Abstrak
Biodegradable Foam berbahan dasar pati singkong, protein, dan kitosan dihasilkan dengan metode
Baking Process. Penambahan Magnesium stearat dan jenis protein yang berbeda berpengaruh pada
kualitas biodegradable foam. Jumlah penambahan Magnesium Steara divariasikan dari 1; 1.6; 2.2;
2.8; 3.4; 4 %w/w, sedangkan sumber protein yang digunakan berasal dari protein kacang kedelai,
kacang tanah, dan putih telur. Uji Kualitas biodegradable foam yang dilakukan terhadap hasil yaitu
uji water absorption, biodegradability, uji tarik, dan uji SEM. Penambahan Magnesium Stearat
sebanyak 4 %w/w memiliki tingkat water absorption dan biodegradability yang paling rendah.
Magnesium Stearat berpengaruh terhadap kemampuan penyerapan air dan kemampuan
terdegradasinya foam, sedangkan tidak berpengaruh signifikan terhadap kuat tarik. Kuat tarik
dipengaruhi oleh kitosan yang berperan sebagai filler dan gliserol yang berperan sebagai
plasticizer. Hasil uji SEM menunjukkan bahwa biodegradable foam yang dihasilkan memiliki fase
kristalin yang rendah.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
3. Pengumpulan Data
Tabel 1. Formulasi Pembuatan Biodegradable Foam
Sampel Pati Kitosan Protei Karagenan Gliserol Mg
Singkong (g) n (g) (g) (g) Stearat
(g) (g)
1 36 10 4 0.75 6 0.5
2 36 10 4 0.75 6 0.81
3 36 10 4 0.75 6 1.1
4 36 10 4 0.75 6 1.4
5 36 10 4 0.75 6 1.71
6 36 10 4 0.75 6 2
30%
Kecenderungan penurunan
persen terdegradasinya foam
Kacang Kedelai akibat penambahan
15%
Kacang Tanah Magnesium Stearat terlihat
Putih Telur
pada ketiga jenis protein. Hal
0%
ini dapat dilihat pada Gambar
1 2 3 4 5 6
2.4 yang menunjukkan
Penambahan Magnesuim Stearat (%w/w)
penurunan persen
terdegradasi foam dengan
protein kacang kedelai dari
sampel dengan penambahan
Mg Stearat 1%w/w hingga
sampel dengan penambahan c) Uji Tarik
Mg Stearat 4%w/w Sifat mekanis
mengalami penurunan biodegradable foam dilihat
sebesar 42% - 24%. Pada dengan melakukan uji tarik.
protein kacang tanah Tensile Strength atau kuat
penurunan persen tarik adalah kekuatan putus
terdegradasi foam dari suatu bahan yang dihitung
sampel dengan penambahan dari pembagian gaya
Mg Stearat 1%w/w hingga maksimum yang mampu
sampel dengan penambahan ditanggung bahan terhadap
Mg Stearat 4%w/w luas penampang bahan mula
mengalami penurunan – mula. (Sudirman, dkk.
sebesar 39% - 22%. Pada 2002) Tujuan melakukan uji
protein putih telur persen tarik adalah untuk
terdegradasi foam dari mengetahui kekuatan tarik
sampel dengan penambahan biodegradable foam.
Mg Stearat 1%w/w hingga
sampel dengan penambahan0.03
Mg Stearat 4%w/w0.03
mengalami penurunan0.02
sebesar 35% - 18%.
σ (MPa)
0.02
Menurut standar Kacang Kedelai
Internasional (ASTM 5336)0.01 Kacang Tanah
lamanya Film Plastik0.01 Putih Telur
terdegradasi (biodegradasi) 0
untuk plastik PLA dari 1 1.6 2.2 2.8 3.4 4
Jepang dan PCL dari Inggris Mg Stearat (%w/w)
membutuhkan waktu 60 hari
untuk dapat terurai secara Gambar 3 Hubungan Penambahan
keseluruhan (100%) Magnesium Stearat (%w/w) dan Kuat Tarik
(Arief,2013 pada jurnal
Dari grafik diatas dapat
Pamilia, 2014). Pada
dilihat bahwa penambahan
penelitian pembuatan
magnesium stearat tidak
Biodegradable foam berbasis
berpengaruh secara signifikan
pati singkong, kitosan dan
terhadap kuat tarik foam.
protein pada uji
Sedangkan jenis protein
biodegradability (waktu
mempengaruhi basarnya kuat
terdegradasi) foam selama 14
tarik foam. dan penambahan
hari yang mendekati standard
Magnesium Stearat tidak
adalah foam yang dibuat
berpengaruh banyak terhadap
dengan menggunakan protein
kuat tarik foam. Seperti kuat
kacang kedelai dengan
tarik (σ) pada foam dengan
penambahan magnesium
protein kacang kedelai
stearat sebesar 4% (w/w)
dengan penambahan
dengan persen
Magnesium Stearat 1 %w/w
terdegradasinya sebanyak
hingga 4 %w/w adalah
24.14%.
0.0241 - 0.0249 MPa. Pada
protein kacang tanah nilai kitosan yang ditambahkan
kuat tarik (σ) dari sampel maka kuat tarik foam akan
dengan penambahan semakin baik. Sebaliknya
Magnesium Stearat 1 %w/w semakin banyak gliserol yang
hingga penambahan 4 %w/w ditambahkan, maka
adalah 0.0209 - 0.0210 MPa. meningkatkan elastisitas
Pada protein putih telur nilai foam karena fungsi dari
kuat tarik (σ) pada sampel gliserol sebagai plasticsizer.
dengan penambahan Hal ini dikarenakan semakin
Magnesium Stearat 1 %w/w banyak kitosan yang
hingga 4 %w/w adalah ditambahkan, semakin
0.0193 - 0.0193 MPa. Pada banyak ikatan hidrogen pada
penelitian Pablo dkk foam, sehingga foam akan
formulasi yang dihasilkan memiliki nilai kuat tarik yang
dari sifat terbaik dengan tinggi.
komposisi 20% serat
selulosan dan 10% isolat d) SEM
protein memiliki kuat tarik Morfologi biodegradable foam
maksimum sebesar 6,57 MPa. dilihat dengan uji SEM (Scanning
Hal ini dikarenakan Electron Microscopy). Sampel foam
penggunaan serat selulosa yang diuji adalah foam dari protein
pada biodegradable foam kacang kedelai dengan penambahan
yang dapat meningkatkan Magnesium Stearat sebanyak 4
kuat tarik dari foam yang %w/w Pengujian SEM dilakukan
dihasilkan. untuk mengetahui struktur dari
Sifat Polimer yang biodegradable foam yang dihasilkan.
termoplastik umumnya Hasil uji SEM disajikan dalam
mempunyai dua fasa, yaitu bentuk gambar 4 hingga 7.
fasa amorf dan fasa kristalin.
Daerah kristalin tersusun dari
rantai molekul yang teratur
dan rapat sehingga
mempunyai kuat tarik yang
lebih besar dibandingkan
daerah amorf. Sedangkan
daerah amorf mempunyai
rantai molekul yang tidak
teratur. (Sudirman, dkk.
2002) Dilihat dari hasil uji
tarik biodegradable foam
yang rata – rata bernilai kecil,
maka fasa amorf lebih Gambar 4 Morfologi Biodegradable foam
Protein Kacang Kedelai dengan
mendominasi daripada fasa
Penambahan Magnesium Stearat 4%(w/w)
kristalin. perbesaran 200x
Kuat tarik juga
dipengaruhi oleh Gambar 4 diambil pada salah satu
penambahan kitosan dan sisi sampel dengan perbesaran 200
gliserol. Semakin banyak
kali. Terlihat adanya rongga – Gambar 4.6 Morfologi Biodegradable foam
rongga pada morfologi sampel. Protein Kacang Kedelai dengan
Penambahan Magnesium Stearat 4%(w/w)
perbesaran 3000x