Anda di halaman 1dari 15

PENAMBAHAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER DALAM

PEMBUATAN EDIBLE FILM PATI SUKUN

THE ADDITION OF SORBITOL AS A PLASTICIZER IN THE


PRODUCTION EDIBLE FILMS BASED BREADFRUIT
STARCH
Anugerah Dwi Putra1, Vonny Setiaries Johan2 and Raswen Efendi 2
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru
anugerahdwipa@gmail.com

ABSTRACT

Edible film is a thin layer of edible material placed on the surface of food
products to provide a barrier for moisture, oxygen and solid transfer of the food.
The main raw material in making edible film is breadfruit starch, chitosan as
stabilizer and sorbitol as plasticizer. The aimed of this research was to determine
the effect sorbitol addition as a plasticizer to the quality of edible film and
determine the proper concentration of sorbitol to produce an elastic and not fragile
edible film. This research used a completely randomized design (CRD) with five
treatments (without sorbitol, 0.4%, 0.8%, 1.2% and 1.6%) and four replications.
The result showed that the best sorbitol concentration was S1 (0.4%) with
thickness 0.21mm, The rate of water vapor transmission 462.11 g/m2/24 h, tensile
strength 10.33 Mpa and elongation 5.29%.
Keywords: edible film, sorbitol, plasticizer, breadfruit starch.

PENDAHULUAN
Sukun merupakan salah satu Hal tersebut terbukti semakin
tanaman yang banyak tumbuh di menurunnya produksi sukun di
Indonesia. Sukun dapat tumbuh baik Indonesia. Pada tahun 2008 produksi
sepanjang tahun. Sukun merupakan sukun sebesar 113,778 ton/tahun
salah satu tanaman yang memiliki menjadi 111,768 ton/ha pada tahun
kandungan pati cukup tinggi yaitu 2012 (Farida dkk, 2015).
sebesar 89%. Sukun dapat diolah secara
Produksi buah sukun per langsung dengan cara direbus dan
hektar rata-rata mencapai 4±20 ton digoreng serta menjadi makanan
dalam satu kali musim berbuah. tradisional yaitu kolak sukun dan
Pemanfaatan sukun mengalami getuk sukun. Selain itu, sukun juga
keterbatasan yang disebabkan dapat diolah menjadi produk
kurangnya informasi tentang setengah jadi yaitu pati sukun. Sukun
komoditi dan potensi tanaman ini. yang diolah secara langsung seperti
1. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 1
2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


direbus dan digoreng memiliki nilai permukaan edible film oleh karena
ekonomi yang rendah. Salah satu itu dibutuhkan bahan tambahan yang
cara meningkatkan nilai ekonomi dapat menghindari keretakan selama
sukun adalah dengan menjadikannya proses penanganan dan penyimpanan
sebagai bahan dasar untuk yaitu plasticizer. Plasticizer
pembuatan kemasan yang dapat berfungsi untuk mengurangi
dimakan dan dikenal sebagai edible kekakuan polimer sehingga
film. Pembuatan edible film dari pati diperoleh lapisan yang elastis dan
sukun juga dapat mengurangi fleksibel. Menurut Krochta dkk.
penggunaan plastik sintetis. (1994) penambahan plasticizer
Edible film merupakan lapisan berguna untuk mengatasi sifat rapuh,
tipis dari materi yang dapat dimakan mudah patah serta kurang elastis.
yang diletakkan di atas permukaan Selain itu, plasticizer dapat
produk makanan untuk menyediakan menurunkan gaya intermolekul dan
penghalang bagi uap air, oksigen dan meningkatkan fleksibilitas film
perpindahan padatan dari makanan dengan memperlebar ruang kosong
tersebut (Bustillos dkk., 1994). molekul serta melemahkan ikatan
Edible film termasuk salah satu jenis hidrogen rantai polimer (Suppakul,
kemasan yang belum banyak 2006).
dimanfaatkan seperti plastik dan Menurut Suppakul (2006),
sejenisnya, namun, peranannya jenis plasticizer yang paling umum
sangat penting dalam digunakan pada pembuatan edible
mempertahankan mutu produk film adalah sorbitol dan gliserol,
pangan serta dapat mengurangi karena sifatnya yang hidrofilik. Jenis
pencemaran lingkungan. serta konsentrasi dari plasticizer
Pada proses pembuatan edible dapat mempengaruhi sifat film (Cuq
film diperlukan adanya bahan dkk., 1996). Sifat film yang
tambahan yaitu stabilizer yang dipengaruhi yaitu kekuatan tarikan
berfungsi untuk menstabilkan, lapisan film, di mana tekanan turun
memekatkan dan mengentalkan serta dan ketegangan lapisan film
Plasticizer yang merupakan bahan meningkat secara signifikan seiring
pengemulsi yang dapat menghindari dengan konsentrasi plasticizer yang
keretakan selama proses penanganan digunakan (Cervera dkk., 2004).
dan penyimpanan. Stabilizer yang Plasticizer yang sudah biasa
biasa digunakan adalah kitosan digunakan adalah sorbitol. Hasil
sedangkan plasticizer yang biasa penelitian Perdana (2016)
digunakan adalah sorbitol. menunjukan bahwa penggunaan
Hasil penelitian Setiani dkk. sorbitol sebagai plasticizer memiliki
(2013) menunjukan bahwa perlakuan nilai kuat tarik dan elongasi yang
terbaik perbandingan pati sukun dan lebih tinggi dibandingkan dengan
kitosan adalah 6:4 yaitu penggunaan gliserol. Sorbitol dapat
perbandingan antara 6 gr pati sukun digunakan untuk bahan tambahan
dengan 4 gr kitosan, namun masih pada edible film karena selain
terdapat pori dan retakan pada sebagai plasticizer sorbitol juga
2

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


digunakan sebagai pemanis buatan
pada produk permen bebas gula dan
sirup obat batuk sehingga aman Bahan dan Alat
untuk dikonsumsi.
Bahan yang digunakan dalam
Pada penelitian Rimadianti
(2007), yaitu pembuatan edible film pembuatan edible film ini adalah
dari isinglass (gelembung renang buah sukun dari Desa Pancuran
ikan patin) konsentrasi sorbitol yang Gading Kecamatan Tapung
biasa digunakan dalam pembuatan Kabupaten Kampar, kitosan dari CV.
edible film adalah 0,4-2% dan yang Chi Multiguna, sorbitol dari CV.
terbaik adalah 1,2%. Konsentrasi Emas Biru, asam asetat 1%
sorbitol yang digunakan untuk
(CH3COOH), natrium metabisulfit,
pembuatan edible film apabila terlalu
tinggi dapat meningkatnya ketebalan dan akuades.
dan menurunnya kuat tarik edible Alat-alat yang digunakan
film. dalam pembuatan edible film ini
adalah gelas ukur, gelas beaker,
Tujuan Penelitian termometer, cawan petri, cawan
Penelitian ini bertujuan untuk porselen, oven, desikator, penjepit
mengetahui pengaruh penambahan cawan, neraca analitik, pH meter,
sorbitol terhadap mutu edible film kapas, tisu, kompor, pisau, gelas
dari pati sukun dan menentukan piala, stopwatch, dial thickness
konsentrasi sorbitol yang tepat untuk gauge dengan ketelitian 0,01 mm
menghasilkan edible film yang elastis dan alat tulis..
dan tidak mudah patah.
Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Metode penelitian yang
Tempat dan Waktu digunakan dalam penelitian ini
Penelitian telah dilaksanakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan
di Laboratorium Pengolahan Hasil
dan 4 kali ulangan sehingga
Pertanian, Laboratorium Analisis diperoleh 20 unit percobaan.
Hasil Pertanian Universitas Riau dan Adapun perlakuan dalam
Laboratorium Rekayasa Proses pembuatan edible film pada
Pengolahan Departemen Teknologi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas S0 = Tanpa Sorbitol
Teknologi Pertanian Universitas S1 = Sorbitol 0,4%
S2 = Sorbitol 0,8%
Gajah Mada Yogyakarta. Penelitian
S3 = Sorbitol 1,2%
ini dimulai pada bulan April hingga S4 = Sorbitol 1,6%
Juni 2017.

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Tabel 1. Formulasi pembuatan edible film dari pati sukun
Bahan Jumlah
S0 S1 S2 S3 S4
Sorbitol (%) 0 0,4 0,8 1,2 1,6
Pati sukun (g) 6 6 6 6 6
Kitosan (g) 4 4 4 4 4
Akuades (ml) 50 49,6 49,2 48,8 48,4
Asam asetat 1% (ml) 40 40 40 40 40
Total volume (ml) 100 100 100 100 100

Pelaksanaan Penelitian semakin baik. Setelah itu air


Proses pembuatan edible film endapan dibuang, pati yang
terdiri dari tiga tahap yaitu mengendap dikeringkan
pembuatan pati sukun, pembuatan
menggunakan oven dengan suhu
larutan kitosan, dan pembuatan
edible film. 60oC selama ±6 jam. Pati kering
dihaluskan kemudian diayak
Pembuatan pati sukun menggunakan ayakan 100 mesh
Pembuatan pati sukun sehingga diperoleh pati sukun.
mengacu pada Farida (2015) yaitu
dengan cara kulit buah sukun Pembuatan larutan kitosan
dikupas, dibuang bagian hatinya, dan Pembuatan larutan kitosan
dipotong-potong lalu direndam mengacu pada Suptijah dkk. (1992)
dalam larutan natrium metabisulfit yaitu dengan cara melarutkan 4 g
selama 15 menit, kemudian diblansir bubuk kitosan dan menambahkan
selama 7 menit dengan suhu 80oC. asam asetat 1% hingga volume 40
Setelah diblansir dilanjutkan diiris ml, dilakukan pengadukan
tipis-tipis dan dihancurkan dengan menggunakan magnetik stirer selama
blender. Untuk melarutkan tepung ±30 menit hingga larutan jernih,
dan memisahkan dari ampas, kemudian dilakukan pencampuran
ditambahkan air dengan bahan dasar pembuatan edible film.
perbandingan 2:1 ke dalam sukun
yang sudah dihancurkan dan disaring Pembuatan edible film
hingga seluruh pati terlarut. Pembuatan edible film
Selanjutnya pati diendapkan selama mengacu pada Setiani (2013). Pada
3 jam lalu dibuang airnya dan proses pencampuran bahan dasar ini
ditambahkan lagi air dengan terdapat beberapa bahan yang
perbandingan 2:1 dan diendapkan dicampur menjadi satu, pertama 6 g
kembali selama 4 jam. Semakin pati sukun dilarutkan ke dalam 20 ml
jernih air berarti pengendapan akuades dan kemudian ditambahkan
4 g kitosan yang sudah dilarutkan
4

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


dalam asam asetat 1% dan diaduk dimasukan dalam desikator selama
hingga rata dan ditambahkan lagi 15 menit.
akuades hingga volume 100 ml,
dimasukkan bahan yang sudah Pengamatan
tercampur dalam beaker glass Pengamatan yang dilakukan
kemudian dipanaskan di atas hot pada penelitian ini yaitu meliputi
plate sampai mencapai suhu analisa rendemen, uji ketebalan
gelatinisasi pati sukun yaitu 73,98oC. edible film, uji transmisi uap air, dan
Setelah 25 menit pemanasan, uji mekanik edible film. Uji ini
ditambahkan larutan sorbitol sesuai dilakukan untuk mengetahui sejauh
dengan konsentrasi sorbitol pada mana mutu edible film dari pati
setiap perlakuan dan aduk kembali sukun yang dihasilkan.
selama 5 menit hingga diperoleh
larutan yang agak mengental. Analisis Data
Larutan film kemudian dituang ke Data yang diperoleh dari
cawan petri. Larutan film tersebut hasil pengamatan akan dianalisis
kemudian diratakan menggunakan secara statistik dengan
batang stainless steel untuk mengggunakan Analysis of Variance
menghilangkan gelmbung- $QRYD -LND ) KLWXQJ • ) WDEHO
gelembung yang ada dipermukaan maka dilanjutkan dengan Uji Duncan
sampel. Setelah itu larutan film New Multiple Range Test (DNMRT)
dikeringkan didalam oven pada suhu pada taraf 5%.
50oC selama 8 jam. Film kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Rendemen analisis rendemen edible film pada
Hasil sidik ragam menunjukkan penelitian ini berkisar 9,87-11,48%.
bahwa penambahan konsentrasi Rata-rata nilai rendemen dapat
sorbitol yang berbeda berpengaruh dilihat pada Tabel 2.
nyata terhadap rendemen. Hasil

Tabel 2. Rata-rata nilai rendemen edible film pati sukun

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Perlakuan Rendemen (%)
S0 (Tanpa Sorbitol) 9,87a
S1 (Sorbitol 0,4%) 10,27a
S2 (Sorbitol 0,8%) 10,84b
S3 (Sorbitol 1,2%) 11,20bc
S4 (Sorbitol 1,4%) 11,48c
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05) dan angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.
ketika zat menguap, sehingga
Berdasarkan Tabel 2 semakin banyak sorbitol yang
menunjukan bahwa perlakuan ditambahkan akan mempengaruhi
penambahan sorbitol berbeda nyata berat akhir edible film. Menurut Park
terhadap rendemen edible film yang dkk. (1993) total padatan yang
dihasilkan, yaitu pada perlakuan S0 membentuk edible film
dan S1 (tanpa sorbitol dan sorbitol mempengaruhi rendemen edible film
0,4%) berbeda nyata dengan S2, S3 semakin banyak padatan yang tersisa
dan S4 (sorbitol 0,8%, 1,2% dan semakin tinggi rendemen yang
1,4%). dan perlakuan S2 (sorbitol dihasilkan. Oleh karena itu semakin
0,8%) berbeda nyata dengan banyak sorbitol yang ditambahkan
perlakuan S4 (sorbitol 1,4%). semakin tinggi rendemen yang
Perlakuan S0 (tanpa sorbitol) dihasilkan. Hasil penelitian Oktavia
berbeda tidak nyata dengan (2015) yaitu film dengan bahan dasar
perlakuan S1 (Sorbitol 0,4%), pati sagu-kitosan rendemen yang
perlakuan S2 (Sorbitol 0,8%) dihasilkan berkisar 10,58-11,59%,
berbeda tidak nyata dengan nilai tersebut mendekati nilai
perlakuan S3 (sorbitol 1,2%) dan rendemen pada penelitian ini.
perlakuan S3 (sorbitol 1,2%) berbeda
tidak nyata dengan perlakuan S4
(sorbitol 1,4%). Uji Ketebalan Edible Film
Penambahan sorbitol dengan Hasil sidik ragam menunjukkan
konsentrasi yang semakin tinggi
bahwa penambahan konsentrasi
pada titik tertentu menghasilkan
rendemen yang berbeda nyata. Hal sorbitol yang berbeda berpengaruh
ini disebabkan karena sorbitol nyata terhadap ketebalan edible film.
merupakan padatan yang tersisa pada Rata-rata nilai ketebalan edible film
endapan yang membentuk edible film disajikan pada Tabel 3.

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Tabel 3. Rata-rata nilai ketebalan edible film pati sukun
Perlakuan Ketebalan (mm)
S0 (Tanpa Sorbitol) 0,19a
S1 (Sorbitol 0,4%) 0,21b
S2 (Sorbitol 0,8%) 0,22c
S3 (Sorbitol 1,2%) 0,23d
S4 (Sorbitol 1,4%) 0,25e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05) dan angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.
semakin meningkat dan pernyataan
Berdasarkan Tabel 3 dapat Park dkk. (1993) yaitu ketebalan
dilihat bahwa perbedaan konsentrasi edible film dipengaruhi oleh luas
sorbitol menunjukkan pengaruh yang cetakan, volume larutan, dan
berbeda nyata terhadap ketebalan banyaknya total padatan dalam
edible film yang dihasilkan. Nilai larutan. Semakin banyak jumlah
ketebalan terbesar yaitu 0,25 mm sorbitol yang ditambahkan dalam
diperoleh dari edible film dengan volume larutan dan luas cetakan
penambahan sorbitol 1,4%. Edible yang sama, akan meningkatkan total
film tanpa penambahan sorbitol padatan dalam larutan, sehingga
memiliki nilai ketebalan terkecil padatan yang mengendap sebagai
yaitu sebesar 0,19 mm. pembentuk edible film semakin
Peningkatan konsentrasi banyak dan ketika zat menguap
sorbitol meningkatkan nilai maka edible film yang terbentuk
ketebalan edible film. Hal ini semakin tebal.
disebabkan karena semakin banyak Perbandingan ketebalan
konsentrasi sorbitol yang dengan penelitian sebelumnya yaitu
ditambahkan akan meningkatkan Oktavia (2015), film dengan bahan
total padatan dalam larutan yang dasar pati sagu-kitosan dengan luas
akan mempengaruhi ketebalan edible cetakan dan volume larutan yang
film dimana ketika zat menguap sama memiliki ketebalan berkisar
maka edible film yang terbentuk 0,40-0,50 mm sedangkan pada
semakin tebal seiring dengan penelitian ini memiliki ketebalan
semakin banyaknya total padatan yang lebih rendah yaitu berkisar
yang mengendap sebagai bahan 0,19-0,25 mm dimana ketebalan
pembentuk edible film sesuai dengan edible film yang dihasilkan sudah
pernyataan Marseno (2003) yang memenuhi standard yaitu nilai
menyatakan penambahan konsentrasi maksimal ketebalan edible film
plasticizer akan meningkatkan menurut Japanese Industrial
polimer penyusun matriks film Standard (1975) adalah 0,25 mm.
seiring kenaikan total padatan
terlarut dalam larutan film, sehingga
menyebabkan ketebalan film
7

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Laju Transmisi Uap Air berpengaruh nyata terhadap nilai laju
Hasil sidik ragam transmisi uap air. Rata-rata nilai laju
menunjukkan bahwa penambahan transmisi uap air edible film
konsentrasi sorbitol yang berbeda disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata nilai laju transmisi uap air edible film pati sukun
Perlakuan Laju transmisi uap air (g/m2/24 jam)
S0 (Tanpa Sorbitol) 396,37a
S1 (Sorbitol 0,4%) 462,11b
S2 (Sorbitol 0,8%) 488,80c
S3 (Sorbitol 1,2%) 507,89d
S4 (Sorbitol 1,4%) 535,49e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05) dan angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.
Hidayati dkk. (2015) yaitu sorbitol
Berdasarkan Tabel 4 dapat bersifat hidrofilik (mampu mengikat
dilihat bahwa edible film tanpa air) dan melunakkan permukaan film
penambahan sorbitol memiliki nilai sehingga penambahan konsentrasi
laju transmisi uap air terendah sorbitol dapat meningkatkan nilai
dibandingkan edible film dengan laju transmisi uap air.
penambahan sorbitol, yaitu sebesar Plasticizer mampu
396,37 g/m2/24 jam. Laju transmisi mengurangi kerapuhan edible film,
uap air tertinggi terdapat pada edible tetapi juga mampu meningkatkan
film dengan penambahan sorbitol laju transmisi uap air. Menurut
1,4%. Edible film tanpa penambahan McHugh dan Krochta (1994), laju
sorbitol memiliki Laju transmisi uap transmisi uap air suatu bahan
air yang berbeda nyata terhadap dipengaruhi oleh sifat kimia dan
edible film dengan panambahan struktur bahan pembentuk,
sorbitol 0,4%, 0,8%, 1,2% dan 1,4%. konsentrasi plasticizer dan kondisi
Laju transmisi uap air meningkat lingkungan seperti kelembaban dan
seiring dengan penambahan temperatur. Ananta (2002)
konsentrasi sorbitol. Hal ini menyatakan pemberian plasticizer
disebabkan karena jenis plasticizer secara teoritis dapat menurunkan
yang digunakan yaitu sorbitol. kekuatan intermolekuler sepanjang
Sorbitol adalah senyawa rantai polimer, meningkatkan
monosakarida polyhidric alkohol fleksibilitas film dan pada saat yang
yang bersifat hidrofilik, sama dapat menurunkan sifat barrier
bertambahnya komponen hidrofilik film. Gelembung udara yang terdapat
yang terdapat pada film pada lapisan serta bertambahnya
menyebabkan uap air mudah untuk komponen hidrofilik dapat
menembus film sehingga meningkatkan laju transmisi uap air.
meningkatkan nilai laju transmisi Meningkatnya nilai transmisi uap air
uap air sesuai dengan pernyataan juga meningkatkan nilai
8

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


permeabilitas edible film. film yang terbuat dari bahan protein
Peningkatan permeabilitas tidak dan polisakarida mempunyai nilai
diharapkan dalam produk makanan. transmisi uap air yang tinggi.
Oleh karena itu penggunaan Nurdiana (2002) telah melakukan
plasticizer dalam edible film harus penelitian tentang edible film dari
dibatasi. Pada permeabilitas edible kitosan-sorbitol perlakuan terbaik
film hidrofilik, kelarutan air dan untuk laju transmisi uap air adalah
koefisien difusi meningkat ketika 448,1 g/m2/24 jam, Anggraeni
uap air meningkat karena afinitas (2002) juga telah melakukan
kelembaban dari edible film dan penelitian tentang edible film dari
pemberian zat plasticizer (Sothorvit rumput laut-sorbitol dimana laju
dan Krochta, 2000). Meningkatnya transmisi uap air yang didapat
jumlah sorbitol menghasilkan film berkisar 397,7-779,3 g/m2/24 jam
yang bersifat hidrofilik sehingga dan pada penelitian Noviariansyah
menyebabkan air mudah terserap ke (2004) tentang edible film dari
dalam jaringan. gelatin-sorbitol laju transmisi uap air
Berdasarkan Japanese berkisar 404,9-693,4 g/m2/24 jam.
Industrial Standard (1975) nilai Berdasarkan hasil tersebut nilai laju
maksimal laju transmisi uap air transmisi uap air yang didapat pada
adalah 200 g/m2/24 jam, sedangkan penelitian ini mendekati nilai laju
laju transmisi yang didapat pada transmisi uap air pada penelitia-
penelitian ini belum memenuhi penelitian sebelumnya.
standar film kemasan, karena nilai
laju transmisi uap air yang diperoleh Kuat Tarik
melebihi standar yaitu berkisar Hasil sidik ragam
396,37-535,49 g/m2/24 jam. menunjukkan bahwa penambahan
Tingginya nilai laju transmisi uap air konsentrasi sorbitol yang berbeda
pada penelitian ini disebabkan berpengaruh nyata terhadap nilai
karena film terbuat dari pati dan kuat tarik edible film. Rata-rata nilai
kitosan yang merupakan kuat tarik edible film disajikan pada
polisakarida. McHugh dan Krochta Tabel 5
(1994) menyatakan bahwa umumnya

Tabel 5. Rata-rata nilai kuat tarik edible film pati sukun


Perlakuan Kuat tarik (MPa)
S0 (Tanpa Sorbitol) 12,68a
S1 (Sorbitol 0,4%) 10,33b
S2 (Sorbitol 0,8%) 9,62c
S3 (Sorbitol 1,2%) 8,36d
S4 (Sorbitol 1,4%) 7,39e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05) dan angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Berdasarkan tabel 5 dapat sehingga menurunkan nilai kuat tarik
dilihat bahwa kuat tarik yang dan meningkatkan elongasi.
diperoleh dari penelitian ini berkisar Sifat mekanik yang dapat
antara 7,39-12,68 MPa. Edible film merefleksikan ketahanan edible film
tanpa penambahan sorbitol diantaranya adalah nilai kuat tarik,
menghasilkan nilai kuat tarik sehingga penggunaan plasticizer
terbesar yaitu sebesar 12,68 MPa, perlu dikontrol agar penurunan kuat
sedangkan nilai kuat tarik terendah tarik tidak terlalu besar.
dihasilkan oleh edible film dengan Perbandingan nilai kuat tarik dengan
penambahan sorbitol 1,4% yaitu 7,39 penelitian sebelumnya yaitu
MPa. Semakin tinggi konsentrasi penelitian Nurindra dkk. (2015)
sorbitol yang digunakan, nilai kuat tentang karakterisasi edible film dari
tarik edible film yang dihasilkan pati propagule mangrove lindur
mengalami penurunan. Hal ini dengan penambahan CMC sebagai
disebabkan karena sorbitol sebagai plasticizer dengan nilai kuat tarik
plasticizer dapat mengurangi energi untuk perlakuan terbaik adalah 9,22
yang dibutuhkan molekul untuk MPa dimana nilai kuat tarik berkisar
melakukan pergerakan sehingga 1,53-9,22 MPa. dari hasil penelitian
kekakuannya menurun dan tersebut nilai kuat tarik yang didapat
menyebabkan menurunnya nilai kuat pada penelitian ini sudah mendekati
tarik. Suppakul dkk. (2006) bahkan lebih tinggi. menurut
menyatakan bahwa plasticizer dapat Japanese Industrial Standard (1975)
mengurangi ikatan hidrogen internal minimal nilai kuat tarik edible film
molekul dan menyebabkan adalah 0,3 MPa berdasarkan nilai
melemahnya gaya tarik intermolekul tersebut maka kuat tarik edible film
rantai polimer yang berdekatan pada penelitian ini sudah memenuhi
sehingga mengurangi daya regang standar.
putus. McHugh dan Krochta (1994)
juga menyatakan hal yang sama Elongasi
yaitu sorbitol efektif sebagai Hasil sidik ragam
plasticizer karena kemampuannya menunjukkan bahwa penambahan
untuk mengurangi ikatan hidrogen konsentrasi sorbitol yang berbeda
internal, dilain pihak dapat berpengaruh nyata terhadap nilai
meningkatkan jarak intermolekuler, elongasi. Rata-rata nilai elongasi
edible film disajikan pada Tabel 6.

10

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Tabel 6. Rata-rata nilai elongasi edible film pati sukun
Perlakuan Elongasi (%)
S0 (Tanpa Sorbitol) 4,63a
S1 (Sorbitol 0,4%) 5,29b
S2 (Sorbitol 0,8%) 5,77c
S3 (Sorbitol 1,2%) 6,20d
S4 (Sorbitol 1,4%) 6,73e
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05) dan angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata.
hingga titik tertentu dapat menaikan
Berdasarkan tabel 6 dapat elongasi.
dilihat bahwa nilai elongasi yang Elongasi berkaitan dengan
diperoleh dari penelitian ini berkisar konsentrasi plasticizer yang
antara 4,63-6,73%. Nilai elongasi ditambahkan dalam pembuatan
terbesar dihasilkan oleh edible film edible film (Harris, 1999). Pada
dengan penambahan sorbitol 1,4% umumnya, untuk meningkatkan
yaitu 6,73%, sedangkan edible film ketahanan edible film dari bahan
tanpa penambahan sorbitol polisakarida dan protein diperlukan
menghasilkan nilai elongasi terendah plasticizer. Menurut Shotornvit dan
yaitu sebesar 4,63%. dimana pada Krochta (2000), plasticizer
perlakuan S0 (tanpa penambahan merupakan bahan dengan berat
sorbitol) berbeda nyata dengan molekul kecil yang dapat bergabung
perlakuan S1 (sorbitol 0,4%), S2 ke dalam matriks protein dan
(sorbitol 0,8%), S3 (sorbitol 1,2%) polisakarida untuk meningkatkan
dan S4 (sorbitol 1,8%) begitu juga sifat fleksibilitas dan kemampuan
dengan setiap perlakuan. Hal ini membentuk edible film.
disebabkan karena semakin Pada penelitian sebelumnya
meningkatnya konsentrasi sorbitol (Nurdiana, 2002) yaitu edible film
energi aktivasi untuk pergerakan dari kitosan-sorbitol nilai elongasi
molekul dalam matriks semakin yang dihasilkan berkisar 1,11-
berkurang hal ini dapat 13,53%. Dari hasil penelitian
menyebabkan bertambahnya daya tersebut nilai elongasi yang didapat
elastis dari edible film. Lukasik dan pada penelitian ini sudah mendekati.
Ludescher (2005) menjelaskan Minimal nilai elongasi edible film
bahwa plasticizer dapat mengurangi menurut Japanese Industrial
energi aktivasi untuk pergerakan Standard (1975) adalah 5%.
molekul dalam matriks. Semakin Berdasarkan nilai tersebut nilai
berkurangnya pergerakan molekul elongasi pada penelitian ini untuk
dapat menyebabkan bertambahnya perlakuan S1 (sorbitol 0,4%), S2
daya elastis dari edible film, sehingga (sorbitol 0,8%), S3 (sorbitol 1,2%)
peningkatan konsentrasi sorbitol dan S4 (sorbitol 1,6%) sudah
memenuhi standar karena sudah
11

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


melebihi nilai minimal yaitu berkisar melebihi standar yaitu berkisar
5,29-6,73%. 396,37-535,49 g/m2/24 jam. Nilai
laju transmisi uap air yang tinggi
Pemilihan Perlakuan Terbaik akan berdampak pada lama
Edible film merupakan penyimpanan produk yang akan
lapisan tipis dari materi yang dapat dikemas. Semakin tinggi nilai laju
dimakan yang diletakkan di atas transmisi uap air edible film yang
permukaan produk makanan untuk digunakan, maka semakin tidak awet
menyediakan penghalang bagi uap produk yang dikemas.
air, oksigen dan perpindahan padatan Analisis mekanik pada
dari makanan tersebut. Pengemas penelitian ini meliputi uji kuat tarik
yang baik adalah pengemas yang dan elongasi. Nilai uji kuat tarik
dapat melindungi bahan yang pada penelitian ini berkisar 7,39-
dikemas dari tembusnya air. 12,68 MPa. Nilai elongasi pada
Penentuan konsentrasi sorbitol penelitian ini berkisar 4,63-6,73 %.
terbaik pada penelitian ini dapat Nilai kuat tarik berbanding terbalik
dilihat dengan mempertimbangkan dengan elongasi. Semakin tinggi
hasil analisis yang diperoleh. nilai kuat tarik semakin rendah nilai
dapat dilihat bahwa perlakuan elongasinya. Penambahan sorbitol
S1 (konsentrasi sorbitol 0,4%) sebagai plasticizer mempengaruhi
merupakan perlakuan dengan nilai kuat tarik dan elongasi dimana
konsentrasi sorbitol terbaik. Hal semakin tinggi konsentrasi sorbitol
tersebut karena perlakuan S1 semakin rendah nilai kuat tarik dan
menghasilkan edible film dengan semakin meningkat nilai elongasi.
nilai ketebalan, kuat tarik, dan Mengacu pada Japanese Industrial
elongasi yang sudah memenuhi Standard (1975) minimal nilai kuat
standar Japanese industrial standard tarik edible film adalah 0,3 MPa.
(1975) dan memiliki nilai laju Berdasarkan nilai tersebut nilai kuat
transmisi uap air yang lebih rendah tarik pada penelitian ini sudah
dibandingkan perlakuan lainnya. memenuhi standar. Nilai minimal
Ketebalan edible film pada elongasi berdasarkan Japanese
penelitian ini berkisar 0,19-0,25 mm. Industrial Standard (1975) adalah
Maksimal ketebalan edible film 5%. Berdasarkan hasil yang didapat
berdasarkan Japanese Industrial nilai elongasi yang memenuhi
Standart (1975) adalah 0,25 mm, standar adalah pada perlakuan S1
sehingga nilai ketebalan edible film (sorbitol 0,4%), S2 (sorbitol 0,8%),
pada penelitian ini sudah sesuai S3 (sorbitol 1,2%) dan S4 (sorbitol
dengan ketentuan. Berdasarkan 1,6%) dengan nilai elongasi berkisar
Japanese Industrial Standart (1975) 5,29-6,73%. Dari uraian diatas, maka
maksimal laju transmisi uap air 200 dapat dipilih perlakuan S1 (sorbitol
g/m2/24 jam. Laju transmisi uap air 0,4%) sebagai konsentrasi sorbitol
pada penelitian ini belum memenuhi terbaik. Hal tersebut karena dilihat
standar film kemasan, karena nilai dari segi efisiensinya bahwa dengan
laju transmisi uap air yang diperoleh penambahan sorbitol 0,4% sudah
12

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


dapat menghasilkan edible film yang air, kuat tarik dan elongasi edible
memenuhi standar sehingga baik film pati sukun.
digunakan untuk mengemas produk Edible film dengan
pangan film dengan nilai ketebalan, konsentrasi sorbitol 0,4% (perlakuan
kuat tarik, dan elongasi yang sudah S1) dipilih sebagai konsentrasi
memenuhi standar Japanese terbaik, karena menghasilkan edible
Industrial Standard (1975) dan film yang hampir memenuhi standar
memiliki nilai laju transmisi uap air sehingga baik digunakan untuk
yang lebih rendah dibandingkan mengemas produk pangan.
perlakuan lainnya.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Untuk penelitian selanjutnya
Kesimpulan disarankan menggunakan bahan
Berdasarkan hasil penelitian dasar non polisakarida agar dapat
ini dapat disimpulkan bahwa menghasilkan edible film dengan laju
Penambahan sorbitol sebagai transmisi uap air yang lebih rendah
plasticizer dengan konsentrasi yang dan perlu dilakukan uji aplikasi
berbeda berpengaruh nyata terhadap edible film pati sukun sebagai bahan
nilai ketebalan, laju transmisi uap pengemas produk.

DAFTAR PUSTAKA Aqueous Chitosan-Amylose


Anggraeni, S.D. 2002. Pengaruh Starch Films Plasticized
konsentrasi sorbitol With Polyols. AAPS
terhadap mutu edible film PharmSciTech. 5: 15-20.
dari rumput laut
(gracillaria Sp) untuk Cuq, B., N. Gontard., J.L. Cuq., dan
pelapis permen. Fakultas S. Guilbert. 1996. Stability
Teknologi Pertanian. Institut of Myofibrillar Protein
Pertanian Bogor. Bogor. Based Biopackagings
during Storage. Lebensm
Bustillos, R., McHugh, T.H., Wiss Technol.
Krochta, J.M. 1994.
Hydrophilic edible films : Farida, I. 2015. Produksi Bioetanol
Modified Procedure for Dari Pati Sukun
water vapor permeability (Artocarpus Communis
and explanations of Forst.) Secara Sakarifikasi
thickness effect. J. Food.Sci, Dan Fermentasi Simultan
58: 889 ± 903. (Ssf) Terekayasa Mengguna
kan Ragi Tape. Tesis.
Cervera, M.F., J. Heinamaki., K. Sekolah Pasca Sarjana.
Krogars., dan A.C. Jorgensen. Institut Pertanian Bogor.
2005. Solid-State and Bogor.
Mechanical Properties of

13

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Harris, H. 1999. Kajian teknik sifat fisik dan mekanik
formulasi terhadap edible film dari gelatin tipe
karakteristik edible film b dengan penambahan
dari pati ubi kayu, aren, plasticizer gliserol. Fakultas
dan sagu untuk pengemas Teknologi Pertanian. Institut
produk pangan semi basah. Pertanian Bogor. Bogor.
Disertasi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Nurdiana, D. 2002. Karakteristik
Bogor. Bogor. fisik edible film dari kitosan
dengan sorbitol sebagai
Japanesse Industrial Standard. 1975. plasticizer. Skripsi. Fakultas
Japanese Standards Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Association, Vol. 2: 1707 Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Krochta, J. M., E. A. Baldwin, and
M. Nisperos-Carriedo. 1994. Nurindra, A.P., Alamsjah, M.A.,
Edible Coating and Films Sudarno. 2015.
to Improve Food Karakterisasi edible film
Quality. Technomic Public. dari pati propagul
Co. Inc., Lancaster, mangrove lindur (Bruguiera
Pennsylvania. gymnorrhiza) dengan
penambahan carboxymethyl
Lukasik, K.V. dan R.D. Ludescher. cellulose (CMC) sebagai
2005. Effect of plasticizer pemlastis. Jurnal Ilmiah
on dynamic site Perikanan dan Kelautan.
heterogeneity in cold-cast Vol. 7(2): 125-132.
gelatin films. Journal food
hydrocolloids. Vol. 20: 88-95 Oktavia, C. 2015. Pengaruh
Penambahan Khitosan
Marseno, D.W. 2003. Pengaruh terhadap Beberapa
sorbitol terhadap sifat Karakteristik Film Ramah
mekanik dan transmisi uap Lingkungan Berbasis Pati
air film dari pati jagung. Sagu (Metroxylon sp.).
Prosiding Seminar Nasional Skripsi. Fakultas Pertanian.
Industri Pangan. Yogyakarta. Universitas Riau. Pekanbaru.

Mc Hugh, T. H. dan J. M. Krochta. Park, J.W., Testin, R.F., Vergano,


1994. Milk-protein-based D.J., Park, H.J., Weller, C.L.
edible films and coatings. J. 1993. Application of
Food Technologi. Vol. 48 (1): laminated edible film to
97-103. potato chip packaging.
Journal of Food Science. Vol.
Noviariansyah, F. 2004. 61(4): 766
Mempelajari karakteristik
14

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017


Perdana, Y.A. 2016. Perbandingan Suptijah P, E. Salamah, H.
penambahan plasticizer Sumaryanto, S.
gliserol-sorbitol terhadap Purwaningsih, J. Santoso.
biodegradasi dan 1992. Pengaruh Berbagai
karakteristik pectin kulit Isolasi Khitin Kulit Udang
jeruk Bali (Citrus maxima)- terhadap Mutunya. Jurnal
pati onggok singkong. Penelitian Perikanan
Skripsi. Program Studi Indonesia Vol. 3(1): 1-9
Kimia. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.

Rimadianti, N. 2007. Karakteristik


edible film dari isinglass
dengan penambahan
sorbitol sebagai plasticizer.
Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Setiani, W., T. Sudiarti dan L.
Rahmidar. 2013. Preparasi
dan Karakterisasi Edible
Film dari Poliblend Pati
Sukun-Kitosan. Jurnal
Kimia Valensi Vol. 3(2):
100-109.

Sothornvit. R. dan J.M. Krochta.


2000. Plasticizer effect on
oxygen permeability of t-
lactoglobulin films. Journal
of agric and food cherm. Vol.
48: 6298-6302

Suppakul, P. 2006. Plasticizer and


Relative Humidity Effects
on Mechanical Properties
of Cassava Flour Films.
Department of Packaging
Technology. Faculty of
Agro-Industry. Kasetsart
University. Bangkok.

15

JOM FAKULTAS PERTANIAN, VOLUME 4 NOMOR 2, OKTOBER 2017

Anda mungkin juga menyukai