Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM STEARAT DAN

PROTEIN PADA PEMBUATAN BIODEGRADABLE FOAM


DENGAN METODE BAKING PROCESS
Anna Rubi Sofiana (1231410041),Ilmi Nur Widyantini (1231410107)
Pembimbing : Nanik Hendrawati, ST.,MS

Abstrak

Biodegradable Foam berbahan dasar pati singkong, protein, dan kitosan dihasilkan dengan metode
Baking Process. Penambahan Magnesium stearat dan jenis protein yang berbeda berpengaruh pada
kualitas biodegradable foam. Jumlah penambahan Magnesium Steara divariasikan dari 1; 1.6; 2.2;
2.8; 3.4; 4 %w/w, sedangkan sumber protein yang digunakan berasal dari protein kacang kedelai,
kacang tanah, dan putih telur. Uji Kualitas biodegradable foam yang dilakukan terhadap hasil yaitu
uji water absorption, biodegradability, uji tarik, dan uji SEM. Penambahan Magnesium Stearat
sebanyak 4 %w/w memiliki tingkat water absorption dan biodegradability yang paling rendah.
Magnesium Stearat berpengaruh terhadap kemampuan penyerapan air dan kemampuan
terdegradasinya foam, sedangkan tidak berpengaruh signifikan terhadap kuat tarik. Kuat tarik
dipengaruhi oleh kitosan yang berperan sebagai filler dan gliserol yang berperan sebagai
plasticizer. Hasil uji SEM menunjukkan bahwa biodegradable foam yang dihasilkan memiliki fase
kristalin yang rendah.

Kata kunci : Biodegradable foam, baking process, magnesium stearat, protein

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia Styrofoam atau dkk, 2004), monmorilonit


polystyrene begitu banyak digunakan (P.Kampeerapappun dkk, 2007), dan
oleh manusia dalam kehidupannya PS melalui teknik polimerisasi
sehari-hari Styrofoam terbukti tidak suspensi (K.Kaewtatip dkk, 2008).
ramah lingkungan, karena tidak Polipaduan gabus PS–pati yang
dapat diuraikan sama sekali. Bahkan mampu terbiodegradasi telah dirintis.
pada proses produksinya sendiri, Berdasarkan penelitian yang telah
menghasilkan limbah yang tidak dilakukan oleh Pablo dkk (2007),
sedikit, sehingga dikategorikan penambahan protein bunga matahari
sebagai penghasil limbah berbahaya mempengaruhi kemampuan
ke-5 terbesar di dunia oleh EPA penyerapan air, kemampuan
(Enviromental Protection Agency). terbiodegradasi, dan kekuatan tarik
Oleh karena itu, mulai banyak dari suatu Biodegradable Foam.
dikembangkan produk polimer Magnesium stearat adalah senyawa
biodegradabel, salah satunya adalah hidrofobik yang berfungsi untuk
dengan membuat polipaduan mencegah menempelnya foam yang
berbasis pati. terbentuk pada cetakan. Guar gum
Telah banyak penelitian yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
melaporkan pembuatan polipaduan solid separation atau pemisahan
pati, di antaranya dengan pada campuran biodegradable foam
polipropilena (C.H Azhari dan (Salgado, Schimdt, Ortis, Mauri, and
S.F.Wong, 2001), polietilena (B.Raj Laurindo, 2008; Shrogen et al.,
1998). Sedangkan gliserol water absorption terhadap
ditambahkan sebagai plasticizer. biodegradable foam?
(Shrogen et al., 1998). 4) Bagaimana struktur morfologi
Penambahan serat selulosa biodegradable foam terhadap uji
meningkatkan sifat mekanis pada mekanis, biodegradability, water
Biodegradable Foam. (Schimdt, absorption yang terbaik?
2006). Dikarenakan mahalnya harga 1.3 Tujuan Penelitian
biji bunga matahari, maka kami Adapun tujuan dari penelitian ini
memiliki alternatif pengganti untuk meliputi :
biji bunga matahari tersebut. Protein 1) Mengetahui pengaruh protein
dari kacang tanah dan kacang kedelai yang ditambahkan terhadap
mampu menggantikan protein biji kualitas biodegradable foam.
bunga matahari. Biodegradable foam 2) Mengetahui pengaruh
yang dihasilkan selanjutnya penambahan Magnesium Stearat
dilakukan empat jenis pengujian, terhadap kualitas biodegradable
yaitu uji water absorption foam.
(kemampuan menyerap air), uji 3) Mengetahui sifat mekanis,
biodegradability (kemampuan biodegradability, dan kemampuan
terdegradasi), uji tarik, dan uji water absorption terhadap
Scanning Electron Microscopy biodegradable foam.
(SEM). 4) Mengetahui struktur morfologi
Penelitian yang akan dilakukan biodegradable foam terhadap uji
adalah pembuatan biodegradable mekanis, biodegradability dan
foam berbahan dasar pati singkong, water absorption yang terbaik.
kitosan, dan protein yang berasal dari
kacang tanah, kacang kedelai, dan 2. Bahan dan Metode Percobaan
putih telur. Penelitian ini diharapkan 2.1 Bahan
mampu menghasilkan produk Bahan baku yang digunakan
biodegradable foam dengan tingkat yaitu pati singkong, kitosan, protein
biodegradability dan water kacang tanah, protein kacang
absorption yang baik. kedelai, protein putih telur. Pada
1.2 Rumusan Masalah percobaan digunakan pelarut asam
Dalam penelitian ini akan asetat dan Air, sedangkan aditif yang
dibahas mengenai pembuatan digunakan diantaranya Magnesium
Biodegradable Foam dari pati Stearat, Karagenan, dan Gliserol.
singkong, kitosan dan protein dengan
cara Baking Process. Adapun 2.2 Metode Percobaan
rumusan masalah yang akan diteliti a) Pembuatan Isolat Protein
meliputi : Kacang tanah atau kacang kedelai
1) Bagaimana pengaruh protein yang yang dijadikan sumber protein
ditambahkan terhadap kualitas ditimbang sebanyak 500 gram dan
biodegradable foam? dilakukan perendaman didalam air
2) Bagaimana pengaruh penambahan selama 6 jam. Tujuan utama adalah
Magnesium Stearat terhadap untuk melunakkan kacang supaya
kualitas biodegradable foam? mudah saat dilakukan penggilingan.
3) Bagaimana sifat mekanis, Setelah 6 jam, kacang tanah dan
biodegradability, dan kemampuan kedelai ditiriskan kemudian digiling
untuk mendapatkan bentuk bubuk
dari kacang tersebut. Tambahkan air Asam asetat 1% lakukan pengadukan
dengan perbandingan kacang : air selama 5 menit agar homogen dan
sebanyak 1:3. Setelah terbentuk dua membentuk gel. Pati singkong
lapisan yaitu endapan (pati) dan sebanyak 36 gram dilarutkan
cairan (filtrat) pisahkan kedua kedalam 40 gram air. Kemudian
lapisan tersebut hingga campurkan larutan pati dan kitosan,
didapatkanlah filtratnya. Panaskan tambahkan protein dan bahan aditif.
filtrat hingga suhu 80oC. Tambahkan Bahan aditif yang ditambahkan
asam asetat hingga pH larutan adalah Magnesium Stearat 1; 1,6;
mencapai 4.5. Endapan yang 2,2; 2,8; 3,4; 4% (w/w), karagenan
terbentuk dari penambahan asam (1.5% w/w), dan gliserol (6% w/w)
asetat kemudian dipisahkan dan dengan pengadukan cepat
disaring menggunakan kertas saring. menggunakan mixer selama 5 menit
hingga terbentuk adonan yang
b) Pembuatan Biodegradable homogen. Tuang adonan kedalam
Foam cetakan. Kemudian masukkan
Pati singkong dikeringkan adonan kedalam oven dengan suhu
didalam oven pada suhu 80 oC 100 oC selama 60 menit untuk
selama 24 jam kemudian disimpan menghilangkan kadar air. Setelah 1
dalam desikator. Pati singkong yang jam, keluarkan biodegradable foam.
telah dikeringkan dan protein Dinginkan disuhu ruang selama 4
ditimbang dengan perbandingan 1:9, hari. Lakukan uji water absorption,
dan kitosan sebanyak 10 gram. uji tarik, uji biodegradability, dan uji
Larutkan kitosan kedalam 100 gram SEM.

3. Pengumpulan Data
Tabel 1. Formulasi Pembuatan Biodegradable Foam
Sampel Pati Kitosan Protei Karagenan Gliserol Mg
Singkong (g) n (g) (g) (g) Stearat
(g) (g)
1 36 10 4 0.75 6 0.5
2 36 10 4 0.75 6 0.81
3 36 10 4 0.75 6 1.1
4 36 10 4 0.75 6 1.4
5 36 10 4 0.75 6 1.71
6 36 10 4 0.75 6 2

a) Uji Water Absorption didalam air selama 60 detik.


Pengujian water Angkat foam, kemudian
absorbtion mengacu pada keringkan menggunakan tisu
standart ABNT NBR NM untuk menghilangkan sisa air
ISO 535, 1999. Foam yang menempel pada foam.
dipotong dengan ukuran 2,5 x Lakukan penimbangan lagi
5 cm, dilakukan dan catat sebagai berat akhir
penimbangan dan dicatat foam. Perbedaan berat foam
sebagai berat foam awal. awal dan akhir dicatat
Kemudian foam direndam sebagai banyaknya air yang
terserap oleh biodegradable Besarnya nilai kuat tarik dapat
foam. ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
F maks (2)
σ=
A
b) Uji Biodegradability
Biodegradable foam yang Keterangan:
dihasilkan dari pati singkong σ = Kuat tarik (MPa)
diuji kemampuan F maks = Tegangan maksimum
terdegradasi dengan cara (N)
memendamnya didalam tanah A = Luas penampang
selama 14 hari. Dilakukan film yang dikenai tegangan
penimbangan awal untuk (mm2)
mengetahui berat foam
sebelum dipendam didalam d) Uji SEM
tanah. Setelah dipendam Mikroskop elektron digunakan
didalam tanah, ditimbang sebagai alat pendeteksi objek pada
kembali untuk mengetahui skala yang amat kecil. Analisis sifat
biodegradable foam yang permukaan dilakukan menggunakan
terdegradasi. (Ghorpade, Scanning Electron Microscope
Gennadios, and Hanna. 2001) (SEM) untuk mengetahui morfologi
biodegradable foam yang
c) Uji Tatik dihasilkan.Jenis mikroskop SEM
Analisis mengacu pada Technical yang digunakan untuk pengujian
Association of the Pulp and Paper sampel adalah Phenom type G2 Pro.
Industry (TAPPI) No. T404. Pada
aplikasinya, foam dipotong sesuai 4. Pembahasan
dengan ukuran. Kemudian foam
dijepitkan pada alat uji tarik hasil a) Water Absorption
modifikasidan ditarik hingga putus. Uji ini dilakukan untuk
Lalu dicatat beban saat penarikan mengetahui ketahanan foam
(g). Besarnya tegangan maksimum terhadap air. Uji water
yang mampu ditahan oleh foam absorption dilakukan dengan
hingga titik putusnya dihitung cara menghitung perubahan
menggunakan persamaan sebagai berat yang terjadi akibat
berikut: banyaknya air yang diserap
F maks=m .a
foam. Jumlah air yang
(1) diserap dituliskan sebagai
persen air yang terserap.
Keterangan:
F maks = Tegangan
maksimum (N)
m = Beban saat ditarik
(Kg)
a = Percepatan gravitasi
(m/s2)
90% Magnesium Stearat 1%w/w

% Air yang Terserap (w/w)


75%
hingga sampel dengan
penambahan Magnesium
60%
Stearat 4%w/w mengalami
45%
Kacang Kedelai penurunan sebesar 81.41 –
30% Kacang Tanah 51.04%. Pada protein kacang
Putih Telur
15% tanah sampel dengan
0% penambahan Magnesium
1 2 3 4 5 6
Stearat 1%w/w hingga
Penambahan Magnesium Searat (%w/w) sampel dengan penambahan
Magnesium Stearat 4%w/w
Gambar 4.1 Hubungan Penambahan
penurunan daya serap air dari
Magnesium Stearat (%w/w) dan % Air 86.61 – 56.67%. Sedangkan
Yang Terserap pada protein putih telur pada
Dari hasil pengujian water sampel dengan penambahan
absorption diketahui bahwa Magnesium Stearat 1%w/w
penambahan Magnesium hingga sampel dengan
Stearat berpengaruh terhadap penambahan Magnesium
kualitas biodegradable foam. Stearat 4%w/w daya serap
Pada grafik 4.1 terlihat bahwa airnya mengalami penurunan
semakin banyak Magnesium dari 88 – 62.51%.
Stearat yang ditambahkan, Kandungan protein dari
maka ketahanan terhadap air ketiga sumber yang
semakin tinggi. Magnesium digunakan mempengaruhi
Stearat bersifat hidrofobik, di kemampuan water
mana senyawa ini akan absorption suatu foam.
membentuk lapisan film Karena semakin tinggi
hidrofobik yang tipis komposisi protein, maka akan
disekeliling foam yang semakin menurunkan
menyebabkan kemampuan kemampuan water
water absorbtion foam absoription pada foam. Hal
mengalami penurunan. ini dapat dilihat dari jumlah
Kecenderungan penurunan beberapa asam amino yang
kemampuan penyerapan air bersifat hidrofobik seperti
ini terjadi pada valin, isoleusin, dan asam
biodegradable foam dengan glutamat. Jumlah asam amino
tiga jenis isolat protein yang tersebut lebih banyak terdapat
berbeda yaitu kacang kedelai, pada kacang kedelai. Tiap
kacang tanah, maupun putih 100 gram kacang kedelai
telur. terdapat valin sebanyak 1.6
Hasil water absorption gram, isoleusin sebanyak 2.1
pada foam dengan ketiga gram, dan asam glutamat
jenis protein yang berbeda sebanyak 7.6 gram. Pada tiap
menunjukkan penurunan 100 gram kacang tanah
yang cukup signifikan. Pada terdapat 1.1 gram valin, 0.9
protein kacang kedelai gram isoleusin, dan 7 gram
penurunan daya serap air dari asam glutamat. Sedangkan
sampel dengan penambahan pada 100 gram putih telur
hanya terdapat 1.676 gram Gambar 2 PersenTerdegradasi
asam glutamat. Struktur asam Biodegradable Foam Selama 14 Hari
glutamat yang dikarboksilat Ketiga jenis protein yang
menunjukkan dia bersifat digunakan pada pembuatan
hidrofobik pula. Oleh karena biodegradable foam
itu, dari ketiga jenis protein mempengaruhi
tersebut yang menghasilkan terdegradasinya foam. Hal ini
foam dengan ketahanan air dikarenakan komposisi dan
paling baik adalah protein jumlah asam amino yang
kacang kedelai dengan bersifat hidrofobik pada
penambahan Magnesium ketiga sumber protein
Stearat 4 %w/w. Hal ini tersebut yang berbeda.
dikarenakan kadar protein Banyaknya asam amino yang
dan jumlah asam amino yang hidrofobik ini juga
bersifat hidrofobik dalam mempengaruhi kemampuan
kedelai paling tinggi diantara penyerapan air foam dan
ketiga jenis protein lain. berdampak pada kecepatan
Kandungan protein yang terdegradasi dari foam.
tinggi menurunkan post- Sedangkan sifat Magnesium
pressing moisture content dan Stearat yang hidrofobik
kapasitas penyerapan air dari berhubungan dengan aktifitas
foam. (Salgado, dkk. 2008) mikroorganisme. Karena
mikroorganisme
b) Biodegradability membutuhkan air untuk
Uji biodegradability metabolisme. (Hendritomo,
dilakukan untuk mengetahui 2010). Semakin banyak
kemampuan terdegradasi dari Magnesium Stearat, maka air
biodegradable foam. Uji ini yang terserap oleh foam akan
dilakukan dengan cara semakin sedikit. Foam yang
merendam sampel di dalam demikian ini akan lebih lama
tanah. Tanah yang digunakan terdegradasi akibat
sebagai media ditambahkan terhambatnya metabolisme
pupuk cair EM4 sebagai mikroorganisme
pengkondisian kesuburan pendegradasi. Maka secara
tanah. Waktu pemendaman tidak langsung Magnesium
adalah 14 hari. Stearat berpengaruh terhadap
45% kemampuan foam untuk
terdegradasi.
% Biodegradability

30%
Kecenderungan penurunan
persen terdegradasinya foam
Kacang Kedelai akibat penambahan
15%
Kacang Tanah Magnesium Stearat terlihat
Putih Telur
pada ketiga jenis protein. Hal
0%
ini dapat dilihat pada Gambar
1 2 3 4 5 6
2.4 yang menunjukkan
Penambahan Magnesuim Stearat (%w/w)
penurunan persen
terdegradasi foam dengan
protein kacang kedelai dari
sampel dengan penambahan
Mg Stearat 1%w/w hingga
sampel dengan penambahan c) Uji Tarik
Mg Stearat 4%w/w Sifat mekanis
mengalami penurunan biodegradable foam dilihat
sebesar 42% - 24%. Pada dengan melakukan uji tarik.
protein kacang tanah Tensile Strength atau kuat
penurunan persen tarik adalah kekuatan putus
terdegradasi foam dari suatu bahan yang dihitung
sampel dengan penambahan dari pembagian gaya
Mg Stearat 1%w/w hingga maksimum yang mampu
sampel dengan penambahan ditanggung bahan terhadap
Mg Stearat 4%w/w luas penampang bahan mula
mengalami penurunan – mula. (Sudirman, dkk.
sebesar 39% - 22%. Pada 2002) Tujuan melakukan uji
protein putih telur persen tarik adalah untuk
terdegradasi foam dari mengetahui kekuatan tarik
sampel dengan penambahan biodegradable foam.
Mg Stearat 1%w/w hingga
sampel dengan penambahan0.03
Mg Stearat 4%w/w0.03
mengalami penurunan0.02
sebesar 35% - 18%.
σ (MPa)

0.02
Menurut standar Kacang Kedelai
Internasional (ASTM 5336)0.01 Kacang Tanah
lamanya Film Plastik0.01 Putih Telur

terdegradasi (biodegradasi) 0
untuk plastik PLA dari 1 1.6 2.2 2.8 3.4 4
Jepang dan PCL dari Inggris Mg Stearat (%w/w)
membutuhkan waktu 60 hari
untuk dapat terurai secara Gambar 3 Hubungan Penambahan
keseluruhan (100%) Magnesium Stearat (%w/w) dan Kuat Tarik
(Arief,2013 pada jurnal
Dari grafik diatas dapat
Pamilia, 2014). Pada
dilihat bahwa penambahan
penelitian pembuatan
magnesium stearat tidak
Biodegradable foam berbasis
berpengaruh secara signifikan
pati singkong, kitosan dan
terhadap kuat tarik foam.
protein pada uji
Sedangkan jenis protein
biodegradability (waktu
mempengaruhi basarnya kuat
terdegradasi) foam selama 14
tarik foam. dan penambahan
hari yang mendekati standard
Magnesium Stearat tidak
adalah foam yang dibuat
berpengaruh banyak terhadap
dengan menggunakan protein
kuat tarik foam. Seperti kuat
kacang kedelai dengan
tarik (σ) pada foam dengan
penambahan magnesium
protein kacang kedelai
stearat sebesar 4% (w/w)
dengan penambahan
dengan persen
Magnesium Stearat 1 %w/w
terdegradasinya sebanyak
hingga 4 %w/w adalah
24.14%.
0.0241 - 0.0249 MPa. Pada
protein kacang tanah nilai kitosan yang ditambahkan
kuat tarik (σ) dari sampel maka kuat tarik foam akan
dengan penambahan semakin baik. Sebaliknya
Magnesium Stearat 1 %w/w semakin banyak gliserol yang
hingga penambahan 4 %w/w ditambahkan, maka
adalah 0.0209 - 0.0210 MPa. meningkatkan elastisitas
Pada protein putih telur nilai foam karena fungsi dari
kuat tarik (σ) pada sampel gliserol sebagai plasticsizer.
dengan penambahan Hal ini dikarenakan semakin
Magnesium Stearat 1 %w/w banyak kitosan yang
hingga 4 %w/w adalah ditambahkan, semakin
0.0193 - 0.0193 MPa. Pada banyak ikatan hidrogen pada
penelitian Pablo dkk foam, sehingga foam akan
formulasi yang dihasilkan memiliki nilai kuat tarik yang
dari sifat terbaik dengan tinggi.
komposisi 20% serat
selulosan dan 10% isolat d) SEM
protein memiliki kuat tarik Morfologi biodegradable foam
maksimum sebesar 6,57 MPa. dilihat dengan uji SEM (Scanning
Hal ini dikarenakan Electron Microscopy). Sampel foam
penggunaan serat selulosa yang diuji adalah foam dari protein
pada biodegradable foam kacang kedelai dengan penambahan
yang dapat meningkatkan Magnesium Stearat sebanyak 4
kuat tarik dari foam yang %w/w Pengujian SEM dilakukan
dihasilkan. untuk mengetahui struktur dari
Sifat Polimer yang biodegradable foam yang dihasilkan.
termoplastik umumnya Hasil uji SEM disajikan dalam
mempunyai dua fasa, yaitu bentuk gambar 4 hingga 7.
fasa amorf dan fasa kristalin.
Daerah kristalin tersusun dari
rantai molekul yang teratur
dan rapat sehingga
mempunyai kuat tarik yang
lebih besar dibandingkan
daerah amorf. Sedangkan
daerah amorf mempunyai
rantai molekul yang tidak
teratur. (Sudirman, dkk.
2002) Dilihat dari hasil uji
tarik biodegradable foam
yang rata – rata bernilai kecil,
maka fasa amorf lebih Gambar 4 Morfologi Biodegradable foam
Protein Kacang Kedelai dengan
mendominasi daripada fasa
Penambahan Magnesium Stearat 4%(w/w)
kristalin. perbesaran 200x
Kuat tarik juga
dipengaruhi oleh Gambar 4 diambil pada salah satu
penambahan kitosan dan sisi sampel dengan perbesaran 200
gliserol. Semakin banyak
kali. Terlihat adanya rongga – Gambar 4.6 Morfologi Biodegradable foam
rongga pada morfologi sampel. Protein Kacang Kedelai dengan
Penambahan Magnesium Stearat 4%(w/w)
perbesaran 3000x

Gambar 4.6 merupakan


foto SEM dari biodegradable
foam menggunakan
perbesaran 3000 kali.
Struktur yang teratur pada
foam terlihat pada hasil uji
SEM ini. Keteraturan struktur
pada foam inilah yang
mempengaruhi ketahanan
terhadap air dan kuat tarik
foam . Semakin banyak
keteraturan struktur yang
Gambar 4.5 Morfologi Biodegradable foam
Protein Kacang Kedelai dengan
terbentuk pada foam, maka
Penambahan Magnesium Stearat 4%(w/w) ketahanan foam terhadap air
perbesaran 1000x dan kuat tarik foam semakin
tinggi.
Pada gambar 4.5 terlihat
adanya banyak titik putih dan
hitam yang merupakan
partikel pati dan kitosan
yang belum tercampur secara
merata. Hal ini dikarenakan
rendahnya rpm putaran pada
saat pembuatan
biodegradable foam. Terlihat
juga pada Gambar 4.6 bahwa
struktur foam yang teratur,
dalam polimer disebut fase
Gambar 4.7 Morfologi Biodegradable foam
kristalin dan struktur yang
Protein Kacang Kedelai dengan
tidak teratur, dalam polimer Penambahan Magnesium Stearat 4%(w/w)
disebut fase amorf. perbesaran 5000x
Secara keseluruhan, hasil protein kacang kedelai dengan σ
uji SEM yang telah dilakukan sebesar 0,025698 MPa.
dapat menunjukkan bentuk 2. Penambahan Magnesium Stearat
morfologi dari biodegradable pada biodegradable foam
foam. Struktur morfologi menurunkan water absorption dan
sampel yang ditunjukkan biodegradability foam, namun
gambar menunjukkan bahwa tidak berpengaruh secara
biodegradable foam yang signifikan terhadap uji kuat tarik.
dihasilkan adalah polimer Penambahan Magnesium Stearat
yang cenderung tidak 4% (w/w) menghasilkan persen
beraturan. Partikel putih dan air yang terserap (51,04%) dan
hitam pada sampel tingkat terdegradasinya foam
menggambarkan distribusi paling rendah (24,14%).
partikel kitosan yang tidak 3. Biodegradable foam terbaik dari
tercampur merata. Hal ini seluruh variable yang diujikan
mengindikasikan bahwa berasal dari protein kacang
partikel kitosan mengalami kedelai dengan penambahan
pengelompokan sehingga Magnesium Stearat sebesar 4%
menyebabkan distribusi (w/w) memiliki daya tarik sebesar
kitosan di dalam foam tidak 0,025698 MPa. Persen air yang
tersebar secara merata. Hal terserap 51,04% dan persen
tersebut disebabkan terdegradasi paling rendah 18%.
rendahnya rpm putaran pada 4. Morfologi dari formulasi
saat pengadukan antara biodegradable foam yang terbaik
kitosan dan pati yang yaitu foam dari protein kacang
menyebabkan penyebaran kedelai dengan penambahan
kitosan tidak merata. magnesium stearat sebanyak 4%
(w/w) tersusun dari struktur yang
5. Kesimpulan dan Saran teratur (kristalin) dan tidak teratur
a) Kesimpulan (amorf).
Kesimpulan dari penelitian
pembuatan biodegradable foam b) Saran
adalah sebagai berikut : 1. Sebaiknya pemilihan variable
1. Jenis protein yang ditambahkan berubah dalam formulasi
pada biodegradable foam pembuatan Biodegradable foam
berpengaruh terhadap uji water adalah kitosan. Hal ini diketahui
absorption dan uji dapat berpengaruh pada kualitas
biodegradability. Semakin banyak Uji Tarik biodegradable foam.
jumlah asam amino valin, 2. Pada proses pembuatan
isoleusin, dan asam glutamat biodegradable foam rpm putaran
dalam protein maka foam yang sebaiknya divariabelkan, Hal ini
dihasilkan memiliki daya tahan dapat berpengaruh pada Kuat
terhadap air yang tinggi. Jenis Tarik biodegradable foam.
protein juga mempengaruhi 3. Uji tarik sebaiknya beracuan pada
besarnya kuat tarik foam. Kuat standart.
tarik terbesar diperoleh dari jenis
DAFTAR PUSTAKA pada Atap Miring di
Agustina, N., Rosyidi, D., Thohari, I. Surabaya. Surabaya:
2013. Evaluasi Sifat Putih Fakultas Teknik Sipil dan
Telur Ayam Pasteurisasi Perencanaan Universitas
Ditinjau dari pH, Kadar Kristen Petra
Air, Sifat Emulsi dan Daya Merrison, R., Boyd, R. 1987.
Kembang Angel Cake. Organic Chemistry. United
Malang: Fakultas State of America: Allyn and
Peternakan Universitas Bacon, Inc.
Brawijaya Pamilia Coniwanti , Linda Laila,
Coniwanti, P., Laila, L., Alfira, Mardiyah Rizka Alfira.
M.R., 2006. Pembuatan 2014. Pembuatan Film
Film Plastik Biodegradable Plastik Biodegradable Dari
dari Pati Jagung dengan Pati Jaung dengan
Penambahan Kitosan dan Penambahan Kitosan dan
Pemlastis Gliserol. Pemlastis Gliserol.
Indralaya: Fakultas Teknik Palembang: Jurusan Teknik
Universitas Sriwijaya Kimia Fakultas Teknik
Hendritomo, Henky Isnawan. 2010. Universitas Sriwijaya
Pengaruh Pertumbuhan
Mikroba terhadap Mutu Salgado, P.R., Schimdt, V.C., Sara,
Kecap Selama E., 2008. Biodegradable
Penyimpanan. Jakarta: Foam Based on Cassava
Pusat Pengkajian dan Starch, Sun Flower
Penerapan Teknologi Proteins, and Celullose
Bioindustri. Fibers by a Baking Process.
Herliany, N.E., Salamah, E., Journal of Food Engineering
Santoso, J.2009. 85 435 – 443
Karakteristik Biofilm Sarindri, R., Wulandari, N. 2013.
Berbahan Dasar Pembuatan Polipaduan
Karagenan. Bogor: Fakultas Polistiren Foam – Pati
Perikanan dan Ilmu dengan Penambahan Asam
Kelautan Institut Pertanian Poli Laktat sebagai Bahan
Bogor. Pengkompatibel. Malang:
Iriani, E,S., Rachma, N., Sunarti, Jurusan Teknik Kimia
T,C. 2011. Pengembangan Politeknik Negeri Malang
Biodegradable Foam Triono, Agus. 2010. Pengaruh
Berbahan Baku Pati. Bogor: Penambahan Beberapa
Fakultas Matematika Asam pada Proses Isolasi
Institut Pertanian Bogor. Protein Terhadap Tepung
Juniwati, A ., Mintorogo, D,S., Protein Isolat Kacang
Widigdo, WK. 2012. Hijau. Subang: Balai Besar
Efektivitas Styrofoam Pengembangan Teknologi
Sebagai Isolator Panas Tepat Guna.

Anda mungkin juga menyukai