Pembimbing:
Drg. Zulia Hasratiningsih, MSDC
Disusun oleh :
Kaleb A. Young (160221190008)
2020
A. Hidrokoloid
Material hidrokoloid yang banyak digunakan pada praktek kedokteran gigi tersedia dalam
dua bentukan, yakni sol (suatu bentukan yang memiliki karakteristik viskositas yang lebih tinggi
atau lebih rendah dibandingkan cairan) dan gel (suatu bentukan padat yang elastis). Bahan cetak
hidrokoloid merupakan bahan cetak yang terdiri dari bahan dasar hidrokoloid, yakni suatu
supensi koloid dari polisakarida yang tercampur di dalam air. Material cetak pada awal
dimasukkan ke mulut berbentuk sol yang kemudian berubah menjadi gel melalui suatu proses
Bahan koloid merupakan suatu substansi yang terdiri atas dua fase (heterogen) yakni fase
terdispersi dan fase dispersi. Fase terdispersi atau dispersed phase ialah substansi yang
terdistribusi sebagai bentukan partikel koloid, sedangkan fase dispersi atau dispersion phase
ialah substansi yang menjadi media dimana partikel koloid terdistribusi atau tersebar. Bila fase
dispersi dari suatu koloid adalah air, maka substansi tersebut dinamakan hidrokoloid.1
Selama proses pencetakan, material cetak hidrokoloid yang pada mulanya berbentuk
flowable akan mengalami perubahan selama setting menjadi suatu bentukan yang solid.
Perubahan yang terjadi ini biasa disebut dengan transformasi sol-jel atau sol-gel transformation.
Sol merupakan dispersi koloid dari partikel yang sangat kecil pada suatu media yang cair,
sedangkan gel merupakan suspensi yang padat tapi elastis. Ketika material hidrokoloid
mengandung konsentrasi fase terdispersi yang cukup, maka substansi yang mulanya berbentuk
Pada bentukan gel, fase terdispersi akan membentuk suatu aglomerasi dalam bentukan
seperti rantai atau fibril, yang disebut dengan misel atau micelles. Benang-benang fibril
kemudian akan bercabang dan saling berikatan membentuk brush-heap structure atau struktur
tumpukan sikat, yang dapat dibayangkan seperti tumpukan ranting atau dahan. Media dispersi
akan tertahan diantara ikatan benang-benang diantara fibril dengan adhesi kapiler. 1 Setelah
terbentuk ikatan itulah bentukan dari material cetak akan berubah menyerupai jeli dan kemudian
Gambar 1 Ilustrasi rantai polisakarida material hidrokoloid (a) Rantai yang tidak beraturan pada
bentukan sol, dan (b) Rantai yang beraturan pada bentukan jel.2
Terdapat dua jenis material cetak hidrokoloid secara umum, yakni material cetak
hidrokoloid yang bersifat reversibel yakni contohnya agar dan juga material cetak hidrokoloid
yang bersifat irreversibel yakni contohnya alginat. Perbedaan dari mekanisme gelasi keduanya
adalah pada agar, benang-benang fibril akan berikatan dengan bantuan gaya sekunder, seperti
ikatan van der waals sedangkan pada alginat benang-benang fibril akan berikatan dengan ikatan
Bila sebuah koloid dapat berubah bentuk dari bentukan sol menjadi bentukan jel dan
dapat kembali lagi menjadi bentukan sol, maka material koloid tersebut dapat disebut material
hidrokoloid reversibel. Proses ini dapat diulangi beberapa kali dimana perubahan bentukan dapat
dilakukan dengan perubahan temperatur. Material hidrokoloid yang digunakan sebagai material
cetak dalam praktek kedokteran gigi adalah agar.3 Penggunaan material cetak agar telah
digantikan oleh material cetak elastomer walaupun masih tetap sedikit digunakan dalam
pencetakan jaringan rongga mulut yang tidak terdapat gerong atau undercut yang dalam.
Dulu, penggunaannya seringkali dilakukan dalam pencetakan geligi tiruan cekat karena
A. Packaging
Menurut Alla, RK (2013), agar tersedia dalam dua bentukan umum, yakni:
1. Material tray
Agar yang tersedia dalam bentuk jel dalam kemasan berbahan dasar plastik atau metal
2. Syringe
Agar yang tersedia dalam bentuk jel dalam silinder kecil dengan ukuran yang sesuai
dengan kemasan syringe. Agar yang tersedia dalam bentukan ini memiliki sifat yang
syringe
B. Komposisi
Agar adalah kompleks polisakarida yang diambil dari rumput laut. Umumnya terdapat
sedikit boraks dan potassium sulfat untuk menambah kekuatan kepada gel. Sayangnya boraks
mengimbangi efek dari boraks karena mempercepat reaksi pengerasan dari gypsum. Filler lain
seperti diatomaceous wax, clay, silika, wax, rubber, dan beberapa innert powder digunakan
untuk mengontrol kekuatan, viskositas, dan rigiditas. Thymol ditambahkan sebagai agen
No Prosentase
Zat Kandungan Fungsi
. (%)
pengecoran
5 (clay, silika, lilin / kontrol pada viskositas, kepadatan, dan 0,3 – 0,5 %
Perubahan fisik dari agar terjadi karena penurunan temperatur. Gel akan mencair/likuifikasi
menjadi sol ketika temperatur dinaikan, yang disebut liquefaction temperature (700C-1000C).
Ketika Sol didinginkan, akan berubah menjadi gel pada temperatur gelasi (sekitar 370C-500C).
Temperatur gelasi ini menjadi penting untuk untuk pencetakan, bila terlalu panas akan
mengiritasi jaringan namun apabila terlalu dingin gel tidak akan terbentuk. 1
D. Tipe
Menurut ISO 1564, standard for dental aqueos imoression materials based on agar,
Tipe 1 dapat digunakan untuk mencetak lingkung rahang parsial atau penuh dengan atau
tanpa dicampur tipe 2 dan 3. Ketika penggunaan digabungkan, tipe 1 akan diaplikasikan pada
sendok cetak sementara tipe 2 dan 3 melalui syringe langsung ke gigi. Tipe 2 merupakan
material multi-purposed, dapat digunakan dengan sendok cetak maupun syringe, sedangakan tipe
3 khsus digunakan dengan syringe dan dikombinasikan dengan tipe 1 dan 2.2
Untuk Tear resistance (ketahanan terhadap sobekan), pada tipe 1 dan 2 harus memiliki
1. Sifat Biologis
Material cetak agar merupakan material yang bersifat non-toksik dan non-iritan
pada jaringan lunak rongga mulut sehingga material ini dapat digunakan dengan aman
Waktu gelasi yang diperlukan bagi suatu material cetak agar pada umumnya adalah 5
menit, dan hal ini juga sangat bergantung pada temperatur. Temperatur gelasi tidak boleh
terlalu tinggi karena dapat melukai jaringan lunak rongga mulut dan juga tidak boleh
terlalu rendah karena akan terlalu sulit mencapainya demi proses gelasi. Maka dari itu,
ADA menspesifikasikan bahwa temperatur gelasi dari material cetak agar harus tidak
3. Kekuatan (Strength)
Mengacu pada spesifikasi American Dental Association (ADA) nomor 11, kekuatan dari
bentuk jel material cetak harus tidak lebih kecil dari 0,245 MPa. Kekuatan dari material
cetak agar bergantung pada konsentrasi dari agar yang menjadi bahan aktif utama dan
kandungan bahan diatom sebagai bahan pengisi. Semakin besar konsentrasi agar dan
bahan pengisi, maka akan semakin tinggi kekuatannya, dan begitupun sebaliknya.3
Material cetak agar memiliki sifat tear strength sekitar 715 g/cm yang mana sangat
material cetak yang terjadi karena sobek, maka sebaiknya material cetak yang digunakan
pada saat proses pencetakan memiliki ketebalan yang berkisar antara 3 hingga 5 mm serta
pada saat pelepasan cetakan dari mulut pasien sebaiknya dilakukan dengan cepat.3
Material cetak agar memiliki sifat mekanis yang mudah sobek hanya dengan sedikit stres
yang terjadi pada material cetak sehingga pencetakan pada bagian interproksimal dan sub
gingiva menjadi daerah yang sulit didapatkan secara detail dengan material cetak agar.2
5. Fleksibilitas
Mengacu pada spesifikasi dari American Dental Association (ADA), fleksibilitas dari
material cetak agar harus berkisar di antara 4 – 15 %. Hal ini diperlukan dalam pelepasan
elastis secara sempurna. Material cetak agar mengalami deformasi dalam jumlah yang
sedikit, namun bersifat permanen bergantung pada sifat viskoelastis yang dimilikinya.
Pada material ini, deformasi permanen dinilai dari prosentase deformasi yang terjadi pada
sampel berbentuk silindris setelah menerima beban kompresi 10 % selama 30 detik dan.
Mengacu pada spesifikasi dari American Dental Association (ADA) nomor 11, material
cetak agar harus memiliki sifat deformasi permanen dari material cetak agar
Pemulihan elastik dapat meningkat dan deformasi permanen dapat berkurang bila
material cetak dilepaskan dalam satu gerakan pelepasan cetakan yang cepat sehingga
memastikan bahwa material cetak hanya menerima beban kompresi dalam waktu yang
singkat. Maka dari itu, teknik manipulasi yang tepat dari material cetak agar dapat
meningkatkan sifat viskoelastis dan pemulihan elastik dari material itu sendiri.2
7. Stabilitas dimensi
yang diasosiasikan dengan sineresis dan evaporasi dapat terjadi. Sebaliknya bila
Untuk bahan cetak hidrokoloid, media penyimpanan yang baik bila cetakan tidak bisa di
cor segera adalah wadah penyimpanan dengan 100% humidity atau larutan 2%
potassium sulfat.1
8. Sifat lain reversible hidrokoloid
Tabel 1. Sifat Mekanis yang Penting Diketahui Untuk Bahan Cetak Hidrokolid2
Pada bentuk sol, agar cukup fluid untuk mencetak detail jaringannlunak dan keras dari
rongga mulut. Detail reproduksi agar mencapai 0,02mm dibanding alginat yang hanya
0,05mm. Dalam bentuk gel, agar cukup flexible untuk lewati daerah gerong, strain in
compression nya antara 4-15%, angka ini cukup baik untuk melewati daerah gerong,
namun tidak cukup baik untuk menahan dekompresi dari gipsum. Untuk recovery from
deformation, agar menunjukan angka minimal 96,5% dibanding alginat yang hanya
minimal 95%. Agar dan alginat mempunyai sifat mekanis yang sangat buruk (tear
strength buruk), dan akan robek pada gaya yang kecil, sehingga sulit untuk mencetak
F. Manipulasi
Pada awalnya, diperlukan suatu persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pencetakan. Sendok cetak yang digunakan dalam pencetakan dengan menggunakan sendok
cetak yang berlubang yang dapat memberikan retensi mekanis antara material cetak dengan
sendok cetak. Sebaiknya, sendok cetak didinginkan terlebih dahulu agar memudahkan proses
gelasi dari material cetak agar. Menurut Alla, RK (2013), proses manipulasi dari material
cetak agar memerlukan suatu alat khusus yang terdiri dari 3 kompartemen berbeda berisikan
air dengan temperatur yang terkontrol dalam suatu kondisi tertentu, yakni sebagai berikut:
Kompartemen yang berisikan cairan kondisioner bagi material cetak agar dengan suhu
100 °C
2. Kompartemen penyimpanan
Kompartemen yang berisikan cairan kondisioner bagi material cetak agar dengan suhu 65
°C
Kompartemen yang berisikan cairan kondisioner bagi material cetak agar dengan suhu 45
°C
Menurut Alla, RK (2013), tahapan yang diperlukan dalam manipulasi material cetak agar
memiliki suhu 100 °C selama 10 menit. Pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk
material cetak agar dari bentukan jel menjadi bentuk sol. Proses pemanasan material agar
yang tidak cukup baik dapat mengakibatkan terbentuknya suatu massa kaku yang
berbentuk granula yang membuat detail dari cetakan menjadi kurang baik. Bila material
agar yang ingin dicairkan adalah material yang sebelumnya telah digunakan, maka perlu
ditambahkan waktu selama 3 menit untuk setiap kali pengulangan dalam penggunaan.
Setelah material agar berubah menjadi bentuk sol, letakkan material agar yang masih
berada dalam kemasan ke dalam kompartemen yang kedua dimana memiliki suhu yang
terjaga di antara 63 – 66 °C. Material agar yang belum akan digunakan dapat diletakkan
di dalam kompartemen kedua ini selama beberapa jam. Suhu yang lebih rendah daripada
seharusnya dapat menyebabkan proses gelasi yang terjadi lebih dulu dan mengurangi
Ketika akan digunakan, material agar diletakkan pada sendok cetak atau media cetak
lainnya dan diletakkan pada kompartemen ketiga yang berisikan cairan kondisioner
material cetak agar dengan suhu yang terjaga di antara 43 – 45 °C selama 5 hingga 10
menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan viskositas material agar sehingga
material tidak akan mengalir jatuh dari cetakan serta menurunkan suhu agar
Kompartemen kondisioner, (B) Sendok cetak, (C) Bagian dari sendok cetak.3
4. Proses pencetakan
Guna mendapatkan suatu detil cetakan yang baik, gigi yang telah dipreparasi dan akan
menjadi suatu bagian utama dalam pencetakan diinjeksikan material agar dari syringe
terlebih dahulu. Kemudian sendok cetak yang telah terisi material cetak dapat
sendok cetak yang telah terisi material cetak dikeluarkan dari kompartemen ketiga,
dikeringkan dahulu dengan menggunakan spons kering. Apabila tidak dikeringkan maka
material cetak agar pada sendok cetak dan yang diinjeksikan langsung ke dalam mulut
sebelumnya tidak akan dapat menyatu dengan sempurna. Kemudian lakukan pencetakan
5. Proses gelasi
Proses gelasi dapat dicapai dengan mensirkulasikan air dingin dengan temperatur yang
berkisar antara 18 – 23 °C melewati sendok cetak selama tidak kurang dari 5 menit.
Bagian yang paling dingin akan mengalami gelasi lebih cepat dibandingkan bagian
lainnya, maka material yang berkontak dengan sendok cetak akan mengalami gelasi
terlebih dahulu.
Setelah proses gelasi, cetakan dapat dilepaskan dengan cepat dari mulut dengan suatu
gerakan yang seperti hentakan dengan arah paralel dari sumbu gigi. Cetakan yang dibuat
dengan material cetak agar memberikan suatu akurasi detail yang tinggi.
Cetakan kemudian dibilas dengan menggunakan air dan pastikan kelebihan air dibuang
dilakukan. Bahan cetak ini mengandung boraks yang dapat menghambat setting dari
gypsum. Hal ini dapat diatasi dengan perendaman cetakan bahan ini dengan cairan
1. Teknik Wet-Field
Pada teknik ini awalnya dilakukan pembasahan pada permukaan jaringan lunak
dan gigi dengan menggunakan air hangat. Kemudian material agar dari syringe
terlebih dahulu diinjeksikan dengan cepat menutupi bagian oklusal dan insisal gigi.
Terakhir, material agar dari tray yang telah diletakkan pada sendok cetak diletakkan ke
gigi yang telah diberi material cetak sebelumnya. Proses gelasi dipercepat dengan
memberikan air dingin (kira-kira 180C-210C) ke sendok cetak selama 3-5 menit.
Tekanan hidrolik dari material agar dengan viskositas lebih tinggi akan mendorong
material agar dengan viskositas rendah untuk masuk ke dalam daerah yang perlu dicetak.3
cetak lain. Bahan cetak agar dapat digunakan untuk mencetak model kerja gigi tiruan
cekat dan juga dapat digunakan untuk menduplikasi model gigi tiruan kerangka logam.1,2
Setelah mengeluarkan cetakan, hasil cetakan harus dicuci di bawah air mengalir untuk
menghilangkan debris dan kemudian ditutup dengan kain kasa lembab. Model harus
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada laju regangan. Jadi, ketahanan terhadap
sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan tiba-tiba. Jika cetakan
menghilangkan debris dan kemudian ditutup dengan kain kasa lembab. Model harus
2. Teknik Laminate
Pada teknik ini dilakukan pencetakan gigi dengan kombinasi material cetak agar
dan alginat. Material cetak agar diinjeksikan terlebih dahulu pada gigi yang telah
dipreparasi dan kemudian material cetak alginat yang telah diletakkan pada sendok cetak
digunakan. Pada teknik ini, material cetak alginat akan mengalami pengerasan dengan
reaksi kimia sedangkan agar akan mengalami pengerasan dengan kontak pada alginat
Material cetak agar yang digunakan pada teknik ini adalah material agar syringe
dan tetap melalui tahapan pengkondisian terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Material
cetak alginat dimanipulasi dengan 10% air yang lebih banyak dibanding biasanya untuk
memberikan suatu temperatur yang lebih dingin, namun hal tersebut tidak disarankan.
Hal yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan air yang memiliki temperatur lebih
rendah dalam manipulasi material cetak alginat. Cetakan kemudian dapat dilepaskan
Keuntungan yang didapatkan dari teknik ini adalah tidak perlu penggunaan
sendok cetak rimlock, hasil cetakan yang detail, serta biaya peralatan yang lebih rendah
karena hanya material cetak agar dalam bentuk syringe saja yang perlu dilakukan
pengkondisian.3 Selain itu, melalui studi didapatkan bahwa reproduction rate dari
cetakan yang didapatkan teknik kombinasi ini pada dental stone adalah sebesar 10 µm
dan dapat disandingkan dengan material cetak polisulfida dan silikon di dalam hal ini.4
Kekurangan yang di dapatkan dari teknik ini adalah stabilitas dimensi yang
kurang baik yang menjadi karakteristik utama material cetak hidrokoloid. Selanjutnya,
kedua material ini berikatan dengan suatu ikatan kohesi, yang mana kadang ketika tidak
berikatan dengan baik akan mudah terlepas.3 Teknik kombinasi ini juga memiliki
kekurangan bila dilakukan dalam pencetakan dimana banyak gigi penyangga yang
tersisa, dimana melalui studi didapatkan pada kondisi tersebut, pencetakan dengan alginat
3. Duplikasi
model yang akurat. Model duplikasi dibuat dengan menggunakan material refraktori yang
tahan panas. Teknik ini digunakan ketika model kerja terbuat dari gipsum yang tidak
tahan panas sedangkan proses casting memerlukan bahan tahan panas, dan sebagai model
Material ini digunakan secara umum untuk menduplikasi laboratoris, karena dapat
diduplikasi pada glass slab, yang dikelilingi oleh kuvet duplikasi yang terbuat dari metal.
Material agar duplikasi biasanya lebih encer daripada bahan untuk mencetak mulut.
Sebelum digunakan pada suhu 500C material dimasukan melalui lubang pada kuvet
hingga penuh dan berlebih keluar dari lubang lainnya, material lebih bagus dialirkan pada
suhu sedingin mungkin yang masih mempertahankan kondisi sol, untuk meminimalisir
kontraksi pada saat gelasi. bahan agar harus dikeluarkan dengan cepat untuk mencegah
distorsi 2
Kuvet kemudian direndam dengan air mengalir dengan temperatur ruang dimana bagian
yang terendam hanya basisnya saja agar adonan koloid mengeras dan tertarik ke arah
model. Bila kuvet direndam sepenuhnya, maka material cetak agar akan tertarik ke arah
dinding kuvet sehingga dapat terjadi distorsi. Waktu pengerasan yang diperlukan untuk
kuvet kecil adalah 30 menit sedangkan pada kuvet besar sekitar 45 menit.6
Setelahnya, basis dilepas dari kuvet, dan model kerja dikeluarkan dengan bantuan
dua buah pisau gips. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan sisi kuvet sebagai
fulkrum kemudian model diangkat. Model sebaiknya tidak dilepas satu sisi ke arah lain
supaya cetakan tidak menjadi cacat. Bila kondisi dari cetakan duplikasi telah baik, maka
2. McCabe, J.F, Walls,A.W. 2008. Applied dental material. 9th ed. London: Blackwell
4. O’Brien, WJ. 2002. Dental Materials and Their Selection Third Edition. Illinois:
Quintessence
5. Gunadi, HA, Burhan, LK, Suryatenggara, F, Margo, A, Setiabudi, I. 1994. Buku Ajar Ilmu