Anda di halaman 1dari 20

Tugas Makalah Dental Material

BAHAN CETAK REVERSIBLE HIDROKOLOID

Pembimbing:
Drg. Zulia Hasratiningsih, MSDC

Disusun oleh :
Kaleb A. Young (160221190008)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


DEPARTEMEN ILMU PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
A. Hidrokoloid

Material hidrokoloid yang banyak digunakan pada praktek kedokteran gigi tersedia dalam

dua bentukan, yakni sol (suatu bentukan yang memiliki karakteristik viskositas yang lebih tinggi

atau lebih rendah dibandingkan cairan) dan gel (suatu bentukan padat yang elastis). Bahan cetak

hidrokoloid merupakan bahan cetak yang terdiri dari bahan dasar hidrokoloid, yakni suatu

supensi koloid dari polisakarida yang tercampur di dalam air. Material cetak pada awal

dimasukkan ke mulut berbentuk sol yang kemudian berubah menjadi gel melalui suatu proses

antara kimiawi atau thermal.3

Bahan koloid merupakan suatu substansi yang terdiri atas dua fase (heterogen) yakni fase

terdispersi dan fase dispersi. Fase terdispersi atau dispersed phase ialah substansi yang

terdistribusi sebagai bentukan partikel koloid, sedangkan fase dispersi atau dispersion phase

ialah substansi yang menjadi media dimana partikel koloid terdistribusi atau tersebar. Bila fase

dispersi dari suatu koloid adalah air, maka substansi tersebut dinamakan hidrokoloid.1

Selama proses pencetakan, material cetak hidrokoloid yang pada mulanya berbentuk

flowable akan mengalami perubahan selama setting menjadi suatu bentukan yang solid.

Perubahan yang terjadi ini biasa disebut dengan transformasi sol-jel atau sol-gel transformation.

Sol merupakan dispersi koloid dari partikel yang sangat kecil pada suatu media yang cair,

sedangkan gel merupakan suspensi yang padat tapi elastis. Ketika material hidrokoloid

mengandung konsentrasi fase terdispersi yang cukup, maka substansi yang mulanya berbentuk

sol pada kondisi tertentu akan berubah menjadi gel.1

Pada bentukan gel, fase terdispersi akan membentuk suatu aglomerasi dalam bentukan

seperti rantai atau fibril, yang disebut dengan misel atau micelles. Benang-benang fibril

kemudian akan bercabang dan saling berikatan membentuk brush-heap structure atau struktur
tumpukan sikat, yang dapat dibayangkan seperti tumpukan ranting atau dahan. Media dispersi

akan tertahan diantara ikatan benang-benang diantara fibril dengan adhesi kapiler. 1 Setelah

terbentuk ikatan itulah bentukan dari material cetak akan berubah menyerupai jeli dan kemudian

benar-benar menjadi bentukan gel.3

Gambar 1 Ilustrasi rantai polisakarida material hidrokoloid (a) Rantai yang tidak beraturan pada

bentukan sol, dan (b) Rantai yang beraturan pada bentukan jel.2

Terdapat dua jenis material cetak hidrokoloid secara umum, yakni material cetak

hidrokoloid yang bersifat reversibel yakni contohnya agar dan juga material cetak hidrokoloid

yang bersifat irreversibel yakni contohnya alginat. Perbedaan dari mekanisme gelasi keduanya

adalah pada agar, benang-benang fibril akan berikatan dengan bantuan gaya sekunder, seperti

ikatan van der waals sedangkan pada alginat benang-benang fibril akan berikatan dengan ikatan

valensi primer, yakni ikatan kovalen.3

Hidrokoloid Reversibel (Agar)

Bila sebuah koloid dapat berubah bentuk dari bentukan sol menjadi bentukan jel dan

dapat kembali lagi menjadi bentukan sol, maka material koloid tersebut dapat disebut material

hidrokoloid reversibel. Proses ini dapat diulangi beberapa kali dimana perubahan bentukan dapat

dilakukan dengan perubahan temperatur. Material hidrokoloid yang digunakan sebagai material
cetak dalam praktek kedokteran gigi adalah agar.3 Penggunaan material cetak agar telah

digantikan oleh material cetak elastomer walaupun masih tetap sedikit digunakan dalam

pencetakan jaringan rongga mulut yang tidak terdapat gerong atau undercut yang dalam.

Dulu, penggunaannya seringkali dilakukan dalam pencetakan geligi tiruan cekat karena

akurasinya yang cukup tinggi.4

A. Packaging

Menurut Alla, RK (2013), agar tersedia dalam dua bentukan umum, yakni:

1. Material tray

Agar yang tersedia dalam bentuk jel dalam kemasan berbahan dasar plastik atau metal

dalam bentuk tube seperti kemasan pasta gigi.

2. Syringe

Agar yang tersedia dalam bentuk jel dalam silinder kecil dengan ukuran yang sesuai

dengan kemasan syringe. Agar yang tersedia dalam bentukan ini memiliki sifat yang

lebih cair dibandingkan dengan bentuk tray.


Gambar 2 Contoh sediaan agar yang tersedia di pasaran (A) dan (B) Sediaan tube, (C) Sediaan

syringe

B. Komposisi

Agar adalah kompleks polisakarida yang diambil dari rumput laut. Umumnya terdapat

sedikit boraks dan potassium sulfat untuk menambah kekuatan kepada gel. Sayangnya boraks

memperlambat reaksi pengerasan dari model gypsum. Keberadaan potassium sulfat

mengimbangi efek dari boraks karena mempercepat reaksi pengerasan dari gypsum. Filler lain

seperti diatomaceous wax, clay, silika, wax, rubber, dan beberapa innert powder digunakan

untuk mengontrol kekuatan, viskositas, dan rigiditas. Thymol ditambahkan sebagai agen

antibakteria, dan glycerin sebagai plasticizer.1

No Prosentase
Zat Kandungan Fungsi
. (%)

Bahan aktif utama yang menjadi fase

terdispersi atau bahan yang terlarut dari


1 Agar 13 – 17 %
sol dan berperan dalam pembentukan

struktur benang-benang fibril

2 Boraks Bahan tambahan yang berperan 0,2 – 0,5 %

dalam meningkatkan viskositas dari sol

dan kekuatan dari jel. Memiliki efek

samping sebagai gypsum retarder yang


dapat memperpanjang waktu set dari

gipsum yang digunakan dalam

pengecoran

Gypsum hardener yang berfungsi

mengkompensasi efek samping dari


3 Potasium Sulfat 1–2%
boraks dan agar yang menghambat

waktu set dari gipsum

Bahan pengawet yang berfungsi

4 Alkil benzoat mencegah pertumbuhan jamur pada 0,1 %

material cetak selama penyimpanan

Bahan Diatom Bahan pengisi (filler) yang memberi

5 (clay, silika, lilin / kontrol pada viskositas, kepadatan, dan 0,3 – 0,5 %

wax) kekuatan dari material cetak

Konstituen utama material cetak

yang berfungsi dalam media dari fase

6 Air sol dan jel. Jumlah kandungan 85,5 %

mempengaruhi sifat flow dan sifat fisik

dari material cetak

Bakterisida yang berfungsi mencegah


Bergantung
7 Timol pertumbuhan bakteri pada material
pabrik
cetak

8 Gliserin Plasticizer Bergantung


pabrik

Bahan tambahan yang memberikan


Agen pewarna dan Bergantung
9 tampilan warna serta rasa dari material
perasa pabrik
cetak

C. Reaksi Likuifikasi dan Gelasi

Perubahan fisik dari agar terjadi karena penurunan temperatur. Gel akan mencair/likuifikasi

menjadi sol ketika temperatur dinaikan, yang disebut liquefaction temperature (700C-1000C).

Ketika Sol didinginkan, akan berubah menjadi gel pada temperatur gelasi (sekitar 370C-500C).

Temperatur gelasi ini menjadi penting untuk untuk pencetakan, bila terlalu panas akan

mengiritasi jaringan namun apabila terlalu dingin gel tidak akan terbentuk. 1

D. Tipe

Menurut ISO 1564, standard for dental aqueos imoression materials based on agar,

reversible hidrokoloid dibagi menjadi2 :

Tipe 1 : Konsistensi tinggi

Tipe 2 : Konsistensi medium

Tipe 3 : Konsistensi rendah

Tipe 1 dapat digunakan untuk mencetak lingkung rahang parsial atau penuh dengan atau

tanpa dicampur tipe 2 dan 3. Ketika penggunaan digabungkan, tipe 1 akan diaplikasikan pada

sendok cetak sementara tipe 2 dan 3 melalui syringe langsung ke gigi. Tipe 2 merupakan
material multi-purposed, dapat digunakan dengan sendok cetak maupun syringe, sedangakan tipe

3 khsus digunakan dengan syringe dan dikombinasikan dengan tipe 1 dan 2.2

Untuk Tear resistance (ketahanan terhadap sobekan), pada tipe 1 dan 2 harus memiliki

minimal 0,75 N/mm dan 0,5 N/mm untuk tipe 3.1

E. Sifat-sifat Bahan Cetak Hidrokoloid

1. Sifat Biologis

Material cetak agar merupakan material yang bersifat non-toksik dan non-iritan

pada jaringan lunak rongga mulut sehingga material ini dapat digunakan dengan aman

pada praktek kedokteran gigi.3

2. Waktu dan Temperatur Gelasi

Waktu gelasi yang diperlukan bagi suatu material cetak agar pada umumnya adalah 5

menit, dan hal ini juga sangat bergantung pada temperatur. Temperatur gelasi tidak boleh

terlalu tinggi karena dapat melukai jaringan lunak rongga mulut dan juga tidak boleh

terlalu rendah karena akan terlalu sulit mencapainya demi proses gelasi. Maka dari itu,

ADA menspesifikasikan bahwa temperatur gelasi dari material cetak agar harus tidak

kurang dari 32 °C dan harus tidak lebih dari 45 °C.3

3. Kekuatan (Strength)
Mengacu pada spesifikasi American Dental Association (ADA) nomor 11, kekuatan dari

bentuk jel material cetak harus tidak lebih kecil dari 0,245 MPa. Kekuatan dari material

cetak agar bergantung pada konsentrasi dari agar yang menjadi bahan aktif utama dan

kandungan bahan diatom sebagai bahan pengisi. Semakin besar konsentrasi agar dan

bahan pengisi, maka akan semakin tinggi kekuatannya, dan begitupun sebaliknya.3

4. Kekuatan Tahanan terhadap Sobek (Tear Strength)

Material cetak agar memiliki sifat tear strength sekitar 715 g/cm yang mana sangat

rendah bila dibandingkan material cetak elastomer. Guna meminimalisir kerusakan

material cetak yang terjadi karena sobek, maka sebaiknya material cetak yang digunakan

pada saat proses pencetakan memiliki ketebalan yang berkisar antara 3 hingga 5 mm serta

pada saat pelepasan cetakan dari mulut pasien sebaiknya dilakukan dengan cepat.3

Material cetak agar memiliki sifat mekanis yang mudah sobek hanya dengan sedikit stres

yang terjadi pada material cetak sehingga pencetakan pada bagian interproksimal dan sub

gingiva menjadi daerah yang sulit didapatkan secara detail dengan material cetak agar.2

5. Fleksibilitas

Mengacu pada spesifikasi dari American Dental Association (ADA), fleksibilitas dari

material cetak agar harus berkisar di antara 4 – 15 %. Hal ini diperlukan dalam pelepasan

bahan cetak yang mudah dari daerah gerong atau undercut.3

6. Pemulihan Elastik (Elastic Recovery)


Material cetak agar diklasifikan sebagai bahan yang elastis namun material ini tidak

elastis secara sempurna. Material cetak agar mengalami deformasi dalam jumlah yang

sedikit, namun bersifat permanen bergantung pada sifat viskoelastis yang dimilikinya.

Pada material ini, deformasi permanen dinilai dari prosentase deformasi yang terjadi pada

sampel berbentuk silindris setelah menerima beban kompresi 10 % selama 30 detik dan.

Mengacu pada spesifikasi dari American Dental Association (ADA) nomor 11, material

cetak agar harus memiliki sifat deformasi permanen dari material cetak agar

kurang dari 1,5 % (atau sifat pemulihan elastik 98,5 %).3

Pemulihan elastik dapat meningkat dan deformasi permanen dapat berkurang bila

material cetak dilepaskan dalam satu gerakan pelepasan cetakan yang cepat sehingga

memastikan bahwa material cetak hanya menerima beban kompresi dalam waktu yang

singkat. Maka dari itu, teknik manipulasi yang tepat dari material cetak agar dapat

meningkatkan sifat viskoelastis dan pemulihan elastik dari material itu sendiri.2

7. Stabilitas dimensi

Ketika hidrokolid dilepas dari dalam mulut ke suhu ruangan, pengerutan/shrinkage

yang diasosiasikan dengan sineresis dan evaporasi dapat terjadi. Sebaliknya bila

dimasukan ke dalam air, pembesaran karena imbibisi dapat terjadi.

Untuk bahan cetak hidrokoloid, media penyimpanan yang baik bila cetakan tidak bisa di

cor segera adalah wadah penyimpanan dengan 100% humidity atau larutan 2%

potassium sulfat.1
8. Sifat lain reversible hidrokoloid

Tabel 1. Sifat Mekanis yang Penting Diketahui Untuk Bahan Cetak Hidrokolid2

*keterangan : Agar dalam tabel merupakan nagar tipe 1&2

Pada bentuk sol, agar cukup fluid untuk mencetak detail jaringannlunak dan keras dari

rongga mulut. Detail reproduksi agar mencapai 0,02mm dibanding alginat yang hanya

0,05mm. Dalam bentuk gel, agar cukup flexible untuk lewati daerah gerong, strain in

compression nya antara 4-15%, angka ini cukup baik untuk melewati daerah gerong,

namun tidak cukup baik untuk menahan dekompresi dari gipsum. Untuk recovery from

deformation, agar menunjukan angka minimal 96,5% dibanding alginat yang hanya

minimal 95%. Agar dan alginat mempunyai sifat mekanis yang sangat buruk (tear

strength buruk), dan akan robek pada gaya yang kecil, sehingga sulit untuk mencetak

daerah interproksimal dan subgingival.2

F. Manipulasi

Pada awalnya, diperlukan suatu persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses

pencetakan. Sendok cetak yang digunakan dalam pencetakan dengan menggunakan sendok

cetak yang berlubang yang dapat memberikan retensi mekanis antara material cetak dengan

sendok cetak. Sebaiknya, sendok cetak didinginkan terlebih dahulu agar memudahkan proses

gelasi dari material cetak agar. Menurut Alla, RK (2013), proses manipulasi dari material
cetak agar memerlukan suatu alat khusus yang terdiri dari 3 kompartemen berbeda berisikan

air dengan temperatur yang terkontrol dalam suatu kondisi tertentu, yakni sebagai berikut:

1. Kompartemen pencairan material cetak (liquefaction)

Kompartemen yang berisikan cairan kondisioner bagi material cetak agar dengan suhu

100 °C

2. Kompartemen penyimpanan

Kompartemen yang berisikan cairan kondisioner bagi material cetak agar dengan suhu 65

°C

3. Kompartemen pengkondisian (conditioning)

Kompartemen yang berisikan cairan kondisioner bagi material cetak agar dengan suhu 45

°C

Gambar 3. Kompartemen khusus dalam manipulasi material cetak agar

(McCabe, JF & Walls, AWG, 2008)

Menurut Alla, RK (2013), tahapan yang diperlukan dalam manipulasi material cetak agar

adalah sebagai berikut:

1. Proses pencairan gel (merubah jel menjadi sol)


Syringe dan tube material cetak agar diletakkan dalam kompartemen pertama yang

memiliki suhu 100 °C selama 10 menit. Pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk

material cetak agar dari bentukan jel menjadi bentuk sol. Proses pemanasan material agar

yang tidak cukup baik dapat mengakibatkan terbentuknya suatu massa kaku yang

berbentuk granula yang membuat detail dari cetakan menjadi kurang baik. Bila material

agar yang ingin dicairkan adalah material yang sebelumnya telah digunakan, maka perlu

ditambahkan waktu selama 3 menit untuk setiap kali pengulangan dalam penggunaan.

2. Proses penyimpanan sol

Setelah material agar berubah menjadi bentuk sol, letakkan material agar yang masih

berada dalam kemasan ke dalam kompartemen yang kedua dimana memiliki suhu yang

terjaga di antara 63 – 66 °C. Material agar yang belum akan digunakan dapat diletakkan

di dalam kompartemen kedua ini selama beberapa jam. Suhu yang lebih rendah daripada

seharusnya dapat menyebabkan proses gelasi yang terjadi lebih dulu dan mengurangi

akurasi dalam hasil akhir cetakan.

3. Proses pengkondisian (conditioning)

Ketika akan digunakan, material agar diletakkan pada sendok cetak atau media cetak

lainnya dan diletakkan pada kompartemen ketiga yang berisikan cairan kondisioner

material cetak agar dengan suhu yang terjaga di antara 43 – 45 °C selama 5 hingga 10

menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan viskositas material agar sehingga

material tidak akan mengalir jatuh dari cetakan serta menurunkan suhu agar

meningkatkan kenyamanan pasien selama pencetakan.


Gambar 4 Komponen yang diperlukan dalam proses manipulasi material cetak agar, (A)

Kompartemen kondisioner, (B) Sendok cetak, (C) Bagian dari sendok cetak.3

4. Proses pencetakan

Guna mendapatkan suatu detil cetakan yang baik, gigi yang telah dipreparasi dan akan

menjadi suatu bagian utama dalam pencetakan diinjeksikan material agar dari syringe

terlebih dahulu. Kemudian sendok cetak yang telah terisi material cetak dapat

diinsersikan ke dalam mulut pasien. Sebelum melakukan pencetakan, sebaiknya setelah

sendok cetak yang telah terisi material cetak dikeluarkan dari kompartemen ketiga,

dikeringkan dahulu dengan menggunakan spons kering. Apabila tidak dikeringkan maka

material cetak agar pada sendok cetak dan yang diinjeksikan langsung ke dalam mulut

sebelumnya tidak akan dapat menyatu dengan sempurna. Kemudian lakukan pencetakan

dengan tekanan pasif.

5. Proses gelasi

Proses gelasi dapat dicapai dengan mensirkulasikan air dingin dengan temperatur yang

berkisar antara 18 – 23 °C melewati sendok cetak selama tidak kurang dari 5 menit.

Bagian yang paling dingin akan mengalami gelasi lebih cepat dibandingkan bagian
lainnya, maka material yang berkontak dengan sendok cetak akan mengalami gelasi

terlebih dahulu.

6. Proses pelepasan cetakan

Setelah proses gelasi, cetakan dapat dilepaskan dengan cepat dari mulut dengan suatu

gerakan yang seperti hentakan dengan arah paralel dari sumbu gigi. Cetakan yang dibuat

dengan material cetak agar memberikan suatu akurasi detail yang tinggi.

Gambar 5 Gambaran hasil akhir cetakan dengan menggunakan material agar.3

7. Pembersihan cetakan dan pengecoran

Cetakan kemudian dibilas dengan menggunakan air dan pastikan kelebihan air dibuang

dengan cara menggoyangkan cetakan. Disinfectant tidak boleh menggunakan

glutaraldehid 2%.7 Pengecoran sebaiknya dilakukan sesaat setelah pencetakan selesai

dilakukan. Bahan cetak ini mengandung boraks yang dapat menghambat setting dari

gypsum. Hal ini dapat diatasi dengan perendaman cetakan bahan ini dengan cairan

gypsum accelerator atau dengan penggunaan gypsum surface hardener.6


G. Aplikasi

1. Teknik Wet-Field

Pada teknik ini awalnya dilakukan pembasahan pada permukaan jaringan lunak

dan gigi dengan menggunakan air hangat. Kemudian material agar dari syringe

terlebih dahulu diinjeksikan dengan cepat menutupi bagian oklusal dan insisal gigi.

Terakhir, material agar dari tray yang telah diletakkan pada sendok cetak diletakkan ke

gigi yang telah diberi material cetak sebelumnya. Proses gelasi dipercepat dengan

memberikan air dingin (kira-kira 180C-210C) ke sendok cetak selama 3-5 menit.

Tekanan hidrolik dari material agar dengan viskositas lebih tinggi akan mendorong

material agar dengan viskositas rendah untuk masuk ke dalam daerah yang perlu dicetak.3

Reversibel hidrokoloid mempunyai akurasi yang tinggi /dibandingkan dengan bahan

cetak lain. Bahan cetak agar dapat digunakan untuk mencetak model kerja gigi tiruan

cekat dan juga dapat digunakan untuk menduplikasi model gigi tiruan kerangka logam.1,2

Setelah mengeluarkan cetakan, hasil cetakan harus dicuci di bawah air mengalir untuk

menghilangkan debris dan kemudian ditutup dengan kain kasa lembab. Model harus

segera dicor paling lambat 30 menit setelah pencetakan.2

Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada laju regangan. Jadi, ketahanan terhadap

sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan tiba-tiba. Jika cetakan

dilepas perlahan-lahan, kerusakan agar cenderung akan terjadi.


Setelah mengeluarkan cetakan, hasil cetakan harus dicuci di bawah air mengalir untuk

menghilangkan debris dan kemudian ditutup dengan kain kasa lembab. Model harus

segera dicor paling lambat 30 menit setelah pencetakan.2

2. Teknik Laminate

Pada teknik ini dilakukan pencetakan gigi dengan kombinasi material cetak agar

dan alginat. Material cetak agar diinjeksikan terlebih dahulu pada gigi yang telah

dipreparasi dan kemudian material cetak alginat yang telah diletakkan pada sendok cetak

digunakan. Pada teknik ini, material cetak alginat akan mengalami pengerasan dengan

reaksi kimia sedangkan agar akan mengalami pengerasan dengan kontak pada alginat

yang lebih dingin.3

Material cetak agar yang digunakan pada teknik ini adalah material agar syringe

dan tetap melalui tahapan pengkondisian terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Material

cetak alginat dimanipulasi dengan 10% air yang lebih banyak dibanding biasanya untuk

memberikan suatu temperatur yang lebih dingin, namun hal tersebut tidak disarankan.

Hal yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan air yang memiliki temperatur lebih

rendah dalam manipulasi material cetak alginat. Cetakan kemudian dapat dilepaskan

kurang lebih dalam waktu 4 menit.3

Keuntungan yang didapatkan dari teknik ini adalah tidak perlu penggunaan

sendok cetak rimlock, hasil cetakan yang detail, serta biaya peralatan yang lebih rendah

karena hanya material cetak agar dalam bentuk syringe saja yang perlu dilakukan

pengkondisian.3 Selain itu, melalui studi didapatkan bahwa reproduction rate dari
cetakan yang didapatkan teknik kombinasi ini pada dental stone adalah sebesar 10 µm

dan dapat disandingkan dengan material cetak polisulfida dan silikon di dalam hal ini.4

Kekurangan yang di dapatkan dari teknik ini adalah stabilitas dimensi yang

kurang baik yang menjadi karakteristik utama material cetak hidrokoloid. Selanjutnya,

kedua material ini berikatan dengan suatu ikatan kohesi, yang mana kadang ketika tidak

berikatan dengan baik akan mudah terlepas.3 Teknik kombinasi ini juga memiliki

kekurangan bila dilakukan dalam pencetakan dimana banyak gigi penyangga yang

tersisa, dimana melalui studi didapatkan pada kondisi tersebut, pencetakan dengan alginat

konvensional terbukti memiliki akurasi yang lebih baik.

3. Duplikasi

Duplikasi merupakan teknik yang dilakukan untuk menghasilkan suatu replika

model yang akurat. Model duplikasi dibuat dengan menggunakan material refraktori yang

tahan panas. Teknik ini digunakan ketika model kerja terbuat dari gipsum yang tidak

tahan panas sedangkan proses casting memerlukan bahan tahan panas, dan sebagai model

kontrol dalam evaluasi.3

Material ini digunakan secara umum untuk menduplikasi laboratoris, karena dapat

digunakan berulang-ulang. Tekniknya dengan cara memposisikan model yang akan

diduplikasi pada glass slab, yang dikelilingi oleh kuvet duplikasi yang terbuat dari metal.

Material agar duplikasi biasanya lebih encer daripada bahan untuk mencetak mulut.

Sebelum digunakan pada suhu 500C material dimasukan melalui lubang pada kuvet

hingga penuh dan berlebih keluar dari lubang lainnya, material lebih bagus dialirkan pada

suhu sedingin mungkin yang masih mempertahankan kondisi sol, untuk meminimalisir
kontraksi pada saat gelasi. bahan agar harus dikeluarkan dengan cepat untuk mencegah

distorsi 2

Kuvet kemudian direndam dengan air mengalir dengan temperatur ruang dimana bagian

yang terendam hanya basisnya saja agar adonan koloid mengeras dan tertarik ke arah

model. Bila kuvet direndam sepenuhnya, maka material cetak agar akan tertarik ke arah

dinding kuvet sehingga dapat terjadi distorsi. Waktu pengerasan yang diperlukan untuk

kuvet kecil adalah 30 menit sedangkan pada kuvet besar sekitar 45 menit.6

Setelahnya, basis dilepas dari kuvet, dan model kerja dikeluarkan dengan bantuan

dua buah pisau gips. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan sisi kuvet sebagai

fulkrum kemudian model diangkat. Model sebaiknya tidak dilepas satu sisi ke arah lain

supaya cetakan tidak menjadi cacat. Bila kondisi dari cetakan duplikasi telah baik, maka

sebaiknya segera dilakukan pengisian


Daftar Pustaka

1. Anusavice, J.K, Skinner,E.W, Phillips,R.W. 2013. Philip’s science of dental material. 12 th

ed. Philadelphia: W.B. Saunders

2. McCabe, J.F, Walls,A.W. 2008. Applied dental material. 9th ed. London: Blackwell

3. Alla, RK. 2013. Dental Materials Science. New Delhi: Jaypee

4. O’Brien, WJ. 2002. Dental Materials and Their Selection Third Edition. Illinois:

Quintessence

5. Gunadi, HA, Burhan, LK, Suryatenggara, F, Margo, A, Setiabudi, I. 1994. Buku Ajar Ilmu

Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta: Hippokrates

6. Merchant V, Radcliffe R, Pamella S, et all. Dimensional Stability of Reversible Hydrocolloid

Impression Immersed in Selected Disinfectant Solutions. JADA. 1989

7. Madhavan S, DR. A Review on Hydrocolloids Agar and Alginate. JPSR. 2015

Anda mungkin juga menyukai