Anda di halaman 1dari 6

DISKUSI KULIAH PROSTODONSIA II

INDIKASI, KONTRAINDIKASI, POLA DAN KONSTRUKSI


MAHKOTA JEMBATAN
Pembimbing : drg. Deddy Firman, MS.

I. Pertanyaan :

1. Mengapa jembatan fix-movable tidak diindikasikan untuk gigi anterior? dan

bagaimana pertimbangan pemilihan semen yang digunakan pada restorasi

jembatan adhesif?

2. Di slide hal 34 ada pernyataan kehilangan gigi 11, kontraindikasi untuk

dibuatkan jembatan cantilever, kenapa?

3. pada spring cantilever bridge, apakah ada desain khusus konektor bar nya?

agar hygienis dan mudah dbersihkan? Bahannya apakah sama dengan yang

dipakai pada RPD ?

4. Di halaman 43, ada disebutkan kehilangan empat insisif, premolar 1,

premolar2 dan molar 1. Trus desainnya jembatan 13 unit, pembuatan long

bridge maksimal berapa unit? Ditopang oleh 6 gigi abutment cukupkah?

5. Apakah pada adhesif brigde dapat menggunakan emax ataupun zirconia?

6. Spring cantilever mengapa tidak digunakan pada penyangga yg diastema

padahal retainer pada penyangga bisa menggunakan full crown yang akan

menutup diastema?

1
7. Apakah M3 selalu kontra indikasi untuk dijadikan abutment bridge? Apabila

M3 mahkota dan akarnya panjang dan tidak malposisi apakah boleh dijadikan

penyangga bridge?

8. Ingat prinsip pola-pola disain pembuatan jembatan? Pertanyaan yang

berhubungan dengan ini adalah, berapa gigi anterior hilang maksimal yang

bisa dibuat jembatan?

9. Untuk regio posterior, berapa maksimal gigi hilang bisa dibuat jembatan?

10. Apakah yang dimaksud dengan jembatan panjang, jembatan pendek dan

jembatan ideal?

11. Dalam preparasi jembatan yang terpenting adalah preparasi yang sejajar.

Apabila dalam suatu kondisi preparasi tidak bisa dibuat sejajar, apa yang

harus dilakukan? Catatan : pasien menginginkan dibuatkan fixed-fixed bridge.

II. Jawaban :

1. Pada gigi anterior, dinding email dan dentin lebih tipis dibanding gigi

posterior. disamping itu, lebar ruang pulpa juga menjadi pertimbangan.

karena untuk fix movable, pada bagian movable nya perlu dibuat preparasi

untuk kaitan presisi movable nya. bentuk akar dari gigi anterior yang

penampangnya membulat konus kurang baik bila dijadikan abutment. Untuk

semennya dipilih yang tidak larut di mulut, contohnya resin luting

2. Bila gigi 11 bila dibuat cantilever, maka akan memungkinkan ada gerakan

rotasi gigi abutment nya, serta adanya beban oklusi dan akar yg berbentuk

2
konus, kurang baik untuk retensi. Dan dsini ada pertimbangan estetik, bila

dibuat jembatan cantilever. Sehingga akhirnya, pertimbangannya menjadi

jembatan 3 unit rigid/fixed bridge, yaitu preparasi sandaran bisa dibuat agar

balance. Juga pertimbangan hukum Ante, bila yang hilang gigi 11.

3. Menurut Smith and Howe (2017) disebutkan bahwa desain armnya tipis dan

sesuai dengan kontur palatum. tapi tidak terlalu tipis agar tetap lenting tapi

tidak mudah patah. Bentuknya seperti konektor mayor pada RPD, tapi spring

ini dibuat cekat pada pontik dan retainer gigi abutment. Desain ini

dikhususkan untuk gigi I sentral RA dimana estetis menjadi pertimbangan

dan gigi sebelahnya tidak memenuhi syarat untuk menjadi abutment. Desain

ini sudah jarang dipakai karena mungkin dari higienisnya kurang. Bahan yang

dipakai aloy metal. Co-Cr, seperti pada RPD.

4. Long bridge bisa digunakan dengan catatan pada daerah lengkung arch,

dibuatkan movable atau cantilever, sehingga dapat mengurangi kemungkinan

rotasi. Luas dan panjang bridge ditentukan hukum Ante.

5. Emax dan zirconia yang baru, selama memenuhi syarat semen adesif, maka

boleh digunakan.

6. Gigi yang tidak memiliki kontak proksimal atau diastema kontraindikasi

untuk dijadikan abutment pada spring cantilever, karena tidak ada dukungan

dari gigi sebelahnya. Daya kunyah yang didistribusikan melalui lengan atau

spring dan direduksi oleh jaringan lunak palatum, masih mempunyai daya

ungkit yang bisa melepaskan retainer maupun pontik. Diastema ini tidak

dapat dibantu dengan dibuatkan full crown karena akan membuat crown

3
menjadi terlalu tebal. Estetik kurang baik dan tidak mendukung distribusi

daya.

7. M3 bisa dijadikan gigi penyangga apabila memenuhi semua persyaratan.

Namun ini jarang digunakan karena tingkat kesulitan yang tinggi dalam

pengerjaan preparasi maupun sementasinya

8. Dengan mempertimbangkan faktor dalam prinsip desain preparasi crown,

yaitu : Material, Function, Appearance, Adjacent teeth, Periodontal tissues,

Pulp dan Retention of the crown to the tooth (Smith and Howe, 2007).

Maksimal gigi anterior 4 gigi, yaitu gigi 12,11,21 dan 22 dengan desain

bridge fullcrown fixed-fixed bridge, dengan gigi abutment gigi 14 dan 13

displinting serta gigi 23 dan 24 juga displinting. Pontik posterior harus

diperkecil menjadi 2/3 ukuran gigi asli untuk mengurangi tekanan (syarat

dasar pontik).

Dengan semua aspek teori dan kemungkinan dikeluarkan, misal pembuangan

jaringan/reduksi gigi yang terlalu banyak?masalah kesejajaran preparasi yg

sulit ?

Dengan tetap mempertimbangan kondisi gigi abutment, harus sesuai dengan

syarat gigi penyangga, misalnya inklinasi gigi dan reduksi gigi

mempertimbangkan kemungkinan besar kamar pulpa, kesehatan jaringan

periodontal, mungkin faktor usia.

Kemungkinan lain dibuatkan bridge 7 unit dengan splint pada satu sisi yang

dianggap memungkinkan path of insertion.

4
Dengan memperhatikan kesehatan gigi, tinggi oklusi, dan lengkung rahang

dan posisi gigi juga, dan yang utama dalam preparasi jembatan adalah

membuat preparasi yg sejajar.

Jadi, tidak harus 8 unit, kecuali calon gigi-gigi abutment karies luas. Bila

gigi-gigi abutment sehat (karies minimal), ideal dan memudahkan POI bisa

buat 7 unit, yaitu splint di 1 sisi.

9. Kehilangan 3 gigi posterior bisa dibuat jembatan apabila kehilangan gigi

tersebut tidak berderetan dan adanya intermediate abutment (pier). Syarat

pontik dan hukum Ante, sudah selalu harus dipenuhi,

10. Jembatan ideal : terdiri 3 unit, yaitu : 1 pontik dengan 2 retainer pada gigi

abutment di sebelah kanan dan kirinya

Long bridge : untuk jembatan yang lebih dari 3 unit.

Jembatan pendek : terdiri 2 unit, yaitu 1 pontik dan 1 retainer

Cantilever belum tentu jembatan pendek, karena bias displinting ke gigi

terdekat untuk menambah dukungan.

11. Yang inklinasinya miring di endo di buat pasak yg sejajar dgn gigi penyangga

yg lain. tapi bila kemiringannya terlalu ekstreem, biasanya malah menjadi

gigi goyang, kontraindikasi untuk bridge.

Mahkota ¾, pin ledge. Ada kiat2 pendekatan utk kasus fixed-fixed baru yang

bisa jadi alternatif. Bila tdk bisa dibuat preparasi dgn kesejajaran ideal, kita

bisa melakukan pendekatann kesejajaran rata2 (average paralel), dengan

catatan gigi tdk miring ekstrem, preparasi mahkota sebagian sehingga POI

mudah tercapai, perawatan endodontik kl pasien setuju, ortodontik perlu

5
waktu yg lama .Adhesif bridge dengan preparasi minimal : alternatif solusi

terakhir.

Anda mungkin juga menyukai