PENDAHULUAN
Beberapa alat kedokteran gigi, misalnya gigi tiruan sebagian (GTS), gigi
tiruan lengkap (GTL), alat orthodonsi, serta mahkota dan jembatan, dibuat di luar
rongga mulut. Pembuatan alat tersebut memerlukan tiruan atau model jaringan
rongga mulut pasien. Model ini dibuat dengan cara mencetak jaringan rongga
akurat dari jaringan mulut yang terdiri dari jaringan keras dan lunak. Cetakan
jaringan keras dapat berupa 1 gigi, beberapa gigi, sebagian rahang dan gigi,
rahang dan selunih gigi, atau rahang tanpa gigi. Hasil cetakan berupa reproduksi
negatif, kemudian diisi bahan model (gips) sehingga menghasilkan model positif.
Model gips ini yang digunakan untuk pembuatan alat-alat kedokteran gigi.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat bahan yang digunakan untuk membuat
1) Bahan cetak harus cukup cair untuk dapat beradaptasi dengan oral tissue.
3) Ketika di dalam mulut, harus dapat berubah menjadi bahan bersifat elastis
(rubbery) atau rigid solid dalam jangka waktu yang cukup, dan idealnya
1
4) Bahan cetak yang sudah mencapai setting time nya (waktu pengerasan) harus
dapat dilepaskan dari dalam mulut tanpa mengalami kerusakan atau robek.
5) Cetakan yang sudah dikeluarkan dari dalam mulut tidak boleh mengalami
tersebut dapat beberapa kali dicor untuk mendapatkan model kedua atau
ketiga.
8) Harga terjangkau.
struktur oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis.
ireversibel dan reversibel. Ireversibel berarti bahan tersebut tidak dapat kembali
ke bentuk semula karena telah terjadi reaksi kimia, Bahan cetak ini meliputi : gips
cetak, hidrokoloid alginat dan seng oksida eugenol. Sedangkan bahan cetak
reversibel berarti bahan tersebut dapat melunak dengan pemanasan dan memadat
cetak dan hidrokoloid agar. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau perubahan
polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak
elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut,
2
Pada praktek kedokteran gigi, salah satu material cetak yang cukup sering
3
BAB II
mempunyai dasar suspensi koloid dari polisakarida di dalam air. Bahan cetak
hidrokoloid yang digunakan dalam kedokteran gigi terdapat dalam dua bentuk,
yaitu bentuk sol dan gel. Pada bentuk sol, bahan cetak berbentuk cairan dengan
viskositas yang rendah dan mempunyai susunan polisakarida yang tidak teratur.
Sedangkan pada bentuk gel bahan cetak lebih kental dan mungkin mempunyai
sifat elastis jika rantai polisakarida yang panjang menjadi teratur. Susunan rantai
jelly. Semakin tinggi konsentrasi fibril di dalam gel maka akan semakin kuat
ukuran partikel 10-7 cm hingga 10-4 cm dan tersebar di dalam media lainnya.
Koloid merupakan suatu substansi yang terdiri atas dua fase (heterogen) yakni
fase terdispersi dan fase dispersi. Fase terdispersi atau dispersed phase ialah
dispersi atau dispersion phase ialah substansi yang menjadi media dimana partikel
koloid terdistribusi atau tersebar.10 Bila fase dispersi dari suatu koloid adalah air,
4
Selama proses pencetakan, material cetak hidrokoloid yang pada mulanya
bentukan yang solid. Perubahan yang terjadi ini biasa disebut dengan transformasi
sol-gel atau sol-gel transformation. Sol merupakan dispersi koloid dari partikel
yang sangat kecil pada suatu media yang cair, sedangkan gel merupakan suspensi
yang padat tapi elastis. Ketika material hidrokoloid mengandung konsentrasi fase
terdispersi yang cukup, maka substansi yang mulanya berbentuk sol pada kondisi
dalam bentukan seperti rantai atau fibril, yang disebut dengan misel atau micelles.
seperti tumpukan ranting atau dahan. Media dispersi akan tertahan diantara ikatan
itulah bentukan dari material cetak akan berubah menyerupai jelly dan kemudian
Gambar II-1. Ilustrasi rantai polisakarida material hidrokoloid (a) Rantai yang tidak
beraturan pada bentukan sol, dan (b) Rantai yang beraturan pada bentukan gel. 4
5
Terdapat dua jenis material cetak hidrokoloid secara umum, yakni material
cetak hidrokoloid yang bersifat reversibel yakni contohnya agar dan juga material
dari mekanisme gelasi keduanya adalah pada agar, benang-benang fibril akan
berikatan dengan bantuan gaya sekunder, seperti ikatan van der waals sedangkan
pada alginat benang-benang fibril akan berikatan dengan ikatan valensi primer,
alginat yang cukup banyak di dalam praktek kedokteran gigi disebabkan oleh
Alginat juga memiliki kekurangan yang utama yakni material ini tidak
memiliki tear strength yang baik atau ketahanan terhadap sobek kurang,
kemudian material ini tidak memberikan suatu hasil yang detail sebagaimana
6
studi dari keseluruhan rahang maupun sebagian rahang. Alginat juga cukup
II.2.1 Packaging
jumlah tertentu yang telah ditakar oleh pabrik. Kemasan yang digunakan beragam
dengan menggunakan suatu wadah yang terbuat dari plastik ataupun berupa
kaleng yang terbuat dari metal dan beragam bentuk lainnya. Terdapat kemasan
yang praktis yang telah ditakar untuk satu rahang dan ada pula yang dalam jumlah
banyak kemudian tersedia sendok plastik yang dapat membantu dalam menakar
bubuk serta air yang akan digunakan. Kemasan yang digunakan adalah kemasan
yang dapat meminimalisir kontak dengan kelembaban pada bubuk yang juga
alginat.11
Material cetak alginat juga tersedia dalam bentukan pasta dimana terdapat
dua sediaan dengan viskositas yang berbeda, dimana terdapat sediaan tray dan
bentukan pasta lebih cepat dibandingkan dengan bentuk bubuk. Dan beberapa
menghasilkan kualitas permukaan cetakan yang lebih baik, walau jarang terdapat
di pasaran.12
7
Gambar II-2. Contoh kemasan alginat yang beredar di pasaran dan takaran yang
disediakan pabrik (www.dentsplysirona.com)
No
Bungkusan Alumunium
1 Hydrogum Zhermack (Eatontown, NJ)
Foil
Bungkus Alumunium
3 Kromopan 100 Lascod (Firenze, Italy)
Foil
Bungkus Alumunium
4 Cavex Cavex (Netherland)
Foil
8
II.2.2. Komposisi
Bahan aktif utama dari material cetak alginat adalah salah satu dari bahan
alginat yang dapat larut, seperti alginat sodium, potassium, atau trietanolamin.
Senyawa dari asam alginat (alginic acid) merupakan kopolimer linear dengan lok
yang saling berikatan dengan ikatan kovalen antar bloknya. Badan senyawa terdiri
dari 2 atom (diatom) yang berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) untuk
Selain itu, bentukan tersebut juga dapat menghasilkan suatu tekstur yang halus
dan memastikan pembentukan permukaan jel menjadi padat dan tidak lengket.10
Material alginat juga terdiri dari zinc oxide yang dapat berperan sebagai
pengisi dan berpengaruh di dalam sifat fisis serta waktu set (setting time) dari jel.
Kalsium sulfat dihidrat juga terkandung di dalam bubuk material alginat yang
berfungsi sebagai reaktor yang menghasilkan ion kalsium yang dapat berikatan
silang dengan sol alginat. Suatu retarder juga ditambahkan untuk mengontrol
9
waktu set dari material cetak. Fluor, sebagaimana tersedia di dalam bentuk
akselerator dari waktu set gipsum serta untuk memastikan permukaan cetakan
tetap padat dan keras ketika pengecoran, bahan fluor ini disebut sebagai surface
hardener.10
Tabel II-2. Komposisi dan fungsi dari kandungan bubuk alginat. 4,11
Prosentase
Nama Zat Kandungan Fungsi
(%)
Bahan aktif utama yang akan bereaksi
Sodium atau
dengan ion kalsium untuk
1 Potassium Garam 15 %
pembentukan jel alginat. Merupakan
Alginat
bahan yang larut dalam air
10
gelasi
Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta.
Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting.
11
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat
bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang
H2O
(bubuk) (gel)
maka akan terjadi reaksi ikatan antara garam alginat dengan ion kalsium yang
tersisa menjadi suatu endapan kalsium alginat. Pada proses pengendapan dari
kalsium alginat akan terjadi suatu pembentukan jaringan fibrous yang menyerupai
benang-benang dan air akan terjebak di ruang sisa yang terletak diantara benang-
benang tersebut. Pada tahapan inilah material alginat telah berbentuk gel. Satu
dimensi partikel dari koloid ini adalah 0,5 µm dan secara umum material ini
setelah terjadi set menjadi gel maka tidak akan dapat kembali menjadi sol.11
pemakaian rutin.
12
Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu
gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan
II.2.4. Sifat
diatom sebagai filler yakni bubuk silikat yang bersifat nontoksik dan non-iritan
Waktu set merupakan waktu yang diperlukan dari sejak awal pencampuran
bubuk alginat hingga selesainya proses gelasi yang ditandai dengan padatnya
material cetak serta tidak lengket ketika disentuh dengan jari yang bersih dan
kering.10 Waktu set alginat pada umumnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni
normal set (waktu set normal) dan fast set (waktu set cepat). Material cetak
alginat dengan waktu set normal umumnya akan mengalami set tidak kurang dari
2 menit atau tidak lebih dari 4 1/2 menit dari sejak awal pencampuran bahan
hingga proses gelasi sempurna, dan terdapat waktu kira-kira untuk proses
Material cetak dengan waktu set yang cepat umumnya memiliki waktu set
antara 1 menit hingga 2 menit dimana kira-kira terdapat waktu 1 ¼ menit untuk
proses pencetakan. Secara umum, waktu set bervariasi bergantung pada merk
13
alginat yang digunakan sesuai dengan panduan yang tertera pada kemasan, dan
waktu set tidak kurang dari yang tertera dalam kemasan dan paling tidak 15 detik
lebih lama dibandingkan waktu set yang tertera. Waktu set didapatkan dari suatu
reaksi kimia dari bahan alginat dan ini dapat dimodifikasi dengan temperatur
Waktu setting atau waktu pengerasan dari material cetak alginat dapat
berubah dengan modifikasi yang dilakukan selama manipulasi bahan cetak. Hal
pertama adalah merubah rasio air dan bubuk alginat yang mana sangat tidak
suatu adonan yang lebih encer dan hal ini dapat menyebabkan adonan menjadi
lebih cair atau encer. Adonan yang lebih cair akan menyebabkan waktu set
menjadi bertambah, dan sebaliknya adonan yang lebih kental yang didapat dengan
mengurangi air atau menambah bubuk dapat menyebabkan waktu set menjadi
lebih cepat.10
Modifikasi dalam rasio air dan bubuk sangat tidak disarankan karena hal
ini dapat mempengaruhi sifat penting dari hasil akhir cetakan, yakni kekuatan
serta elastisitas. Maka akan lebih baik bila operator menginginkan waktu set yang
lebih cepat, pilih material cetak alginat dengan waktu set yang cepat atau fast set
yang memiliki bahan retarder lebih sedikit dibandingkan dengan material cetak
14
air yang digunakan dalam proses manipulasi. Semakin tinggi temperatur air yang
digunakan dalam adonan material cetak alginat maka akan semakin cepat waktu
set yang diperlukan, dan sebaliknya, semakin rendah temperatu air yang
digunakan dalam adonan material cetak alginat maka akan semakin lama waktu
Gambar II-4. Perbandingan temperatur dengan waktu setting bahan cetak alginat.4
II.2.4.3. Fleksibilitas
nomor 18, fleksibilitas dari material cetak alginat seharusnya berkisar di antara 5 –
bahan cetak menerima gaya kompresi (tekan) ketika proses pengecoran model
bahan cetak alginat. Kompresi yang dilakukan terukur antara 0,01 dan 0,10 MPa.
Secara umum pada material cetak alginat yang beredar di pasaran memiliki
fleksibilitas yang bervariasi antara 12 – 18 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh rasio
15
air dan bubuk alginat yang digunakan dimana bahan adonan yang lebih kental
Kekuatan dari material cetak alginat dapat dilihat dari kekuatan dalam
menahan gaya kompresi dan ketahanan dari sobek (tear strength), dimana
ketahanan dari sobek merupakan hal yang lebih utama. Mengacu pada spesifikasi
American Dental Association (ADA) nomor 18, kekuatan material cetak alginat
yang telah dalam bentuk jel harus tidak kurang dari 0,343 MPa. 10 Kekuatan yang
dimaksudkan adalah ketika material cetak alginat telah berbentuk jel setelah
mengalami pengerasan sempurna dan paling tidak telah memiliki kekuatan tidak
kurang dari sebagaimana telah disebutkan paling tidak ketika bahan cetak
dilepaskan dari dalam mulut. Pada umumnya, material cetak alginat yang beredar
yang disarankan, dapat menyebabkan perubahan sifat dari material cetak alginat.
Salah satu contohnya adalah deviasi yang terjadi dapat menyebabkan perubahan
kekuatan dari material cetak alginat. Hal-hal berikut yang dapat mempengaruhi
1. Penakaran air yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menyebabkan
16
material cetak menjadi berkurang pula elastisitsnya dan hal ini tentunya akan
merugikan
reaksi kimia yang terjadi selama setting menjadi tidak sempurna dan dapat
3. Waktu pengadukan yang terlalu lama juga dapat mengurangi kekuatan dari
hasil akhir cetakan, karena pada saat reaksi kimia berjalan dan membentuk
sebuah ikatan senyawa kalsium alginat, ikatan yang telah terbentuk akan
rusak karena pengadukan masih terjadi dan hal ini dapat mengurangi
dari sobek (tear strength) bervariasi dari 3,7 – 6,9 N/cm. Tear strength sangat
lebih rendah pada bagian yang lebih tipis pada cetakan dan seringkali dapat terjadi
material ini tidak elastis secara sempurna. Material cetak alginat mengalami
deformasi dalam jumlah yang sedikit, namun bersifat permanen bergantung pada
sifat viskoelastis yang dimilikinya.10 Material cetak alginat merupakan bahan yang
17
mengalami pengerasan dan terletak diantara sendok cetak dan jaringan, deformasi
dari material cetak dapat terjadi ketika pelepasan cetakan dari mulut pasien.11
yang mana disesuaikan dengan simulasi pelepasan cetakan dari mulut. Sebagian
besar material cetak alginat yang beredar di pasaran memiliki nilai pemulihan
material cetak alginat itu fleksibel, namun tidak elastis secara sempurna.11
dilakukan dengan cepat namun efisien sehingga waktu lamanya menerima beban
kompresi yang diakibatkan oleh pelepasan bahan cetak berkurang dan efisien
tenaganya yang membuat besarnya beban kompresi menjadi berkurang. Selain itu,
semakin tebal bahan cetak yang terletak di antara sendok cetak dengan gigi, maka
akan semakin besar beban kompresi yang diterima, maka semakin besar pula
Material cetak alginat memiliki sifat yang tidak stabil secara dimensi yang
18
sebaiknya dilakukan tidak lama setelah proses pencetakan selesai.10 Ketika
material cetak alginat dilepas dari mulut dan terpapar oleh udara pada suhu
cetak direndam di dalam air, maka dapat terjadi pembesaran yang diakibatkan
dapat mengalami evaporasi bila cetakan disimpan di dalam suatu tempat yang
dapat terpapar oleh udara yang dapat menyebabkan cetakan menyusut. Bila
cetakan baik itu di dalam daerah yang terpapar oleh udara maupun di dalam air
II.2.5 Manipulasi
II.2.5.1. Penyimpanan
faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan
yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam
perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau
mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin
dan kering.8
19
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual
dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam
jumlah besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena
bubuk lebih terjamin karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur
banyaknya air.8
Tahap persiapan dimulai dengan pemilihan dari sendok cetak yang akan
digunakan dalam proses pengambilan cetakan. Sendok cetak yang akan digunakan
sebaiknya sendok cetak yang berlubang atau perforated agar memiliki retensi
yang baik dengan adonan cetakan alginat.4 Beberapa kriteria dalam pemilihan
20
Gambar II-5. Gambaran sendok cetak rahang atas yang sesuai (A) Tampak dari samping
dan (B) Tampak dari posterior.11
Lebih lebar kurang lebih 4 mm dari bagian bukal dan lingual gigi
Gambar II-6. Gambaran sendok cetak rahang bawah yang sesuai (A) Tampak samping
dan (B) Tampak dari superior.11
Apabila sendok cetak yang tersedia tidak mampu menutupi seluruh bagian
dari rahang maka dapat dilakukan modifikasi sendok cetak dengan menggunakan
lilin (dental wax) hingga seluruh bagian terutama yang perlu untuk dicetak
tertutupi dan tidak lupa untuk dicek kembali di dalam mulut. 11 Kemudian
21
persiapkan alat yang akan digunakan dalam proses manipulasi material cetak
alginat yakni mangkuk karet yang digunakan untuk pengadukan, spatula alginat
dengan bahan plastik ataupun metal, bahan cetak alginat, dan sendok takar untuk
Gambar II-7. Alat yang dipersiapkan untuk proses pencetakan menggunakan alginat, (A)
Mangkuk karet dan spatula (B) Sendok takar (C) Sendok cetak (D) Bubuk dan air yang
telah ditakar.10
memerlukan suatu campuran adonan alginat yang baik, untuk itu perlu dilakukan
penakaran air serta bubuk yang baik. Takaran air dan bubuk yang sesuai
bergantung dengan rahang yang akan dicetak, apakah rahang atas atau rahang
bawah, dan bergantung dari merk dari alginat yang digunakan sehingga lebih
disarankan untuk penakaran mengikuti petunjuk dari pabri atau bila tersedia,
22
Suhu temperatur air yang digunakan sebaiknya sesuai dengan temperatur
dahulu beberapa kali dalam keadaan tertutup sebelum dibuka untuk digunakan.11
Kemudian tuang air yang telah ditakar ke dalam mangkuk karet, baru kemudian
terlebih dahulu, penetrasi dari air untuk mengalir ke bagian dasar dari mangkuk
akan tertahan oleh bubuk sehingga tidak semua bagian dari bubuk akan terkena air
sejak awal, hal tersebut menyebabkan waktu yang diperlukan untuk membuat
adonan yang homogen akan menjadi lebih lama dan juga lebih sulit.4
secara merata dengan menekan dinding mangkuk karet dan disarankan untuk
dilakukan dengan menekan dinding mangkuk dan juga melakukan rotasi pada
mangkuk.10
bergantung merk serta jenis alginat yang digunakan apakah alginat dengan waktu
set yang normal atau cepat. Pada umumnya, proses pengadukan alginat
hingga tercapai suatu adonan material cetak alginat yang homogen, halus, dan
berbentuk seperti krim yang bebas dari gelembung udara. Proses spatulasi atau
pengadukan yang kurang atau tidak baik akan menghasilkan adonan yang kasar
dan bergranula.11
23
Pada penempatan alginat ke dalam sendok cetak, usahakan jangan sampai
ada udara terjebak, semua bagian sendok terisi dengan baik, dan perforasi sendok
cetak terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat sendok dikeluarkan
dari mulut.6,8
Bahan cetak terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah
bentuk, sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi atau
jaringan akan menyebabkan cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu banyak
pada sendok cetak akan menyebabkan menyulitkan pengeluaran atau pada rahang
profilaksis, karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan
terpengaruh.8
dengan menggunakan spatula. Sendok cetak diisi bahan cetak dengan merata yang
dilakukan dengan mengisi dahulu dari bagian posterior yang kemudian diratakan
posterior dan dilakukan penakanan yang cukup agar tidak ada gelembung udara
24
Gambar II-8. Proses peletakan adonan alginat pada sendok cetak, sebelum dilakukan
pencetakan pastikan untuk diratakan terlebih dahulu. 10
dalam mulut pasien untuk dilakukan pencetakan. Sebaiknya bagian posterior dari
sendok cetak diletakkan dan ditekan terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan
1. Tekan salah satu sisi dari mulut (kiri atau kanan) terlebih dahulu
cetak
satunya yang bebas, tarik dengan lembut bibir pasien pada awal
25
pencetakan untuk memastikan adonan dapat mengalir dengan baik
ke daerah vestibulum
yang tegas
26
Gambar II-9. Gambaran hasil cetakan (A) Rahang atas dan (B) Rahang bawah. 10
penutupan tepi pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan
air yang mengalir dan pastikan tidak ada kelebihan air yang tersisa pada cetakan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan pada cetakan, bagian yang berlebih serta tidak
diperlukan dari cetakan dapat dipotong.11 Bila ada saliva berlendir dan tidak dapat
dibersihkan dengan air, cetakan dapat ditaburi bubuk atau adonan gips yang
sangat encer. Sesudah itu bersihkan dengan aliran air sampai semua lendir
terbawa.8
27
Langkah desinfeksi yang dianjurkan adalah dengan menggunakan bahan
pemutih rumah tangga seperti sodium hipoklorit yang dilarutkan dalam air dengan
perbandingan 1:10, iodofor, atau fenol sintetis. Desinfeksi dapat dilakukan dengan
menyemprotkan pada cetakan yang kemudian juga disemprotkan pada kertas tisu
untuk diletakkan pada cetakan. Setelah itu, cetakan dapat dibungkus di dalam
kantung plastik yang tertutup rapat selama 10 menit. Setelah 10 menit, bahan
cetak dapat dikeluarkan dari wadah plastik kemudian dibersihkan dengan air
mengalir dan dikocok untuk membuang kelebihan air yang masih terjebak.4
mengeras. Cetakan alginat harus segera diisi dengan dental gipsum sesegera
mungkin dan tidak lebih dari 30 menit atau bila tidak cetakan akan menjadi tidak
akurat dan perlu dilakukan pencetakan ulang karena dimensi yang tepat telah
hilang.16,17 Jika masih ada sisa air di permukaan cetakan atau cetakan terlalu lama
direndam di dalam cairan yang mengandung air selama lebih dari 10 menit, maka
jika cetakan dibiarkan kering di udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan
dalam udara lembab, bungkus dengan kain basah atau paling aman masukkan ke
dimasukkan ke dalam kantong plastik. Cetakan harus dicor dalam waktu 10 menit
setelah cetakan selesai. Selama cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya tidak
28
diletakkan bersandar pada kelebihan alginat yang mengalir ke luar di tepi
II.2.5.7. Pengecoran
Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai
dengan petunjuk pabriknya. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang
reaksi kimia pada model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini
dapat dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini
bahan gipsum, dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat.
Alginat masa kini biasanya tidak perlu lagi direndam dalam larutan seperti ini.8
Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh
lebih dari 30 menit. Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada
supporting jig atau sendok bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya
Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang
digunakan karena tiap jenis bahan membutuhkan perlakuan khusus. Untuk alginat,
segera setelah gipsum mengeras, kurang lebih 30-60 menit, model harus segera
dilepas dari cetakan sehingga permukaan model akan tetap halus. Bila cetakan
29
dibiarkan dan baru besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut dan keras,
terbawa oleh udara (berbentuk debu) yang termasuk bubuk alginat dapat
mikron, yang mana partikel ini memiliki ukuran yang mirip dengan asbestos dan
timbul pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh debu yang dihasilkan oleh
bubuk alginat, maka banyak pabrik mengembangkan produk alginat hingga pada
formulasi dimana bubuk alginat hanya dapat memberi sedikit atau bahkan bebas
dari debu. Hal ini dapat dicapai dengan melapisi material cetak alginat dengan
sebuah zat seperti gliserol yang dapat menyebabkan aglomerasi pada partikel
bubuk sehingga bubuk akan menjadi lebih padat dibandingkan dengan partikel
ini tersedia dalam bentukan dua jenis pasta di pasaran, yang dimanipulasi dengan
30
mencampurkan keduanya. Modifikasi yang dilakukan menyebabkan material
cetak alginat memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sobek jika
konvensional, alginat modifikasi ini juga memiliki suatu kekurangan dalam hal
stabilitas dimensi yang kurang baik. Material cetak ini seringkali dikenali sebagai
hibrida atau campuran antara alginat dengan elastomer silikon namun sifat dari
Alginat modifikasi ini tersedia dalam bentuk dua pasta dengan viskositas
setting dari alginat modifikasi ini hampir sama dengan alginat konvensional. Hasil
akhir dari cetakan menunjukkan detail yang lebih baik dibandingkan alginat
konvensional, serta ketahanan terhadap sobek yang lebih baik, namun tetap
dimensi yang buruk diakibatkan oleh proses yang sama seperti yang terjadi pada
Alginat modifikasi ini tersedia dalam bentukan cartridge yang terdiri atas
dua pasta dengan viskositas yang berbeda dimana satu bagian merupakan base
dan bagian lainnya merupakan catalyst. Salah satu contoh bentuk alginat
modifikasi ini di pasaran adalah produk dengan merk Silginat yang diproduksi
oleh Kettenbach. Manipulasi dari alginat modifikasi ini memerlukan adanya auto
mixer yang berbentuk gun dengan kapasitas cartridge 1:1 atau 2:1.
31
Gambar II-10. Produk alginat modifikasi (Anonim, 2008)
buka tutup dari cartridge dan ganti dengan mixing tip yang disediakan oleh pabrik
kemudian bahan dikeluarkan dengan dispensing gun langsung pada sendok cetak.
memiliki kelebihan tear strength yang lebih baik jika dibandingkan dengan
alginat konvensional.13
Alginat modifikasi ini juga merupakan salah satu pendekatan yang berbeda
dalam menghasilkan suatu sistem material cetak alginat dust-free yang umumnya
terdiri dari 2 sediaan yakni, pasta basis yang terdiri dari seluruh komposisi alginat
pada umumnya ditambah dengan partikel silika dan air sebanyak 70%, namun
tanpa kalsium sulfat. Sediaan yang kedua berupa katalis yang mengandung
kalsium sulfat, air sebanyak 60%, serta thickening agent. Walaupun mengalami
didapatkan bahwa model yang dihasilkan dari cetakan dengan material ini masih
lebih kurang akurat bila dibandingkan dengan model yang dihasilkan oleh
32
II.2.6.3. Alginat dengan Penambahan Indikator Kimia
Indikator kimia yang ditambahkan pada alginat dalam hal ini adalah suatu
indikator warna yang dapat memberikan tanda reaksi kimia yang sedang terjadi
pada adonan material cetak alginat. Seiring berjalannya waktu dalam proses
pengerasan material cetak alginat, terjadi suatu reaksi kimia yang dapat
indikator kimia yang ditambahkan untuk memberi suatu warna tertentu pada
adonan. Sebagai contoh, yakni adonan akan berwarna ungu selama spatulasi atau
pengadukan, dan ketika bahan sudah mulai homogen dan siap untuk dilakukan
pencetakan, warna dari adonan berubah menjadi merah muda, terakhir ketika
material cetak telah mengalami proses pengerasan yang sempurna, warna material
berubah menjadi putih. Penambahan zat ini tidak memberikan suatu efek terhadap
sifat dari alginat, hanya menjadi suatu media yang membantu operator bahwa
samping yakni perubahan dimensi. Terdapat beberapa merk material cetak alginat
33
a) Jel hidrofilik COE (dari GC Amerika) yang merupakan material cetak
namun sebagai manusia, suatu kesalahan sangat mungkin terjadi. Manipulasi yang
tepat dari material cetak alginat, seperti penggunaan rasio air dan bubuk dan
proses spatulasi atau pengadukan dapat berpengaruh terhadap sifat fisik dari
material cetak yang dihasilkan. Merupakan hal yang sangat penting untuk
34
mengikuti petunjuk manipulasi yang disediakan oleh pabrik seideal mungkin.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan akurasi dalam menakar
mesin atau alat bantu, karena telah terbukti bahwa penakaran yang dilakukan
secara manual oleh operator dapat terjadi perbedaan sekitar 10 – 20 % dari takaran
yang seharusnya.15
mesin pengaduk tersebut, telah terbukti dapat dengan mudah menghasilkan suatu
adonan yang homogen dan sedikit sekali gelembung udara yang terjebak di dalam
adonan. Sifat mengalir dari material cetak alginat menjadi lebih baik bila
dibandingkan dengan manipulasi manual, hal ini dapat dicapai dengan lebih
35
Dentsply. Sebelum proses pencampuran dilakukan, perlu disiapkan alat-alat yang
diperlukan selain dari alat automixing itu sendiri, yakni media takar, spatula,
mixing cup yang disediakan oleh pabrik penyedia mesin auto mixing. Pertama
dilakukan penakaran alginat dan air yang akan digunakan sesuai dengan anjuran
pabrik bergantung pada rahang yang akan dicetak yang diletakkan pada mixing
cup. Kemudian campurkan sedikit bubuk dan air didalam cup kemudian tutup dan
diinginkan dimana dari anjuran pabrik yang disarankan adalah 8 detik. Setelah
proses pencampuran selesai, ambil mixing cup dari mesin kemudian ambil
material cetak dari cup dan pindahkan pada sendok cetak yang akan digunakan.16
36
BAB III
PENUTUP
banyak digunakan dalam praktek kedokteran gigi. Hingga kini, material cetak
agar masih digunakan dalam proses duplikasi model, sedangkan material cetak
alginat masih dipergunakan secara luas dalam praktek kedokteran gigi karena
biaya operasional yang rendah, akurasi cetakan yang cukup baik, serta
manipulasinya yang mudah. Namun, material cetak alginat dan secara umum,
material cetak hidrokoloid memiliki suatu kelemahan yang cukup signifikan pada
stabilitas dimensi dari cetakan karena proses sineresis dan imbibisi yang dapat
terjadi pada material ini. Pemahaman yang baik mengenai sifat, manipulasi, serta
aplikasi dari material cetak hidrokoloid merupakan hal yang sangat penting bagi
prostodonsia.
37
DAFTAR PUSTAKA
3. Robert CG, John PM, John CW. Dental material: properties and
manipulation.8th. St.Louis:Mosby;2004
6. O’Brien W-J, editor. Dental materials and their selection 3 rd ed. Chicago:
Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002. p. 90, 96.
7. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi edisi ke-3. Alih
bahasa: Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1994, h. 70-1; 131-2.
8. Haryanto G. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II. Jakarta:
Hipokrates; 1991. h. 52; 63; 67; 70; 72-3; 75; 77.
9. McCabe, J.F, Walls,A.W. 2008. Applied Dental Material. 9th ed. London :
Blackwell.
10. Alla RK. Dental materials science. New Delhi: Jaypee; 2013.
11. Powers JM, Wataha JC. Dental materials foundations and applications. 11ed.
Missouri: Elsevier; 2017.
12. Nandini V-V, Venkatesh K-V, Nair K-C. Alginate impression : a practical
perspective. Journal of Conservative Dentistry Vol. 11 Issue 1; 2008.
13. Anonim. Direction for use : kettosil, silginat, silginat strawberry vynil
polisiloxane impression material for anatomic impression. Germany:
Kettenbach; 2008.
38
14. Craig RG. Review of Dental Impression Materials. Adv Dent Res 2(1):51-64;
1988.
16. Anonim. User manual turbomax alginate auto mixer. Florida, Dentsply
Raintree Essix; 2012.
17. Gunadi H-A, Burhan L-K, Suryatenggara F, Margo A, Setiabudi I. Buku ajar
ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Jakarta: Hippokrates; 1994.
39