut silicon vulkanisasi
temperature ruangan (RTV). Pembentukan elastomer terjadi melalui ikatan silang antara
kelompok terminal dari polimer silicon dan alkyl silikat untuk membentuk jalinan kerja 3
dimensi.
Etil alcohol adalah produk samping reaksi pengerasan kondensasi. Penguapan etil alkohol
selanjutnya barangkali ikut diperhitungkan dalam besarnya kontraksi yang terjadi pada karet
silikon yang mengeras.
Komposisi bahan
Bahan cetak silikon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan suatu pasta katalis atau
cairan dengan kekentalan rendah. Karena polimer silikon merupakan suatu cairan, silikon
koloidal atau logam oksida ukuran mikro ditambahkan sebgai pengisi untuk menbentuk suatu
pasta. Silikon memiliki tingkat energi kohesif yang rendah dan karena itu punya interaksi
molekul yang lemah.
Pengaruh bahan pengisi terhadap kekuatan adalah hal yang penting, ukuran partikel harus
dalam kisaran optimal 5-10m. Partikel yang lebih kecil cenderung berkumpul bersama-sama
tapi partikel yang lebih besar tidak berperan untuk memperkuat.
Bahan dengan kekentalan tinggi atau putty untuk mengatur pengerutan polimerisasi yang
besar dari bahan cetak silikon kondensasi. Bahan ini mengandung pengisis cukup banyak
sehingga polimer yang ada menjadi lebih sedikit dan pengerutan polimerisasinya juga lebih
kecil. Ekspansi termal keseluruhan lebih sedikit dibandingkan polimer karena partkel pengisi
memiliki koefisien ekspansi termal lebih kecil
Polimer ini tidak memilki karakteristik warna. Kondensasi bahan pasta silikon dan putty
dapat dibuat dalam berbagai jenis warna. Merah muda, pastel, hijau dan ungu adalah warna
yang sering ditemukan.

Manipulasi
Silikon kondensasi dikemas dalam pasta basis dan cairan katalis atau reaktor. Bahan putty
dikemas sebagai pasta yang amat kental dan suatu caira aselerator. Untuk menghasilkan
bahan yang teraduk sempurna adalah tidak mudah ketika putty dan cairan yang mengandung
minyak dicampur. Dengan sistem manapun , tehnik pencampuran terbaik adalah meremas
bahan tersebut dengan jari.
Waktu kerja dan pengerasan
Temperatur memiliki pengaruh nyata terhadap kecepatan prses pengerasan dari bahan cetak
silikon kondensasi. Mendinginkan bahan atau mengaduknya pada permukaan dingin
memperlambat proses reaksi. Mengubah perbandngan basis dan katalis adalah metode lain
yang efektif dan praktis dalam mengubah kecepatan pengerasan bahan cetak ini.
Elastisitas
Sifat elastis bahan silikon kondensasi lebih ideal dibandingkan polisulfid. Bahan ini
menunjukkan deformsi permanen minimal dan dapat kembali ke bentuk semula dengan cepat
bila diregangkan. Bahan ini tidak terlalu kaku sehingga tidak sulit mengeluarkan dari
undercut tanpa meyebabkan distorsi.
Rheologi
Bahan tersebut dapat memberikan respon elastik. Bahan ini cenderung bereaksi sebagai suatu
elastik bila diregangkan dengan cepat , jadi cetakan harus dikeluarkan dengan cepat sehingga
deformasi yang terjadi adalah elastik dan kembali ke bentuk semula.
Stabilisasi dimensi
Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silikon kondensasi memerlukan suatu
modifikasi tehnik pembuatan cetakan supaya menghaslkan cetakan yang akurat.
Sebagai tambahan dari besarnya pengerutan ketika mengeras, ketidakstabilan dimensi juga
disebabkan oleh penguapan produk reaksi yaitu etil alkohol. Model yang paling akurat
diperoleh dengan mengisis cetakan dengan menggunakan gypsum stone langsung setelah
setelah cetakan dikeluarkan dari mulut.
Biokompatibilitas
Adanya kemungkinan tertinggalnya bahan yang robek pada sulkus gingiva. Karena bahan
silikon tidak radiopak, sulit dideteksi adanay robekan bahan cetak. Seringkali peradangan
gingiva menyertai adanya benda asing diduga akibat iritasi preparasi gigi atau sementasi
restorasi.
BAHAN CETAK SILIKON DENGAN REAKSI TAMBAHAN (VINYLPOLYSILOXANE)
Komposisi
Baik pasta basis dan katalis mengandung bentuk vinil silikon. Pasta basis mengandung
polymethyl hidrogen siloxane serta pre-polimer siloxan lain. Pasta katalis mengandung
divinyl polymethyl siloxane dan pre-polimer lain. Bila pasta katalis mengandung aktivator
garam platinum berarti pasta yang berlabel basis harus mengandung hibrid silikon
Satu kerugian bahan cetak silikon adalah sifat hidrofobik. Untuk mengatasinya dengan reaksi
tambahan lebih hidrofilik. Untuk mengembalikan permukaan dari cetakan hidrofilik, bahan
permukaan ditambahkan pada pasta. Bahan permukaan ini memnungkinkan bahan cetak
membasahi jaringan lunak lebih baik dan dapat diisi dengan stone secara lebh efektif.
Pengisian cetakan lebih mudah, karena stone basah memilki afinitas yang lebih besar untuk

afinitas hidrofilik.
Manipulasi
Vynil polysiloxane encer dan agak kental dikemas dalam 2 past, sementara bahan putty
dikemas dalam 2 toples yang terdiri atas bahan basis dengan kekentalan inggi dan bahan
katalis. Bahan ini punya kekentalan yang hampir sama. Jadi bahan tersebut lebih mudah
diaduk dibandingkan dengan silikon kondensasi.
Kesamaan konsistensi pasta dan sifat menipis dengan tarikan, membuat bahan cetak
vynilpolysiloxane cocok untuk digunakan dengan alat otomatis ketika melakukan
pengadukan dan pengambilan bahan. Umumnya digunakan untuk bahan dengan kekentalan
rendah dan sedang. Alat ini punya keunggulan, dengan menggunakan alat mekanis tersebut
terdapat keseragaman dalam membagi dan mengaduk bahan, semakin kecil kemungkinan
masuknya udara ke dalam adukan, serta waktu pengadukan menjadi lebih singkat. Jadi
kemungkinan kontaminasi jadi lebih sedikit.
Bahan cetak yang telah teraduk tersbeut dimasukkan langsung ke dalam sendok cetak yang
telah dilapisi adhesif atau pada gigi yang telah direparasi bila ujung semprit telah terpasang
Seringkali perbedan warna dari kedua pasta bagitu sedikit sehingga sulit menenukan secara
visual apakah banyaknya jumlah basis dan katalis telah teraduk merata. Idak adanya perbedan
warna juga mempersulit upaya memastikan bahwa adukan telah homogen.
Waktu kerja dan pengerasan
Kebalikan dengan silikon kondensasi, lamanya pengerasan silikon tambahan nampak ebih
sensitif terhadap temperatur daripada polisulfid. Waktu kerja dan pengerasan dapat
diperpanjang smapai 100% dengan penambahan retarder yang dipasok oleh masing-masing
pabrik dan dengan pendinginan alas pengaduk. Begitu bahan cetak dimasukkan ke dalam
mulut, bahan tersebut dengan cepat menghangat dan waktu pengerasan tidak lebih panjang
jika dibanding dengan retarder kimia. Retarder tidak praktis dengan alat pengaduk otomatis.
Elastisitas
Bahan cetak vynil polysiloxane merupkan bahan bersifat elastik paling ideal yang ada selama
ini. Distorsi ketika mengeluarkan melalui undercut umumnya tidak terjadi, karena bahan
punya nilai regangan dalam traikan terendah.
Kestabilan dimensi
Bahan cetak vynil polysiloxane adalah yang paling stabil dimensinya. Tidak ada penguapan
produk hasil reaksi samping yang menyebabkan pengerutan bahan. Bahan yang mengeras
secara klinis hampir mengalami proses reaksi sempurna, sehingga sedikit sekali residu
polimerisasi yang menghasilkan perubahan dimensi. Perubahan dimensi umumnya berasal
dari pengerutan termal begitu bahan mendingin dari temperatur mulut ke temperatur ruangan.
Biokompatibilitas
Bahan ini dapat ditolerir oleh jaringan hidup. Bahaya tertinggalnya sebagian bahan selama
mengeluarkan vetakan dapat dihindari dengan penanganan bahan yang tepat dan pemeriksaan
tepi cetakan secara cermat untuk menjamin tidak ada daerah yang robek.
2.5.3 Polyether
Elastomer jenis polyether ini mempunyai pasta dasar yang mengandung suatu polyether tidak
jenuh dengan gugus ujung imine, bahan plastisizer dan bahan pengisi. Pasta pereaksi
mengandung aromatic sulfonat sebagai kontitusi utamanya bersama-sama dengan plastisizer
dan bahan pengisi anorganik. Setting terjadi dengan reaksi cross-link gugus imine, ini adalah
reaksi polimerisasi kation.
a. Komposisi

Karet polyether dipasok berupa 2 pasta. Basis mengandung polimer polieter, suatu silika
koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti glikoleter atau ftalat. Pasta
aselerator mengandung alkil sulfonat aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi dan
pembuat plastis.
b. Sifat
Sifat-sifat umum polyether :
1. Ketepatan,
(i). Keenceran bahan sebagian besar tergantung pada komposisinya. Beberapa polisulfida
tersedia dengan variasi kekentalan, misalnya light bodied untuk disuntikkan deengan spuit
dan medium serta heavy bodied untuk dipakai dengan sendok cetak. Pasta elastomer yang
belum dicampur biasanya berbentuk pseudoplastis.
(ii). Terjadi sedikit kontarksi sewaktu bahan setting, disebabkan oleh karena adanya kontraksi
polimerisasi. Juga dapat terjadi kontraksi sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu
kamar.
(iii). Bahan ini cukup elastis dan sanggup ditarik melalui undercut. Pada umumnya lebih kuat
dan tidak mudah patah dibandingkan dengan alginate. Bahan polyether lebih keras bila
dibandingkan dengan elastomer lainnya, karena itu lebih sukar dibuka.
(iv). Pada penyimpanan dapat terjadi kontraksi sebagai akibat terus berlangsungnya
polimerisasi. Penguapan hasil sampingan yang mudah terbang, merupakan sumber kontraksi
lain. Stabilitas dimensionil polyether sangant jelek pada udara yang lembab.
(v). Bahan ini pada umumnya kompatibeldengan bahan model dan die, meskipun dapat
menyebabkan sedikit lunak pada permukaan gips keras. Evolusi awal hidrogen dari bahan
yang mengandung organo-hydrogen siloksan menyebabkan timbulnya bintil-bintil pada
permukaan stone.
2. Pada umumnya bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi. Beberapa pasta elastomer yang
mengandung lead dioksida mempunyai bau dan rasa yang tidak menyenangkan.
3. Waktu setting tergantung pada komposisi bahan misal, jumlah pereaksi dan sebagainya.
Terdapat air dan suhu yang tinggi juga mempercepat waktu setting polisulfida.
4. Stabilitas bahan yang belum dicampur pada penyimpanan tidak selalu ideal, beberapa
pereaksi tidak stabil setelah lebih dari 2 tahun, tetapi dapat tahan lebih lama bila disimpan
pada refrigator.
c. Manipulasi
Awalnya polyether dikemas hanya dalam 1 kekentalan. Bahan pseudoplastis memungkinkan
satu adukan digunakan baik untuk bahan semprit maupun sendok cetak. Kemudian, pabrik
pembuat menyediakan pasta tambahn yang dapat digunakan untuk menghasilkan suatu
adukan pengencer. Komponen bahan memerlukan perumusan ulang untuk mengadaptasi
bahan bila ingin digunakan dengan alat pengaduk otomatis. Meskipun alat ini dapat
digunakan dengan berhasil, kebanyakan polyether masih diaduk dengan menggunakan
tangan. Selain itu untuk bersaing dengan silikon tambahan, pabrik pembuat menyadari bahwa
klinisi lebih menyukai beragam viskositas dari vinyl polysiloxane. Jadi polyether diubah
sehingga dapat dipasok dengan keragaman viskositas. Sebagai akibatnya, kekerasan
polyehter juga berkurang.
d. Aplikasi
Penggunaan utama bahan elastomer adalah untuk cetakan inlay, mahkota dan pekerjaan
jembatan, atau untuk gigi tiruan sebagian apabila ditemukan undercut yang sangat besar,
sehingga apabila digunakan cetakan alginate dapat patah sewaktu dilepas dari jaringan. Oleh
karena harganya yang mahal, bahan ini tidak sering dipergunakan pada pencetakan yang
membutuhkan jumlah bahan cetak yang besar.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bahan Cetak
3.1.2 Non-elastic
3.1.2.1 Plaster of Paris
3.1.2.2 Compound
1. Konstitusi dan pemakaian
Bahan ini biasanya terbuat dari campuran damar alam (misalnya colophony dan shellac dan/
atau wax), bahan pengisi (soap-stone atau talc), dan pelicin (asam stearic atau stearin). Bahan
ini bersifat thermoplastic, yaitu lunak sewaktu dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan
tanpa terjadi suatu reaksi kimia. Bahan yang ada dapat diklasifikasikan atas dua tipe :
(a) Tipe I, lower fusing materials:
i. Untuk mendapatkan cetakan prosthetic seperti preliminary-impression pada pasien yang
sudah tidak bergigi, tersedia dalam lembaran dengan tebal kira-kira 4 sampai 5 mm.
ii. Bahan untuk peripheral seal.
iii. Tersedia dalam bentuk batang; dipakai untuk keperluan cetakan yang menggunakan cincin
kuprum yaitu untuk inlay dan mahkota, juga untuk ditambahkan pada bagian marginal
sendok cetak khusus, dan lain-lain.
(b) Tipe II, higher fusing materials:
Dipakai sebagai bahan untuk sendok cetak, bahan ini cukup kaku untuk dapat mendukung
bahan cetak lainnya.
Gambar dua macam bentuk bahan cetak compound. (a) berbentuk
lembaran (bentuk kue) dan (b) berbentuk stick (batang)
Gambar bahan cetak compound tipe II (higher fusing materials)
yang digunakan sebagai bahan untuk sendok cetak
2. Manipulasi
(a) Untuk cetakan prosthetic, bahan komposisi dipanaskan dalam waterbath pada suhu 55
sampai 60oC. Karena bahan ini mempunyai sifat penghantar panas yang rendah maka harus
direndam agak lama dalam waterbath sampai sepenuhnya lunak. Meskipun demikian bila
dibiarkan terlalu lama beberapa konstitusinya dapat terlepas ke waterbath sehingga merubah
sifat-sifat bahan. Air dapat terikut serta ke dalam bahan apabila bahan komposisi dipijit-pijit
sewaktu berada di dalam waterbath; air ini akan berlaku sebagai plastisizer. Bila komposisi
dibiarkan terlalu dingin maka ia tidak mengalir dengan baik sewaktu diletakkan di dalam
mulut; tetapi sebaliknya menjadi merekat apabila dibiarkan terlalu panas. Selalu diingat
member lapisan kain kasa pada waterbath agar bahan tidak merekat padanya.
(b) Untuk cetakan dengan cincin kuprum, misalnya untuk pekerjaan imlay dan mahkota,
batangan komposisi dipanaskan dengan api (gas atau alkohol). Apabila terjadi overheating
beberapa konstitusinya bisa menguap sehingga dapat merubah sifat-sifat bahan.

Gambar hasil cetakan rahang menggunakan


bahan cetak compound
3. Sifat-sifat
(a) Ketepatan

i. Secara umum bahan ini meskipun pastis sewaktu dicetakkan tetapi tidak cukup encer untuk
mencatat semua detail halus dalam mulut.
ii. Bahan cetak komposisi mepunyai koefisien ekspansi termal yang besar; maka pada
pendinginan sewaktu setting terjadi kontraksi yang cukup banyak. Hal ini dapat dikurangi
sampai batas tertentu dengan cara memanaskan permukaan bahan yang telah set di atas api
lalu diulangi melakukan pencetakan. Dengan cara ini maka hanya sejumlah kecil bahan
komposisi yang mengalami kontraksi, sehingga resultane besarnya kontraksi juga kecil.
Kontraksi juga terjadi sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu kamar (kira-kira 1,5%
volume).
iii. Cetakan komposisi mengalami perubahan sewaktu melewati daerah undercut.
iv. Terjadi perubahan dimensional selama penyimpanan hasil cetakan di laboratorium. Stress
dapat terbentuk di dalam bahan terutama apabila dimanipulasi atau dibentuk ketika belum
sepenuhnya lunak. Perubahan lebih lanjut dapat terjadi oleh karena pelepasan stress ini,
terutama apabila dibiarkan beberapa waktu di dalam atmosfir hangat sebelum dilakukan
pengisian model.
v. Bahan ini kompatibel dengan bahan model dan die.
(b) Sifat-sifat lain
Bahan cetak komposisi ini :
i. Tidak toksik dan tidak mengiritasi.
ii. Mengeras di dalam mulut dalam waktu yang dapat ditoleransi.
iii. Dapat tahan cukup lama, tetapi perubahan pada shellac dapat menyebabkan kemunduran
kualitasnya setelah pemakaian yang lama.
3.1.2.3 Waxe
Wax merupakan salah satu bahan termoplastik yang terdiri dari berbagai bahan organis dan
bahan alami sehingga membuatnya sebagai bahan dengan sifat-sifat yang sangat berguna.
Malam atau wax merupakan salah satu bahan yang memegang peranan penting di ilmu
bidang Kedokteran Gigi. Malam atau wax dipergunakan pertama kali di dunia Kedokteran
Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun
telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang besar
untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis. (Combe,1992)
Unsur-unsur pokok dental wax terdiri dari 3 sumber utama, yaitu : mineral, serangga
(hewani), dan sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan).
1. Wax yang berasal dari bahan mineral diperoleh dari hasil residu petroleum melalui proses
destilasi. Malam yang berasal dari bahan mineral diantaranya adalah:
a. Paraffin Wax, mencair pada suhu 48-70C dan memiliki rantai hidrokarbon yang lurus
serta memiliki sifat mudah pecah.
b. Micro crystallin Wax, microcrystallin wax akan mencair pada suhu 65-90C dan memiliki
rantai hidrokarbon yang bercabang memiliki sifat yang Iebih fleksibel dan kuat.
2. Wax yang berasal dari serangga (hewani) adalah beeswax, beeswax akan mencair pada
suhu 84-91C dan memiliki sifat yang mudah pecah pada temperatur kamar, tetapi mudah
dibentuk pada temperatur tubuh.
3. Wax yang berasal dari sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan) adalah:
a. Carnauba wax, mencair pada suhu 84-91C
b. Candelilla wax, mencair pada suhu 68-75C dan digunakan terutama untuk memperkeras
paraffin wax dengan jalan menambahkannya ke dalam parrafin wax.
c. Resin
Beberapa sifat-sifat fisik dental wax yang menjadikannya sebagai bahan penunjang yang
sangat berguna di bidang kedokteran gigi adalah:

1. temperatur peralihan ke solid


2. termal ekspansi dan kontraksi
3. daya alir (flow)
4. tekanan internal
5. sifat mudah pecah (brittleness)
Semua sifat-sifat tersebut harus secara penuh dipahami bila bahan tersebut ingin memuaskan
saat digunakan. Fungsi utama dental wax di bidang kedokteran gigi adalah untuk
mendapatkan suatu pattern. Pembuatan pattern tersebut merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam pemanipulasian wax. Karena hasil akhir dari restorasi sangat bergantung pada
pattern yang telah kita dapatkan.Selain itu, malam yang dipergunakan di dunia Kedokteran
Gigi harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaannya dalam rongga mulut,
sebagai berikut :
1.Stabil pada suhu mulut
2. Dapat mengisi rongga cetak
3. Non iritan dan Non toxic
4. Tidak meninggalkan residu
5. Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan (Wilson,1987)
Malam sintesis (Misal derivat nitrogen dari asam lemak) atau polimer dari ethylene dapat
memberikan keuntungan yang lebih. Pada prakteknya, di dunia kedokteran sendiri lebih
banyak mempergunakan malam campuran dari berbagai macam sumber yang tujuannya
untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan setiap malam. (Craig,1983)
Ada beberapa jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain :
1. Malam model : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan membuat pola dan
untuk pencatatan relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan. Malam model yang digunakan untuk
keperluan klinik hendaknya tidak mengalami perubahan dimensi ketika dipanaskan pada suhu
mulut dan didinginkan pada suhu kamar.
2. Malam lembaran tuang : Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran dengan ketebalan
tertentu. Bahan malam tuang dan komponen polimer harus dibakar habis dari bumbung tuang
tanpa meninggalkan residu.
3. Malam inlay : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk pembuatan pola inlay, yang
dapat dipergunakan langsung di dalam mulut atau dengan model.
4. Carding dan Boxing wax : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk melekatkan gigi
tiruan pada tempatnya dan untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan
pengisian.
5. Malam perekat/sticky wax : Malam jenis ini berbentuk batang yang mudah patah/brittle,
warna kuning, terbuat dari beeswax dan beberapa resin alami. Bahan ini hendaknya mudah
dilepas dengan air mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk
mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak disambung.
6. Malam cetak : Malam jenis ini dipergunakan untuk mencetak rahang yang tidak bergigi.
Malam ini menunjukkan derajat aliran yang tinggi pada suhu mulut.
(Combe,1992)

Malam memiliki sifat fisis yang baik, sehingga dapat membantu pekerjaan didunia
Kedokteran.Gigi. sifat fisis itu antara lain :
1. Suhu transisi padat padat.
Suhu transisi padat padat ini dapat diperoleh dengan memanaskan malam secara merata
hingga massa malam lunak dan merupakan saat yang tepat untuk memanipulasi malam.
Keadaan ini disebabkan karena kisi kristal yang stabil (orthorhombic) berubah menjadi
bentuk hexagonal yang terjadi di bawah titik cair malam. Malam yang tetap kaku pada suhu
mulut mempunyai suhu transisi padat padat di atas suhu 37C.
2. Ekspansi dan Kontraksi Termis
Koefisien ekspansi termis malam lebih tinggi dari bahan kedokteran gigi lainnya. Hal ini
dapat menyebabkan kesalahan pada pola atau desain sewaktu didinginkan dari suhu cairnya
ke suhu kamar. Ekspansi dan kontraksi sewaktu pemanasan ini dapat menyebabkan hasil
yang diperoleh sedikit berbeda dari dimensi ukuran yang sebenarnya.
3. Aliran (flow)
Sifat aliran suatu malam sangat menentukan dalam menghasilkan detil cetakan yang
sempurna. Sifat aliran pada tiap tipe malam berbeda beda sesuai dengan penggunaannya di
kedokteran gigi. Sifat aliran malam dan campuran malam meningkat apabila suhu naik
sampai di atas suhu transisi padat padat. Pengukuran aliran pada malam tergantung dari
pergeseran molekul molekul malam selama pergerakannya.
4. Tegangan dalam (internal stress)
Tegangan dalam adalah tegangan yang timbul pada malam yang diakibatkan adanya
pemanasan malam yang tidak merata. Malam yang mengalami internal stress akan
mengalami distorsi apabila dilakukan pemanasan ulang.
KOMPOSISI, KLASIFIKASI, JENIS-JENIS DAN PENGGUNAAN WAX DALAM
KEDOKTERAN GIGI
Klasifikasi malam yang diperoleh secara alami
a. Mineral
Paraffin wax : Strukturnya rantai lurus polykristal-hydrocarbon. Bersifat rapuh dan suhu
kamar. Diperoleh sewaktu penyulingan minyak mentah.
Microcrystalline wax atau ceresin : strukturnyatidak serapuh paraffin wax karena
mengandung minyak. Bersifat rantai pilikristal hydrocarbon yang bercabang. Diperoleh pada
waktu penyulingan minyak mentah.
b. Serangga Bees wax : strukturnya mengandung lebih sedikit kristalline dan lebih banyak
bahan amorf. Sifatnya bila dicampur dengan paraffin wax, menjadi tidak begitu rapuh pada
suhu kamar dan pada suhu yang lebih tinggi (misal : suhu mulut) mengurangi flo dari malam.
Dibuat dari sarang lebah.
c. Tumbuhan
Carnauba wax : bersifat keras dan kuat. Dicampur dengan paraffin wax untuk
memperkerasnya dan meningkatkan suhu transisi padat-padat. Dibuat dari pohon
palm/amerika selatan.

Candelila wax : sifatnya serupa dengan candelila wax. Dibuat dari tanaman candelila.
Resin atau gum : digunakan untuk menamba daya rekat wax. Dibuaat dari pohon.
Klasifikasi berdasarkan kegunaannya
a. Lilin pola (pattern wax)
1) Base plate wax: Merupakan lilin/malam pelat landasan dengan komposisi : lilin lebah
untuk member elastisitas, paraffin, carnauba untuk mengatur titik cair dan zat warna estetis.
Syarat base plate haruslah mudah dibentuk dalam keadaan lunak tanpa sobek dan patah,
mudah diukir, larut dalam air panas tanpa residu, serta tidak emncemari model. Biasanya
diperdagangkan dalam bentuk lembaran 14,5 x 7,5 x 2 mm
.
2) Casting wax : merupakan malam tuang/ cor untuk membuat pola lilin gigi tiruan rangka
logam. Diaplikasikan pada model refractory. Syarat lilin ini : harus dapat menguap habis pada
waktu dibakar (burn out). Doperdagangkan dalam bentuk sheet dan ready shape.
3) Inlay wax : malam inlaydipergunakan untuk pembuatan pola inlay secara langsung di
dalam mulut dengan direct technique atau pada model/die yang diperoleh dari suatu cetakan
atau yang disebut indirect technique. Malam untuk penggunaan langsung didalam mulut perlu
agar mempunyai kontraksi termis yang serendah-rendahnya, mempunyai sifat aliran yang
baik mempunyai warna yang kontras dengan jaringan mulut ( biasanya biru atau hijau).
Selain itu semua, malam inlay hendaknya mudah diukir tanpa putus atau terkelupas dan dapat
dibakar habis pada bumbung tuang tanpa meninggalkan residu. Komposisi dari malam inlay
antara lain : campuran paraffin, carnauba, lilin lebah, candelila, dan getah dammar serta zat
warna.
b. Lilin proses (processing wax)
1) Boxing wax : digunakan untuk memagar/membatasi cetakan sebelum diisi/dicor dengan
gips. Dapat dibentuk tanpa pemanasan dan disediakan dalam bentuk lembaran atau batangan.
2) Utility wax : dapat digunakan untuk berbagai keperluan (mendukung bahan cetak, batas
perifer). Diperdagangkan dalam bentuk lembaran atau batangan (merah tua dan oranye).
Komposisinya terdiri dari lilin lebah, petroleum, dan wax softeners.
3) Sticky wax : merupakan malam yang rapuh dan dipergunakan sebagai malam perekat,
biasanya terbuat dari beeswax dan beberapa resin alami serta getah damar. Dipergunakan
pada laboratorium untuk berbagai hal dimana dibutuhkan penyambungan sementara,
misalnya : untuk menyatukan bagian-bagian logam sewaktu penyolderan; sewaktu
melakukan reparasi gigi tiruan, mala mini dipakai untuk menyambung bagian-bagian gigi
tiruan yang pecah. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan air mendidih dan hendaknya
memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagianbagian yanghendak disambung. Tersedia dalam bentuk batangan dengan penampang bulat
atau heksagonal.
c. Lilin cetak (impression wax)
1) Corrective Waxes : Corrective waxes digunakan sebagai malam lapisan untuk berkontak
dan mendapatkan detail dari jaringan lunak. Ini diklaim sebagai tipe material cetak yang
merekam membran mukosa dan jaringan dibawahnya. Corrective wxes dibuat dari
hidrokarbon waxes seperti paraffin, seresin dan lilin lebah serta metal partikel.
2) Bite Waxes : Bite wax digunakan secara akurat untuk merekam gigitan. Bite wax terbuat

dari 28-gage lembar casting wax atau baseplat wax yang keras, tapi lilin yang diidentifikasi
sebagai bite waxes nampaknya terbuat dari beeswax atau lilin hidrokarbon seperti paraffin
atau ceresin. Lilin ceresin bite mengandung aluminium atau partikel tembaga.
2. SIFAT FISIS WAX
Suhu transisi padat padat.
Suhu transisi padat padat ini dapat diperoleh dengan memanaskan malam secara merata
hingga massa malam lunak dan merupakan saat yang tepat untuk memanipulasi malam.
Keadaan ini disebabkan karena kisi kristal yang stabil (orthorhombic) berubah menjadi
bentuk hexagonal yang terjadi di bawah titik cair malam. Malam yang tetap kaku pada suhu
mulut mempunyai suhu transisi padat padat di atas suhu 37C
Ekspansi dan Kontraksi Termis
Koefisien ekspansi termis malam lebih tinggi dari bahan kedokteran gigi lainnya. Hal ini
dapat menyebabkan kesalahan pada pola atau desain sewaktu didinginkan dari suhu cairnya
ke suhu kamar. Ekspansi dan kontraksi sewaktu pemanasan ini dapat menyebabkan hasil
yang diperoleh sedikit berbeda dari dimensi ukuran yang sebenarnya
Aliran (flow)
Sifat aliran suatu malam sangat menentukan dalam menghasilkan detil cetakan yang
sempurna. Sifat aliran pada tiap tipe malam berbeda beda sesuai dengan penggunaannya di
kedokteran gigi. Sifat aliran malam dan campuran malam meningkat apabila suhu naik
sampai di atas suhu transisi padat padat. Pengukuran aliran pada malam tergantung dari
pergeseran molekul molekul malam selama pergerakannya
Tegangan dalam (internal stress)
Tegangan dalam adalah tegangan yang timbul pada malam yang diakibatkan adanya
pemanasan malam yang tidak merata. Malam yang mengalami internal stress akan
mengalami distorsi apabila dilakukan pemanasan ulang.
(Combe,1992)
SYARAT WAX YANG DIGUNAKAN DALAM KEDOKTERAN GIGI
Stabil pada suhu mulut\
Dapat mengisi rongga cetak\
Non iritan dan non toxic
Tidak meninggalkan residu jika disiram air
Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan
Mudah dibentuk dalam temperatur tertentu\
Setelah dingin dapat mempertahankan bentuknya
Dalam keadaan lunak dapat beradaptasi dengan permukaan lain
Dalam keadaan keras dapat diukir
Melting range cukup lama
Dapat dicairkan dan dipadatkan berkali-kali
Jika dibentuk tidak robek atau retak
PEMAKAIAN MALAM DI KEDOKTERAN GIGI
Malam Model
Ini dipergunakan sebagai bahan untuk membuat pola dan untuk pencatatan relasi rahang
dalam pembuatan gigi tiruan. Syarat-syarat yang dibutuhkan adalah :

a. Hendaknya mudah dibentuk setelah dilunakkan dan tidak robek, terkelupas atau retak
b. Hendaknya mudah diukir
c. Hendaknya mudah dicairkan dan dipadatkan berkali-kali tanpa merubah sifat-sifatnya
d. Tidak ada residu yang tertinggal setelah cetakan yang dihasilkan oleh malam ini disiram
dengan air mendidih dan deterjen.
Komposisi sebenarnya dari suatu malam model yang tersedia di pasar biasanya tidak
diberitahu oleh pabrik, tetapi suatu bahan yang baik dapat dihasilkan dengan cara mencampur
beberapa macam malam seperti carrafin wax dan bees wax dengan sedikit malam yang lebih
keras dan kuat seperti carnauba. Bahan ini dapat diperoleh dalam beberapa macam tingkatan
suhu pelunakan. Dalam melakukan manipulasi penting agar seluruh ketebalan malam
dipanaskan merata dan dibentuk sebelum menjadi dingin untuk mengurangi distorsi yang
disebabkan oleh karena lepasnya tegangan dalam.
Malam model yang dipergunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak/sedikit mengalami
perubahan dimensi ketika dipanaskan ke suhu mulut dan selanjiutnya didingingkan ke suhu
kamar
Lembaran Malam Tuang
Lembaran malam tuang tersedia dalam lembar yang telah digulung dengan tebal tertentu.
Sewaktu memanipulasi perlu diperhatikan agar malam ini jangan menjadi lebih tipis. Ini
dapat dicegah dengan cara memanaskannya dalam air hangat dan mempergunakan kain wool
basah untuk menekan atau membentuknya.ing agar klammer meupun konektor gigi tiruan
tuangan mempunyai tebal yang tepat.
Untuk menyederhanakan pengukiran malam dalam pembuatan gigi tiruan tuangan, jiga
tersedia komponen patron gigi tiruan yang terbuat dari bahan polimer yang telah siap
dibentuk.
Bahan malam tuang dan komponen polimer tersebut harus dibakar habis dari bumbung tuang
tanpa meninggalkan residu.
Malam Inlay
- Malam inlay digunakan untuk pembuatan pola inlay, ini dapat dilakukan :
a. Langsung di dalam mulut dengan direct technique, atau
b. Pada model atau die yang diperoleh dari suatu cetakan atau yang disebut indirect
technique.
- Malam untuk penggunaan langsung di dalam mulut perlu agar :
a. Mempunyai kontraksi termis yang serendah-rendahnya, meskipun tak dapat dihindari
bahwa pada kenyataannnya ini adalah tinggi.
b. Mempunyai sifat aliran yang baik
c. Memepunyai warna yang kontras dengan jaringan mulut
- Selain itu semua malam inlay hendaknya :
a. Mudah diukir tanpa terputus atau terkelupas
b. Dapat dibakar habis dari bumbung tuang tanpa meninggalkan residu
Konstitusi malam inlay serupa dengan malam model. Bagaimanapun juga, dalam
perbandingannya dipakai lebih banyak malam keras agar diperoleh campuran yang
memenuhi persyaratan yang lebih keras untuk malm inlay.
Carding dan Boxing Wax
Merupakan malam yang memiliki aliran tinggi pada suhu kamar dan sangat mudah dibentuk
tanpa membutuhkan pemanasan. Bahan ini dipergunakan oleh pabrik untuk melekatkan geligi

tiruan pad atempatnya untuk dipasarkan dan juga dipergunakan dalam laboratorium untuk
membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan pengisian.
Malam Perekat
Merupakan malam yang rapuh yang dipergunakan sebagai malam perekat, biasanya terbuat
dari beeswax dan beberapa resin alami. Malam ini hendaknya tidak mengalir pada suhu
kamar. Digunakan pada laboratorium untuk berbagai hal dimana dibutuhkan penyambungan
sementara, misalnya untuk menyatukan bagian-bagian logam sewaktu penyoderan, sewaktu
melakukan reparasi gigi tiruan, malam ini dipakai untuk menyambung bagian-bagian gigi
tiruan yang pecah. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan air mendidih dan hendaknya
memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagianbagian yang hendak disambung.
Malam Cetak
Malam untuk mencetak, malam koreksi dan malam penyingkap, semuanya memiliki ciri-ciri
yang menunjukkan derajat aliran yang tinggi pada suhu mulut.
CARA MANIPULASI LEMPENG GIGIT
1. Merapikan basis model dengan pisau gips, memberi identitas pada basis model dengan
pensil tinta
2. Menggambar outline dengan pensil tinta pada model, perhatikan daerah frenulum,
bebaskan daerah tersebut. Jika masih belum terampil menggambar outline dengan baik, bisa
menggunakan pensil biasa terlebih dahulu, dan jika sudah disetujui oleh instruktur bisa
menebalkan outline dengan menggunakan pensil tinta.
3. Membagi satu lembar baseplate wax menjadi dua bagian yang sama besar. Satu bagian
baseplate wax digunakan untuk RA dapat langsung dimanipulasi, untuk yang RB sebelum
dimanipulasi bagian baseplate wax dipotong berbentuk segitiga atau seperti huruf V.
4. Menyiapkan lampu spirtus dengan nyala api sedang, kemudian baseplate/ malam mulai
dimanipulasi dengan cara memanaskan malam diatas lampu spirtus secara merata. Setelah
malam memcapai suhu transisi padat-padat, letakkan lempeng malam diatas model kemudian
tekan-tekan dengan menggunakan ibu jari. Perhatikan saat menekan malam dengan ibu jari
jangan sampai merobek lembaran malam, jika malam menjadi keras panaskan kembali diatas
lampu spirtus.
5. Setelah semua permukaan malam menempel pada model,potong malam sesuai dengan
garis outline dengan menggunakan pisau model dan pisau malam sesuai dengan kebutuhan.
Merapikan seluruh tepi malam.
6. Hasil maksimal adalah seluruh malamdapat diaplikasikan pada model dengan ketebalan
yang sama dan tepi yang rapi sesuai garis outline, halus dan permukaannya rata.
Cara memanipulasi wax :
1. malam sebelum dipanaskan adalah mudah mengalami flaking/ patah/ robek karena struktur
bentuk kristalnya.
2. pemanasan secara merata pada seluruh permukaan malam akan menjadikan malam mudah
dimanupilasikan pada model.
3. bila sisi yang dipanaskan hanya sebagian maka panas tidak akan disebarkan ke sisi lain
sehingga sisi tempat pemanasan akan mencair.
4. pemanasan yang merata akan mengurangi tegangan dalam.
5. untuk malam inlay cor, harus hati-hati bila melunakan batangan malam agar tidak terlalu
panas.
6. malam diputar-putar sampai mengkilap kemudian dijauhkan dari api. Hal ini diulang

sampai malam menjadi hangat seluruhnya.


7. malam kemudian diuli dan dibentuk kedalam kavitas preparasi.
8. tekanan harus diaplikasikan dengan jari / meminta pasien menggigit malam.
9. malam menjadi dingin secara berangsur-angsur pada temperatur mulut, tidak perlu
direndam pada air dingin.
PERBEDAAN LEMPENG GIGIT DAN BASIS GIGI TIRUAN
Lempeng gigit merupakan model kerja yang terbuat dari malam yang jika di proses lebih
lanjut akan menjadi basis gigi tiruan. Proses tersebut meliputi :
1. Lempeng gigit yang melekat rapat pada modelnya didiapkan. Lakukan kontur sederhana
dengan merapikan seluruh permukaan lempeng gigit sampai rata, halus dan mengkilat.
2. Selanjutnya untuk tahap penanaman siapkan kuvet, begel portabel, gips putih, gips biru,
vaselin
3. Ulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan vaselin kecuali pada model malam
4. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal. Tuang ke dalam kuvet
bawah, kemudian meletakkan model ke dalam kuvet, untuk model rahang atas dengan
kemiringan 45 dan rahang bawah tegak lurus 90
5. Setelahh gips mencapai final setting, ulasi seluruh permukaan dengan vaselin kecuali
model malam, aduk gips biru dengan konsistensi kental, ulasi seluruh permukaan model
malam dengan gips biru.
6. Setelah gips biru mencapai final setting, katupkan kuvet lawan, lalu aduk gips putih lalu
tuangkan ke dalam kuvet. Letakkan kuvet ke dalam press portable kemudian press dengan
kekuatan maksimal lalu biarkan gips mencapai final detting.
7. Didihkan air dalam kompor lalu masukkan kuvet dan press begel ke dalam panci lalu
biarkan selama 5 menit.
8. Setelah 5 menit angkat kuvet dan begel portable lalu buka press begel hingga kuve
terlepas, lalu pisahkan kuvet lawannya
9. Setelah kuvet terpisah, pastikan seluruh daerah mould space terbebas dari malam
10. Tahap selanjutnya adalah packing akrilik
11. Setelah proses pemasakan akrilik selesai maka akan menjadi basis gigi tiruan akrilik.
3.1.2.4 ZnO-eugenol
Zinc oxide eugenol (ZOE) adalah suatu material dibuat dengan kombinasi dari seng oksida
dan eugenol (yang terkandung dalam minyak cengkeh. Sebuah reaksi asam-basa terjadi
dengan pembentukan kelat eugenolate seng. Reaksi ini dikatalisis oleh air dan dipercepat oleh
kehadiran garam logam. ZOE dapat digunakan sebagai bahan mengisi atau semen dalam
kedokteran gigi. [1] [2] Hal ini sering digunakan dalam kedokteran gigi ketika pembusukan
sangat mendalam atau sangat dekat dengan ruang saraf atau bubur kertas. Karena di dalam
jaringan gigi, yaitu pulp, bereaksi buruk terhadap rangsangan pengeboran (panas dan
getaran), itu sering menjadi sangat meradang dan presipitat suatu kondisi yang disebut
pulpitis akut atau kronis. Kondisi ini biasanya mengarah ke sensitivitas gigi kronis yang
parah atau sakit gigi aktual dan kemudian dapat hanya diperlakukan dengan pencabutan saraf
(pulp) yang disebut terapi saluran akar.
Penempatan dari ZOE "sementara" selama beberapa sampai beberapa hari sebelum
penempatan mengisi akhir biasanya mencegah sensitivitas atau sakit gigi dan karena itu,
sebagian besar kali, menghalangi kebutuhan yang mahal dan memakan waktu prosedur
saluran akar. Hal ini diklasifikasikan sebagai perantara bahan restoratif dan telah anestesi dan
antibakteri properti. Hal ini kadang-kadang digunakan dalam pengelolaan karies gigi sebagai
"sementara mengisi". ZOE semen diperkenalkan di1 890-an.
Seng oksida eugenol juga digunakan sebagai bahan kesan lengkap selama konstruksi gigi

palsu dan digunakan dalam teknik mucostatic mengambil tayangan.


Seng oksida eugenol juga digunakan sebagai antimikroba aditif dalam cat.
Komposisi
a. Zinc oxide 69%,
b. Putih damar 29,3%
c. Zinc Stearate 2% (bertindaksebagaiakselerator)
d.Sengasetat0.7%(meningkatkankekuatan)
ZOE kemasan pasta yang dibagikan sebagai dua pasta terpisah. Satu tabung mengandung
seng oksida dan sayur atau minyak mineral, yang lain mengandung eugenol dan damar. Sayur
atau minyak mineral bertindak sebagai sebuah plasticizer dan membantu mengimbangi
tindakan dari eugenol sebagai iritasi.
Minyak cengkeh, yang mengandung 70% hingga 85% eugenol, kadang-kadang digunakan
dalam preferensi untuk eugenol karena kurang menghasilkan sensasi terbakar pasien ketika
kontak pada jaringan lunak. Penambahan damar ke pasta dalam tabung kedua memfasilitasi
kecepatan reaksi dan hasil yang lebih halus, lebih homogen produk.
Kanada balsam dan Peru balsam sering digunakan untuk meningkatkan aliran dan
meningkatkan sifat pencampuran. Jika pasta campuran terlalu kurus atau kekurangan tubuh
sebelum set, pengisi (seperti lilin) atau bubuk inert (seperti kaolin, bedak, atau diatomaceous
bumi) dapat ditambahkan ke salah satu atau kedua dari pasta asli.
Properties of Zinc-Oxide Eugenol
Konstituen yang khas pasta seng oksida eugenol adalah:
a. BASE PASTE
Seng oksida
Inert minyak (plasticiser)
Terhidrogenasi resin (meningkatkan pengaturan waktu dan meningkatkan kohesi)
b. REACTOR PASTE
Eugenol
Zinc asetat (pedalgas)
Pengisi (talek atau kaolin)
Beberapa pasta mengandung eugenol pengganti misalnya asam karboksilat. 2 pasta datang
dalam warna-warna kontras dan dibagikan dalam rasio 1:1. Mereka dicampur untuk
memberikan pasta bahkan warna.
Himpunan berisi materi yang tidak bereaksi baik beberapa seng oksida dan eugenol.Setiap
gerakan dari nampan sebagai pasta adalah pengerasan akan menyebabkan cacat, kesan tidak
akurat.
Pengaturan waktu tergantung pada:
1. Accelerator tambahan (misalnya seng asetat, asamasetat)
2. Paparan kelembaban pada pencampuran atau penambahan air akanmempercepat reaksi
3. Peningkatan suhu menyebabkan reaksi yang lebih cepat pengaturan.
Pengaturan waktu biasanya 4-5 menit.
PROPERTIES
a. Non toxic
b. Kepatuhan terhadap jaringan
c. Mucostatic atau mucocodisplacive (tergantung pada merek yang digunakan).
Baik permukaan detail dibagian tipis,
d. Stabilitas dimensi yang baik (sedikit atau tidak ada perubahan tentang pengaturan dimensi,

0.1% dimensi berubah selama pengaturan)


e. Dapat ditambahkan kesegar seng ok
ida eugenol
f. Stabil dirak penyimpanan dan baik kehidupan
KEUNTUNGAN
1. Stabilitas dimensi
2. Bagus permukaan detail
3. Dapat ditambahkan
4. Mucostatic atau mucocodisplacive
Kekurangan
1. Tidak dapat digunakan dalam sangat dalam memotong
2. Hanya set cepat di bagian tipis
3. Eugenol alergi pada beberapa pasien
3.1.3 Elastic
3.1.3.1 Aqueous Hydrocolloids
3.1.3.1.1 Agar (reversible)
Komposisi
Agar (14%): berfungsi sebagai koloida,
Borax (0,2%): berfunsi memperkuat gel, tetapi memperlambat waktu setting bahan gips
keras.
Natrium sulfat (2%): berfungsi mempercepat waktu setting gips keras,
Air (83,8%): berfungsi sebagai media tempat tersebarnya koloida.
Sifat
Sifat rheologi : Bahan ini dapat dibuat cukup encer sehingga seandainya dikerjakan dengan
benar sanggup mencetak detail yang halus.
Bahan yang terlebih dahulu mengeras adalah bagian yang berkontak dengan sendok karena
bagian ini lebih dingin daripada jaringan. Jadi bahan yang berkontak dengan jaringan berada
dalam keadaan cair agak lama dan dapat mengalir sehingga mengeliminer bagian cetakan
yang kurang sempurna yang diakibatkan oleh adanya perubahan dimensi atau karena
bergeraknya sendok cetak.
Bahan yang telah set dapat dikeluarkan melalui undercut. Adhesi agar dengan logam sangat
jelek sehingga perlu dipergunakan sendok cetak yang berlubang-lubang.
Model sebaiknya diisi langsung setelah pencetakan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya syneresis dan imhibisi.
Sifat kompatibel terhadap bahan model tergantung pada senyawa kimia yang terkandung
pada bahan cetak. Tanpa adanya akselerator untuk setting stone (missal K2SO4) dapat
diperoleh permukaan yang halus.
Bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi.
Waktu settingnya agak lambat, kecuali apabila diberi pendinginan yang efisien.
Tahan cukup lama dipakai. Bahan dapat dipergunakan berulang dan dapat disterilisasi.
Hilangnya air dapat terjadi dengan diikuti oleh peningkatan kekentalan sol. Apabila perlu
ditambah air.
Manipulasi
Bahan tersedia dalam container yang disegel untuk mencegah penguapan air. Bahan ini

dibuat menjadi cairan dengan cara memanaskan tabungnya dalam air mendidih selama kirakira 10 menit.
Tabung dikocok sampai isinya tercampur rata, lalu dibiarkan sampai dingin (45C), baru
dipindahkan dari tabung ke dalam sendok cetak.
Dibiarkan dalam posisinya di dalam mulut sampai menjadi gel.
Pembentukan gel agak lambat, ini dapat dipercepat dengan menyemprot sendok cetaknya
dengan air dingin atau mempergunakan sendok cetak yang memiliki saluran-saluran melalui
mana mengalir air dingin.
Dibutuhkannya suhu yang lebih tinggi untuk memindahkan keadaan dari gel ke sol daripada
dari sol ke gel.
Aplikasi/Penggunaan
Bahan ini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pencetakan prostodonsia dan
pekerjaan mahkota dan jembatan.
3.1.3.1.2 Alginate (irreversible)
Komposisi
Komponene utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversible adalah salah satu alginate yang
larut dalam air, seperti natrium, kalium, atau alginate trietanolamin. Bila alginate larut
dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk sol. Berat molekul dari campuran alginate
amat bervariasi, tergantung pada buatan pabrik.
Tabel komposisi bahan cetak alginate:

Konstitusi Persentase Fungsi


1. Larutan garam asam alganik (Na, K, ammonium alginate
2. Garam kalsium alginate (kalsium sulfat dihidrat)
3. Trisodium phosphate
4. Bahan pengisi (tanah diatom)
5. Siliko fluoride
6. Bahan pewangi
7. Indicator kimia 12

12
2
70
Sedikit
Sedikit

Sedikit
Bereaksi dengan ion Ca2+ Menghasilakan gel kalsium alginate
Melepas ion Ca untuk bereaksi dengan alginate
Menghalangi pembentukan gel
Memperkuat gel
Memperbaiki permukaan model stone
Agar lebih disenangi pasien
Untuk menunjukkan waktu perbedaan manipulasi
Manipulasi
Alat: - Mangkuk karet (bowl)
- Spatula
- Sendok cetak
alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih untuk menghindari kontaminasi, karena
kontaminasi dapat mempercepat waktu setting.
a. Menakar bubuk dan air
b. Memasukkan bubuk alginate ke dalam bowl yang telah diisi air
Air yang digunakan umumnya air dalam suhu kamar. Untuk memepercepat setting,
digunakan air hangat. Sedangkan untuk memeperlambat setting, digunakan air dingin.
c. Mengaduk bahan
Menggunakan teknik angka delapan (8) dengan cara dihentakkan dan ditekan pada dinding
mangkuk karet. Ini dilakukan untuk mengeluarkan gelembung udara. Pengadukan dihentikan
sampai campuran bahan seperti krim dan tidak menetes dari spatula ketika diangkat dari
mangkuk.
d. Campuran bahan diletakkan pada sendok cetak kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
e. Setelah bahan cetak terlihat elastic, kemudian dikeluarkan secara tiba-tiba untuk menjamin
keadaan elastisitas yang paling baik.
f. Setelah dikeluarkan:
i. Hasil cetakan disiram dengan air dingin untuk menghilangkan saliva
ii. Ditutup dengan kasa lembab untuk mencegah syneresis
iii. Diisi dengan gips sesegera mungkin, yaitu tidak lebih dari 15 menit.
Sifat
a. Ketetapan
i. Sifat rheologi: alginate cukup encer untuk sanggup mencatat detail halus dalam mulut
ii. Reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, sehingga bahan yang
menempel pada jaringan akan berkontal lebih dulu
iii. Bahan cukup elastis untuk ditarik melalui undercut.
iv. Dimensi cetakan alginate tidak stabil pada penyimpanan. Hal ini disebabkan karena
syneresis
v. Dapat kompatibel dengan model plaster atau stone
b. Tidak toksis, tidak mengiritasi, rasa dan bau dapat ditoleransi
c. Waktu setting tergantung komposisi dan suhu pencampuran
d. Tidak stabil jika disimpan dalam ruangan yang lembab atau kondisi yang lebih hangat dari
suhu kamar.
Keuntungan
- Manipulasi mudah

- Nyaman bagi pasien


- Murah
Fungsi
Bahan ini tidak digunakan untuk mencetak inlay, mahkota, dan pekerjaan jembatan, tetapi
dipergunakan dengan hasil sangat baik untuk cetakan prostetik dan ortodonsia.
3.1.3.2 Non-aqueous Elastomer
3.1.3.2.1 Polysulfide
1. Komposisi
Terdiri dari 2 pasta, yaitu :
a. Pasta basis : polisulfida, bahan pengisi 11-54% (titanium dioksida)
b. Pasta katalisator : PbO2, sulfur, minyak
2. Sifat-sifat
Setting time dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu semakin cepat setting time dari
bahan cetak polisulfida.
Elastisitas
Rheologi
Ketahanan terhadap robekan yang tinggi
Kestabilan dimensi
Biokompatibilitas yang baik
3. Keuntungan dan kerugian dari polisulfida
a. Keuntungan :
Waktu kerjanya lama
Terbukti akurat
Ketahanan robek tinggi
Harganya terjangkau
Waktu penyimpanannya lama
b. Kerugian :
Membutuhkan sendok cetak perseorangan
Hidrofobik
Berpotensi terhadap distorsi
Aromanya mengganggu pasien
4. Manipulasi
Menekan pasta dengan panjang tertentu dari kedua pasta yang ditekan keluar dari tube
kemasannya pada lembaran pengaduk atau kaca pengaduk, pasta katalisator mula-mula
dikumpulkan pada spatula tahan karat dan kemudian didistribusikan di atas pasta basis, dan
diaduk dilembar pengadukan. Massa yang diperoleh dikumpulkan dengan bilah spatula dan
kembali diaduk merata. Proses tersebut dilanjutkan sampai pasta adukan berwarna seragam,
tanpa terlihat garis warna basis atau katalis pada adukan. Bila adukan tidak homogen, proses
pengerasan tidak akan berlangsung seragam, dan diperoleh hasil cetakan yang mengalami
distorsi.
3.1.3.2.2 Silikon
Komposisi :bahan cetak silicon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan suatu pasta
katalis atau cairan dengan kekentalan rendah. Karena polimer silicon merupakan suatu
cairan ,silicon koloidal atau logam oksida ukuran mikro ditambahkan sebagai pengisi untuk
membentuk suatu pasta. Pemilihan dan penanganan dari filter tersebutlah amatlah penting
karena silicon memiliki tingkat energy kohesif yang rendah dan ,karena itu ,memiliki
interaksi antar molekul yang lemah. Seringkali partikel pengisi terpisah dari polimer ,dan
bahan yang dicampur Nampak seperti 2 komponen.pengaruh pengisi terhadap kekuatan
adalah hal yang lebih penting untuk suatu elastomer silicon dibandingkan untuk bahan cetak

lainnya. Partikel yang lebih kecil cenderung untuk berkumpul bersama-sama tetapi partikel
yang lebih besar tidak berperan untuk memperkuat. Partikel seringkali diterapi untuk
mendapat kecocokan yang lebih baik dan memperkuat karet silicon. Bahan dengan
kekentalan tinggi ,biasa disebut dengan putty (seperti dempul), dikembangkan untuk
mengatur pengerutan polimerisasi yang besar dari bahan cetak silicon kondensasi. Bahan
putty ini mengandung pengisi cukup banyak sehingga polimer yang ada menjadi lebih
sedikit dan pengerutan polimerisasinya juga lebih kecil. Karena bahan memiliki konsentrasi
partikel pengisi yang lebih besar ,sifat bahan cetak terpengaruh oleh sifat bahan pengisi.
Jadi ,ekspansi termal keseluruhan lebih sedikit dibandingkan polimer karena partikel pengisi
memiliki koefesien ekspansi termal yang lebih kecil.
Sifat sifat bahan cetak silicon :
Elastisitas. Sifat elastic bahan cetak silicon kondensasi lebih ideal dibandingkan polisulfida.
Bahan cetak ini menunjukkan deformasi permanen minimal dan dapat kembali ke bentuk
semula dengan cepat bila diregangkan. Seperti polisulfida ,bahan ini tidak terlalu kaku
sehingga tidak sulit mengeluarkannya dari undercut tanpa menyebabkan distorsi.
Rheologi. Karakteristik viskoelastik bahan ini menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat
memberikan respons elastic (melenting seperti pegas) atau seperti cairan kental yang mudah
mengalami deformasi permanen (tidak pernah kembali ke tempat yang tepat sama ,seperti
bercak kotor). Bahan ini cenderung bereaksi sebagai elastic bila diregangkan dengan cepat
,jadi cetakan harus dikeluarkan dengan cepat sehingga deformasi yang terjadi adalah elastic
dan dapat kembali ke bentuk semula. Regangan yang diperlama dengan mengeluarkan
cetakan perlahan-lahan meningkatkan kesempatan terjadinya deformasi permanen karena
rantai polimer bereaksi dalam cara seperti cairan kental. Kebanyakan konsistensi bahan
kondensasi adalah putty dan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat
tinggi. Bahan wash adalah setara dengan light body atau bahan dalam semprit.
Stabilitas dimensi. Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silicon kondensasi
memerlukan suatu modifikasi teknik pembuatan cetakan supaya menghasilkan cetakan yang
akurat. Teknik putty-wash digunakan untuk silicon kondensasi. Teknik ini dapat
mengimbangi kestabilan dimensi yang buruk dari bahan ini. Banyaknya kontraksi linier
adalah lebih dari 2-4 kali dibandingkan dengan bahan cetak lainnya.
Biokompatibilitas. Silicon dalah salah satu bahan yang dapat diterima secara biologi. Jadi
,amat tidak mungkin bahan cetak kondensasi silicon menyebabkna masalah
biokompatibilitas.
Ada 2 jenis bahan cetak ,yaitu :
Polysiloxanes
Keuntungan bahan ini adalah :waktu kerja 5-7 menit ,aromanya enak ,sebaiknya hasil cetakan
dicor dalam 1 jam.
Polyvinylsiloxanes
Bahan ini paling akurat ,paling sedikit mengalami pengerutan polimerisasi ,distorsi sangat
rendah ,waktu kerja 3-5 menit ,masih dapat dicor sampai 1 minggu setelah pencetakan.
Macam-macam teknik mencetak :
1. Teknik adonan ganda.
Masalah jika disediakan sendok cetak khusus bahan polisufid, cetakan sebaiknya segera dicor
tetapi penyimpanan sampai 24 jam masih dapat diterima. Diperlukan relief liquid foil pada
dinding-dinding aksial model. Alasan pemilihan, adanya penyusutan polimerisasi masih
memungkinkan membuat mahkota yang cukup longgar sehingga tersedia tempat bagi larutan
semen dan mahkota dapat duduk rapat pada bahu. Tepi-tepi yang tipis tidak mudah robek
seperti pada silikon. Warna cokelat disebabkan karena katalis yang membuat bahan-bahan ini
mudah diperiksa detail hasil reproduksinya dan adanya cacat. Untuk mencetak preparasi
beberapa mahkota vener penuh dan jembatan. Jika tidak tersedia sendok cetak khusus

menggunakan bahan silikon (Tipe II) untuk mencetak preparasi intrakoronal (mahkota dan
inlai) teknik adonan ganda silikon (tipe II) :
a. dengan putty (tidak ada sendok cetak khusus).
b. Mengganti putty dengan pasta heavy body (diperlukan sendok cetak khusus).
Bahan silikon adalah pengeras tambahan oleh karenanya sangat akurat dan tidak menyusut
pada polimerisasi atau penyimpanan. Oleh karena itu bahan ini dapat disimpan sampai waktu
tak terbatas sebelum pengecoran.
Teknik pencetakkan elastomer dengan teknik adonan ganda (untuk heavy dan liquid bodied
polysulphide atau putty dan light bodied silicone).
Buat sendok cetak khusus yang menutupi seluruh lingkung tetapi tidak menutupi palatum
(sulkus bukal) (palatum hanya diperlukan jika akan dibuat bar palatal, seperti pada gambaran
spring contilever). Dua lapis lempeng malam basis yang keras di atas model akan
memberikan ruang yang cukup untuk bahan cetak. Berikan adhesif pada permukaan sendok
cetak. Aduk selama 45-60 detik bahan-bahan light dan heavy bodied dengan panjang yang
sama sehingga menghasilkan masa yang homogen.
Keluarkan ganjal gingiva keringkan seluruh preparasi. Tempatkan bahan light-bodied
dalam semprit (syringe) dan infeksikan disekeliling preparasi. Masukkan bahan heavy bodied
dalam sendok dan tempatkan pada posisinya ke atas seluruh lengkung (aliran udara secara
perlahan dengan semprotan udara dapat membantu menyebarkan bahan light bodied diatas
permukaan preparasi).
Tahan sendok pada posisinya dengan tekanan
jari yang ringan selama 4-7 menit sesuai dengan petunjuk pabrik. Dianjurkan untuk
menahan cetakan pada posisinya selama 2 menit setelah bahan terlihat mengeras. Hal ini
disebabkan karena bahan memperlihatkan reaksi pengerasan yang berlanjut dan jika masih
banyak polimerisasi yang terjadi setelah pengeluaran sendok cetak hal ini akan
mengakibatkan perubahan bentuk.
Variasi : jika tidak tersedia
sendok cetak khusus dapat dipergunakan putty di kombinasikan bahan light bedied (hanya
silikon).
2. Teknik dan tahap (putty dan wash) tanpa spacer.
Untuk mencetak preparasi bebarapa mahkota vener penuh dan jembatan. Masalah jika tidak
tersedia sendok cetak khusus sebaiknya cetakan ini dicor dalam 1 jam karena penyusutan
yang terjadi sesudah proses polimerisasi lebih lanjut dan penguapan alkohol. Alasan
pemilihan karena bahan masih mempunyai penyusutan polimerisasi yang sangat besar,
penyusutan bahan ini harus dijaga sesedikit mungkin dengan penggunaan bahan putty tanpa
spacer. Penyusutan yang terjadi masih memungkinkan dibuat mahkota yang cukup longgar
guna menyediakan tempat bagi larutan semen. Dengan atau tanpa sendok cetak khusus teknik
dua tahap dengan spacer (putty dan wash ; tidak ada sendok cetak khusus) Alasan pemilihan
karena bahan ini sangat elastik, tidak berubah bentuk sewaktu dikeluarkan dari underkut
sekitar intrakoronal gigi yang dipreparasi. Bahan silikon (tipe I). Teknik pencetakan
elastomer dengan teknik dua tahap (untuk putty dan masih silikon menggunakan spacer).
Sendok cetak
berlubang-lubang siap pakai bawah (palatum hanya diperlukan jika akan dibuat bar
palatal). Bagaimanapun juga sebaiknya sendok cetak harus cukup kuat untuk menahan
tekanan yang dapat merubah bentuk. Berikan adesif pada permukaan sendok cetak. Campur
putty base dan tetesan katalis pada yang disediakan
Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi. Masukan putty ke dalam sendok,
tempatkan pada posisinya dalam mulut. Tahan kurang lebih 3 menit hingga mengeras , sedikit
perubahan bentuk tidaklah penting apabila dipergunakan spacer. Keluarkan sendok dan

keringkan
permukaannya. Buang spacer dan keluarkan ganjal gingival. Aduk bahan light bodied.
Masukkan bahan light bodied yang telah dicampur ke dalam cetakan di atas seluruh lengkung
(tidak hanya di sekitar cetakkan pada gigi yang telah dipreparasi). Suntikkan bahan light
bodied
sekeliling gigi yang dipreparasi (penggunaan semprotan udara secara perlahan akan
membantu dapat membantu menyebarkan bahan light bodied di atas permukaan preparasi).
Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama kira-kira 5 menit
Gunakan tekanan jari yang ringan.
Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama kira-kira 5 menit.
Gunakan tekanan jari yang ringan
3. Teknik sekali aduk.
Untuk mencetak preparasi beberapa mahkota vener penuh dan jembatan jika tidak tersedia
sendok cetak khusus. Bahan polieter. Biasanya cetakan ini mempunyai daya tahan yang baik.
Pada keadaan lembab, cetakan ini sebaiknya dicor sesegera mungkin karena dapat menyerap
air. Disini diperlukan pula liquid foil pada model. Alasan pemilihan sederhana
penggunaannya tetapi sulit dikeluarkan dari underkut dalam mulut dan pada model setelah
pengecoran. Hal ini disebabkan karena konsistensinya yang sangat keras setelah mengeras.
Jangan dipergunakan pada pasien yang mempunyai bakat alergi.
4. Teknik pencetakan pita tembaga (copper band) dikombinasi dengan cetakan alginat.
Untuk mencetak preparasi mahkota penuh tunggal. (khususnya cocok untuk cetakkan
preparasi yang tipis seperti gigi insisivus lateral atas dan gigi-gigi insisivus sentral serba
lateral bawah. Juga sesuai untuk gigi non vital dimana panas dari compound tidak
menimbulkan trauma pulpa, dan pada kasus-kasus dimana perlu mengatur jaringan lunak
yang tumbuh berlebihan).
Bahan cetak compound dalam cincin tembaga untuk mencetak permukaan yang dipreparasi,
dikombinasikan dengan cetakan alginat dari seluruh lengkung rahang. Cetakan alginat harus
disimpan dalam kantong plastik yang tertutup. Algihard adalah bahan yang berguna karena
dapat disimpan untuk periode yang lama. Alasan pemilihan. Murah, karena tidak memerlukan
sendok cetak khusus atau bahan mahal lain. Mudah untuk mendapatkan cooper plated die
yang kuat (lain dengan die stone yang lebih lemah biasanya dibuat pada cetakan elastometik).
Teknik pencetakan untuk bahan non-elastik dengan pita tembaga dengan compound :
Pilih ukuran pita yang sesuai (pita yang keras lebih mudah digunakan dari pada yang
lunak). Sebaiknya sedikit melewati tepi preparasi tanpa menjadi terlalu longgar. Pita yang
telah longgar akan menjebak jaringan lunak pada bahu preparasi.
Pita merengang pita yang sedikit keseimbang kesempitan dapat di renggangkan dengan
memasukkannya ke sepasang jepitan howe dan sedikit membuka peganganya. Mungkin perlu
untuk melakukan pengurangan pada cincin tembaga yang keras dengan memanaskannya
sampai kemerahan dan mendinginkannya dalam methyled spiritus.
Pita kontur, sesuaikan kontur supaya rapat dibawah tepi gingiva dan tandai permukaan
bukalnya untuk memudahkan mengenalinya sewaktu melakukan pencetakkan. Pembentukan
kontur awal dengan pemotong Be-Be dan diikuti dengan batu abrasif.
Compound lunak. Panaskan grey stick compound panjang (kira-kira 4-5 cm) pada api
bunsen sampai lunak sampai pertengahan panjangnya. Masukkan ke dalam pita dan
lunnakkan kembali dengan nyala api. Penggunaan petroleum jelly akan mencegah kompound
melekat pada jari-jari.
Pencetakkan, letakkan permukaan yang bertanda dari band pada posisi bukal gigi dan
dengan kokoh dorong cetakan di atas gigi yang dipreparasi sampai melewati tepi gingiva.
Pada kasus-kasus dimana terdapat inti dan pasak, pemberian sedikit pasta anestesi topikal
akan membuat pekerjaan ini cukup nyaman bagi gingiva tanpa perlu melakukan injeksi

anestesi lokal. Compound yang meluncur di atas preparasi akan mendorong darah dan saliva
pada satu sisi. Akhrinya compound dijepit pula posisinya oleh pita sewaktu mencapai tepi
gingiva yang berada sedikit dibelakang compound.
Pendinginan, diinginkan cetakan dengan semprotan air sebelum mengeluarkannya.
Pengeluaran, jika mengalami kesulitan pada waktu mengeluarkan pita, masukkan bur bulat
no. 3 pada henpis konvensional ke dalam pita, untuk membebaskan preparasi. Cetakan dapat
dibiarkan pada henpis yang memberikan pegangan tambahan. Sekarang dapat diberikan
dorongan pada arah aksial.
3.1.3.2.3 Polyether
Elastomer jenis polyether ini diperkenalkan di jerman pada akhir tahun 1960an. Merupakan
polimer berbasis polyether yang diperkeras dengan reaksi antara cincin azridin, yang
merupakan ujung cabang molekul polyether. Rantai utama dapat merupakan suatu kopolimer
etilen oksid dan tetrahidrofuran. Ikatan silang, dan kemudian pengerasan, terjadi oleh jenis
ester sulfonat aromatik. Bahan ini merupakan elastomerik pertama yang dikembangkan
terutama untuk berfungsi sebagai bahan cetak. Semua bahan lain diadaptasikan dari pengguna
lain.
c. Komposisi
Karet polyether dipasok berupa 2 pasta. Basis mengandung polimer polieter, suatu silika
koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti glikoleter atau ftalat. Pasta
aselerator mengandung alkil sulfonat aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi dan
pembuat plastis.
d. Sifat
Sifat-sifat umum polyether :
2. Ketepatan,
(i). Keenceran bahan sebagian besar tergantung pada komposisinya. Beberapa polisulfida
tersedia dengan variasi kekentalan, misalnya light bodied untuk disuntikkan deengan spuit
dan medium serta heavy bodied untuk dipakai dengan sendok cetak. Pasta elastomer yang
belum dicampur biasanya berbentuk pseudoplastis.
(ii). Terjadi sedikit kontarksi sewaktu bahan setting, disebabkan oleh karena adanya kontraksi
polimerisasi. Juga dapat terjadi kontraksi sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu
kamar.
(iii). Bahan ini cukup elastis dan sanggup ditarik melalui undercut. Pada umumnya lebih kuat
dan tidak mudah patah dibandingkan dengan alginate. Bahn polyether lebih keras bila
dibandingkan dengan elastomer lainnya, karena itu lebih sukar dibuka.
(iv). Pada penyimpanan dapat terjadi kontraksi sebagai akibat terus berlangsungnya
polimerisasi. Penguapan hasil sampingan yang mudah terbang, merupakan sumber kontraksi
lain. Stabilitas dimensionil polyether sangant jelek pada udara yang lembab.
(v). Bahan ini pada umumnya kompatibeldengan bahan model dan die, meskipun dapat
menyebabkan sedikit lunak pada permukaan gips keras. Evolusi awal hidrogen dari bahan
yang mengandung organo-hydrogen siloksan menyebabkan timbulnya bintil-bintil pada
permukaan stone.
2. Pada umumnya bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi. Beberapa pasta elastomer yang
mengandung lead dioksida mempunyai bau dan rasa yang tidak menyenangkan.
3. Waktu setting tergantung pada komposisi bahan misal, jumlah pereaksi dan sebagainya.
Terdapat air dan suhu yang tinggi juga mempercepat waktu setting polisulfida.
4. Stabilitas bahan yang belum dicampur pada penyimpanan tidak selalu ideal, beberapa
pereaksi tidak stabil setelah lebih dari 2 tahun, tetapi dapat tahan lebih lama bila disimpan
pada refrigator.
5. Biokompabilitas, Pada awalnya, ada kekhawatiran tentang kesensitivan terhadap sistem
katalis polyether. Dermatitis kontak akibat polyether, khususnya pada asiten dokter gigi telah

dilaporkan. Namun, penelitian akahir-akhir ini menunjukkan tidak ada efek sitotoksik yang
berhubungan dengan katalis imin. Bahan cetak polyether yang mengeras memang
menghasilkan nilai toksisitas sel tertinggi dan jumlah sel hidup terendah setelah pemaparan
berulang.
c. Manipulasi
Awalnya polyether dikemas hanya dalam 1 kekentalan. Bahan pseudoplastis memungkinkan
satu adukan digunakan baik untuk bahan semprit maupun sendok cetak. Kemudian, pabrik
pembuat menyediakan pasta tambahn yang dapat digunakan untuk menghasilkan suatu
adukan pengencer. Komponen bahan memerlukan perumusan ulang untuk mengadaptasi
bahan bila ingin digunakan dengan alat pengaduk otomatis. Meskipun alat ini dapat
digunakan dengan berhasil, kebanyakan polyether masih diaduk dengan menggunakan
tangan. Selain itu untuk bersaing dengan silikon tambahan, pabrik pembuat menyadari bahwa
klinisi lebih menyukai beragam viskositas dari vinyl polysiloxane. Jadi polyether diubah
sehingga dapat dipasok dengan keragaman viskositas. Sebagai akibatnya, kekerasan
polyehter juga berkurang.
1. Waktu kerja dan pengerasan
Kecepatan pengerasan polyether kurang sensitif terhadap perubahan temperatur dibandingkan
dengan silikon tambahan. Modifikasi rasio basis dan aselerator dapat digunakan untuk
memperlama waktu kerja. Penggunaan bahan pengencer juga memperpanjang waktu kerja
dengan hanya sedikit meningkatkan waktu pengerasan. Sebagai tambahan untuk mengurangi
kekentalan bahan yang belum mengeras, pengencer mengubah sifat bahan yang telah
mengeras. Modulus elastik atau kekerasan bahan yang mengeras berkuran tanpa
meningkatkan deformasi permanen, atau aliran bahan. Untuk dipergunakan dengan polyether
juga tersedia bahan retarder yang dapat memperlama waktu kerja tanpa mengurangi sifat
elastik atau meningkatkan pengerutan polimerisasi.
2. Elastisitas
Polyether selalu dianggap bahan cetak yang palin keras, tidak termasuk bahan putty
viskositas tinggi. Awalnya bahan ini amat sulit dikeluarkan dari daerah undercut karena
memiliki modulus elastisitas yang tinggi. Beberapa formulasi baru dari bahan bervikositas
reguler atau sedang sebenarnya kurang keras bila dibandinkan bahan cetak vinyl polysiloxane
hidrofilik satu tahap. Hasil uji komprensi menunjukkan bahwa polyether sedikit kurang
elastik bila dibandingkan dengan vinyl polysiloxane.
3. Kestabilan dimensi
Perubahan dimensi bahan cetak polyether sedikit. Seperti silikon tambahan, polyether tidak
memiliki reaksi samping. Meskipun polimerisasi residual terus terjadisetelah waktu
pengerasan secara klinik, hal tersebut lebih pendek bia dibandingkan dengan bahan cetak
polisulfid. Kekerasan bahan berarti bahwa gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan cetakan
lebih besar bagi bahancetak polyether dibandingkan jenis bahan lain.
d. Aplikasi
Penggunaan utama bahan elastomer adalah untuk cetakan inlay, mahkota dan pekerjaan
jembatan, atau untuk gigi tiruan sebagian apabila ditemukan undercut yang sangat besar,
sehingga apabila digunakan cetakan alginate dapat patah sewaktu dilepas dari jaringan. Oleh
karena harganya yang mahal, bahan ini tidak sering dipergunakan pada pencetakan yang
membutuhkan jumlah bahan cetak yang besar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Klasifikasi bahan cetak kedokteran gigi :

[a] Bahan yang kaku / non elaatis


Plaster Of Paris
Impression composition (coumpound)
Zinc oksid- eugenol dan pasta sejenisnya
Bahan cetak dari wax
[b] Bahan yang elastis
Hydrocolloid
- Reversible : Agar
- Irreversible : Alginat
Elastomer
- Plysulphida (Rubber Base, Mercapatan, Thiokol)
- Silikon (Xantopren, Optosil, Reprosil,President)
Polyether (Impregum Polysulfide)
Macam-macam teknik mencetak :
a. Teknik adonan ganda.
b. Teknik dan tahap (putty dan wash) tanpa spacer.
c. Teknik sekali aduk
d. Teknik pencetakan pita tembaga (copper band) dikombinasi dengan cetakan alginat
2. Mengapa awal kunjungan memakai bahan ireversible dan kunjungan kedua memakai
elastomer?
Pada dasarnya antara kunjungan pertama dan kunjungan kedua jelas berbeda tetapi semua
tergantung dari keputusan masing-masing dokter gigi.
Dimana saat pasien dating pada kunjungan pertama. Hal ini bertujuan untuk membuat
cetakan model study dengan bahan Hydrokoloid dalam hal ini adalah Alginat. alasan pertama
adalah karena bahan Alginat lebih murah dibandingkan dengan bahan Elastomer dan bahan
alginate mudah didapatkan serta bahan Alginat banyak disukai pasien karena memiliki rasa
bervariasi dan pecetakan menggunakan Alginat ini hanya diperuntukan untuk mencetak
model study saja.
3. Cetakan menurut Soelarko dan Herman(1980):
A. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan yang tidak
menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa.
Cetakan dilakukan dengan menggunakan sendok cetak biasa (stock tray).
Bahan yang dipakai biasanya adalah alginat dan compound.
Hasil cetakan digunakan sebagai model studi.
B. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan
jaringan bergerak dan tak bergerak, juga memperhatikan tertekannya mukosa. Cetakan
dilakukan dengan menggunakan sendok cetak individual (terbuat dari
shellac/selfcuringacrilic). Hasil cetakan digunakan sebagai model kerja.
4. Beda alginat reguler set dan fast set
Sebelum mengetahui perbedaan kedua jenis alginat tersebut, akan dijelaskan mengenai proses
gelasi dari bahan cetak jenis alginat. Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana
sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat
yang tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat membentuk kalsium alginat tidak larut
dari kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produksi kalsium alginat ini begitu
cepat sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja. Jadi, suatu garam larut air ketiga,
seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk memperpanjang waktu kerja.

Strateginya adalah kalsium sulfat akan lebih suka bereaksi dengan garam lain dibanding
alginat larut air. Jadi, reaksi antara kalsium sulfat dan alginat larut air dapat dicegah asalkan
ada trinatrium fosfat yang tidak bereaksi. Sebagai contoh, bila sejumlah kalsium sulfat,
kalium alginat, dan trinatrium fosfat dicampur dan sebagian atau seluruhnya dilarutkan dalam
air dengan proporsi yang tepat, reaksi berikut terjadi pertama kali :
2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4
Bila pasokan trinatrium fosfat menipis, ion kalsium mulai bereaksi dengan kalium alginat
untuk membuat kalsium alginat sebagai berikut :
K2nAlg + n CaSO4 nK2SO4 + CanAlg
Garam yang ditambahkan dikenal sebagai retarder (baham pelambat). Ada sejumlah garam
larut air yang dapat digunakan, seperti natrium atau kalium fosfat, kalium oksalat, atau
kalium karbonat, trinatrium fosfat, natrium tripolifosfat, dan tetranatrium pirofosfat. Dua
nama yang terakhir adalah yang paling sering digunakan dewasa ini. Sejumlah retarder harus
disesuaikan dengan hati-hati untuk mendapat waktu gelasi yang tepat. Umumnya bila kirakira 15 g bubuk dicampur 40 ml air, gelasi akan terjadi dalam waktu sekitar 3-4 menit pada
temperatur ruangan.
Peranan pabrik dalam memproduksi jenis alginat yang memiliki waktu setting fast dan
regular tergantung dari pemberian retarder pada bahan alginat tersebut. Pada jenis alginat
yang berjenis fast, memiliki retarder lebih sedikit dibandingkan dengan jenis alginat yang
regular set. Hal ini dikarenakan semakin banyak retarder yang ditambahkan dalam suatu
bahan alginat, semakin lama waktu setting bahan tersebut, sebab kalsium alginat tidak dapat
terbentuk sesuai dengan yang dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Jack L. Ferracane, Bahan dalam Kedokteran Gigi: Prinsip dan Aplikasi, 2001, 2d Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, ISBN 0781727332
Richard van Noort, 2002, Introduction to Dental Material, 2d Edition, Elsevier Health
Sciences, ISBN 0723432155
Anusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Combe, E. C. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai pustaka.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan untuk
menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu
lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan
yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan melalui kontak yang
erat dengan jaringan mulut di bawahnya.
Meskipun basis protesa individual dapat dibuat dari logam atau campuran logam, kebanyakan
basis protesa dibuat menggunakan polimer. Polimer tersebut dipilih berdasarkan
keberadaannya, stabilan dimensi, karakteristik penanganan, warna dan kekompakan dengan
jaringan mulut.
Basis gigitiruan digunakan untuk membentuk bagian dari gigitiruan baik yang terbuat dari
logam maupun bahan resin, bersandar diatas tulang yang ditutupi dengan jaringan lunak dan
merupakan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Selama bertahun-tahun berbagai jenis bahan
telah digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan, namun bahan tersebut masih memiliki
kekurangan. Syarat-syarat ideal dari suatu bahan basis gigitiruan antara lain biokompatibel,
adekuat sifat fisis dan mekanis, estestis, stabilitas warna, radiopak, mudah dimanipulasi,
mudah diperbaiki jika rusak, mudah dibersihkan.
Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan bahan
resin akrilik (polimetil metakrilat). Resin akrilik menjadi bahan yang dipilih karena memiliki
kualitas estetis, mudah dimanipulasi dan murah. Bahan basis gigitiruan dari resin akrilik
dapat dibedakan atas resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi panas dan resin
akrilik polimerisasi sinar.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Syarat-syarat Resin Akrilik
Syarat-syarat yang harus dipenuhi resin akrilik sebagai basis gigi tiruan, yaitu :
1. Harus dapat dibersihkan dengan mudah
2. Tidak berasa, tidak berbau, non toksik dan tidak mengiritasi jaringan
3. Tidak dapat larut dalam cairan mulut
4. Harus ringan dan memiliki relatif thermal conduction yang tinggi
5. Temperatur pelunakan harus diatas temperatur yang tertinggi dari
makanan dan minuman
6. Harus dapat dipreparasi

7. Mudah dimanipulasi dengan alat-alat sederhana


8. Tidak dapat menyerap cairan mulut sehingga tetap bersih atau tidak
menjadi berbau
9. Mempunyai kekuatan (strength), resilience dan tahan terhadap abrasi
dalam penggunaan yang normal
10.Harus stabil dimensinya dalam segala kondisi
11.Tidak berubah warna didalam mulut
12.Bahan-bahan ini harus mempunyai sifat transparan dan dapat diwarnai
agar dapat meniru warna jaringan mulut

B. Sifat Fisis Resin Akrilik


A. Sifat-sifat fisis dari monomer methyl methacrylate:

Mendidih pada 100,80C


Merupakan cairan yang transparan

B. Sifat-sifat fisis resin akrilik sebagai basis gigitiruan:


1. Dimentional Stability
Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses
pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air.
2. Solubilitas
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer
dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.
3. Penyerapan air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada
lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat
mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0.69 mg/cm2.
4. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi
sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian
basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak
bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau
melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak
tepat antara komponen polimer dan monomer.
5. Stabilitas warna

Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik dibandingkan selfcured acrylic resin karena adanya oksidasi oleh tertinary amine. Dapat dicegah dengan
menambah stabilizing agent.
6. Sifat thermal
Resin akrilik stabil secara kimia pada panas sampai di suatu titik. Resin akrilik merupakan
bahan yang buruk untuk menghantarkan panas dan listrik
7. Kekuatan
Bahan ini memiliki kekuatan yang rendah. self cured acrylic resin memiliki kekuatan yang
lebih rendah, yaitu dengan nilai compressive strength 75 Mpa dan tensile strength 52 Mpa.
8. Biokompatibilas
Klinis menunjukkan bahwa reaksi alergi sejati terhadap resin akrilik amatlah jarang terjadi
dalam rongga mulut. Sisa monomer sering dianggap sebagai iritan. Namun, reaksi alergi
tidak tergantung pada dosis.
9. Kekerasan
Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah sehingga mudah tergores atau terabrasi.
10. Modulus of elasticity
Resin akrilik memiliki kekakuan yang mencukupi untuk digunakan sebagai gigi tiruan penuh
dan sebagian dengan nilai 2400 Mpa
11. Impact strength
Resin akrilik harus memiliki impact strength yang tinggi untuk mencegah terjadinya patahan
apabila terjatuh secara tiba-tiba.

C. Klasifikasi Resin Akrilik


Klasifikasi resin akrilik berdasarkan metode aktivasinya, yaitu :
A. Heat Cured Acrylic Resin
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk
polimerisasi bahan-bahan tersebut. Memiliki komposisi :
Powder dan Liquid

Terdiri dari partikel polimer yang berbentuk pearls atau beads berisi poli
(methyl methacrylate)
Initiator : benzoil peroxide

Stabilisator : talc dan gelatin, agar partikel tidak bersatu

Zat warna : mercuric sulfide, cadmium sulfide, cadmium selenide

Liquid :

Metil metakrilat

Inhibitor : hydroquinone, untuk mencegah polimerisasi oleh panas, sinar


dan pengaruh oksigen

Plasticizers : ester-ester dengan BM rendah, agar hasil akhir lebih lunak.

Pada reaksi monomer-polimer terlihat 4 stage :


Stage 1 : polimer meresap kedalam monomer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu
Stage 2 : terjadi penetrasi pada monomer sehingga pembungkus polimer pecah dan polimer
dapat meresap kedalam monomer. Bahan terlihat menjadi agak melekat dan berserabut bila
ditarik
Stage 3 : disebut dough atau gel stage. Polimer telah jenuh didalam monomer. Disini massa
lebih halus, dough like, dan mudah dibentuk tanpa melekat tanpa berserabut. Pada stage ini
massa dapat dimasukkan kedalam mold.
Stage 4 : monomer seperti tidak ada lagi, baik oleh penguapan maupun oleh penetrasi yang
lebih lanjut dari polimer. Massa menjadi lebih kohesif dan rubber like.
Curing cycle adalah istilah teknis yang diberikan pada proses pemanasan agar terjadi
polimerisasi didalam mold, dimana reaksi polimerisasi adalah reaksi yang eksotermis. Bila
kuvet langsung dimasukkan kedalam air mendidih, terjadi perubahan temperatur yang tinggi
pada resin. Tapi bila air dipanaskan dengan lambat maka temperatur resin tidak akan
melewati temperatur didih monomer.
B. Self Curing Acrylic Resin
Secara umum bahan ini sama dengan heat curing acrylic resin. Tetapi inisiator (benzoil
peroxide) dalam hal ini diaktifkan oleh suatu bahan kimia, tidak diaktifkan oleh panas. Bahan
kimia tersebut ditambahkan bahan kimia lain pada monomer yaitu tertiary amine. Bahan ini
dikenal sebagai aktivator. Setelah monomer dicampur dengan polimer, aktivator akan
bereaksi dengan inisiator, sehingga initiator membentuk radikal bebas dan polimerisasi mulai
terjadi pada temperatur kamar.
Reaksi polimerisasinya yaitu polimer (powder) sebagai inisiator peroksida ditambahkan
dengan monomer (liquid) sebagai akselerator amin akan membentuk polimer dan panas.
Kecepatan polimerisasi dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi daripada aktivator dan inisiator.
Self curing acrylic resin ini digunakan untuk piranti ortodonti lepasan dan sendok cetak
fisiologis.
C. Light Curing Acrylic Resin

Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan yang mengandung sinar (curing unit) dengan
sinar biru yang memiliki panjang gelombang 400-500 nm dengan intensitas sinar yang tinggi
yang keluar dari bola lampu quartz-halogen. Akrilik akan berputar secara kontinu didalam
ruangan agar akrilik mendapatkan paparan sinar yang sama.
Komposisi akrilik ini yaitu mengandung matriks urethane dimethacrylate dengan kopolimer
akrilik, bahan pengisinya adalah silica microfine dan sistem fotoinitiatornya berupa
camphorquinone amine.

D. Kegunaan Lain Resin Akrilik


1. Untuk perbaikan (repair) bila terjadi kepatahan pada basis gigitiruan. Resin
perbaikan dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia.
2. Sebagai pelapik (relining), yaitu mengganti permukaan gigitiruan yang
menghadap ke jaringan lunak mulut.
3. Sebagai rebasing basis gigitiruan, yaitu mengganti keseluruhan basis
gigitiruan
4. Sebagai pelapis (liner) lunak jangka panjang dan pendek yang bertujuan
untuk menyerap energi yang dihasilkan oleh gaya pengunyahan.
5. Sebagai sendok cetak resin dan bahan sendok cetak yang digunakan pada
prosedur pencetakan dalam kedokteran gigi.

E. Pemanipulasian Resin Akrilik


A. Cara Mencampur Resin Akrilik
a)
Cara pasif, yaitu tidak dilakukan pengadukan atau pencampuran dengan spatula, tetapi
dilakukan penaburan bubuk akrilik diatas pot porselen yang telah dituangkan monomer
secukupnya, sehingga setiap powder dibasahi oleh liquid.
b)
Cara aktif, yaitu dilakukan pengadukan dengan spatula pada bubuk akrilik yang telah
ditaburkan diatas monomer didalam pot.
B. Cara Memasukkan Resin Akrilik ke Dalam Mold
Setelah terdapat campuran akrilik yang baik, maka dapat dimasukkan kedalam mold dengan
cara ditekan dengan ibu jari. Kemudian kuvet ditutup dengan antagonisnya serta dipress.
Kuvet dibuka kembali, lalu akrilik yang berlebih dapat dibuang dengan lecron mass. Setelah
itu dilakukan pengepresan kembali dan tidak dibuka sampai penggodokan.
C. Cara Menggodok Resin Akrilik
Kuvet dimasukkan kedalam water-bath yang berisi air dan dipanaskan sampai 700C dalam
wakti jam. Kemudian dibiarkan pada temperatur tersebut selama jam. Lalu temperatur
dinaikkan kembali menjadi 1000C selama jam dan dibiarkan pada temperatur tersebut
selama jam. Jika pemanasan telah selesai, kuvet dibiarkan dingin.

F. Kesalahan Pemanipulasian
Kesalahan pada pemanipulasian resin akrilik dapat menyebabkan terjadinya porositi. Ada dua
macam porositi, yaitu porositi internal dan porositi eksternal. Porositi internal disebabkan
karena pemanasan yang tingi dan cepat, panas eksotermal juga menjadi tinggi dan cepat
meningginya, sehingga monomer tidak sempat berpolimer dan menguap membentuk bubles
(bola uap). Porositi eksternal disebabkan oleh ketidak homogenan bahan tersebut selama
polimerisasi. Juga dapat disebabkan oleh pengepresan yang salah, penekanan yang kurang
lama atau terlalu cepat digodok.

DAFTAR PUSTAKA
1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003:
197-218
2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar
Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1 st ed, Medan. USU Press,
2011: 103-16.
3. Anonymous. Basis Gigi Tiruan. <http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/ 21739/4/Chapter%20II.pdf>. (14 Januari 2012)

Resin Akrilik
LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I
RESIN AKRILIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi,
sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil
memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena
itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi
ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi
praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai
dengan baik.
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa
kompon non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin
akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras
apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi
polimerisasi adisi antara polimer dan monomer.
Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan
polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang
batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran (monomer)
mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl
methacrylate.

Berdasarkan reaksinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


1. Heat Cured Acrylic ( membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk
membantu proes polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic ( dapat berpolimerisasi pada temperature ruang ).
3. Light Cured Acrylic Resin.
1.2 Tujuan
1. Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik.
2. Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik.
3. Mengetahui nilai Resin Akrilik sebagai bahan restorasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam.
Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia
dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau
arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan
(monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil
metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan
pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi
tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang
rusak.
Resin acrylic adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non
metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic. Resin ini dapat
dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan
karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan monomer.
Berdasarkan polimerisasinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk
membantu proses polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic (dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
3. Light Cured Acrylic Resin.
HEAT CURED ACRYLIC
Heat cured acrylic resin, komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:
1. Polymer (Bubuk):
i. Polymer; poly (methyl methacrylate).
Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi
methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya
yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.
ii. Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
iii. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
2. Cairan (Monomer):
i. Monomer: methyl methacrylate.
ii. Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah polymerisasi
selama penyimpanan.

iii. Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene glycol
dimethacrylate.
(E. combe 1992: 270)
Manipulasi Heat Cured Acrylic
Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin.
Perbandingan monomer dan polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume
atau 2,5/1 satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup
dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain
itu juga tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni
terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan acrylic yang berasal
dari perbandingan monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila
terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar.
Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang
terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini
dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan monomer
dicampuur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila
ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut,
monomer bebas meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat
hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak
monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi
permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi
keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan
masih kenyal.
Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih
cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk
konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan
dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih
singkat.
Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic
Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan
acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat
logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan
acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya

menggunakan could mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada
waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage). Pemberian separator
tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan berpolimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan
merekat dengan bahan cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
- Cetakan terisi penuh.
- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai
dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama
polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di
dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage
porosity.
Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis
(dough). Agar merat dan padat, maka dipelukan pengepresan dengan
menggunakan alat hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan
dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara
pengepresan yang benar adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam rongga
cetak, kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas selofan.
Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic dipotong dengan
pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan ditingkatkan
menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan pisau model. Kedua bagian
kuvet dikembalikan tanpa diselipi kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet
diambil dan dipindahkan pada begel.
Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian
(packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven
atau boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan,
lamanya dan kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode pemasakan
dapat dilakukan dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan
resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5
cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga
mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian
temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit).
Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan
selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature
ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet
dean beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah

mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.


Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara
perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips
dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan
secara perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh
karena perubahan plastis.
Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol
perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah menguap,
maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang sempurnanya
polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan acrylic. Hal-hal yang
menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:
Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan
pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan
menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi
lunak dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan
dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage
porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan pada permukaan acrylic) dan
gaseous porosity (berupa gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi
pada bagian acrylic yang tebal dan jauh dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah
terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile
stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat
terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin
acrylic, terutama pada proses reparasi. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh
karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan
pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara
berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan
cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan;
selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat menyebabkan
keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara
denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan denture
acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah
monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama
pemakaian.
( E. Combe 1992:270-275)

SELF CURED ACRYLIC


Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl-p-toluidine. Perbandingan bahan
akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan
activator seperti dimethyl paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak
mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena
terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu
kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah
dan mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kirakira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya
yang lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured
karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dalam
pemakaian. Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl methacrylate),
polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga lebih
sedikit creep, dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.
g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier
dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.
(E. Combe 1992:277)
Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi
molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena
panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi oleh
karena panas atau cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah
selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih
rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua
tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut
polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin
acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga
yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:
a. Initiation Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil
peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau
pemanasan).
b. Propagation Tahap terbentukknya rantai polimer.
c. Termination Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang
ditandai dengan pertukaran sebuah atom hydrogen dari satu rantai yang

terbentuk pada rantai lain.


d. Chain Transfer Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali
untuk pertumbuhan selanjutnya.
LIGHT CURED ACRYLIC RESIN
Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan
sinar tampak (visible light). Dengan cara ini terjadinya polimerisasi tidak
mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian
permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat
empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400500 nm.
Syarat-syarat yang dibutuhkan resin acrylic :
a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang
tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidaak
mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah
jika terbentur atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai sebagai
bahan restorai yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah
dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x jika
tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.
Sifat-sifat fisik resin acrylic antara lain:
a. Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya acrylic mudah terkikis dan tergores.
b. Thermal conductivity resin acrylic rendah dibandingkan logam. Penghantaran
panasnya sebesar 5,7x10-4/detik/cm/0C/cm2
c. Acrylic mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan.
Penerutannya liniernya sebesar 0,47-0,56%.
d. Acrylic tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut organic, tetapi
larut dalam keton dan ester.
e. Adhesi acrylic terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan mekanis
seperti undercut atau permukaan yang kasar.
f. Acrylic menyerap air sebesar 0,45 mg/cm2 yang bias menyebabkan ekspansi
linier.
g. Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h. Acrylic tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan gejala
alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
i. Acrylic mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila acrylic mendapat beban atau

tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk
secara permanen.
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa
disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul
polimer.
(E Combe 1992: 276)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
a. Alat :

Pisau malam
Pisau model
Bowl dan spatula
Kuvet dan begel portable
Bunch press hidrolik
Lampu spirtus
Mixing jar
Mesin pulas
Macam-macam mata bur (sesuai kebutuhan)
Straight dan contra h.p dan tali bur
Masker
Kompor dan panci
Kuas kecil
Chip blower
Vibrator
Trimmer

b. Bahan :
Model spacer malam
Vaselin
Gips putih
Gips biru
Resin akrilik
Baseplate wax
Kertas gosok
Air sabun
CMS
Celophan
3.2 Cara Kerja
1. Lempeng gigit yang digunakan adalah lempeng gigi dari tahap pekerjaan
praktikum malam.
2. Menutup seluruh tepi lempeng gigit dengan malam sampai batas mukosa

bergerak tak bergerak.


3. Melakukan kontur sederhana dengan merapikan seluruh permukaan lempeng
gigit sampai rata, halus dan mengkilat, digosok dengan air sabun untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada model malam.
4. Selanjutnya untuk tahap penanaman menyiapkan kuvet, begel portable, gips
putih, gips biru dan vaselin. Melakukan pemeriksaan terhadap kuvet, apakah
pasangan kuvet sudah mudah dilepas? Dan melakukan penanaman percobaan,
memerikasa apakah seluruh model dapat termuat dalam kuvet, jika tidak
melakukan pengurangan tepi tepi model dengan cara mentrimmer model.
5. Mengulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan menggunakan
vaselin kecuali model malam.
6. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal, menuang ke
dalam kuvet bawah diatas vibrator hingga terisi penuh bagian, kemudian
meletakkan model dalam kuvet, untuk rahang bawah tegak lurus 90o ,
mencobakan kuvet lawan memperhatikan jarak antara bagian tertinggi model
dengan batas bibir atas kuvet lawan, jarak ideal adalah 1 cm, setelah dicapai
jarak yang sesuai melepas kembali kuvet lawan.
7. Sebelum gips mencapi finnal setting merapikan seluruh permukaan gips pada
kuvet, memperhatikan agar jangan sampai ada daerah undercut, terakhir
menggosok dengan kertas gosok sehingga seluruh permukan gips menjadi rata
dan halus.
8. Setelah gips putih mencapai finnal setting, mengolesi seluruh permukaan
dengan vaselin kecuali model malam, mengaduk gips biru secukupnya dengan
konsistensi kental, mengolesi seluruh permukaan model malam dengan gips biru
dengan menggunakan kuas, merapikan dan menghindari terjadinya daerah
undercut.
9. Setelah gips biru mencapai finnal setting, mengkatupkan kuvet lawan,
mengaduk gips putih kemudian menuang ke dalam kuvet diatas vibrator sampai
penuh, tutup kuvet, merapikan, membuang sisa sisa gips yang keluar dari mulut
kuvet. Meletakkan kuvet pada press portable kemudian peress dengan kekuatan
maksimal lalu membiarkan mencapi finnal setting.
10. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap
ini disiapkan kompor dan panci. Mendidihkan air dalam panci, banyaknya air
diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam dalam air.
Setelah mendidih masukkan kuvet dan press portable ke dalam panci dibiarkan
selama 5 menit.
11. Setelah 5 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci,
membuka press portable hingga kuvet terlepas, memisahkan kuvet atas dengan
kuvet bawah, memperhatikan cara mengungkit.
12. Setelah kuvet terpisah, memeriksa daerah mould space, jika masih terdapat
malam menyiram dengan air mendidih, memastikan seluruh mould space bebas
dari malam . Kemudian membiarkan setengah dingin.
13. Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas,
mengulasi seluruh permukaan model dengan menggunakan bahan separator
(CMS), ditunggu sampai kering. Menyiapkan cellophan dan merendam dalam air.
14. Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1
menurut volume dan 3 :1 menurut berat.

15. Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian


mengaduknya sampai homogen, menutup mixing jar agar terhindar dari sinar
matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai fase dough
stage.
16. Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua
bagian sama basar, diaplikasikan masing masing bagian kedalam kuvet atas dan
bawah, ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet bawah dengan
cellophan, memasang kuvet lawan lalu di press dengan press hidrolik, ditekan
sampai mencapai 900 psi, dipertahankan sampai 10 detik, lalu perlahan lahan
dilepaskan tekanan hingga mencapai 0, kuvet dikeluarkan dari press hidrolik.
17. Memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan akrilik
dengan pisau model, menambahkan monomer, menutup kembali dengan
cellophan kemudian mengkatupkan kembali dengan cellophan kemudian
mengkatupkan kembali kedua kuvet. Meletakkan kuvet pada press hidrolik
kembali, ditekan hingga mencapai tekanan 1200 psi dipertahankan 10 detik,
memisahkan kedua kuvet, merapikan kembali akrilik, membuang kelebihan
akrilik lalu menambahkan sedilit monomer pada masing masing kuvet kemudian
katupkan kembali, pada tahap ini tanpa menggunakan cellophan. Meletakkan
kuvet pada press hidrolik memberi tekanan sebesar 1500 psi mempertahankan
10 detik, lalu membuka tekanan press keluarkan kuvet dan letakkan kuvet pada
press portable, memutar hingga mencapi kekuatan maksimal, lalu merendam
kuvet dalam air selama 8 jam.
18. Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam panci,
banyaknya air diperkirakan cukup sampai seluruh permukaan kuvet terendam,
pada saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan ke dalam panci
kemudian ditunggu hingga air mendidih kembali lalu dipertahankan selama 20
menit. Setelah itu api dimatikan dan kuvet dibiarkan ke dalam panci hingga air
mencapai suhu normal kembali.
19. Tahap berikutnya adalah tahap finishing. Mengeluarkan kuvet dan press
portable dalam panci kemudian melepaskan kuvet dari press portable,
memisahkan kedua kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah terpisah
mengeluarkan model dari dalam kuvet, diusahakan agar model tetap utuh (tidak
pecah). Memisahkan lempeng akrilik dengan model, memperhatikan arah
ungkitan.
20. Melakukan tahap finishing dengan merapikan lempeng akrilik, menggunakan
straight hand piece dan fraser, membentuk lempeng sesuai outline dan
membebaskan daerah mukosa bergerak tidak bergerak.
21. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik
dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus dipulas dengan
mesin pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.
22. Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum ini didapatkan hasil sebuah model landasan gigi tiruan

pada rahang atas dari acrylic yang halus dan mengkilat. Model tersebut telah
selesai dilakukan tahap finishing dimana model tersebut harus sesuai dengan
model rahang atas yang telah diterima dan pinggirannya dipotong sesuai garis
outline yang merupakan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Dan juga
membebaskan daerah frenulumnya.
1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di
bagian tepinya.
2. Tanam malam, rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang
halus tidak porus dan tanpa ada daerah under cut.
3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus.
4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi
tapi tidak porus.
5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan
resin akrilik yang halus, homogen dan mengkilat.
4.2 Pembahasan
Secara umum jenis dari akrilik bertipe heat cured yang digunakan dalam
percobaan ini, untuk berpolimerasinya dibantu dengan penekanan tertentu dan
dipanaskan dengan suhu tertentu dalam waktu yang tertentu pula. Akrilik yang
digunakan dalam percobaan ini adalah bermerek QC-20 dan bertipe heat cured.
Pembentukan Mould Space
Mould space dibentuk dari malam yang direkatkan pada model rahang dan
dibentuk sesuai dengan keadaan rahang dan outline formnya dimana malam
beserta modelnya ditanam dalam gips di kuvet. Kemudian malam ini dibuang
dengan cara digodok 10 menit dan disiram dengan air mendidih sehingga
bekas malam ini terbentuk rongga dan rongga inilah yang disebut mould space
yang akan ditempati akrilik.
Persiapan Model Malam
Pada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan penutupan
celah yang ada pada tepi malam dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada
saat penanaman tidak ada gips yang masuk. Selain itu juga bertujuan untuk
memberikan kesempatan pada operator untuk melakukan finishing.
Penanaman / Investing
Untuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan
detail dan kehalusan yang baik sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran
partikel yang lebih kecil dan halus dipergunakan pada pembukaan kuvet maka
permukaan gips pada kuvet bagian atas dan bawah masing-masih diolesi dengan
bahan separator yaitu vaselin.
Pembuangan Malam
Pada pembuangan malam iniyang perlu diperhatikan adalah suhu air yang
besarnya 1000 C sedang lama perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus
tepat, bila terlalu lama malam yang ada akan mencair dan merembes kepori-pori
gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu bahan
separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara sempurna.
Manipulasi Bahan Akrilik
* Pencampuran
Pencampuran bahan akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan antara powder

atau polimer dengan liguid atau monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio terlalu tinggi
maka akrilik yang telah digodok akan bergranula dan bila terlalu rendah
kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pada pencampuran tempat yang
digunakan terbuat dari bahan porselen atau dari bahan kaca yang tertutup
karena akrilik ini prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat yang digunakan
terbuat dari plastik maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut
bereaksi dalam reaksi polimerisasi adonan gips, sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup untuk meminimalkan pengaruhpengaruh dari luar yang nantinya akan mengurangi tingkat keberhasilan dalam
pencetakan akrilik. Misalnya sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang
lain.
* Pengisian
Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS. Tujuan dari
bahan separato ini adalah :
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan ( gips ) yang
berpolimerisasi disana sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan
merekat dengan bahan cetakan/ gips.
b. Mencegah air dari bahan cetak masuk kedalam akrilik.
Adonan yang dimasukkan kedalam mould space yang ideal pada stadium
dought, hal itu dipengaruhi oleh :
1 Ukuran partikel polimer dimana partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan
labih cepat tercapai konsistensi liat.
2. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk
konsistensi liat.
3. Terdapatnya plastisier, ini mempercepat terbentuknya dought.
4. Suhu, pembentuikan dought dapat diperlambat dengan menyimpan campuran
didalam freezer.
5. Perbandingan polimer/ monomer, bila tinggi waktu lebih singkat. Sedangkan
penekanan pendahuluan baik yang I dan II dan penggunaan kertas selopan
bertujuan untuk mengontrol kelebihan dari adonan akrilik. Tujuan pemberian
monomer/ cairan pada proses pembuangan kelebihan akrilik karena monomer
dari akrilik mudah menguap sehingga dengan adanya pemberian ini menjaga
agar perbandingan powder dan liquid tetap. Setelah pengepresan terakhir kuvet
beserta press direndam dalam air untuk mempertahankan tekanan yang sudah
ada dan mengindari menguapnya dari monomer.

* Kiur/ pemanasan
Karena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu dengan
pemanasan. Cara dari pemanasannya yaitu dengan memanaskan pada air
mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama 20 menit.
* Pendinginan
Kuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selama pendinginan
terdapat kontraksi antara bahan cetakan dan akrilik yang menyebabkan
timbulnya stress dalam polimer.
* Deflasking/ pelepasan
Pelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :

a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan
akrilik setelah dilepas terdapt kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat
ditanggulangi dengan cara mengurangi dan merapikan sesuai dengan outline
formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang
dilakukan berhati-hati. Tidak terdapat porus karena mould space karena
pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda pucat
seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag
salah suhu yang digunakan terlalu tinggi.
b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan
mould space yang hal ini disebabkan karena ada malam yang masih menempel
pada proses pembuangan malam.
* Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan
pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan
amplas halus.
* Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan yang
digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan
dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya
dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam
bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik
halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model rahang yang baik
yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik tetap
pada model rahang atau tidak jatuh.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Resin acrylic merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon
non metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic.
a. Komposisi resin acrylic terdiri dari cairan/monomer (monomethyl
methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl methacrylate). Manipulasi dengan
mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3 menurut volume
atau 1:2 menurut berat.
b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan acrylic kedalam rongga
cetak (mould space) adalah dough stage.
c. Untuk acrylic heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya
memerlukan pemanasan. Ada empat tahap yang diperllikan untuk mencapai
polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi dan chains transfers.
2. Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :
a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.
b. Penghantaran panas.
c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.
d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.
e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi

larut dalam keton dan ester.


f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.
g. Sifat estetika cukup memuaskan
h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala
alergi
i. Akrilik mempunyai sifat cold flow,
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai Pustaka
OBrien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their
Selection. 9th edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.

Resin Akrilik
Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat
yang berulang.1 Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam
proses rehabilitatif, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge.
A. Klasifikasi
Menurut American Dental Asociation (ADA), resin akrilik dibedakan menjadi dua,
yaitu :2
1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat-Cured Polymerization).
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi.
2. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self-Cured Autopolymerizing/Resin Cold Curing).

Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia.


Resin yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy
termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai
melalui penembahan amintersier terhadapa monomer. Bila komponen powder
dan liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida
sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai.
B. Komposisi
Berikut adalah table komposisi dari resin akrilik. 3

POWDER

LIQUID

C.
1.

Polymer

Butir polymetakrilat

Initiator

Peroxide seperti benzoil peroxide

Pigmen

Salt dari cadmium of Iron atau organic


dyes

Monomer

Methylmetacrylat

Cross-Linking

Ethylenglycoldimethacrylate

Agent

Kira-kira 10%

Inhibitor

Hydroquinone

Activator*

N-dimethyl-P-toluidinol

*hanya pada self-curing materials.


Sifat
Berikut adalah sifat dari resin akrilik.3
Sifat Fisik
Dari penampilannya, resin akrilik memadai. Material tersedia dalam beragam
nuansa. Resin akrilik mengandung bermacam pigmen yang dapat dicocokkan
pada jaringan pasien dalam beberapa ras.
Nilai Tg dapat bervariasi dari satu produk ke produk lain tergantung pada
berat molekul rata-rata dan level monomer residu. Sebuah nilai yang umum dari
Tg untuk resin akrilik polimerisasi panas adalah 105 0C. Dimana nilai tersebut
merupakan nilai yang lebih tinggi dari suhu dimana basis peroleh selama servis
normal. Nilai modulus elastic menurun dan bagaimanapun, potensi creep
meningkat jauh pada suhu yang mendekati Tg, dan pasien dapat menyebabkan
distorsi dengan merendam gigi tiruan dalam air mendidih. Nilai Tg untuk resin
akrilik swapolimerisasi biasanya lebih rendah daripada resin akrilik polimerisasi
panas. Nilainya adalah sekitar 900C. Bagaimanapun, ada kesempatan besar dari
produk ini mengalami distorsi pada air mendidih. Penggunaan air pada suhu
diatas 650C dapat dihindari untuk merendam gigi tiruan. Nilai Tg dapat
berkurang menjadi 600C atau lebih rendah jika besar kuantitas dari jumlah
molekul rendah atau monomer residunya ada. Hal ini dapat terjadi jika material
tidak cured dengan benar dan kebanyakan terjadi di resin akrilik swapolimerisasi.
Resin akrilik memiliki nilai rendah terhadap gravitasi karena terbuat dari
kelompok atom bersinar, contohnya carbon, oxygen dan hydrogen.

Resin akrilik dapat digolongkan ke isolator yang baik. Konduktivitas


noemalnya sekitar 100-1000 kali lebih rendah dari nilai pada logam dan alloy.
2.

Sifat Mekanik
Dibandingkan dengan alloy seperti Co/Cr dan stainless steel, resin akrilik
dapat dikatakan lembut, lemah dan material yang fleksibel. Basis gigi tiruan
dibuat dengan ketebalan yang memadai, kaku, dan kuat.
Resin akrilik juga memiliki dampak yang relative rendah terhadap kekuatan
dan jika basis ini di jatuhkan pada permukaan kasar, maka kemungkinan
terjadinya fraktur adalah tinggi. Dampak kekuatan pada dasarnya adalah ukuran
untuk ketangguhan material seperti mengukur energy yang dibutuhkan untuk
memulai retak melalui specimen dari dimensi yang diketahui.
Crazing terkadang dapat terjadi pada permukaan dari resin akrilik. Ini
merupakan seri dari permukaan retak yang memiliki efek melemahkan basis.
Angka kekerasan Vicker mengindikasikan bahwa polimer resin akrilik relative
lembut, terutama jika dibandingkan dengan alloy.

3.

Sifat Kimia dan Biologi


Resin akrilik lambat dalam menyerap air dan nilai ekuilibrium sekitar 2%
absorpso dicapai setelah beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan
dari basis.
Absorpsi air dapat menyebabkan perubahan dimensi, walaupun hal ini
dianggap tidak signifikan.
Hal yang berhubungan dengan absorpsi air adalah kemampuan beberapa
organism berkolon di permukaan dari resin akrilik. Masih belum jelas apakah
organism, seperti Candida albicans, terdapat pada permukaan tepat dari gigi
tiruan, atau mereka mempenetrasi lapisan luar resin.
Resin akrilik harus diperlakukan dengan tepat dan ditangani dengan hati-hati
oleh teknisi yang terlibat dalam manipulasi. Tingkat bubuk akrilik dan monomer
MMA pada atmosfer harus berada di batas minimal karena keduanya dapat
berbahaya.
Monomer residu
menyebabkan alergi.

dari

resin

akrilik

dapat

mengiritasi

jaringan

dan

D. Manipulasi
Rasio polimer:monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer yang
cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer.
Ada dua jenis cara manipulasi resin akrilik, yaitu teknik molding-tekanan, dan
teknik molding-penyuntikan.2
1.

Teknik Molding-Tekanan

Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.


Master model ditanam dalam dentak stone yang dibentuk dengan tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.

Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental
stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan pada
tempatnya dan stone dibiarkan mengeras.

Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mold. Untuk


melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit. Kuvet
kemudian dikeluarkan/diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka.
Kemudian malam lunak dikeluarkan.

Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi bahan


protesa.
2. Teknik Molding-Penyuntikan

Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master diletakkan
ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.

Sprue diletakkan pada basis malam.

Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan pengeluaran protesa.

Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua bagian kuvet dan


kemudian kuvet disatukan kembali.

Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.

Resin dibiarkan dingin dan memadat.

Kuvet dimasukkan ke dalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan
terpolimerisasi, resin tambahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah
selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diproses akhir, dipoles.
DAFTAR PUSTAKA
1.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22643/5/Chapter%20II.pdf

2. K. Anusavice. Philips Science and Dental Materials. 11 th Ed. Elsevier Science.


2003
3. McCabe JF and Walls AWG. Applied Dental Materials. 9 th Ed. Blackwell.
Munksgaard. 2008

Anda mungkin juga menyukai