Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

Beberapa alat kedokteran gigi, misalnya gigi tiruan sebagian (GTS), gigi

tiruan lengkap (GTL), alat orthodonsi, serta mahkota dan jembatan, dibuat di luar

rongga mulut. Pembuatan alat tersebut memerlukan tiruan atau model jaringan

rongga mulut pasien. Model ini dibuat dengan cara mencetak jaringan rongga

mulut pasien, dengan demikian diperlukan material/bahan cetak.

Material/bahan cetak adalah bahan untuk membuat replika/tiruan/cetakan

akurat dari jaringan mulut yang terdiri dari jaringan keras dan lunak. Cetakan

jaringan keras dapat berupa 1 gigi, beberapa gigi, sebagian rahang dan gigi,

rahang dan selunih gigi, atau rahang tanpa gigi. Hasil cetakan berupa reproduksi

negatif, kemudian diisi bahan model (gips) sehingga menghasilkan model positif.

Model gips ini yang digunakan untuk pembuatan alat-alat kedokteran gigi.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat bahan yang digunakan untuk membuat

tiruan daerah intraoral dan ekstraoral harus memenui kriteria:1.2.3.4

1) Bahan cetak harus cukup cair untuk dapat beradaptasi dengan oral tissue.

2) Harus memiliki cukup kekentalan sehingga dapat diletakkan pada sendok

cetak yang selanjutnya akan dimasukkn ke dalam mulut.

3) Ketika di dalam mulut, harus dapat berubah menjadi bahan bersifat elastis

(rubbery) atau rigid solid dalam jangka waktu yang cukup, dan idealnya

setting time kurang dari tujuh menit.

1
4) Bahan cetak yang sudah mencapai setting time nya (waktu pengerasan) harus

dapat dilepaskan dari dalam mulut tanpa mengalami kerusakan atau robek.

5) Cetakan yang sudah dikeluarkan dari dalam mulut tidak boleh mengalami

perubahan dimensi sampai cetakan tersebut dicor dengan bahan cor.

6) Cetakan tidak boleh mengalami perubahan dimensi, sehingga dari cetakan

tersebut dapat beberapa kali dicor untuk mendapatkan model kedua atau

ketiga.

7) Bahan cetak tidak boleh membahayakan tubuh dan rongga mulut.

8) Harga terjangkau.

Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika

struktur oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis.

Berdasarkan cara mengerasnya, bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi

ireversibel dan reversibel. Ireversibel berarti bahan tersebut tidak dapat kembali

ke bentuk semula karena telah terjadi reaksi kimia, Bahan cetak ini meliputi : gips

cetak, hidrokoloid alginat dan seng oksida eugenol. Sedangkan bahan cetak

reversibel berarti bahan tersebut dapat melunak dengan pemanasan dan memadat

dengan pendinginan karena tidak terjadi perubahan kimia, meliputi : kompon

cetak dan hidrokoloid agar. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau perubahan

polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak

elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut,

sedangkan bahan cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah bentuknya

terlebih dahulu untuk kemudian dikeluarkan melalui undercut.4,5

2
Pada praktek kedokteran gigi, salah satu material cetak yang cukup sering

digunakan adalah material cetak hidrokoloid, terutama material cetak hidrokoloid

irreversible, yaitu alginat.

3
BAB II

BAHAN CETAK HIDROKOLOID IRREVERSIBLE ALGINAT

II.1. Bahan Cetak Hidrokoloid

Bahan cetak hidrokoloid yang digunakan dalam kedokteran gigi

mempunyai dasar suspensi koloid dari polisakarida di dalam air. Bahan cetak

hidrokoloid yang digunakan dalam kedokteran gigi terdapat dalam dua bentuk,

yaitu bentuk sol dan gel. Pada bentuk sol, bahan cetak berbentuk cairan dengan

viskositas yang rendah dan mempunyai susunan polisakarida yang tidak teratur.

Sedangkan pada bentuk gel bahan cetak lebih kental dan mungkin mempunyai

sifat elastis jika rantai polisakarida yang panjang menjadi teratur. Susunan rantai

polisakarida sebagai fibril mengakibatkan gel berkembang menjadi mirip seperti

jelly. Semakin tinggi konsentrasi fibril di dalam gel maka akan semakin kuat

struktur dari jelly tersebut.9

Koloid merupakan substansi yang secara mikroskopis tersebar pada suatu

substansi lainnya.4 Suatu substansi dapat disebut koloid apabila ia memiliki

ukuran partikel 10-7 cm hingga 10-4 cm dan tersebar di dalam media lainnya.

Koloid merupakan suatu substansi yang terdiri atas dua fase (heterogen) yakni

fase terdispersi dan fase dispersi. Fase terdispersi atau dispersed phase ialah

substansi yang terdistribusi sebagai bentukan partikel koloid, sedangkan fase

dispersi atau dispersion phase ialah substansi yang menjadi media dimana partikel

koloid terdistribusi atau tersebar.10 Bila fase dispersi dari suatu koloid adalah air,

maka substansi tersebut dinamakan hidrokoloid. 4

4
Selama proses pencetakan, material cetak hidrokoloid yang pada mulanya

berbentuk flowable akan mengalami perubahan selama setting menjadi suatu

bentukan yang solid. Perubahan yang terjadi ini biasa disebut dengan transformasi

sol-gel atau sol-gel transformation. Sol merupakan dispersi koloid dari partikel

yang sangat kecil pada suatu media yang cair, sedangkan gel merupakan suspensi

yang padat tapi elastis. Ketika material hidrokoloid mengandung konsentrasi fase

terdispersi yang cukup, maka substansi yang mulanya berbentuk sol pada kondisi

tertentu akan berubah menjadi gel.4

Pada bentukan gel, fase terdispersi akan membentuk suatu aglomerasi

dalam bentukan seperti rantai atau fibril, yang disebut dengan misel atau micelles.

Benang-benang fibril kemudian akan bercabang dan saling berikatan membentuk

brush-heap structure atau struktur tumpukan sikat, yang dapat dibayangkan

seperti tumpukan ranting atau dahan. Media dispersi akan tertahan diantara ikatan

benang-benang diantara fibril dengan adhesi kapiler.4 Setelah terbentuk ikatan

itulah bentukan dari material cetak akan berubah menyerupai jelly dan kemudian

benar-benar menjadi bentukan gel.10

Gambar II-1. Ilustrasi rantai polisakarida material hidrokoloid (a) Rantai yang tidak
beraturan pada bentukan sol, dan (b) Rantai yang beraturan pada bentukan gel. 4

5
Terdapat dua jenis material cetak hidrokoloid secara umum, yakni material

cetak hidrokoloid yang bersifat reversibel yakni contohnya agar dan juga material

cetak hidrokoloid yang bersifat irreversibel yakni contohnya alginat. Perbedaan

dari mekanisme gelasi keduanya adalah pada agar, benang-benang fibril akan

berikatan dengan bantuan gaya sekunder, seperti ikatan van der waals sedangkan

pada alginat benang-benang fibril akan berikatan dengan ikatan valensi primer,

yakni ikatan kovalen.10

II.2. Bahan Cetak Hidrokoloid Irreversibel (Alginat)

Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang cukup banyak digunakan

di dalam proses pencetakan di dunia kedokteran gigi. Penggunaan material cetak

alginat yang cukup banyak di dalam praktek kedokteran gigi disebabkan oleh

beberapa hal, yakni:11

1. Mudah dalam manipulasi bahan

2. Peralatan yang diperlukan dalam memanipulasi cukup sederhana

3. Fleksibilitas dari setting material cetak

4. Memiliki akurasi baik bila dimanipulasi dengan baik

5. Biaya operasional cukup rendah

Alginat juga memiliki kekurangan yang utama yakni material ini tidak

memiliki tear strength yang baik atau ketahanan terhadap sobek kurang,

kemudian material ini tidak memberikan suatu hasil yang detail sebagaimana

material cetak elastomer. Alginat seringkali digunakan dalam pembuatan model

6
studi dari keseluruhan rahang maupun sebagian rahang. Alginat juga cukup

banyak digunakan dalam pembuatan model gipsum untuk pembuatan pelindung

mulut bagi atlet.11

II.2.1 Packaging

Material cetak banyak tersedia di pasaran dengan dikemas dalam suatu

jumlah tertentu yang telah ditakar oleh pabrik. Kemasan yang digunakan beragam

dengan menggunakan suatu wadah yang terbuat dari plastik ataupun berupa

kaleng yang terbuat dari metal dan beragam bentuk lainnya. Terdapat kemasan

yang praktis yang telah ditakar untuk satu rahang dan ada pula yang dalam jumlah

banyak kemudian tersedia sendok plastik yang dapat membantu dalam menakar

bubuk serta air yang akan digunakan. Kemasan yang digunakan adalah kemasan

yang dapat meminimalisir kontak dengan kelembaban pada bubuk yang juga

untuk memperpanjang usia penyimpanan (storage life) dari material cetak

alginat.11

Material cetak alginat juga tersedia dalam bentukan pasta dimana terdapat

dua sediaan dengan viskositas yang berbeda, dimana terdapat sediaan tray dan

sediaan syringe. Umumnya, proses pengerasan pada material cetak alginat

bentukan pasta lebih cepat dibandingkan dengan bentuk bubuk. Dan beberapa

studi menyebutkan bahwa material cetak dengan bentukan pasta mampu

menghasilkan kualitas permukaan cetakan yang lebih baik, walau jarang terdapat

di pasaran.12

7
Gambar II-2. Contoh kemasan alginat yang beredar di pasaran dan takaran yang
disediakan pabrik (www.dentsplysirona.com)

Tabel II.1. Contoh bahan cetak alginat yang tersedia di pasaran 11

No

. Nama Produk Pabrik Penyedia Kemasan

Bungkusan Alumunium
1 Hydrogum Zhermack (Eatontown, NJ)
Foil

Dentsply Caulk (Milford,


2 Jeltrate Kaleng, Bungkusan
DE)

Bungkus Alumunium
3 Kromopan 100 Lascod (Firenze, Italy)
Foil

Bungkus Alumunium
4 Cavex Cavex (Netherland)
Foil

8
II.2.2. Komposisi

Gambar II-3. Struktur kimia dari Asam Alginat (Alginic Acid).4

Bahan aktif utama dari material cetak alginat adalah salah satu dari bahan

alginat yang dapat larut, seperti alginat sodium, potassium, atau trietanolamin.

Senyawa dari asam alginat (alginic acid) merupakan kopolimer linear dengan lok

homopolimer dari β-D-mannuronic acid dan epimernya, yakni α-L-guluronic acid

yang saling berikatan dengan ikatan kovalen antar bloknya. Badan senyawa terdiri

dari 2 atom (diatom) yang berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) untuk

meningkatkan kekuatan (strength) serta kekakuan (stiffness) dari jel alginat.

Selain itu, bentukan tersebut juga dapat menghasilkan suatu tekstur yang halus

dan memastikan pembentukan permukaan jel menjadi padat dan tidak lengket.10

Material alginat juga terdiri dari zinc oxide yang dapat berperan sebagai

pengisi dan berpengaruh di dalam sifat fisis serta waktu set (setting time) dari jel.

Kalsium sulfat dihidrat juga terkandung di dalam bubuk material alginat yang

berfungsi sebagai reaktor yang menghasilkan ion kalsium yang dapat berikatan

silang dengan sol alginat. Suatu retarder juga ditambahkan untuk mengontrol

9
waktu set dari material cetak. Fluor, sebagaimana tersedia di dalam bentuk

potasium titanium fluorida juga ditambahkan yang dapat berfungsi sebagai

akselerator dari waktu set gipsum serta untuk memastikan permukaan cetakan

tetap padat dan keras ketika pengecoran, bahan fluor ini disebut sebagai surface

hardener.10

Tabel II-2. Komposisi dan fungsi dari kandungan bubuk alginat. 4,11

Prosentase
Nama Zat Kandungan Fungsi
(%)
Bahan aktif utama yang akan bereaksi
Sodium atau
dengan ion kalsium untuk
1 Potassium Garam 15 %
pembentukan jel alginat. Merupakan
Alginat
bahan yang larut dalam air

Reaktor yang melepaskan ion kalsium


Kalsium Sulfat yang akan berikatan dengan garam
2 16 %
Dihidrat alginat yang larut dalam air menjadi
suatu jel alginat

Retarder yang akan bereaksi dan


berikatan dengan ion kalsium dan
3 Trisodium Fosfat memberikan waktu set yang cukup 2%
sebelum terjadi proses gelasi yang
sempurna

Bahan Pengisi (Filler) yang berfungsi


meningkatkan kekuatan serta kekakuan
Badan Diatom atau
4 dari struktur jel serta memastikan 60 %
Bubuk Silikat
permukaan tidak lengket dan sebagai
pengontrol viskositas dari adonan

5 Zinc Oxide Bahan Pengisi (Filler) yang juga 4%


memberikan sedikit pengaruh pada
sifat fisik dan waktu set dari proses

10
gelasi

Surface / Gypsum Hardener yang


mencegah terjadinya suatu ikatan
Potasium Sulfat atau
antara permukaan bahan cetak dengan
6 Potasium Titanium 3%
bahan gipsum yang digunakan dalam
Fluorida
pengecoran serta meningkatkan
kekerasan dari bahan gipsum

Bahan Tambahan yang berfungsi Bergantung


7 Bahan Pigmentasi
memberikan warna pada bahan cetak Pabrik

Bahan Tambahan yang memberikan


Bahan Perasa (Winter
suatu sensasi rasa pada bahan cetak Bergantung
8 Green / Aspartame /
sehingga dapat memberi suatu Pabrik
Peppermint)
kenyamanan pada pasien

Senyawa Amonia Bahan Tambahan yang dapat


Bergantung
9 Kuartenari atau memberikan suatu desinfeksi pada
Pabrik
Clorheksidin material cetak alginat

II.2.3. Proses Gelasi

Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta.

Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting.

Tahap pertama, trisodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang

menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat:6

2Na3PO4 + 3CaSO4  Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4

11
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat

bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang

dengan air akan membentuk gel:6

H2O

Na alginat + CaSO4  Ca alginat + Na2SO4

(bubuk) (gel)

Setelah seluruh trisodium fosfat telah berikatan dengan kalsium sulfat,

maka akan terjadi reaksi ikatan antara garam alginat dengan ion kalsium yang

tersisa menjadi suatu endapan kalsium alginat. Pada proses pengendapan dari

kalsium alginat akan terjadi suatu pembentukan jaringan fibrous yang menyerupai

benang-benang dan air akan terjebak di ruang sisa yang terletak diantara benang-

benang tersebut. Pada tahapan inilah material alginat telah berbentuk gel. Satu

dimensi partikel dari koloid ini adalah 0,5 µm dan secara umum material ini

dikenal sebagai material hidrokoloid alginat serta bersifat irreversibel, karena

setelah terjadi set menjadi gel maka tidak akan dapat kembali menjadi sol.11

Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis :

1. Quick Setting Alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.

2. Regular Setting Alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk

pemakaian rutin.

12
Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu

gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan

menyebabkan stres internal pada alginat.5

II.2.4. Sifat

II.2.4.1. Sifat Biologis

Material cetak alginat merupakan material yang menggunakan badan

diatom sebagai filler yakni bubuk silikat yang bersifat nontoksik dan non-iritan

sehingga aman untuk di aplikasikan pada jaringan rongga mulut.10

II.2.4.2. Waktu Set

Waktu set merupakan waktu yang diperlukan dari sejak awal pencampuran

bubuk alginat hingga selesainya proses gelasi yang ditandai dengan padatnya

material cetak serta tidak lengket ketika disentuh dengan jari yang bersih dan

kering.10 Waktu set alginat pada umumnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni

normal set (waktu set normal) dan fast set (waktu set cepat). Material cetak

alginat dengan waktu set normal umumnya akan mengalami set tidak kurang dari

2 menit atau tidak lebih dari 4 1/2 menit dari sejak awal pencampuran bahan

hingga proses gelasi sempurna, dan terdapat waktu kira-kira untuk proses

pencetakan selama 2 menit.11

Material cetak dengan waktu set yang cepat umumnya memiliki waktu set

antara 1 menit hingga 2 menit dimana kira-kira terdapat waktu 1 ¼ menit untuk

proses pencetakan. Secara umum, waktu set bervariasi bergantung pada merk

13
alginat yang digunakan sesuai dengan panduan yang tertera pada kemasan, dan

waktu set tidak kurang dari yang tertera dalam kemasan dan paling tidak 15 detik

lebih lama dibandingkan waktu set yang tertera. Waktu set didapatkan dari suatu

reaksi kimia dari bahan alginat dan ini dapat dimodifikasi dengan temperatur

ataupun rasio air dan bubuk di dalam manipulasinya.11

Waktu setting atau waktu pengerasan dari material cetak alginat dapat

berubah dengan modifikasi yang dilakukan selama manipulasi bahan cetak. Hal

pertama adalah merubah rasio air dan bubuk alginat yang mana sangat tidak

direkomendasikan. Dengan menambah air menjadi lebih banyak, akan didapatkan

suatu adonan yang lebih encer dan hal ini dapat menyebabkan adonan menjadi

lebih cair atau encer. Adonan yang lebih cair akan menyebabkan waktu set

menjadi bertambah, dan sebaliknya adonan yang lebih kental yang didapat dengan

mengurangi air atau menambah bubuk dapat menyebabkan waktu set menjadi

lebih cepat.10

Modifikasi dalam rasio air dan bubuk sangat tidak disarankan karena hal

ini dapat mempengaruhi sifat penting dari hasil akhir cetakan, yakni kekuatan

serta elastisitas. Maka akan lebih baik bila operator menginginkan waktu set yang

lebih cepat, pilih material cetak alginat dengan waktu set yang cepat atau fast set

yang memiliki bahan retarder lebih sedikit dibandingkan dengan material cetak

alginat denggan waktu set yang normal.4

Bila benar-benar diperlukan dalam memodifikasi waktu set dari material

cetak alginat, langkah yang disarankan adalah dengan memodifikasi temperatur

14
air yang digunakan dalam proses manipulasi. Semakin tinggi temperatur air yang

digunakan dalam adonan material cetak alginat maka akan semakin cepat waktu

set yang diperlukan, dan sebaliknya, semakin rendah temperatu air yang

digunakan dalam adonan material cetak alginat maka akan semakin lama waktu

set yang diperlukan.4

Gambar II-4. Perbandingan temperatur dengan waktu setting bahan cetak alginat.4

II.2.4.3. Fleksibilitas

Mengacu pada spesifikasi dari American Dental Association (ADA)

nomor 18, fleksibilitas dari material cetak alginat seharusnya berkisar di antara 5 –

20 % (Alla, RK, 2013). Spesifikasi fleksibilitas yang dimaksudkan adalah ketika

bahan cetak menerima gaya kompresi (tekan) ketika proses pengecoran model

yang pada proses pengujiannya dilakukan 10 menit sejak awal pencampuran

bahan cetak alginat. Kompresi yang dilakukan terukur antara 0,01 dan 0,10 MPa.

Secara umum pada material cetak alginat yang beredar di pasaran memiliki

fleksibilitas yang bervariasi antara 12 – 18 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh rasio

15
air dan bubuk alginat yang digunakan dimana bahan adonan yang lebih kental

akan menyebabkan fleksibilitas lebih rendah.11

II.2.4.4. Kekuatan (Strength)

Kekuatan dari material cetak alginat dapat dilihat dari kekuatan dalam

menahan gaya kompresi dan ketahanan dari sobek (tear strength), dimana

ketahanan dari sobek merupakan hal yang lebih utama. Mengacu pada spesifikasi

American Dental Association (ADA) nomor 18, kekuatan material cetak alginat

yang telah dalam bentuk jel harus tidak kurang dari 0,343 MPa. 10 Kekuatan yang

dimaksudkan adalah ketika material cetak alginat telah berbentuk jel setelah

mengalami pengerasan sempurna dan paling tidak telah memiliki kekuatan tidak

kurang dari sebagaimana telah disebutkan paling tidak ketika bahan cetak

dilepaskan dari dalam mulut. Pada umumnya, material cetak alginat yang beredar

di pasaran memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan persyaratan dari

ADA, yakni 0,5 hingga 0,9 MPa.11

Petunjuk penggunaan material cetak alginat yang tertera dalam kemasan

sebaiknya benar-benar diperhatikan dan diikuti, karena deviasi dari manipulasi

yang disarankan, dapat menyebabkan perubahan sifat dari material cetak alginat.

Salah satu contohnya adalah deviasi yang terjadi dapat menyebabkan perubahan

kekuatan dari material cetak alginat. Hal-hal berikut yang dapat mempengaruhi

kekuatan, antara lain:4

1. Penakaran air yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menyebabkan

kekuatan dari hasil akhir cetakan menjadi berkurang dan menyebabkan

16
material cetak menjadi berkurang pula elastisitsnya dan hal ini tentunya akan

merugikan

2. Teknik pengadukan yang kurang baik dapat menyebabkan kegagalan garam

alginat untuk larut secara sempurna di dalam adonan yang mengakibatkan

reaksi kimia yang terjadi selama setting menjadi tidak sempurna dan dapat

mengurangi kekuatan dari hasil akhir cetakan

3. Waktu pengadukan yang terlalu lama juga dapat mengurangi kekuatan dari

hasil akhir cetakan, karena pada saat reaksi kimia berjalan dan membentuk

sebuah ikatan senyawa kalsium alginat, ikatan yang telah terbentuk akan

rusak karena pengadukan masih terjadi dan hal ini dapat mengurangi

kekuatan dari hasil akhir cetakan

II.2.4.5. Kekuatan Tahanan terhadap Sobek (Tear Strength)

Mengacu pada spesifikasi American Dental Association (ADA), kekuatan

dari sobek (tear strength) bervariasi dari 3,7 – 6,9 N/cm. Tear strength sangat

bergantung pada ketebalan material cetak sehingga seringkali kekuatan menjadi

lebih rendah pada bagian yang lebih tipis pada cetakan dan seringkali dapat terjadi

dengan gaya yang cenderung kecil.11

II.2.4.6. Pemulihan Elastik (Elastic Recovery)

Material cetak alginat diklasifikan sebagai bahan yang elastis namun

material ini tidak elastis secara sempurna. Material cetak alginat mengalami

deformasi dalam jumlah yang sedikit, namun bersifat permanen bergantung pada

sifat viskoelastis yang dimilikinya.10 Material cetak alginat merupakan bahan yang

17
mengalami pengerasan dan terletak diantara sendok cetak dan jaringan, deformasi

dari material cetak dapat terjadi ketika pelepasan cetakan dari mulut pasien.11

Deformasi permanen dinilai dari prosentase deformasi yang terjadi pada

spesimen silindris setelah menerima gaya kompresi.10 Mengacu pada spesifikasi

American Dental Association (ADA), material cetak alginat paling sedikit

memiliki pemulihan elastik 95 % (mengalami deformasi permanen tidak lebih dari

5 %) ketika material cetak menerima gaya kompresi sebesar 20 % selama 5 detik

yang mana disesuaikan dengan simulasi pelepasan cetakan dari mulut. Sebagian

besar material cetak alginat yang beredar di pasaran memiliki nilai pemulihan

elastik berkisar dari 96 – 98 % (deformasi permanen 2 – 4 %), yang membuat

material cetak alginat itu fleksibel, namun tidak elastis secara sempurna.11

Deformasi permanen dipengaruhi oleh besarnya beban kompresi dan

waktu lamanya menerima beban kompresi sehingga sebaiknya pelepasan cetakan

dilakukan dengan cepat namun efisien sehingga waktu lamanya menerima beban

kompresi yang diakibatkan oleh pelepasan bahan cetak berkurang dan efisien

tenaganya yang membuat besarnya beban kompresi menjadi berkurang. Selain itu,

semakin tebal bahan cetak yang terletak di antara sendok cetak dengan gigi, maka

akan semakin besar beban kompresi yang diterima, maka semakin besar pula

deformasi yang terjadi.10

II.2.4.7. Stabilitas Dimensi

Material cetak alginat memiliki sifat yang tidak stabil secara dimensi yang

diakibatkan oleh proses sineresis dan imbibisi sehingga proses pengecoran

18
sebaiknya dilakukan tidak lama setelah proses pencetakan selesai.10 Ketika

material cetak alginat dilepas dari mulut dan terpapar oleh udara pada suhu

temperatur ruang, akan terjadi proses pengerutan (shrinkage) yang terjadi

bersamaan dengan proses sineresis dan evaporasi. Sebaliknya, ketika material

cetak direndam di dalam air, maka dapat terjadi pembesaran yang diakibatkan

oleh proses imbibisi.4

Material cetak alginat yang telah mengeras sempurna merupakan jel

hidrokoloid yang banyak mengandung air. Air yang terkandung di dalamnya

dapat mengalami evaporasi bila cetakan disimpan di dalam suatu tempat yang

dapat terpapar oleh udara yang dapat menyebabkan cetakan menyusut. Bila

cetakan disimpan di dalam air, cetakan akan mengembang sehingga penyimpanan

cetakan baik itu di dalam daerah yang terpapar oleh udara maupun di dalam air

dapat menyebabkan perubahan dimensi dan hilangnya akurasi cetakan.11

II.2.5 Manipulasi

II.2.5.1. Penyimpanan

Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan

faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan

yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam

perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau

mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin

dan kering.8

19
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual

dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam

jumlah besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena

mengurangi kontaminasi selama penyimpanan dan perbandingan air dengan

bubuk lebih terjamin karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur

banyaknya air.8

II.2.5.2. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan pemilihan dari sendok cetak yang akan

digunakan dalam proses pengambilan cetakan. Sendok cetak yang akan digunakan

sebaiknya sendok cetak yang berlubang atau perforated agar memiliki retensi

yang baik dengan adonan cetakan alginat.4 Beberapa kriteria dalam pemilihan

sendok cetak yang akan digunakan, yakni :11

a) Sendok cetak rahang atas:

 Menutupi bagian tuber maksila dengan sempurna

 Lebih lebar kurang lebih 4 mm dari bagian paling apikal dari

prosesus alveolaris pada bagian molar

 Menutupi bagian anterior dengan sempurna

20
Gambar II-5. Gambaran sendok cetak rahang atas yang sesuai (A) Tampak dari samping
dan (B) Tampak dari posterior.11

b) Sendok cetak rahang bawah:

 Menutupi seluruh gigi dan retromolar pad

 Lebih lebar kurang lebih 4 mm dari bagian bukal dan lingual gigi

 Gigi geligi pada cetakan terletak tepat di tengah sendok cetak

Gambar II-6. Gambaran sendok cetak rahang bawah yang sesuai (A) Tampak samping
dan (B) Tampak dari superior.11

Apabila sendok cetak yang tersedia tidak mampu menutupi seluruh bagian

dari rahang maka dapat dilakukan modifikasi sendok cetak dengan menggunakan

lilin (dental wax) hingga seluruh bagian terutama yang perlu untuk dicetak

tertutupi dan tidak lupa untuk dicek kembali di dalam mulut. 11 Kemudian

21
persiapkan alat yang akan digunakan dalam proses manipulasi material cetak

alginat yakni mangkuk karet yang digunakan untuk pengadukan, spatula alginat

dengan bahan plastik ataupun metal, bahan cetak alginat, dan sendok takar untuk

bubuk dan air yang tersedia dari pabrik bila tersedia.10

Gambar II-7. Alat yang dipersiapkan untuk proses pencetakan menggunakan alginat, (A)
Mangkuk karet dan spatula (B) Sendok takar (C) Sendok cetak (D) Bubuk dan air yang
telah ditakar.10

II.2.5.3. Tahap Pengadukan

Pencetakan dengan menggunakan material cetak alginat yang baik

memerlukan suatu campuran adonan alginat yang baik, untuk itu perlu dilakukan

penakaran air serta bubuk yang baik. Takaran air dan bubuk yang sesuai

bergantung dengan rahang yang akan dicetak, apakah rahang atas atau rahang

bawah, dan bergantung dari merk dari alginat yang digunakan sehingga lebih

disarankan untuk penakaran mengikuti petunjuk dari pabri atau bila tersedia,

gunakan alat bantu takar yang telah disediakan dari pabrik.11

22
Suhu temperatur air yang digunakan sebaiknya sesuai dengan temperatur

ruang yakni 22 – 23 °C. Bubuk alginat di dalam kemasan sebaiknya dikocok

dahulu beberapa kali dalam keadaan tertutup sebelum dibuka untuk digunakan.11

Kemudian tuang air yang telah ditakar ke dalam mangkuk karet, baru kemudian

bubuk alginat dimasukkan. Bila bubuk dimasukkan ke dalam mangkuk karet

terlebih dahulu, penetrasi dari air untuk mengalir ke bagian dasar dari mangkuk

akan tertahan oleh bubuk sehingga tidak semua bagian dari bubuk akan terkena air

sejak awal, hal tersebut menyebabkan waktu yang diperlukan untuk membuat

adonan yang homogen akan menjadi lebih lama dan juga lebih sulit.4

Kemudian lakukan pengadukan dengan mencampurkan bubuk dengan air

secara merata dengan menekan dinding mangkuk karet dan disarankan untuk

melakukan pergerakan menyerupai angka 8 dalam pengadukannya atau biasa

disebut sebagai figure 8 motion dengan menggunakan spatula. Pengadukan

dilakukan dengan menekan dinding mangkuk dan juga melakukan rotasi pada

mangkuk.10

Lamanya pengadukan merupakan hal yang sangat penting dan bervariasi

bergantung merk serta jenis alginat yang digunakan apakah alginat dengan waktu

set yang normal atau cepat. Pada umumnya, proses pengadukan alginat

memerlukan waktu kurang lebih 45 detik hingga 1 menit. 4 Pengadukan dilakukan

hingga tercapai suatu adonan material cetak alginat yang homogen, halus, dan

berbentuk seperti krim yang bebas dari gelembung udara. Proses spatulasi atau

pengadukan yang kurang atau tidak baik akan menghasilkan adonan yang kasar

dan bergranula.11

23
Pada penempatan alginat ke dalam sendok cetak, usahakan jangan sampai

ada udara terjebak, semua bagian sendok terisi dengan baik, dan perforasi sendok

cetak terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat sendok dikeluarkan

dari mulut.6,8

Bahan cetak terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah

bentuk, sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi atau

jaringan akan menyebabkan cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu banyak

pada sendok cetak akan menyebabkan menyulitkan pengeluaran atau pada rahang

atas akan menyebabkan bahan cetak mengalir ke belakang.8

II.2.5.4. Tahap Pembuatan Cetakan

Pencetakan dianjurkan untuk tidak langsung dilakukan setelah pekerjaan

profilaksis, karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan

terpengaruh.8

Pemindahan adonan material cetak dari mangkuk karet ke sendok cetak

dengan menggunakan spatula. Sendok cetak diisi bahan cetak dengan merata yang

dilakukan dengan mengisi dahulu dari bagian posterior yang kemudian diratakan

dengan menekan ke arah anterior untuk meminimalisir gelembung udara yang

terjebak. Penambahan material yang kurang sebaiknya tetap dilakukan dari

posterior dan dilakukan penakanan yang cukup agar tidak ada gelembung udara

yang terjebak di dalam adonan yang diletakkan pada sendok cetak.11

24
Gambar II-8. Proses peletakan adonan alginat pada sendok cetak, sebelum dilakukan
pencetakan pastikan untuk diratakan terlebih dahulu. 10

Sendok cetak yang telah terisi oleh adonan kemudian dimasukkan ke

dalam mulut pasien untuk dilakukan pencetakan. Sebaiknya bagian posterior dari

sendok cetak diletakkan dan ditekan terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan

dengan bagian anterior.10 Langkah-langkah dalam pencetakan rahang adalah

sebagai berikut :11

a) Langkah pencetakan rahang bawah :

1. Tekan salah satu sisi dari mulut (kiri atau kanan) terlebih dahulu

dengan menggunakan sendok cetak

2. Masukkan sendok cetak dengan sedikit memutar sendok cetak

3. Letakkan sendok cetak mulai dari sisi kiri terlebih dahulu,

kemudian bagian anterior dan kemudian sisi kanan dari sendok

cetak

4. Disaat yang bersamaan dengan langkah 3, minta pasien untuk

mengangkat lidahnya ke langit-langit dan dengan tangan operator

satunya yang bebas, tarik dengan lembut bibir pasien pada awal

25
pencetakan untuk memastikan adonan dapat mengalir dengan baik

ke daerah vestibulum

5. Tahan posisi sendok cetak hingga adonan mengalami setting atau

pengerasan yang dapat dicoba dengan disentuh menggunakan jari

6. Lakukan pelapasan cetakan dari mulut dengan cepat dan gerakan

yang tegas

b) Langkah pencetakan rahang atas :

1. Masukkan sendok cetak yang telah terisi adonan dengan

memutarkannya berlawanan dengan arah jarum jam yang

dilakukan bersamaan dengan meretraksi salah satu sisi bibir pasien

2. Letakkan sendok cetak dimulai dari bagian posterior perlahan

hingga anterior, hal ini dilakukan agar kelebihan dari material

cetak mengalir ke arah bukal atau labial, dan bukan palatal

3. Sama dengan proses pencetakan rahang bawah, tahan posisi

sendok cetak hingga adonan mengalami setting atau mengeras

yang dapat dicoba dengan disentuh menggunakan jari

4. Lakukan pelepasan cetakan dengan membebaskan dari bagian sisi

vestibulum dengan menggunakan jari yang berjalan dari satu sisi

ke sisi lainnya hingga bagian ujung cetakan bebas

5. Lepaskan cetakan dengan cepat dan gerakan yang tegas

26
Gambar II-9. Gambaran hasil cetakan (A) Rahang atas dan (B) Rahang bawah. 10

Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu

panjang gigi. Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas

penutupan tepi pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan

dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya distorsi.8

Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan dan regangan.

Jadi, ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan

dengan sentakan tiba-tiba. Jika cetakan dilepas perlahan-lahan, kerusakan alginat

cenderung akan terjadi.7

II.2.5.5. Pembersihan Cetakan Alginat

Setelah selesai dilakukan pencetakan, bilas cetakan dengan menggunakan

air yang mengalir dan pastikan tidak ada kelebihan air yang tersisa pada cetakan.

Kemudian dilakukan pemeriksaan pada cetakan, bagian yang berlebih serta tidak

diperlukan dari cetakan dapat dipotong.11 Bila ada saliva berlendir dan tidak dapat

dibersihkan dengan air, cetakan dapat ditaburi bubuk atau adonan gips yang

sangat encer. Sesudah itu bersihkan dengan aliran air sampai semua lendir

terbawa.8

27
Langkah desinfeksi yang dianjurkan adalah dengan menggunakan bahan

pemutih rumah tangga seperti sodium hipoklorit yang dilarutkan dalam air dengan

perbandingan 1:10, iodofor, atau fenol sintetis. Desinfeksi dapat dilakukan dengan

menyemprotkan pada cetakan yang kemudian juga disemprotkan pada kertas tisu

untuk diletakkan pada cetakan. Setelah itu, cetakan dapat dibungkus di dalam

kantung plastik yang tertutup rapat selama 10 menit. Setelah 10 menit, bahan

cetak dapat dikeluarkan dari wadah plastik kemudian dibersihkan dengan air

mengalir dan dikocok untuk membuang kelebihan air yang masih terjebak.4

II.2.5.6. Pemeliharaan Cetakan Alginat

Keburukan utama dari alginat adalah dimensinya tidak stabil waktu

mengeras. Cetakan alginat harus segera diisi dengan dental gipsum sesegera

mungkin dan tidak lebih dari 30 menit atau bila tidak cetakan akan menjadi tidak

akurat dan perlu dilakukan pencetakan ulang karena dimensi yang tepat telah

hilang.16,17 Jika masih ada sisa air di permukaan cetakan atau cetakan terlalu lama

direndam di dalam cairan yang mengandung air selama lebih dari 10 menit, maka

akan terjadi imbibisi yang akan menyebabkan alginat mengembang. Sebaliknya,

jika cetakan dibiarkan kering di udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan

akibat mengerutnya alginat. Untuk mencegah hal-hal tersebut, letakkan cetakan

dalam udara lembab, bungkus dengan kain basah atau paling aman masukkan ke

dalam humidor yang mempunyai kelembaban atmosfir 100%.7,8

Cetakan alginat ditutup secepat mungkin dengan kain lembab dan

dimasukkan ke dalam kantong plastik. Cetakan harus dicor dalam waktu 10 menit

setelah cetakan selesai. Selama cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya tidak

28
diletakkan bersandar pada kelebihan alginat yang mengalir ke luar di tepi

posterior sendok cetak karena dapat menyebabkan perubahan bentuk.7

II.2.5.7. Pengecoran

Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai

dengan petunjuk pabriknya. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang

rapuh. Sebaliknya, adonan yang terlalu kental akan menyebabkan ketidaktepatan

model karena distorsi alginat begitu gipsum dituang ke dalam cetakan.

Penggetaran berlebih juga dapat menyebabkan distorsi alginat.8

Adanya eksudat mukus pada permukaan cetakan akan memperlambat

reaksi kimia pada model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini

dapat dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini

berguna mendapatkan permukaan halus dari model, mempercepat pengerasan

bahan gipsum, dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat.

Alginat masa kini biasanya tidak perlu lagi direndam dalam larutan seperti ini.8

Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh

lebih dari 30 menit. Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada

supporting jig atau sendok bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya

tidak terjadi penekanan pada ujung alginat pada sendok.8

II.2.5.8. Melepas Model dari Cetakan

Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang

digunakan karena tiap jenis bahan membutuhkan perlakuan khusus. Untuk alginat,

segera setelah gipsum mengeras, kurang lebih 30-60 menit, model harus segera

dilepas dari cetakan sehingga permukaan model akan tetap halus. Bila cetakan

29
dibiarkan dan baru besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut dan keras,

sehingga bagian-bagian halus model bisa patah.8

II.2.6. Perkembangan Bahan Cetak Alginat

II.2.6.1. Alginat Dust-free

Menurut beberapa literatur menyebutkan bahwa partikel yang dapat

terbawa oleh udara (berbentuk debu) yang termasuk bubuk alginat dapat

menyebabkan masalah pada saluran pernafasan. Sekitar 10 – 15 % partikel dari

bubuk alginat merupakan serat silika yang berukuran berkisar antara 3 – 20

mikron, yang mana partikel ini memiliki ukuran yang mirip dengan asbestos dan

partikel kaca yang merupakan bahan karsinogenik.10

Demi mengurangi resiko masalah kesehatan yang kemungkinan dapat

timbul pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh debu yang dihasilkan oleh

bubuk alginat, maka banyak pabrik mengembangkan produk alginat hingga pada

formulasi dimana bubuk alginat hanya dapat memberi sedikit atau bahkan bebas

dari debu. Hal ini dapat dicapai dengan melapisi material cetak alginat dengan

sebuah zat seperti gliserol yang dapat menyebabkan aglomerasi pada partikel

bubuk sehingga bubuk akan menjadi lebih padat dibandingkan dengan partikel

yang tidak dilapisi.10

II.2.6.2. Alginat Siliconized

Alginat telah banyak mengalami peningkatan yang dilakukan oleh pabrik,

salah satunya dengan pencampuran partikel silika didalamnya. Alginat modifikasi

ini tersedia dalam bentukan dua jenis pasta di pasaran, yang dimanipulasi dengan

30
mencampurkan keduanya. Modifikasi yang dilakukan menyebabkan material

cetak alginat memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sobek jika

dibandingkan dengan alginat yang konvensional. Namun sebagaimana alginat

konvensional, alginat modifikasi ini juga memiliki suatu kekurangan dalam hal

stabilitas dimensi yang kurang baik. Material cetak ini seringkali dikenali sebagai

hibrida atau campuran antara alginat dengan elastomer silikon namun sifat dari

bahan lebih menyerupai alginat.10

Alginat modifikasi ini tersedia dalam bentuk dua pasta dengan viskositas

yang berbeda yang dimanipulasi dengan mencampurkan keduanya. Karakteristik

setting dari alginat modifikasi ini hampir sama dengan alginat konvensional. Hasil

akhir dari cetakan menunjukkan detail yang lebih baik dibandingkan alginat

konvensional, serta ketahanan terhadap sobek yang lebih baik, namun tetap

memiliki stabilitas dimensi yang buruk sehingga proses pengecoran sebaiknya

dilakukan sesegera mungkin setelah pencetakan selesai dilakukan. Stabilitas

dimensi yang buruk diakibatkan oleh proses yang sama seperti yang terjadi pada

alginat konvensional yakni melalui proses sineresis dan evaporasi.9

Alginat modifikasi ini tersedia dalam bentukan cartridge yang terdiri atas

dua pasta dengan viskositas yang berbeda dimana satu bagian merupakan base

dan bagian lainnya merupakan catalyst. Salah satu contoh bentuk alginat

modifikasi ini di pasaran adalah produk dengan merk Silginat yang diproduksi

oleh Kettenbach. Manipulasi dari alginat modifikasi ini memerlukan adanya auto

mixer yang berbentuk gun dengan kapasitas cartridge 1:1 atau 2:1.

31
Gambar II-10. Produk alginat modifikasi (Anonim, 2008)

Sediaan cartridge diletakkan pada dispensing gun dan dikunci, kemudian

buka tutup dari cartridge dan ganti dengan mixing tip yang disediakan oleh pabrik

kemudian bahan dikeluarkan dengan dispensing gun langsung pada sendok cetak.

Kemudian dapat dilakukan pencetakan seperti biasa. Alginat modifikasi ini

memiliki kelebihan tear strength yang lebih baik jika dibandingkan dengan

alginat konvensional.13

Alginat modifikasi ini juga merupakan salah satu pendekatan yang berbeda

dalam menghasilkan suatu sistem material cetak alginat dust-free yang umumnya

terdiri dari 2 sediaan yakni, pasta basis yang terdiri dari seluruh komposisi alginat

pada umumnya ditambah dengan partikel silika dan air sebanyak 70%, namun

tanpa kalsium sulfat. Sediaan yang kedua berupa katalis yang mengandung

kalsium sulfat, air sebanyak 60%, serta thickening agent. Walaupun mengalami

modifikasi yang ditujukan untuk peningkatan sifat mekanis, melalui studi

didapatkan bahwa model yang dihasilkan dari cetakan dengan material ini masih

lebih kurang akurat bila dibandingkan dengan model yang dihasilkan oleh

material silikon kondensasi.14

32
II.2.6.3. Alginat dengan Penambahan Indikator Kimia

Indikator kimia yang ditambahkan pada alginat dalam hal ini adalah suatu

indikator warna yang dapat memberikan tanda reaksi kimia yang sedang terjadi

pada adonan material cetak alginat. Seiring berjalannya waktu dalam proses

pengerasan material cetak alginat, terjadi suatu reaksi kimia yang dapat

mengakibatkan perubahan pada pH adonan dan perubahan tersebut yang memicu

indikator kimia yang ditambahkan untuk memberi suatu warna tertentu pada

adonan. Sebagai contoh, yakni adonan akan berwarna ungu selama spatulasi atau

pengadukan, dan ketika bahan sudah mulai homogen dan siap untuk dilakukan

pencetakan, warna dari adonan berubah menjadi merah muda, terakhir ketika

material cetak telah mengalami proses pengerasan yang sempurna, warna material

berubah menjadi putih. Penambahan zat ini tidak memberikan suatu efek terhadap

sifat dari alginat, hanya menjadi suatu media yang membantu operator bahwa

telah terjadi perubahan proses yang terjadi pada adonan.10

II.2.6.4. Alginat yang Mengandung Desinfektan

Perkembangan terkini pada alginat adalah modifikasi dengan penambahan

bahan desinfektan pada material cetak alginat yang dapat membunuh

mikroorganisme dengan sendirinya. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan

tahapan desinfeksi cetakan alginat yang umumnya dilakukan dengan

menggunakan perendaman maupun disemprotkan yang mana memiliki efek

samping yakni perubahan dimensi. Terdapat beberapa merk material cetak alginat

di pasaran yang telah mengandung desinfektan yakni sebagai berikut :10

33
a) Jel hidrofilik COE (dari GC Amerika) yang merupakan material cetak

alginat bebas debu (dust-free) yang disebutkan mengandung 1 %

klorheksidin diasetat sebagai bahan anti mikroba.

b) Jeltrate Plus Antimicrobial Alginate (dari Dentsply) merupakan material

cetak alginat yang mengandung 1,7 % didesildimetil amonium klorida

yang memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan bakteri.

Gambar II-11 Produk alginat modifikasi dengan desinfektan (www.dentsplysirona.com)

c) Blueprint Asept (dari de Trey) merupakan material cetak alginat yang

diketahui mengandung didesildimetil amonium klorida yang telah terbukti

dapat mengurangi jumlah bakteri.

II.2.6.5. Manipulasi Pengadukan dengan Mesin

Walaupun manipulasi material cetak alginat sangat mudah dilakukan,

namun sebagai manusia, suatu kesalahan sangat mungkin terjadi. Manipulasi yang

tepat dari material cetak alginat, seperti penggunaan rasio air dan bubuk dan

proses spatulasi atau pengadukan dapat berpengaruh terhadap sifat fisik dari

material cetak yang dihasilkan. Merupakan hal yang sangat penting untuk

34
mengikuti petunjuk manipulasi yang disediakan oleh pabrik seideal mungkin.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan akurasi dalam menakar

material cetak alginat adalah dengan melakukan penakaran dengan menggunakan

mesin atau alat bantu, karena telah terbukti bahwa penakaran yang dilakukan

secara manual oleh operator dapat terjadi perbedaan sekitar 10 – 20 % dari takaran

yang seharusnya.15

Kini, instrumen pengadukan material cetak alginat yang bersifat automatis

dengan pergerakan high-speed rotary telah tersedia guna membantu operator

dalam memanipulasi material cetak alginat. Dengan menggunakan instrumen

mesin pengaduk tersebut, telah terbukti dapat dengan mudah menghasilkan suatu

adonan yang homogen dan sedikit sekali gelembung udara yang terjebak di dalam

adonan. Sifat mengalir dari material cetak alginat menjadi lebih baik bila

dibandingkan dengan manipulasi manual, hal ini dapat dicapai dengan lebih

rendahnya porositas yang dihasilkan dari adonan alginat.15

Gambar II-12. Instrumen manipulasi otomatis bahan cetak alginat (www.dentsply.com.au)

Manipulasi dengan menggunakan instrumen automixing dapat digunakan

salah satunya dengan menggunakan merk TurboMax yang diproduksi oleh

35
Dentsply. Sebelum proses pencampuran dilakukan, perlu disiapkan alat-alat yang

diperlukan selain dari alat automixing itu sendiri, yakni media takar, spatula,

mixing cup yang disediakan oleh pabrik penyedia mesin auto mixing. Pertama

dilakukan penakaran alginat dan air yang akan digunakan sesuai dengan anjuran

pabrik bergantung pada rahang yang akan dicetak yang diletakkan pada mixing

cup. Kemudian campurkan sedikit bubuk dan air didalam cup kemudian tutup dan

letakkan pada mesin pencampuran dan dilakukan pengaturan waktu yang

diinginkan dimana dari anjuran pabrik yang disarankan adalah 8 detik. Setelah

proses pencampuran selesai, ambil mixing cup dari mesin kemudian ambil

material cetak dari cup dan pindahkan pada sendok cetak yang akan digunakan.16

36
BAB III

PENUTUP

Material cetak hidrokoloid merupakan salah satu material cetak yang

banyak digunakan dalam praktek kedokteran gigi. Hingga kini, material cetak

agar masih digunakan dalam proses duplikasi model, sedangkan material cetak

alginat masih dipergunakan secara luas dalam praktek kedokteran gigi karena

biaya operasional yang rendah, akurasi cetakan yang cukup baik, serta

manipulasinya yang mudah. Namun, material cetak alginat dan secara umum,

material cetak hidrokoloid memiliki suatu kelemahan yang cukup signifikan pada

stabilitas dimensi dari cetakan karena proses sineresis dan imbibisi yang dapat

terjadi pada material ini. Pemahaman yang baik mengenai sifat, manipulasi, serta

aplikasi dari material cetak hidrokoloid merupakan hal yang sangat penting bagi

praktisi sehingga dapat memaksimalkan penggunaan material ini dengan baik

yang berhubungan dengan keberhasilan perawatan nantinya, terutama di bidang

prostodonsia.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Robert CG, John PM. Restorative dental material. 11th edition.


St.Louis:Mosby;2002.

2. Jack F. Material in dentistry : principle and applications. 2nd edition. 2001

3. Robert CG, John PM, John CW. Dental material: properties and
manipulation.8th. St.Louis:Mosby;2004

4. Annusavice, KJ, Shen, C, Rawls, HR. 2013. Phillips’ Science of Dental


Materials Twelfth Edition. Missouri: Elsevier

5. Mitchell DA, Mitchell L. Oxford handbook of clinical dentistry (e-book).


New York: Oxford; 2005. p. 686.

6. O’Brien W-J, editor. Dental materials and their selection 3 rd ed. Chicago:
Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002. p. 90, 96.

7. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi edisi ke-3. Alih
bahasa: Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1994, h. 70-1; 131-2.

8. Haryanto G. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II. Jakarta:
Hipokrates; 1991. h. 52; 63; 67; 70; 72-3; 75; 77.

9. McCabe, J.F, Walls,A.W. 2008. Applied Dental Material. 9th ed. London :
Blackwell.

10. Alla RK. Dental materials science. New Delhi: Jaypee; 2013.

11. Powers JM, Wataha JC. Dental materials foundations and applications. 11ed.
Missouri: Elsevier; 2017.

12. Nandini V-V, Venkatesh K-V, Nair K-C. Alginate impression : a practical
perspective. Journal of Conservative Dentistry Vol. 11 Issue 1; 2008.

13. Anonim. Direction for use : kettosil, silginat, silginat strawberry vynil
polisiloxane impression material for anatomic impression. Germany:
Kettenbach; 2008.

38
14. Craig RG. Review of Dental Impression Materials. Adv Dent Res 2(1):51-64;
1988.

15. Dreesen K, Kellens A, Wevers M, Thilakarathne P-J, Willems G. The


influence of mixing methods and disinfectant on physical properties of
alginate impression materials. European Journal of Orthodontics 35 (2013)
381 – 387; 2013.

16. Anonim. User manual turbomax alginate auto mixer. Florida, Dentsply
Raintree Essix; 2012.

17. Gunadi H-A, Burhan L-K, Suryatenggara F, Margo A, Setiabudi I. Buku ajar
ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Jakarta: Hippokrates; 1994.

39

Anda mungkin juga menyukai