Anda di halaman 1dari 21

TABUNG RESONANSI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peristiwa resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu sistem

fisis dengan nilai frekuensi tertentu akibat dipengaruhi oleh sistem fisis

lain (sumber) yang bergetar dengan frekunsi tertentu pula dimana nilai

kedua frekuensi ini adalah sama. Peristiwa ini dapat kita amati dengan

menggunakan kolom udara. Gelombang yang terbentuk dalam kolom

udara meupakan gelombang bunyi berdiri. Peristiwa resonansi terjadi

saat frekuensi sumber nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi

pada kolom udara yang dicirikan dengan terdengarnya bunyi yang paling

nyaring (amplitudo maksimum).

Bila suatu sumber bunyi (gelombang suara) merambat dalam

suatu tabung berisi udara maka antara gelombang datang dan gelombang

yang dipantulkan oleh dasar tabung akan terjadi superposisi sehingga

dapat timbul resonansi gelombang berdiri. Peristiwa resonansi pada

tabung resonansi digunakan untuk mengukur cepat rambat bunyi di

udara. Peristiwa resonansi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah panjang gelombang dan frekuensi sumber bunyi.

Cepat rambat gelombang bunyi dapat diukur dengan

menggunakan sebuah tabung. Akan tetapi banyak di kalangan pelajar

yang belum mengetahui serta memahami bagaimana cara kerja atau

penggunaan dari tabung tersebut karena selama ini kita hanya


mengetahui bahwa alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan

gelombang bunyi dengan menggunakan tabung resonansi tanpa

melakukan praktek terlebih dahulu. Padahal sebenarnya kita bahkan tidak

mengetahui seperti apa bentuk dari tabung tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubis A.M dan

Lizalidiawati (2005) menyatakan bahwa salah satu alat yang digunakan

untuk mengukur kecepatan gelombang bunyi adalah tabung kund. Prinsip

kerjanya dengan menggerakan batang panjang didalam tabung sehingga

kecepatan gelombang bunyi dapat diperoleh. Pengukuran ini bertujuan

untuk menentukan kecepatan bunyi di udara. Batang panjang yang

terdapat di dalam tabung kund berfungsi untuk membentuk resonansi.

Bunyi yang dihasilkan untuk masuk ke dalakm tabung diberikan dari

audio sinyal generator dan frekuensi yang diberikan antara 1 kHz hingga

12 kHz. Hasil pengukuran dengan persamaan λ = 340,00 T + 0,0004

memberikan nilai standar deviasi yang cukup valid yaitu 0,56 %.

Pengukuran dikatakan baik apabila ketidakpastian pengukuran (standar

deviasi) kurang dari 2 %.

Berdasarkan uraian diatas, maka sangat penting dilakukan

percobaan “Tabung Resonansi” ini untuk menambah wawasan kita

mengenai hal tersebut. Selain itu, dengan mengetahui hal ini maka kita

bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita, misalnya kita bisa

mengajarkan kepada yang belum tahu.


2. Tujuan

Tujuan dari percobaan Tabung Rasonansi adalah sebagai berikut.

a. Untuk menentukan frekuensi resonansi dari sebuah perbedaan

panjang tabung.

b. Untuk menginvestigasi hubungan antara frekuensi resonansi dari

panjang tabung.

c. Untuk menentukan syarat terjadinya sebuah gelombang berdiri.

d. Untuk menentukan cara resonansi pada perbedaan panjang dan

perbedaan frekuensi dari sebuah tabung resonansi.

e. Untuk menentukan kecepatan bunyi dengan menggunakan tabung

resonansi.
B. KAJIAN TEORI

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi

karena perapatan dan peregangan dalam medium gas, cair atau padat.

Gelombang itu dihasilkan ketika sebuah benda yang digetarkan dan

menyebabkan gangguan kerapatan medium, geraran molekul tersebut

berlangsung sepanjang arah penjalaran gelombang. Gambar 3.1 menunjukan

sebuah tabung udara dengan ujung kanan yang tertutup dan ujung kiri yang

disumbat dengan piston yang dapat bergerak. Karena udara tidak dapat

bergetar melalui ujung tertutup, titik ini pastilah merupakan simpul

simpangan.

Gambar 3.1 Tabung Udara

Syarat gelombang berdiri untuk sistem ini sama seperti untuk tali yang

terikat pada kedua ujungnya dan panjang tabung L harus bilangan bulat kali

satengah lamda (panjang gelombang). Simpul-simpul simpangan pada tiap

ujung menjadi:

𝜆𝑛
𝐿=𝑛 , n = 1, 2, 3 .................................................................. (3.1)
2

Dengan demikian frekuensinya adalah:

𝑣 𝑣
𝑓𝑛 = = ............................................................................ (3.2)
𝜆𝑛 (2𝐿⁄𝑛)
Atau

𝑣
𝑓𝑛 = 𝑛 =𝑛 𝑓1 , n = 1, 2, 3 ...................................................... (3.3)
2𝐿

Jika ujung kedua tabung yang terletak pada bagian kanan tidak tetutup maka

ujung terbuka ini merupakan perut simpangan. Syarat gelombang berdiri

sistem ini sama dengan tali yang salah satu ujungnya tetap dan ujung lainnya

bebas, sehingga panjang tabung harus sama dengan bilangan bulat ganjil λ/4,

sehingga:

𝜆𝑛
𝐿=𝑛 , n = 1, 3, 5 ................................................................. (3.4)
4

Dengan demikian frekuensinya adalah:

𝑣
𝑓𝑛 = 𝑛 =𝑛 𝑓1 , n = 1, 3, 5 ...................................................... (3.5)
4𝐿

(Tipler, 1998).

Resonansi bunyi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu sistem fisis

yang diakibatkan oleh sistem fisis lain yang bergetar dengan frekuensi

tertentu. Pada pipa organa tertutup, pantulan gelombng resonansi yang terjadi

berupa simpul dan pada pipa organa terbuka berupa perut. Jika posisi

dengung (L1, L2, dst) dapat ditentukan maka akan memudahkan untuk

mencari nilai panjang gelombang yang dihasilkan. Adapun persamaan yang

digunakan yaitu:

λ
𝐿1 = .............................................................................................. (3.6)
4

Dari persaman diatas diketahui bahwa L1 merupakan jarak saat resonansi

pertama terjadi. Resonansi kedua terjadi bila:



𝐿2 = ........................................................................................... (3.7)
4

L2 adalah jarak kolom udara saat terjadi resoansi kedua apabila amplitudo

maksimum ke-2 terlihat pada saat perubahan tegangan kembali. Dengan

didapatkannya λ, dari Persamaan (3.6) dan Persamaan (3.7), maka nilai cepat

rambat gelombang bunyi di udara (v) dapat dihitung dengan menggunkan

persamaan:

𝑣 = 𝑓. λ .......................................................................................... (3.8)

dimana v adalah cepat rambat bunyi di udara (m/s), f adalah frekuensi (Hz)

dan λ adalah panjang gelombang. Cepat rambat gelombang di udara sangat

dipengaruhi oleh suhu udara. Semakin tinggi suhu udara maka nilai cepat

rambat bunyi akan semakin besar dan sebaliknya. Bunyi dapat merambat di

udara bebas dengan kecepatan 340 m/s pada suhu 15oC (Nurkholis, 2014).

Alat yang digunakan untuk mengukur cepat rambat bunyi adalah tabung

resonansi. Tabug resonansi berfungsi sebagai tempat yang digunakan untuk

mengarahkan gelombang suara sehingga terjadi resonansi. Dua buah

gelombang yang merambat melalui suatu medium yang sama maka

gelombang akan bergabug menjadi satu gelombang yang saling menguatkan.

Superposisi dari suatu gelombang tersebut akan menghasilkan gelombang

suara yang terdengar lebih kuat daripada sumbernya. Ciri utama gelombang

resonansi adalah jika gelombang tersebut terjadi terus-menerus maka

superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul akan terus terjadi

dan akhirnya serjadi resonansi.


Gambar 3.2 Tabung Resonansi

Proses terjadinya resonansi dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Peristiwa Resonansi Bunyi

(Budiarso, 2015).
C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yag digunakan pada percobaan Tabung Resonansi

dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Percobaan Tabung Resonansi


No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Satu set tabung Tempat terjadinya resonansi gelombang bunyi.
2. Generator Audio Pembangkit sinyal Audio.
3. Sound Level Meter Untuk mengatur tingkat frekuensi bunyi.
Menghubungkan tabung resonansi dengan
4. Kaki penghubung
generator Audio.

2. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan Tabung Resonansi

adalah sebagai berikut:

a. Hubungan panjang tabung dan frekuensi resonansi.

1) Menyusun alat dan bahan seperti pada Gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4 Rangkaian Alat dan Bahan


Percobaan Tabung Resonansi
2) Menempatkan piston pada jarak 0,2 m dari ujung tertutup

sebuah tabung.

3) Menukur Generator Audio pada frekuensi 100 Hz, serta

ampilitudo pada posisi 0.


4) Memutar amplitudo frekuensi signal generator hingga jelas

mendengar suara speaker.

5) Menaikkan secara perlahan dan mendengarkan hingga

memperoleh nilai maksimum pada sound level meter.

6) Mencatat nilai frekuensi resonansi pada tabel data pengamatan.

7) Mengulangi langkah 2-6 dengan menempatkan piston pada jarak

0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m.

8) Mengulangi langkah 2-7 dengan membuka ujung tabung.

b. Menentukan nada atas dan nada dasar.

1) Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 3.4.

2) Mengulangi langkah 2-6 pada prosedur pengamatan hubungan

panjang tabung dan frekuensi, namun mengatur generator audio

pada pengali 1 (1x), pengali 2 (sebagai nada atas pertama),

pengali 3 (sebagai nada atas kedua) dan pengali 4 (sebagai nada

atas ketiga).

3) Mengulangi langkah 2 dengan membuka ujung tabung.


D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Data Pengamatan

Data pengamatan pada percobaan Tabung Resonansi dapat

dilihat pada tabel-tabel berikut.

1) Hubungan Panjang Tabung dan Frekuensi Resonansi

a) Tabung tertutup

Tabel 3.2 Data Pengamatan Hubungan Panjang Tabung dan


. Frekuensi Resonansi pada Tabung Tertutup
No. L (m) f (Hz)
1. 0,2 430
2. 0,3 290
3. 0,4 180
4. 0,5 160

b) Tabung terbuka

Tabel 3.3 Data Pengamatan Hubungan Panjang Tabung dan


Frekuensi Resonansi pada Tabung Terbuka.
No. L (m) f (Hz)
1. 0,2 640
2. 0,3 590
3. 0,4 430
4. 0,5 390

2) Menentukan Nada Atas dan Nada Bawah

a) Tabung tertutup

Tabel 3.4 Data Pengamatan Nada Atas dan Nada Bawah


pada Tabung Tertutup.
No. L (m) f (Hz)
1. 0,2 500
2. 0,2 1380
3. 0,2 1950
4. 0,2 2480
b) Tabung terbuka

Tabel 3.5 Data Pengamatan Nada Atas dan Nada Bawah


pada Tabung Terbuka.
No. L (m) f (Hz)
1. 0,2 850
2. 0,2 1660
3. 0,2 2400
4. 0,2 3280

b. Analisis Data

1) Hubungan Panjang Tabung dan Frekuensi Resonansi

a) Mencari Panjang Gelombang

(1) Pipa Organa Tertutup

𝜆1 = 4 𝐿1

= 4 (0,2)

= 0,8 𝑚

Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Analisis Data Panjang Gelombang Pipa


Organa Tertutup.
No. L (m) λ (m)
1. 0,3 1,2
2. 0,4 1,6
3. 0,5 2

(2) Pipa Organa Terbuka

𝜆1 = 2 𝐿1

= 2 (0,2)

= 0,4 𝑚
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Analisis Data Panjang Gelombang Pipa


Organa Terbuka
No. L (m) λ (m)
1. 0,3 0,6
2. 0,4 0,8
3. 0,5 1

b) Mencari Kecepatan Rambat Bunyi

(1) Pipa Organa Tertutup

𝑣1 = 𝜆1 . 𝑓1

= 0,8 . 430

= 344 𝑚⁄𝑠

Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8 Analisis Data Kecepatan Rambat Bunyi pada


Pipa Organa Tetutup
No. λ (m) f (Hz) v (m/s)
1. 1,2 290 348
2. 1,6 180 288
3. 1 160 320

(2) Pipa Organa Terbuka

𝑣1 = 𝜆1 . 𝑓1

= 0,4 . 640

= 256 𝑚⁄𝑠
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9 Analisis Data Kecepatan Rambat Bunyi pada


Pipa Organa Terbuka
No. λ (m) f (Hz) v (m/s)
1. 0,6 590 354
2. 0,8 430 344
3. 1 390 390

2) Menentukan Nada Dasar dan Nada Atas

a) Pipa Organa Tertutup

𝑣 340
𝑓0 = = = 425 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

3𝑣 3 . 340
𝑓1 = = = 1700 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

5𝑣 5 . 340
𝑓2 = = = 2125 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

7𝑣 7 . 340
𝑓3 = = = 2975 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

b) Pipa Organa Terbuka

𝑣 340
𝑓0 = = = 850 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2

2𝑣 2 . 340
𝑓1 = = = 1700 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2

3𝑣 3 . 340
𝑓2 = = = 2550 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2

4𝑣 4 . 340
𝑓3 = = = 3400 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2
3) Grafik Hubungan antara Panjang Tabung dan Frekuensi (L-F)

Grafik hubungan antara panjang tabung (L) dan frekuensi

resonansi (f) dapat dilihat pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6

berikut.

a) Pipa Organa Tertutup

Gambar 3.5 Grafik Hubungan antara L dan F pada Pipa


Organa Tertutup

b) Pipa Organa Terbuka

Gambar 3.6 Grafik Hubungan antara L dan F pada Pipa


Organa Terbuka
4) Menentukan Frekuensi Resonansi

a) Pipa Organa Tertutup

𝑣 340
𝑓1 = = = 425 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

3𝑣 3 . 340
𝑓2 = = = 1700 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

5𝑣 5 . 340
𝑓3 = = = 2125 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

7𝑣 7 . 340
𝑓4 = = = 2975 𝐻𝑧
4𝐿 4 .0,2

b) Pipa Organa Terbuka

𝑣 340
𝑓1 = = = 850 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2

2𝑣 2 . 340
𝑓2 = = = 1700 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2

3𝑣 3 . 340
𝑓3 = = = 2550 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2

4𝑣 4 . 340
𝑓4 = = = 3400 𝐻𝑧
2𝐿 2 .0,2
2. Pembahasan

Percobaan tabung resonansi dilakukan dengan tujuan agar dapat

mengetahui hubungan panjang tali dan frekuensi pada pipa organa

terbuka dan pipa organa tertutup serta untuk menentukan nada bawah dan

nada atas pipa organa tertutup dan pipa organa terbuka. Alat yang

digunakan pada percobaan ini adalah satu set tabung, generator audio,

kaki penghubung dan sound level meter. Percobaan ini dilakukan da

perlakuan dimana perlakuan pertama adalah mengamati hubungan

panjang tabung dan frekuensi resonasi pada pipa organa tertutup dan pipa

organa tebuka dengan memvariasikan panjang tabung sebesar 0,2 m, 0,3

m, 0,4 m dan 0,5 m. Perlakuan kedua adalah menentukan nada atas dan

nada bawah pada pipa organa tertutup dan pipa organa terbuka tanpa

memvariasikan panjang tali akan tetapi yang divariasikan adalah pengali

dari frekuensi dimana pengalinya sebesar 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali.

Berdasarkan data pengamatan dalam menentukan hubungan

panjang tabung dan frekuensi pada pipa organa tertutup untuk panjang

tabung 0,2 m, ,3 m, 0,4 m dan 0,5 m diperoleh frekuensi sebesar 430 Hz,

290 Hz, 180 Hz dan 160 Hz. Sedangkan pada pipa organa terbuka untuk

panjang tabung 0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m diperoleh frekuensi sebesar

640 Hz, 590 Hz, 430 Hz dan 390 Hz. Langkah selanjutnya adalah

menentukan nada atas dan nada bawah pada pipa organa tertutup pada

pengali 1, 2, 3 dan 4 diperoleh frekuensi sebesar 500 Hz, 1380 Hz, 1950

Hz dan 2480 Hz. Sedangkan pada pipa organa terbuka untuk pengali 1, 2,
3 dan 4 diperoleh frekuensi sebesar 850 Hz, 1660 Hz, 2400 Hz dan 3280

Hz. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan panjang

tabung berbanding terbalik dengan frekuensi. Hal ini sesuai dengan teori,

dimana semakin besar ruang kolom udara pada pipa organa maka

panjang gelombangnya semakin besar sedangkan frekuensinya semakin

kecil. Sebaliknya, semakin kecil ruang kolom udara pada pipa organa

maka panjang gelombangnya semakin kecil sedangkan frekuensinya

semakin besar.

Berdasarkan analisis data mengenai hubungan panjang tabung dan

frekuensi yang telah digrafikkan diperoleh adanya penyimpangan pada

titik L dan F. Hal tersebut dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah kurangnya ketelitian pada saat pembacaan

skala pada sound level meter ataupun adanya kebisingan yang terjadi

pada saat praktikum berlangsung dan sebagainya.

Berdasarkan analisis data dalam menentukan panjang gelombang

(λ) dan cepat rambat bunyi (v), diperoleh panjang gelombang untuk

variasi panjang tabung 0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m pada pipa organa

tertutup sebesar 0,8 m, 1,2 m, 1,6 m dan 2 m. Sedangkan pada pipa

organa terbuka diperoleh sebesar 0,4 m, 0,6 m, 0,8 m dan 1 m. Setelah

diketahui panjang gelombangnya maka dapat dicari cepat rambatnya,

dimana cepat rambat bunyi untuk pipa organa tertutup diperoleh sebesar

344 m/s, 348 m/s, 288 m/s, 320 m/s. Sedangkan pada pipa organa terbuka

diperoleh cepat rambat bunyi sebesar 256 m/s, 354 m/s, 344 m/s, 390 m/s.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan

untuk mencari cepat rambat bunyi secara praktek sudah sesuai dengan

teori, dimana secara teori cepat rambat bunyi pada udara yang bersuhu

25o adalah 340 m/s.

Frekuensi nada dasar dan nada atas secara teori ditentukan melalui

hasil bagi antara cepat rambat bunyi di udara dengan luas kolom udara

pada pipa organa. Dimana secara teori diperoleh frekuensi nada dasar dan

nada atas pada pipa organa tertutup untuk f0, f1, f2, dan f3 sebesar 425 Hz,

1700 Hz, 2125 Hz dan 2975 Hz, serta pipa organa terbuka untuk f0, f1, f2,

dan f3 sebesar 480 Hz, 1700 Hz, 2550 Hz dan 3400 Hz. Sedangkan secara

praktek diperoleh frekuensi nada bawah dan nada atas pada pipa organa

tertutup untuk panjang tabung 0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m sebesar 500

Hz, 1380 Hz, 1950 Hz dan 2480 Hz. Untuk pipa organa terbuka untuk

dengan panjang tabung yang sama seperti pipa organa tertutup diperoleh

frekuensi nada bawah dan nada atas sebesar 850 Hz, 1600 Hz, 2400 Hz

dan 3280 Hz. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa percobaan

yang dilakukan sudah sesuai dengan teori dimana besar frekuensi

resonansi dipengaruhi oleh banyaknya pengali atau nilai (n) yang

diberikan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan Tabung Resonansi adalah sebagai

berikut:

a. Semakin panjang tabung resonansi, maka semakin kecil frekuensi

resonansi dan setelah dilakukan percobaan hasil yang diperoleh

sesuai dengan teori dimana pada pipa organa terbuka dengan panjang

0,2 m, 0,3 m, 0,4 m dan 0,5 m diperoleh frekuensi sebesar 430 Hz,

290 Hz, 180 Hz dan 160 Hz sedangkan untuk pipa organa tertutup

untuk panjang tabung yang sama diperoleh frekuensi sebesar 640

Hz, 590 Hz, 430 Hz dan 390 Hz.

b. Hubungan antara frekuensi resonansi dan panjang tabung dimana

panjang tabung berbanding terbalik dengan frekuansi yaitu ketika

panjang tabung tabung semakin besar maka frekuensinya semakin

kecil.

c. Syarat terjadinya gelombang berdiri atau gelombang stasioner yaitu

terjadi jika dua buah gelombang yang mempunyai frekuensi dan

amplitudo yang sama bertemu dalam arah yang berlawanan.

Superposisi kedua kedua gelombang yang berlawanan arah inilah

yang menghasilkan gelombang berdiri.

d. Cara beresonansi pada perbedaan tabung yaitu apabila diberikan

sumber bunyi di dalam mulut tabung maka kolom udara dalam


tabung akan ikut beresonansi dengan syarat bahwa frekuensi kolom

udarasama dengan frekuensi alamiah dan spesker.

e. Penentuan cepat rambat bunyi menggunakan tabung resonansi

adalah dengan mengetahui terlebih dahulu panjang gelombang dan

frekuensi resonansi kemudian mengalikan keduanya.


DAFTAR PUSTAKA

Budiarso, Zuly dan Agung Pribandono. 2015. Implementasi Sensor Ultrasonik


untuk Mengukur Panjang Gelombang Suara Berbasis Mikrokontroler.
Jurnal Teknik Informasi Dinamik. ISSN: 0854 – 9524. Vol. 20, No. 2.
Universitas Stikubank Semarang. Semarang.

Nurkholis, dkk. 2014. Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Resonansi


Gelombang Bunyi Menggunakan Transduser Ultrasonik Berbasis
Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Vol. 02,
No. 02. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 3 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai