Anda di halaman 1dari 19

Industri Pengolahan Karet di Indonesia

*Arif Rahman Hakim, Citra, Muhamad Daviya Nur Fauzi


CHEMISTRY FACULTY OF MATH AND SCIENCE
PADANG STATE UNIVERSITY
*Email: daviyafauzi27@gmail.com

Abstrak-Karet merupakan hasil pertanian[1-10] yang


penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah
satu negara yang menghasilkan komuditas karet terbesar di-
dunia setelah Negara Thailand dan juga Malaysia yang juga
penyumbang karet di kancah Internasional. Indonesia memiliki
luas perkebunan karet kurang lebih 2,7-3 hektar yang tersebar di
penjuru Nusantara. Karet merupakan hasil tani utama yang
mampu menyokong perekenomian negara hingga tahun 1992,
akan tetapi luasnya kebun karet di Indonesia berbanding terbalik
dengan mutu karet yang dihasilkan.
Karet yang dihasilkan di Indonesia memiliki produktivitas mutu
yang rendah dikarenakan tidak tersedianya koagulan yang baik
dikalangan petani. Hal ini menyebabkan mutu karet dari
Indonesia masih kalah dipasar Internasional oleh Thailand dan
Malaysia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui beberapa koagulan yang baik digunakan untuk
menghasilkan karet bermutu serta memiliki daya saing dengan
negara-negara penghasil karet diseluruh dunia.

Kata Kunci : Karet, Koagulan, Dayasaing, Proses Pengolahan,


Hasil
Pendahuluan
Karet merupakan bahan dasar untuk menghasilkan produk-produk yang berguna bagi
kebutuhan makluk hidup terutama manusia[11]. Karet dihasilkan dari pohon karet dengan nama
latin havea brasiliensi dengan bentuk struktur molekulnya yaitu –CH–C(CH3)=CH–CH2–.
Karet ini biasa disebut karet alam atau juga disebut polimer isoprene dengan bentuk alamiahnya
yaitu 1,4 polyisoprene[12-17]. Secara kimia karet merupakan molekul yang memiliki ikatan[18-21] tak
jenuh. Ikatan-ikatan tak jenuh itulah yang menyebabkan karet tidak tahan terhadap minyak[22-31].
Sifat nonpolar[32-42] dari karet menyebabkan karet tidak tahan terhadap minyak. Hal ini
menyebabkan mutu dari karet tidak bagus dan harga jual karet akan menurun. Untuk
menghasilkan karet yang memiliki mutu dan daya tahan yang kuat, maka karet harus
dimodifikasi secara kimia melalui reaksi Epoksidasi. Reaksi Epoksidasi[43] mampu meningkatkan
mutu dan daya tahan karet. Reaksi Epoksidasi akan membentuk cincin Epoksida pada rantai
polimer[44-48] karet, sehingga karet yang diinginkan mampu bersaing dikancah Internasional.
Reaksi Epoksida dibuat dengan menggunakan fase lateks. Fase lateks lebih umum
digunakan karena mudah didapatkan dengan harga yang ekonomis dan terjangkau dikalangan
petani[49]. Untuk mempercepat proses terjadinya reaksi kimia biasanya ditambahkan suatu larutan
yang berfungsi sebagai katalisator, namun reaksi Epoksida ini menggunakan suatu performat [50]
yang terlebih dahulu sudah dihasilkan dari gas hidrogen peroksida dan asam format[51]. Dengan
adanya asam format reaksi Epoksida tidak memerlukan asam sulfat sebagai katalisator [52-73]
namun menggunakan asam format untuk mempercepat reaksi.
Karet yang memiliki mutu yang bagus tidak lepas dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi dalam proses reaksi Epoksida. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi mutu
karet yaitu : lateks yang digunakan, suhu, waktu penggumpalan, konsentrasi lateks serta
ketelitian didalam pembuatan karet yang bermutu[74].
Didalam menghasilkan karet yang unggulan tentu tidak terlepas dari teknologi-teknologi
yang mumpuni pada saat produksi. Teknologi-teknologi tersebut muncul ketika sudah
ditemukannya lateks yang biasa disebut oleh khalayak umum sebagai NR. Seperti yang sudah
diketahui bahwasannya Indonesia memiliki perkebunan karet yang sangat luas, sehingga
Indonesia mampu memproduksi lateks terbesar setelah Malaysia. produk utama karet Indonesia
yaitu Standar Indonesian Rubber (SIR)-20. NR yang dihasilkan Indonesia sudah memiliki
standar SNI sesuai ketentuan UU pemerintah Indonesia. Adapun komposisi dari (SIR)-20 yaitu :
zat pengotor 0.20%, debu 1%, yang teruapkan 0.8%, dan Nitrogen 0.6%[75].
Lateks yang belum diolah mempunyai sifat plastis [76-82] yang susah untuk dibentuk. Untuk
mengolah karet mentah maka kita harus mengubah sifat plastisnya menjadi elastis dengan cara
Vulkanisasi[83-84]. Vulkanisasi yang biasa digunakan oleh beberapa peneliti yaitu vulkanisasi
konvensional[85] yang memiliki rasio sulfur[86-91] yang sangat tinggi dibandingkan Akselerator.
Dilihat dari ikatan polisulfidanya, sistem vulkanisasi [92] memiliki jaringan yang sangat fleksibel
yang mampu menghasilkan sifat mekanik[93-102] yg baik, akan tetapi memiliki aging[103] yang
kurang baik.
Selain sistem vulkanisasi konvensional terdapat sistem vulkanisasi semi efisiensi.
Vulkanisasi semi efisiensi merupakan kebalikan dari sistem vulkanisasi konvensional dimana
rasio sulfurnya lebih rendah dibandingkan aselerator. Didalam sistem vulkanisasi terdapat suatu
ikatan yang terbentuk dari sulfida berupa vulkanisat yang tahan terhadap panas [104]. Bentuk
Khailil et al telah meneliti tentang vulkanisasi campuran EPDM dan juga chloroprene rubber.
Pada tahun 2011 El nemr juga telah mengkaji tentang beberapa topic yang berkaitan dengan
yang mempengaruhi sistem vulkanisme terhadap sifat kimia vulkanisasi butadieneacrylonitrile
rubber dan juga yang berkaitan tentang sifat mekaniknya. Sistem vulkanisasi konvensional dapat
menyediakan sifat termal yang lebih efisien dari sifat sistem vulkanisasi [105].
Umumnya suatu reaksi kimia tentu tidak lepas dari dari reaktan dan produk. Pada
umumnya didalam proses vulkanisasi digunkan bahan-bahan kimia berupa: sulfur, ureten, suatu
resin fenolik[106] dan zat peroksida[107]. Dibandingkan kuratif peroksida, ureten, dan resin fenolik;
penggunaan sulfur sangat baik karena sulfur mampu mempertahankan fasa menjadi lebih stabil
secara morfologi. Hal ini dapat menjadikan sifat mekanik blend PP/NR lateks berkualitas[108].
Pada NR terdapat rantai tak jenuh yang mampu mengakibatkan kualitas blend. Untuk
meningkatkan blend maka sebaiknya NR harus memutus ikatan tak jenuh tersebut dengan cara
menghalogenasikan NR[109] atau maleasi[110]. Blend PP/NR akan membentuk 2 fasa, dimana
didalam fasa kontinui pp, fasa NR terdispersi merata [111]. Karet yang memiliki nama latin havea
brasiliensi memiliki struktur[112] 1,4 polyisoprene ini diolah dengan memerhatikan konsentrasi[113]
yang katalisator pada lateks sehingga kualitas dari lateks itu sendiri sangat bagus dan bermutu.
Pertanian yang menghasilkan karet alam yang ada di Indonesia merupakan salah satu
pertanian yang dapat berpengaruh besar bagi perekonomian yang ada di Indonesia. Karet biasa
atau nama kimianya yaitu karet alam atau polimer adisi [114-124]bagi alam yang sangat penting.
Pada saat melakukan penyadapan terhadap karet, karet yang telah disadap akan membentuk
seperti suspensi jika dilarutkan di dalam air yang dapat dibuat oleh lateks. Adapun zat penyusun
karet yatu yang tersusun oleh beberapa isomer isoprena yang memiliki sifat yang lunak, lekat
dan mudah teroksidasi. Kareat alam merupakan elastomer yang awalnya berbentuk seperti cairan
berwarna putih susu yang ditemukan didalam getah tanaman karet.

Adapun sifat-sifat karet diantaranya :


1. Memiliki ketahanan suhu yang relatif rendah
2. Dapat menempel dengan beberapa struktur logam
3. Tahan terhadap suhu tinggi
4. Mudah untuk diproduksi
5. Memiliki kemampuna untuk melakukan isolistrik atau yag sifatnya kondusif.
6. Mampu meredam panas
7. Mampu meredam suara
8. Mudah di bentuk
9. Praktis
10. Dapat di daur ulang

Untuk menambah kualitas karet yang diinginkan, biasanya karet akan ditambah beberapa
bagian pengisi seperti karbon hitam dan beberapa zat aditif[125-146] seperti aging dan filter.
Beberapa karet alam memiliki daya elastisitas yang sangat baik, sangat mudah diolah, tidak cepat
habis jika terkena gesekan (tida aus), serta tidak cepat panas. Sifat khusus yang dimiliki karet
alam yaitu memiliki daya tahan yang lumayan tinggi terhadap keretakan, karna tidak mudah
retak, daya lengketpun tinggi terhadap macam-macam bahan[147-150]. Sehingga, karet alam tidak
dapat dibedakan dengan karet sintesis dalam hal ketahanan terhadap sinar matahari langsung atau
panas lainnya, beberapa minyak pelarut serta ozon oksigen. Namun, karet alam juga dapat
dipengaruhi dalam beberapa kegunaan dan aplikasi berikut ini:

1. Karet selang
2. Gasket dan seal karet
3. Anti terhadap getar atau vibrasi
4. Sebagai komponen peralatan listrik
5. Sebagai karpet lantai
6. Wheel Chock

Komposisi karet :
Berikut merupakan proses karet diproduksi :
1. Mula-mula karet disadap pada perkebunan karet.

2. Kemudian getah karet ditampung dan dikumpulkan

3. Karet di kumpulkan dipenanpungan sementara.


Proses pengolahan karet :

Dilihat dari alur pengolahan karet, mula-mula karet yang hasilkan dari petani karet
merupakan karet mentah yang belum bisa diolah sebagai mana mestinya.karet yang di sadap
secara berkala di kumpulkan dan ditampung pada penampungan sementara guna diolah pada
tahap berikutnya. Karet yang dimuat didalam tanggki siap di bawa kepabrik untuk kemudian
diolah.

METODE DALAM PENELITIAN


Didalam Jurnal ini dapat menggunakan bahan-bahan dianataranya yaitu: Lateks dari
petani garam klorida, Kalsium sulfat, Magnesium klorida, dan juga garam Magnesium sulfat.
Adapun bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas pada karet yang
telah dihasilkan . Adapun alat dalam penelitian ini yaitu: wadah pengumpal, creeper, oven, dan
alat penguji kualitas karet.
Dari alat dan bahan tersebut, kita dapat mengamati dan mengasilkan karet yang
diinginkan. Tahapan-tahapn yang harus diperhatikan yaitu diawali dari proses penggumpalan,
lalu dinjutkan dengan menganalisis mutu dari karet yang diinginkan dan terakhir di uji mutu
pada vulkanisat kompon ASTM 2A. Tahapan demi tahapan harus diproses sesuai urutan tersebut.
Penggunaan bahan dalam pembentukan karet bermutu harus sangat di perhatikan guna mencapai
karet yang berdaya saing yang tinggi dan mampu menjadi produk unggulan di Indonesia.

Penggumpalan
Zat-zat yang diperlukan untuk pengumpalan pada saat pengamatan yaitu larutan asam-
asam organik dan garam anorganik. Dalam konsentrasi kurang lebih 2,60%. Dari teori
menunjukkan bahwasannya dosis optimum kurang lebih 7,1g/kg lateks. Zat penggumpal
ditambah kedalam 100 ml lateks kebun yang sudah di awetkan oleh larutan amoniak 0.01%.
Pada saat penggumpalan, amati lama gel yang tergumpal, waktu mulai pengumpalan sempurna,
warna, dan bentuk koagulum. Hal ini dapat diamati setelah 2 jam pemberian asam organik dan
garam anorganik sehingga didapatkan perbandingan bahan penggumpal apa yang lebih baik
untuk menghasilkan karet yang bermutu dan berdaya jual tinggi.

Analisis Mutu Karet Setelah Digumpalkan


Setelah lateks yang digumpalkan membentuk Koagulum, selanjutnya lateks yang sudah
menggumpal tersebut di analisa untuk mengetahui mutu dari karet tersebut. Analisis mutu karet
ini harus memenuhi standar nasional Indonesia.
Lateks yang sudah digumpalkan tersebut kemudian diperam selama 2 minggu, dan di
haluskan dengan mesin giling creeper. Koagulum yang sudah dihaluskan disebut karet krep.
Untuk menguji nilai PRI (Plasticity Retention Index), karet krep terlebih dahulu dikeringkan
didalam oven dengan suhu 100°C selama kurang lebih 3-4 jam.

Pengujian Mutu Pada Proses Vulkanisasi Kompon Astm 2a


Karet yang sudah digiling (karet krep) kemudian di uji dengan menjadikan karet krep
menjadi vulkanisat dengan komposisi komponen ASTM 2A. Adapun cara pengujiannya yaitu
dengan melihat karakteristik vulkanisasinya dengan standar suhu rheometer. Selain itu, kualitas
karet diuji tingkat kekuatan daya tarik, perpanjangan putus, modulus serta kekerasan dari karet
itu sendiri.

Hasil dan Pembahasan


Pengamatan Penggumpalan
Tabel. 1. Hasil pengamatan penggumpalan

Bahan Pengumpal Lateks Lateks Setelah 2 Jam

Asam Format Menggumpal sempurna, warna abu-abu


Tanpa Pengumpal Tidak menggumpal
Asam Oksalat Belum menggumpal sempurna
Asam Sitrat Belum menggumpal sempurna
Kalsium Klorida Belum menggumpal sempurna
Kalsium Sulfat Belum menggumpal sempurna
Magnesium Klorida Menggumpal separuh
Magnesium Sulfat Menggumpal separuh

Dari percobaan yang sudah dilakukan, lateks yang baru dipanen diberi perlakuan
dengan menambahkan asam organik dan garam-garam anorganik untuk melihat penggumpal
apa yang baik. Hal ini dapat dilihat dari waktu dan warna lateks ketika menggumpal.
Setelah ditambahkan zat pengumpal berupa pelarut organik dan garam anorganik, dapat
terlihat bagaimana perbandingan antara kedua zat penggumpal tersebut. Asam format merupakan
penggumpal yang sangat baik karena waktu penggumpalan lateks cendeurung sedikit sehingga
penggunaan asam format untuk penggumpalan lateks lebih efisien guna mencapai mutu dari
karet yang dihasilkan. Selain asam format, asam-asam organik lainnya seperti asam oksalat dan
asam sitrat juga lumayan baik digunakan sebagai penggumpal lateks, walaupun waktu dan
efisiensi kinerja zat lebih rendah dari pada asam format.
Garam-garam anorganik juga baik untuk menggumpalkan lateks, namun garam-garam
anorganik hanya bisa mengumpalkan separuh dari lateks yang sudah ditambah dengan garam
organik. Selain kurang efisiennya kinerja garam-garam organik, garam organik sulit untuk
didapatkan dan memiliki harga yang mahal dibandingkan asam format yang mudah didapatkan
dan ekonomis. Penggunaan penggumpal seperti asam organik dan garam-garam anorganik
sangat dianjurkan agar lateks yang diproduksi mencapai kualitas yang tinggi sehingga mampu
bersaing dikancah lnternasional dan sebagai penyokong perekonomian lndonesia.
Penggumpalan dengan beberapa asam dapat terjadi melalui proses penurunan pH,
kemudian penggumpalan yang telah terjadi dengan garam anorganik berjalan dengan adanya
ditambahkan beberapa garam kation yang berfungsi sebagai elektrolit. Selanjutnya, stabilitas
yang ada pada lateks dapat disebabkan oleh adanya selubung protein yang masuk dari luar yang
mengandung muatan negatif. Pada pH tertentu dapat menunjukkan muatan positif yang ada pada
lateks dapat bekerja seimbang dengan muatan negatifnya (mencapai titik isolistrik). Adanya
penambahan asam hingga titik isoelektrik dapat mengganggu kestabilan lateks hingga
menyebabkan penggumpalan. Sementara itu, penambahan elektrolit yang mengandung kation
(muatan yang berlawanan dengan partikel karet) masuk ke dalam lateks sehingga dapat
menyebabkan turunnya potensial elektrokinetik yang dapat berakibat lateks dapat menggumpal.
Dengan adanya mekanisme penurunan pH sangat cepat untuk mengatasi penggumpalan
yaitu dengan adanya penambahan elektrolit. Penggunaan asam kuat sangat tidak dianjurkan
untuk proses pembuatan karet akan mempengaruhi sifat teknis karet pada saat kering.

Hasil Analisis Kualitas Karet yang Dihasilkan.


Dilihat secara kasat mata, karet dapat menunjukkan adanya uap air dan beberapa zat lain
yang tersisa didalam zat tersebut yang terkandung pada proses penguapan. Hal ini menyebabkan
karet memiliki aroma yang tidak sedap selain itu zat penguap yang masih tersisa dalam karet
juga memudahkan tumbuhnya jamur yang menghambat tercampurnya zat kimia didalam karet
pada saat pembuatan komponen utama untuk mencampurkan zat karbon hitam pada suhu yang
rendah.
Semakin tinggi kadar zat penguap yang tersisa didalam karet maka karet yang dihasilkan
memiliki kualitas yang rendah, sebaliknya semakin rendah kadar zat penguap yang terdapat
didalamkaret maka karet yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi. Adapun penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa penggumpaln dengan menggunakan asam sitrat mampu
menhasilkan kulitas karet yang bermutu dengan kadar zat penguap yang rendah.
Abu merupakan zat yang terdapat pada sisa-sisa pembakaran bahan organik. Kandungan
abu tergantung pada bahan organik apa yang di bakar. Pada karet yang belum diolah, abu
didalam karet berupa garam anorganik serta logam oksida seperti: sulfat, fosfat, dan karbonat
maupun beberapa unsur lainnya. Karet pertanian jika diatasi dengan cepat biasanya dapat
memiliki kadar zat pengotor yang kemungkinan relatif rendah. Penambahan zat pada
penggumpalan menambah beberapa zat pengotor dalam karet sehingga karet memiliki kualitas
yang rendah.

Tabel 2. Hasil pengamatan uji parameter sifat kimia pada karet.

Sifat Kimia
Bahan penggumpal Kadar zat Kadar abu (%) Kadar Kotoran
penguap (%) (%)
Asam format 0,44 0,28 0,019
Tanpa Pengumpal 0,34 0,34 0,005
Asam Oksalat 0,42 0,33 0,024
Asam Sitrat 0,32 0,36 0,011
Kalsium Klorida 0,39 0,42 0,024
Kalsium Sulfat 0,36 0,33 0,004
Magnesium Klorida 0,45 0,31 0,014
Magnesium Sulfat 0,41 0,31 0,008

Pengujian kualitas dan mutu terhadap vulkanisat komponen ASTM 2A


Untuk vulkanisat di buat sesuai dengan resep kompon standar ASTM 2A agar kita dapat
mengetahui apa-apa saja dampak zat penggumpal yang dapat mempengaruhi sifat fisik karet
yang dihasilkan. Vulkanisasi membutuhkan waktu yang lama. Lamanya waktu vulkanisasi
menunjukkan perioda peralihan dari kompon menjadi vulkanisat. Sehingga semakin pendek
waktu maka semakin cepat proses pembuatan karet.
Selanjutnya daya kekuatan tarik yang dihasilkan oleh karet dapat diberi perlakuan tinggi
dibandingkan dengan karet yang tidak sama sekali diberi perlakuan. Dengan demikian, adanya
penambahan zat penggumpalan bisa memperbaiki mutu dalam karet dengan adanya peningkatan
daya listrik. Hasil yang didapat dari beberapa pengujian menunjukkan nilai perpanjangan putus
menunjukkan bahwa karet yang tidak diberi perlakuan sama sekali lebih mudah dan cepat putus
dibandingkan karet yang sudah diberi perlakuan. Perpanjangan putus yang paling lama dapat
dihasilkan dari karet yang telah digumpalkan dengan zat magnesium sulfat. Sehingga, dapat
disimpulkan garam magnesium sulfat dapat membantu peningkatan mutu hasil karet yang
diperoleh melalui peningkatan nilai perpanjangan putus.

Tabel 3. Komposisi formula ASTM A2

Bahan Komposisi
Karet alam 100
ZnO 5
Asam stearat 2
CB 330 35
TBBS 0,7
Sulfur 2,25

Kesimpulan
Dari pengamatan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwasannya mutu karet
tergantung pada penggumpal karet itu sendiri. Asam organik sangat baik untuk menggumpalkan
lateks menjadi koagulan yang akan diolah menjadi produk-produk bermanfaat bagi kelangsungan
hidup manusia. Penambahan penggumpal sangat dianjurkan guna mencapai mutu karet yang
diinginkan. Selain untuk mempersingkat waktu, penggunaan asam organik sebagai penggumpal
lateks sangat efisien mengingat karet sebagai salah satu penunjang perekonomian negara
Indonesia dan untuk mensejahterakan masyarakat khususnya petani karet.

DAFTAR PUSTAKA
1. Darojat, Muhamad Rizqi, and Sayurandi Sayurandi. "STATUS KLON-KLON KARET
SERI IRR HASIL KEGIATAN PEMULIAAN INDONESIA DAN ADOPSINYA DI
PERKEBUNAN KARET INDONESIA The Status of IRR Series Rubber Clones from
Indonesia Breeding Activity and Its Adoption in Indonesia Rubber
Plantation." Perspektif 17.2 (2019): 101-116
2. Fairuzah, Z., Dalimunthe, C. I., Karyudi, K., Suryaman, S., & Widhayati, W. E. (2014).
Keefektifan Beberapa Fungi Antagonis (Trichoderma SP) Dalam Biofungisida
Endohevea Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus) Di Lapangan.
Jurnal Penelitian Karet, 32(2), 122-128.
3. Daslin, A. (2011). Evaluasi Pengujian Lanjutan Klon Karet Irr Seri 200 Pada Masa
Tanaman Belum Menghasilkan. Jurnal Penelitian Karet, 29(2), 93-101.
4. Nugroho, P. A., & Istianto, I. (2013). Penilaian Beberapa Sistem Evaluasi Lahan Yang
Telah Eksisting Untuk Tanaman Karet. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 88-101.
5. Agustina, D. S., Syarifa, L. F., Nancy, C., & Rosyid, M. J. (2015). Analisis USAhatani
Tanaman Sela Diantara Karet Di Wilayah Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Karet, 33(2), 157-166.
6. Syarifa, L. F., Agustina, D. S., Nancy, C., & Supriadi, M. (2016). Dampak Rendahnya
Harga Karet Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Karet Di Sumatera Selatan.
Indonesian Journal of Natural Rubber Research, 34(1), 119-126.
7. Hidayati, U., Hendra, J., Napitupulu, D., Panjaitan, A., & Widyastuti, R. (2011). Potensi
Bakteri Pengguna Metanol Dari Rizosfer Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. arg.)
Untuk Memproduksi Protein Sel Tunggal. Jurnal Penelitian Karet, 29(1), 25-34.
8. Syarifa, L. F., Nancy, C., & Supriadi, M. (2011). Model penumbuhan dan penguatan
kelembagaan perbenihan untuk meningkatkan mutu bahan tanam dan produktivitas karet
rakyat. Jurnal Penelitian Karet, 29(2), 130-141.
9. Fauzi, I. R., Bukit, E., Andriyanto, M., & Istianto, I. (2016). Kelayakan Pengembangan
Perkebunan Karet Di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Indonesian Journal
of Natural Rubber Research, 34(1), 107-118.
10. Simanjuntak, M., Bachtiar, B., & Rachmawan, A. (2012). Pengujian Mutu Kritex SP
Sebagai Penggumpal Lateks. Jurnal Penelitian Karet, 30(2), 108-116.
11. Sihombing, Kawan, Manihar Situmorang, and Wesly Hutabarat. "PENGEMBANGAN
SENSOR ELEKTROKIMIA UNTUK PENENTUAN UREA." (2017): 2342-2348
12. Anakottapary, D. S., & Nindhia, T. G. T. (2010). Interaksi antara Proyektil dan Komposit
Polimer diperkuat Butiran Silikon Karbid (SiCp) dan Serat Karbon pada Pengujian
Balistik. Jurnal Energi Dan Manufaktur.
13. Wibowo, H. B. (2012). Struktur Polimer Polibutadien dan Teknik Pengendalian Produksi.
Chemistry Progress, 5(1).
14. Soediro, Y. B. (2010). PENGARUH OKSIDASI PADA PRODUK POLIMER. Poros,
7(1).
15. Clareyna, E. D., & Mawarani, L. J. (2013). Pembuatan dan Karakteristik Komposit
Polimer Berpenguat Bagasse. Jurnal Teknik ITS, 2(2), F208-F213.
16. Salimin, Z., & Nuraeni, E. (2014). FENOMENA BIOSORPSI KHROMIUM PADA
EXTRACELLULAR POLYMERIC SUBSTANCE TERIMOBILISASI DALAM
MATRIKS POLIMER EPOKSI. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah, 16(3).
17. Lubis, Amalia P., and Rahadian Zainul. “Interaksi Molekuler Amonium Hidroksida.”
INA-Rxiv, 5 Nov. 2018
18. Yanti, C. F., & Zainul, R. (2018). A Review Ba (OH) 2: Transpor Ionik pada Barium
Hidroksida di dalam Air dengan Konsep Termodinamika.
19. Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5): Termodinamika
Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan.
20. Husna, H., & Zainul, R. (2019). A Review: Aspek Termodinamika LiNO3 dalam
Larutannya.
21. Nurfadilah, K. K., & Zainul, R. (2019). Kalium Nitrat (KNO3): Karakteristik Senyawa
dan Transpor Ion.
22. Fatimah, P., Jumalia, R., Novianti, E. R., & Zainul, R. (2018). A REVIEW Teknik
Blended: Prinsip dan Dasar-Dasar.
23. Zainul, R. (2015). Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada Panel Sel
Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4.
24. Mira, M., Rahadian, R., & Zulham, A. (2014). Dampak kenaikan harga BBM terhadap
kinerja sektor kelautan dan perikanan. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
9(2), 169-183.
25. Hafif, B., Mawardi, R., & Utomo, J. S. (2017). ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN
DAN MUTU BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAERAH LAMPUNG/Analysis of
Land Characteristics and Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Seed Quality of Lampung.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 23(2), 63-71.
26. Muhsin, A., & Pratama, Z. (2018). ANALISIS EFEKTIVITAS MESIN COOLING
TOWER MENGGUNAKAN RANGE AND APPROACH. JURNAL OPSI-Optimasi
Sistem Industri, 11(2), 119-124.
27. Husna, H., & Zainul, R. (2019). A Review: Aspek Termodinamika LiNO3 dalam
Larutannya.
28. Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5): Termodinamika
Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan.
29. Zainul, R., Alif, A., Aziz, H., & Arief, S. (2015). Disain Geometri Reaktor Fotosel
Cahaya Ruang. Jurnal Riset Kimia, 8(2), 131.
30. Sihombing, K., Situmorang, M., & Hutabarat, W. (2017). PENGEMBANGAN SENSOR
ELEKTROKIMIA UNTUK PENENTUAN UREA.
31. Phinyoncheep, P. And K. Boonjairaak. 2006. Investigation on Hydrognation and
Epoxidation of Natural Rubber in Lateks Stage. Departement of Chemistry, Faculty of
Science, Mahidol University, Bangkok.
32. Febriani, S. S., Yolanda, T., Arianti, V. A., & Zainul, R. (2018). A Review Solid Stated:
Principles and Methode.
33. Dwynda, I., & Zainul, R. (2018). Boric Acid (H3 (BO3): Recognize The Molecular
Interactions in Solutions.
34. Zainul, R. SILVER SULFATE (Ag2SO4): MOLECULAR ANALYSIS AND ION
TRANSPORT.
35. Wahyuni, D. T., & Widjanarko, S. B. (2014). PENGARUH JENIS PELARUT DAN
LAMA EKSTRAKSI TERHADAP EKSTRAK KAROTENOID LABU KUNING
DENGAN METODE GELOMBANG ULTRASONIK [IN PRESS APRIL 2014]. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3(2), 390-401.
36. Nurfadilah, K. K., & Zainul, R. (2019). Kalium Nitrat (KNO3): Karakteristik Senyawa
dan Transpor Ion.
37. Sari, E. S. J., & Zainul, R. (2019). Nitrogen Triflorida (NF3): Termodinamika dan
Transpor Elektron NF3.
38. Suhendar, D. (2017). FIKIH (FIQH) AIR DAN TANAH DALAM TAHARAH
(THAHARAH) MENURUT PERSPEKTIF ILMU KIMIA. JURNAL ISTEK, 10(1).
39. Husna, H., & Zainul, R. (2019). A Review: Aspek Termodinamika LiNO3 dalam
Larutannya.
40. Alfionita, T., & Zainul, R. (2019). Calcium Chloride (CaCl2): Characteristics and
Molecular Interaction in Solution.
41. Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5): Termodinamika
Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan.
42. Fatimah, P., Jumalia, R., Novianti, E. R., & Zainul, R. (2018). A REVIEW Teknik
Blended: Prinsip dan Dasar-Dasar
43. Allundaru, Revina, and Tanty Wisley Sitio. Studi Kinetika Reaksi Epoksidasi Minyak
Sawit. Diss. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, 2010
44. Liza, Y. M., Yasin, R. C., Maidani, S. S., & Zainul, R. (2018). Sol Gel: Principle And
Technique (A Review).
45. Triwarsita, W. S. A., Atmaka, W., & Muhammad, D. R. A. (2013). Pengaruh penggunaan
edible coating pati sukun (Artocarpus altilis) dengan variasi konsentrasi gliserol sebagai
plasticizer terhadap kualitas jenang dodol selama penyimpanan. Jurnal Teknosains
Pangan, 2(1).
46. Triwarsita, W. S. A., Atmaka, W., & Muhammad, D. R. A. (2013). Pengaruh penggunaan
edible coating pati sukun (Artocarpus altilis) dengan variasi konsentrasi gliserol sebagai
plasticizer terhadap kualitas jenang dodol selama penyimpanan. Jurnal Teknosains
Pangan, 2(1).
47. Warlinda, Y. A., & Zainul, R. (2019). Asam Posfat (H3Po4): Ionic Transformation of
Phosphoric Acid in Aqueous Solution.
48. Soetanto, Tony, and Ina Susianti Tima. "Identifikasi Etiologi Diare Akut Pada Anak
Dengan Teknologi Gabungan Reaksi Rantai Polimerase Dan Spektrometri Massa Di
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso." The Indonesian Journal of
Infectious Diseases 2.1 (2017): 1-10
49. Bradbury, J.H and M.C.S Perera.1985. Epoxidation of natural rubber studied by NMR
spectroscopy. J. Applied polymer science, 30(8), 3347-3364
50. Maisaroh, Maisaroh, Indra Budi Susetyo, and Bayu Rusmandana. "Sintesis Asam 9, 10-
Dihidroksi Stearat (DHSA) melalui Hidrolisa Epoksida dari Oksidasi Asam Oleat dengan
Asam Performat." Reaktor 16.2 (2016): 57-64
51. Alamsyah, Rizal, et al. "Pengaruh Perbandingan Asam Format Dan Hidrogen Peroksida
Dalam pembuatan Senyawa Epoksi Dari Minyak Kelapa Sawit." Warta Industri Hasil
Pertanian30.02 (2013): 55-74.
52. Dinata, A. A., Rosyadi, A. M., Hamid, S., & Zainul, R. (2018). A Review Chemical
Vapor Deposition: Process And Application.
53. Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5): Termodinamika
Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan.
54. Delvi, I. P., & Zainul, R. (2019). Mercury (II) Nitrate (Hg (NO3) 2): Interaksi Molekul
dan Adsorpsi Hg dengan Karbon Aktif.
55. Husna, H., & Zainul, R. (2019). A Review: Aspek Termodinamika LiNO3 dalam
Larutannya.
56. Aumi, V., & Zainul, R. (2018). Pengembangan Bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Laju
Reaksi.
57. Zainul, R., Effendi, J., & Mashuri, M. (2019). Phototransformation of Linear
Alkylbenzene Sulphonate (LAS) Surfactant Using ZnO-CuO Composite Photocatalyst.
KnE Engineering, 1(2), 235-247.
58. Lubis, A. P., & Zainul, R. (2018). Interaksi Molekuler Amonium Hidroksida.
59. Jumalia, R., & Zainul, R. (2019). Natrium Karbonat: Termodinamika dan Transport Ion.
60. Zainul, R. SILVER SULFATE (Ag2SO4): MOLECULAR ANALYSIS AND ION
TRANSPORT.
61. Yanti, C. F., & Zainul, R. (2018). A Review Ba (OH) 2: Transpor Ionik pada Barium
Hidroksida di dalam Air dengan Konsep Termodinamika.
62. Zainul, R., Alif, A., Aziz, H., & Arief, S. (2015). Disain Geometri Reaktor Fotosel
Cahaya Ruang. Jurnal Riset Kimia, 8(2), 131.
63. Firdaus, A., & Zainul, R. (2018). SESIUM KLORIDA (CsCl): TRANSPORT ION
DALAM LARUTAN.
64. Nurfadilah, K. K., & Zainul, R. (2019). Kalium Nitrat (KNO3): Karakteristik Senyawa
dan Transpor Ion.
65. Azizzah, P. (2019). STUDI KINETIKA TERHADAP REBUSAN DAUN ALPUKAT
UNTUK MENGHILANGKAN SAKIT KEPALA.
66. Alfionita, T., & Zainul, R. (2019). Calcium Chloride (CaCl2): Characteristics and
Molecular Interaction in Solution.
67. Sukma, M. (2019). STUDI KINETIKA EKSTRAK TUMBUHAN PATAH TULANG
(EUPHORBIA TIRUCALLI) TERHADAP PENYEMBUHAN PADA KULI.
68. Artika, P. I., & Zainul, R. (2018). Potassium Bromide (KBr): Transformasi ionik dan sifat
temodinamika dalam Larutan.
69. Hidayati, R., & Zainul, R. (2019). Studi Termodinamika Transpor Ionik Natrium Klorida
Dalam Air dan Campuran Tertentu.
70. Sari, M., & Zainul, R. (2018). Kalium Dikromat (K2Cr2O7) Spektroskopi dan Transpor
K2Cr2O7.
71. Fatimah, P., Jumalia, R., Novianti, E. R., & Zainul, R. (2018). A REVIEW Teknik
Blended: Prinsip dan Dasar-Dasar.
72. Maharani, F. Studi Kinetika Masker Daun Asam Jawa Dalam Menghilangkan Penyakit
Cacar.
73. Gelling, I.R 1991. Epoxidised natural rubber. J. Nat. Rubb. 6(1), 184
74. Hiyatullah, A.S. 2009. Reaksi Epoksidasi Dalam Fase Lateks Menggunakan Asam
Performat. Skripsi. Program Sarjana Universitas Pakuan. Bogor
75. Budiman, AFS., (2002), “Recent Development in Natural Rubber Prices”, FAO,
Consultation on Agricultural Commodity Price Problems, Rome, 25-26 March 2002
76. Triwarsita, W. S. A., Atmaka, W., & Muhammad, D. R. A. (2013). Pengaruh penggunaan
edible coating pati sukun (Artocarpus altilis) dengan variasi konsentrasi gliserol sebagai
plasticizer terhadap kualitas jenang dodol selama penyimpanan. Jurnal Teknosains
Pangan, 2(1).
77. Dinata, A. A., Rosyadi, A. M., Hamid, S., & Zainul, R. (2018). A Review Chemical
Vapor Deposition: Process And Application.
78. Hanggara, H., Astuti, S., & Setyani, S. (2016). PENGARUH FORMULASI PASTA
LABU KUNING DAN TEPUNG BERAS KETAN PUTIH TERHADAP SIFAT KIMIA
DAN SENSORI DODOL [The Effect of Formulation Pumpkin Paste and White
Glutinous Rice Flour on Chemical and Sensory Properties Dodol]. Jurnal Teknologi &
Industri Hasil Pertanian, 21(1), 13-27.
79. Widjaja, B., & Aila, W. SIMULASI MUDFLOWDI SUKARESMI CIANJUR.
80. Dwi Wibawa Budianta, T., Rulianto Utomo, A., & Lawono, F. N. (2017). Pengaruh
proporsi teh hitam_Stevia dan suhu penyimpanan terhadap aktivitas antidiabetik seduhan
teh hitam_Stevia dalam kemasan botol kaca (Effect of black tea-Stevia proportion and
temperature storage on antidiabetic activity of brewing black tea-Stevia in glass bottles
packaging).
81. Syahfari, H. (2013). Identifikasi Hama Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) pada Berbagai
Macam Buah-buahan. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian, 36(1), 32-39.
82. Utami, Budi, and Hendartini Hendartini. "Pengaruh Kadar Air Dan Jenis Plastisizer
Terhadap Sifat Fisik Plastik Biodegradable Dari Campuran Pati Jagung Dan Polivinil
Alkohol." Jurnal Kimia dan Kemasan (2010): 18-27
83. Yanti, C. F., & Zainul, R. (2018). A Review Ba (OH) 2: Transpor Ionik pada Barium
Hidroksida di dalam Air dengan Konsep Termodinamika.
84. Andriyanti, W., Darsono, & Faisal, W. (2010). Kajian metode vulkanisasi lateks karet
alam berbasis nitrosamin dan protein alergen. Dalam Prosiding PPI-PDIPTN.
Yogyakarta, Indonesia: BATAN
85. Bahruddin, Bahruddin, et al. "Morfologi dan Properti Campuran Karet
Alam/Polypropylene yang Divulkanisasi Dinamik dalam Internal Mixer." Reaktor 11.2
(2007): 71-77.
86. Dinata, A. A., Rosyadi, A. M., Hamid, S., & Zainul, R. (2018). A Review Chemical
Vapor Deposition: Process And Application.
87. Shafitri, M., & Zainul, R. (2019). Vanadium Pentaoksida (V2O5): Termodinamika
Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan.
88. SIDIK, M. KARAKTERISTIK KIMIAWI TEPUNG BULU LIMBAH PENGOLAHAN
KERUPUK KULIT SAPI MENGGUNAKAN NaOH DAN LAMA PERENDAMAN
BERBEDA.
89. Sihombing, K., Situmorang, M., & Hutabarat, W. (2017). PENGEMBANGAN SENSOR
ELEKTROKIMIA UNTUK PENENTUAN UREA.
90. Sinaga, M., Sihombing, K., & Situmorang, M. (2017). INOVASI PEMBELAJARAN
INTERAKTIF BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MAHASISWA PADA PENGAJARAN KIMIA UMUM.
91. Maradona, Maradona, Nirwana Nirwana, and Bahruddin Bahruddin. "Pengaruh Kadar
Sulfur dan Plastisizer Paraffin terhadap Morfologi dan Sifat Karet Alam Thermoset
dengan Filler Abu Sawit/Carbon Black." Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik
dan Sains 1.1 (2014): 1-11
92. Wicaksono, Rumpoko, Sutardi Sutardi, and Herminiwati Herminiwati. "Pembuatan karet
riklim dari ban bekas dengan microwave ditinjau dari karakteristik vulkanisasi
kompon." Majalah Kulit, Karet, dan Plastik 20.1 (2004): 23-29. Jaringan vulkanisasi
93. Fatimah, P., Jumalia, R., Novianti, E. R., & Zainul, R. (2018). A REVIEW Teknik
Blended: Prinsip dan Dasar-Dasar.
94. Dinata, A. A., Rosyadi, A. M., Hamid, S., & Zainul, R. (2018). A Review Chemical
Vapor Deposition: Process And Application.
95. Hafif, B., Mawardi, R., & Utomo, J. S. (2017). ANALISIS KARAKTERISTIK LAHAN
DAN MUTU BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAERAH LAMPUNG/Analysis of
Land Characteristics and Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Seed Quality of Lampung.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 23(2), 63-71.
96. Triwarsita, W. S. A., Atmaka, W., & Muhammad, D. R. A. (2013). Pengaruh penggunaan
edible coating pati sukun (Artocarpus altilis) dengan variasi konsentrasi gliserol sebagai
plasticizer terhadap kualitas jenang dodol selama penyimpanan. Jurnal Teknosains
Pangan, 2(1).
97. Liza, Y. M., Yasin, R. C., Maidani, S. S., & Zainul, R. (2018). Sol Gel: Principle And
Technique (A Review).
98. Nandiawan, D. H., & Fawaid, M. (2017). Pengaruh Variasi Suhu terhadap Proses Self
Tempering dan Variasi Waktu Tahan pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanis
Baja AISI 4140. Jurnal Teknika, 11(2), 138-153.
99. Zainul, R., Oktavia, B., Dewata, I., & Efendi, J. (2017). Studi Dinamika Molekular dan
Kinetika Reaksi pada Pembelahan Molekul Air untuk Produksi Gas Hidrogen.
100. AHMAD, Z. (2014). REPRESENTASI PLURALISME AGAMA DALAM FILM
(AnalisisSemiotikpada Film Tanda Tanya (?) KaryaHanungBramantyo (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
101. Muliawati, D. A. (2015). PERBEDAAN KUALITAS CAKE KOMPOSIT TEPUNG
JALI (Coix lachyrma-jobi L.) VARIETAS KETAN DAN TEPUNG TERIGU (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).
102. Alam, Pocut Nurul, and Teuku Rihayat. "Sintesa dan karakteristik sifat mekanik
karet nanokomposit." Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan 6.1 (2007): 1-6.
103. Yuniari, Arum, Muhammad Sholeh, and Ihda Novia Indrajati. "Pengaruh sistem
vulkanisasi konvensional (CV) dan semi efisien (SEV) terhadap sifat aging dan termal
vulkanisat campuran karet alam dan karet butil." Majalah Kulit, Karet, dan Plastik 31.2
(2015): 99-106
104. Siriyong, T., & Keawwattana, W. (2012). Utilization of different curing systems
and natural zeolite as filler and absorbent for natural rubber/nitrile rubber blend.
Kasetsart Journal Natural Science, 46, 918-930
105. Ahmad, Z. (2011). Effect of curing systems on thermal degradation behaviour of
natural rubber (SMR CV 60). Journal of Physical Science, 22(2), 1-14
106. Coran, A. Y. dan R. Patel, (1981), “Elastoplastic Compositions of Cured Diene
Rubber and Polypropylene”, U. S. Patent No. 4,271,049
107. Tinker, A. J., R. D. Icenogle and I. Whittle, (1989), “Natural Rubber Based
TPEs”, Rubber World, 199, hal. 25-29
108. Sabet, S.A. and Datta, S., (2000), “Thermoplastic Vulcanizates”, in Paul, D.R. &
C.B. Bucknall (Ed.). Polymer Blends, Vol. 2, John Wiley & Sons, hal. 517-555
109. Ellul, M. D. dan D. R. Hazelton, (1994), “Chemical Surface Treatments of
Natural Rubber and EPDM Thermoplastic Elastomers: Effect on Friction and
Adhession”, Rubber Chem. Technol., 67, hal. 582-601
110. Nakason, C., Saiwari, S., Kaesaman, A., (2006), “Thermoplastic Vulcanizates
Based on Maleated Natural Rubber/Polypropylene Blends: Effect of Blend Ratios on
Rheological, Mechanical, and Morphological Properties”, Polymer Engineering and
Science, 46, hal.594-600
111. Halimatuddahliana, H. Ismail, H. Md. Akil, (2004), “Rheological Properties of
Polypropylene/Ethylene-Propylene Diene Terpolymer/Natural Rubber (PP/EPDM/NR)
Blends by Torque Rheometer”, Jurnal Teknologi Proses, 3, hal. 77-86
112. Zainul, Rahadian. "Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada
Panel Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4." (2015)
113. Noor, Aidi, et al. "Pengaruh konsentrasi besi dalam larutan hara terhadap gejala
keracunan besi dan pertumbuhan tanaman padi." Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian
Journal of Agronomy) 40.2 (2016
114. Coniwanti, P., Laila, L., & Alfira, M. R. (2015). Pembuatan Film Plastik
Biodegredabel Dari Pati Jagung Dengan Penambahan Kitosan Dan Pemplastis
Gliserol. Jurnal Teknik Kimia, 20(4).
115. Handono, D. (2011). Densifikasi kayu randu (ceiba pentandra (L) gaertn)
menggunakan proses penekanan dan pelapisan permukaan polimer poliester serta metode
radiasi-uv.
116. Rizki, M., Irwandi, D., & Bahriah, E. S. (2016). PENGEMBANGAN BUKU
SUPLEMEN KIMIA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKATPADA
MATERI KIMIA POLIMER. JTK (Jurnal Tadris Kimiya), 1(2), 47-57.
117. Widayat, W. (2007). Studi Pengurangan Bilangan Asam, Bilangan Peroksida dan
Absorbansi dalam Proses Pemurnian Minyak Goreng Bekas dengan Zeolit Alam
Aktif. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 6(1), 7-12.
118. Putra, A. S., Kartolo, J., Yosuanita, D., & Tandi, W. (2015). Pengaruh
Penambahan Unsaturated Polyester Resin terhadap Mutu Beton K-350. Inersia, 7(1).
119. Haryani, K. (2008). Potensi Zeolit Dari Daerah Kemiri, Purworejo Untuk
Penjernihan Minyak Goreng Bekas. Universitas Diponegoro, 3(1).
120. Yuliani, G., & Si, M. Gambaran Umum tentang Polimer.
121. PEROKSIDA, M. I. B. STUDI POLIMERISASI ESTER DARI ASAM LEMAK
SAWIT DISTILAT (ALSD).
122. Siahaan, P., & Windarti, T. (2007). Kimia Polimer.
123. FACHRI, B. A. (2003). Polimerisasi akrilamid dengan radikal bebas
menggunakan metoda Mixed-Solvent Precipitation(Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).
124. NEVIANITA, I. (2016). RANCANG BANGUN PROTOTIPE ELEKTRODA
ALUMINIUM BERBASIS MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER (MIP)
SIMAZIN (Doctoral dissertation, POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA).

125. Suhartini, M., & Rahmawati, R. (2018). PENAMBAHAN LATEKS KARET


ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS
MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN. Jusami| Indonesian Journal of Materials
Science, 11(1), 10-14.
126. Prastanto, H., Cifriadi, A., & Ramadhan, A. (2015). Karakteristik dan Hasil Uji
Marshall Aspal Termodifikasi dengan Karet Alam Terdepolimerisasi sebagai
Aditif. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 75-82.
127. Ritonga, A. H. (2017). Karakterisasi Aspal Polimer Dari Limbah Polistirena Dan
Serbuk Karet Ban Bekas Menggunakan Divenil Benzena Dan Inisiator Dikumil
Peroksida. Akademia, 21(2), 7-14.
128. Vachlepi, A. (2018). Produksi karet sir 20CV menggunakan formula hidrazin
hidrat dan ammonium sulfat sebagai aditif. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 29(1), 1-
11.
129. Handayani, H., Faturrohman, M. I., & Kuncoro, I. (2011). Karakteristik sifat fisik
dan ketahanan terhadap minyak dari karet alam epoksi. Jurnal Penelitian Karet, 29(1),
49-62.
130. Kiswanto, H. (2011). Optimasi Sifat-Sifat Mekanik Genteng Pres dengan Bahan
Aditif Silika dan Dolomit (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
131. LATHIEF LANG LANG BUANA, A. H. M. A. D. (2015). Pemanfaatan Bungkil
dan Kulit Biji Karet Sebagai Bahan Bakar Alternatif Biobriket Dengan Perekat Tetes
Tebu. Jurnal Teknik Mesin, 3(03).
132. Lailiyah, Q., Baqiya, M. A., & Darminto, D. (2012). Pengaruh Temperatur dan
Laju Aliran Gas CO2 pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat dengan Metode
Bubbling. Jurnal Sains dan Seni ITS, 1(1), B6-B10.
133. Siregar, M. S., & Syaputra, I. R. (2015). Grafting Maleat Anhidrat Pada Karet
Alam Siklis (Cyclic Natural Rubber/CNR) Dengan Inisiator Dicumyl
Peroksida. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 17(2).
134. Kartika, R. (2016). Pembuatan bioetanol dari singkong karet (Manihot Glaziovii
Muell) dengan hidrolisis enzimatik dan difermentasi menggunakan Saccharomyces
Cerevisiae. Jurnal Atomik, 1(1).
135. Vachlepi, A., & Suwardin, D. (2015). Penggunaan garam ammonium dalam
produksi karet viskositas rendah dari lateks. Jurnal Penelitian Karet, 33(2), 193-202.
136. Nadapdap, K., Charloq, C., & Ginting, J. (2015). Respon Pertumbuhan Stump
Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada
Berbagai Komposisi Media Tanam. AGROEKOTEKNOLOGI, 3(4).
137. Prastanto, H., Firdaus, Y., Puspitasari, S., Ramadhan, A., & Falaah, A. F. (2018).
Sifat Fisika AsPAL Modifikasi Karet Alam pada Berbagai Jenis dan Dosis Lateks Karet
Alam. Indonesian Journal of Natural Rubber Research, 36(1).
138. Widyanata, Y., Sitorus, I. M., & Surya, I. (2013). Pengaruh Penambahan
Alkanolamida terhadap Sifat-Sifat Uji Tarik Vulkanisat Karet Alam Berpengisi
Kaolin. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(4).
139. Nirmala, F. (2014). PEMANFAATAN LIMBAH KARET BAN DAN PLASTIK PET
(Polyethylene Terephthalate) MENJADI ASPAL SINTETIS DENGAN OLI BEKAS
SEBAGAI PELARUT (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
140. Hariyadi, S., Fikri, K., & Fatahillah, A. (2016). Integrasi Nilai-nilai Kearifan
Lokal pada Pembelajaran IPA Berbasis Lingkungan di Sekolah-sekolah Wilayah
Perkebunan Kopi Kalibaru.
141. Area, D. A. T. U. M., & Area, D. N. A. U. M. EFEKTIVITAS BENZOIL
PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR PADA REAKSI ANTARA ASPAL DENGAN
POLIMER YANG MEMANFAATKAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA DAN
KARET BAN.
142. Santosa, H. P., Arifin, H. D., & Mudawaroch, R. E. (2015). PENGARUH
PERBEDAAN RASIO EM4 DAN TETES TEBU PADA SILASE DAUN KETELA
KARET (Manihot glaziovii) TERHADAP KADAR PROTEIN, SERAT KASAR, DAN
LEMAK. Surya Agritama: Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan, 4(1).
143. Wirnanda, I. (2013). KARAKTERISTIK BETON ASPAL AC-BC
MENGGUNAKAN MATERIAL BASALT DAN ASPAL PEN 60/70 DENGAN
TAMBAHAN KARET BAN BEKAS. ETD Unsyiah.
144. Japa, L., Raksun, A., & Rasmi, D. A. C. (2019). POLA KONSUMSI SEHAT
DENGAN MEMPERHATIKAN ZAT ADITIF DAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN
PADA IBU-IBU DAN REMAJA PUTRI WARGA RT 05 KUBURJARAN LAUK
SUKARARA LOMBOK TENGAH. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian
Masyarakat, 2(1).
145. UM, A. S. (2012). Karet Ban Bekas Sebagai Bahan Tambahan Pada Lapisan
Aspal Beton Ditinjau Dari Parameter Marshall. SKRIPSI Jurusan Teknik Sipil-Fakultas
Teknik UM.
146. Novrianti, W. (2015). PEMBUATAN CAT BESI DARI GETAH KARET
MENGGUNAKAN PELARUT SOLAR DAN CPO DENGAN WARNA ALAMI DARI
EKSTRAK PANDAN(Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
147. Saktiani, L. (2012). MORFOLOGI DAN SIFAT KARET ALAM VULKANISAT
YANG DIPERKUAT DENGAN F ILLER HYBRID CARBON BLACK/ABU S
AWIT. Jurnal Teknobiologi, 3(01).
148. Dirhamsyah, M. SIFAT PAPAN SEMEN PARTIKEL KAYU KARET (Cement
Board Property of Rubber Wood Particle). Jurnal TENGKAWANG, 1(1).
149. Supraptiningsih, S., & Lestari, S. B. P. (2005). Pengaruh rss/sbr dan filler CaCO3
terhadap sifat fisis kompon karpet karet. Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 21(1), 34-40.
150. Zuhra, C. F. (2006). Karet.

Anda mungkin juga menyukai