Anda di halaman 1dari 7

Perlunya Layanan Bimbingan Dan Konseling

Menurut Alip Badrujaman, Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat
program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk
membentuk peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang
secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. Program
bimbingan dan konseling di sekolah pada dasarnya memberikan bantuan terhadap anak didik untuk
berfikir mengenai pemilihan-pemilihan dan penyesuaian yang penting dan yang akan dihadapi
dalam tahap hidup dimana seseorang dapat membantu persiapan secukupnya. Bimbingan
merupakan bantuan yang integral dari pendidikan karena pendidikan merupakan sebuah proses
dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing individu untuk dapat mengoptimalkan
potensi yang dimiliki, dan pendidikan juga merupakan “pembangunan suatu dunia perasaan dan
kesadaran” the up bulding of a word in feeling or consciousness Dewa ketut Srikandi (2000: 17).

Surat ketentuan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor:0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991, bahwa beban
tugas guru BK meliputi, menyusun program pelayanan, melaksanakan program pelayanan, dan
evaluasi pelaksanaan layanan.Layanan bimbingan dan konseling sangat luas pengertiannya bukan
hanya tentang bagaimana administrasi BK yang tersusun secara sistematis terhadap masing-
masing peserta didik, menyusun program tahunan, bulanan, dan harian, merencanakan program
lapangan, format perkonselingan, evaluasi hasil, tetapi lebih kepada kreativitas dan tanggung
jawab masing-masing guru BK dalam melaksanakan layanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
peserta didik dan sesuai dengan perencanaan di awal kegiatan serta sesuai tugas
pengembangannya, karena sering sekali para guru BK memiliki konsep yang baku, sehingga waktu
yang dimiliki guru BK tidak cukup untuk memberikan layanan kepada peserta didik, akibatnya
komunikasi antara guru BK dan peserta didik terputus, pada dasarnya yang paling utama dari
layanan bimbingan dan konseling adalah tercapainya tugas perkembangan.

Menurut Endang Ertiati Suhesti di dalam buku “Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap”
terdapat 6 bidang bimbingan konseling yaitu.
1) Bidang pengembangan pribadi, bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk membantu
individu mengatasi kesulitan peahaman terhadap dirinya sendiri, dan membantu mengatasi
kesulitan dalam menggali potensi diri yang dimiliki, juga membantu individu dalam
mengembangkan dirinya dalam lingkungan sekitarnya.
2) Bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan sosial berkaitan erat dengan bagaimana
individu berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya, melalui hubungan sosial yang dihadapi
individu, misalnya masalah pergaulan dengan teman sejenis maupun lawan jenis. Maslah
bagaimana menjaga kehormatan individu dengan alam sekitar, dan sebagaimana yang berkaitan
dengan penyesuaian diri terhadap hubungan dengan orang lain ataupun dengan lingkungan
sekitar.

Bimbingan dan Konseling juga merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mampu
membantu siswa dalam mengembangkan potensinya. Berkaitan dengan hal tersebut sesuai dengan
UU No.22 tahun 2013 tentang konsep dasar dan fungsi pendidikan menjelaskan bahwa bimbingan
dan konseling mempunyai peluang yang sangat terbuka dalam keseluruhan sistem pendidikan
nasional. Bimbingan dan konseling juga berperan penting dalam memajukan pendidikan yang
lebih baik, karena dalam Bimbingan dan Konseling memiliki empat bidang layanan yang dapat
membantu siswa untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa tersebut. Menurut
Yusuf (2009: 51-57) terdapat empat bidang layanan bimbingan dan konseling yaitu: bimbingan
dan konseling akademik (belajar), bimbingan dan konseling pribadi, bimbingan dan konseling
sosial, bimbingan dan konseling karir. Bimbingan dan konseling berperan penting dalam
mensukseskan dunia pendidikan yang lebih baik, untuk menciptakan semua hal itu tentu dalam
pelaksanaan layanan tersebut harus memiliki sistem manajemen yang baik.

Tujuan bimbingan dan konseling menurut Suharsimi (2012: 36) yaitu mempunyai
pengenalan yang lebih jelas mengenai dirinya kemampuannya, kelebihan dan kekurangannya,
kemauannya, sifat yang baik dan kurang baik, kebiasaannya, kegemarannya, serta
mengembangkan pemahaman dirinya dan mampu mengaktualisasikannya. Mempunyai
pengenalan yang lebih baik tentang situasi lingkungan, sehingga mampu memilih dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada
secara tepat dan bertanggung jawab. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
pemahaman dirinya, pemahaman lingkungan serta memecahkan masalah yang dihadapinya
misalnya belajar, masalah karier, masalah pribadi dan masalah sosial. Oleh karena itu tujuan
bimbingan dan konseling harus dapat tercapai dengan baik, agar siswa mampu mengarahkan diri
ke arah yang lebih baik.

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu dioptimalkan


dengan baik, terkait dengan empat bidang layanan tersebut. Menurut Sukardi (2003: 29) terdapat
tujuh jenis layanan yang terdiri dari layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan
penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok,
layanan konseling kelompok. Sejalan dengan hal tersebut Sukardi (2003: 60) juga mengemukakan
bahwa terdapat lima rencana kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang terdiri dari
aplikasi instrumen, himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus.

Guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab guna menfasilitasi siswa untuk
mencapai tugas perkembangannya secara optimal. selain itu pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling dalam suatu sekolah berperan penting, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan layanan
tersebut mampu membantu siswa dalam proses memahami diri, serta dapat mengembangkan
pontensi yang ada dalam diri siswa. Sejalan dengan pendapat di atas Junaedi dan Wiryosutomo
(2013: 4) tentang hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian dan kinerja
konselor dengan minat siswa untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan Konseling di sekolah.
Rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling juga dipengaruhi
oleh kurangnya sosialisasi Bimbingan dan Konseling kepada siswa, dan pemberian layanan
Bimbingan dan Konseling kepada siswa.

Layanan Bimbingan dan konseling di Indonesia (Depdiknas, 2008) merupakan bagian


tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Bimbingan konseling, bahkan secara formal,
masuk dalam sistem pendidikan nasional mulai tahun 1975, yaitu pada saat diberlakukannya
kurikulum 1975. Penelitian di Inggris, dilakukan oleh Lapan, R.T., dkk. (2001) tentang Helping
seventh graders be safe and successful: A statewide study of the impact of comprehensive guidance
and counseling programs. Hasilnya menunjukkan bahwa konselor sekolah yang menyediakan
jaringan layanan khusus yang memberi dukungan emosional dan instruksional memberi dampak
positif, terutama bagi siswa dengan status sosial ekonomi menengah, yaitu : (a) merasa lebih aman
saat datang ke sekolah, (b) memiliki hubungan yang lebih baik dengan guru-guru, (c) percaya
bahwa sekolah mereka sesuai dan penting bagi masa depannya, (d) lebih puas dengan pendidikan
yang mereka terima di sekolah, (e) mengalami sedikit masalah saja yang berkaitan dengan
lingkungan fisik maupun sosial di sekolah, (f) produktif di kelas selanjutnya.

Di tingkat Perguruan Tinggi, layanan bimbingan konseling juga dibutuhkan. Secara umum
tujuan bimbingan pada perguruan tinggi adalah membantu mahasiswa dengan mengiringi proses
perkembangannya melewati masa-masa perguruan tinggi, sehingga terhindar dari kesulitan, dapat
mengatasi kesulitan, membuat penyesuaian yang baik, dan membuat arah diri sampai mencapai
perkembangan optimal.

Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik
agar dapat mencapai tujuan-tujuan pengembangan, meliputi:

a. Aspek perkembangan pribadi-sosial.

Dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan
pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.

b. Aspek perkembangan belajar.

Peserta didik mampu belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
serta memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi ujian.

c. Aspek perkembangan karier.

Peserta didik mampu membentuk identitas karier, merencanakan masa depan, serta mampu
mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat.

Menurut Young (1970), tujuan konseling di perguruan tinggi adalah:

1. Membantu mahasiswa untuk mengambil keputusan mengenai pilihan karier, pilihan program
pendidikan, dan masalah lain yang bersangkutan dengan keputusan pendidikan.
2. Memungkinkan mahasiswa lebih aktif dalam berinteraksi dengan orang lain, seperti teman
sebaya, dosen, orang tua.
3. Membantu mahasiswa mendapatkan pemahaman diri dan penerimaan diri.
4. Membantu mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dari segi akademik maupun sosial.
5. Memberikan dukungan kepada mahasiswa untuk mengatasi krisis emosional.
Lebih lanjut Young (1970) menjelaskan tentang tujuan bimbingan pada awal semester,
yang meliputi:

a. Membantu mahasiwa dalam mempersiapkan diri memasuki semester mendatang.


b. Membantu mahasiswa dalam menentukan strategi belajar yang akan ditempuh.
c. Membantu mahasiswa dalam perkembangan diri kearah terbentuknya pribadi yang bulat.
d. Membantu mahasiswa dalam mengenal terdapatnya layanan, jalan media, atau fasilitas yang
diperlukan untuk mengembangkan diri.

Sedangkan tujuan bimbingan sewaktu semester berlangsung adalah:

1. Membantu mahsiswa dalam mewujudkan kesiapan psikologis dan kesiapan tehnis pendidikan.
2. Membantu mahasiswa agar dapat membina motivasi belajarnya.
3. Membantu mahasiswa dalam menyadari tingkat kemajuan atau prestasi belajarnya.
4. Membantu mahasiswa dalam usaha mengembangkan berbagai segi pribadinya.

Tujuan bimbingan pada akhir semester adalah:

1. Membantu mahasiswa untuk mengenal gambaran perkembangan dirinya setelah semester


berakhir.
2. Membantu mahasiswa untuk menghubungkan gambaran pribadi sekarang dengan yang lalu,
dan yang akan datang.

Tujuan layanan bimbingan diberikan kepada peserta didik yang diungkapkan oleh Juntika
(1) kegiatan penyelesain studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang,
(2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, (3)
menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
belajarnya, (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.

Berdasarkan tujuan layanan bimbingan dan konseling tersebut di atas maka secara
umumlayanannya dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia agar mampu menjawab
tantangan kehidupan masa depan artinya proses pendidikan bagi para mahasiswa tidak hanya
dipandang sebagai proses pembelajaran yang dilengkapi dengan ekstra kurikuler belaka, tetapi
disempurnakan dengan layanan bimbingan dan konseling yang membantu mempermudah
mahsiswa mengenal bakat, minat dan kemampuannya serta memilih dan membuat keputusan dapat
menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan dan karirnya sesuai dengan tuntutan lingkungan
hidupnya.

Istilah ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek
perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Dalam
kehidupan siswa dapat di bedakan tiga bidang yang penting bagi mereka, yaitu:

Pertama, bidang studi akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang
tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (penentu keberhasilan atau
kegagalan dalam belajar akademik yang sangat berarti bagi siswa dan juga keluarganya). Kedua,
bidang perkembangan kepribadiannya yang menyangkut dirinya sendiri serta hubungannya
dengan orang lain di sebut pula bimbingan pribadi-sosial yaitu bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri dalam
mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran
nafsu seksual serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai
lingkungan (pergaulan sosial). Ketiga, bidang perencanaan masa depan yang menyangkut jabatan
yang akan di pangku kelak di sebut juga bimbingan karir yakni mempersiapkan diri menghadapi
dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali
diri supaya siap memangku jabatan dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari
lapangan pekerjaan yang telah di masuki.

Menurut Amin Budiamin dan Setiawati (2009: 72) bahwa pada intinya bimbingan pribadi
sosial adalah membentuk pribadi yang matang dan mandiri, dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Pemahaman diri (self understanding). Dalam hal ini, individu dapat memahami dirinya sendiri
akan potensi yang dimilikinya serta permasalahan yang dihadapinya. Misalnya saja dapat diajukan
pertanyaan siapa saya (who am I). Tentu saja jawabannya di sekedar nama, usia, tempat tinggal,
tinggi badan, berat badan, urutan kelahiran, tetapi lebih jauh jawabannya apakah saya termasuk
individu yang pintar, sedang-sedang saja atau kurang (potensi inteligensi), apakah bakat saya
(bahasa, hitungan, menggambar, baca puisi, menyanyi, dll), bagaimana kepribadian saya (pemaaf,
pemarah, periang, dermawan, suka menolong, egois, dan lain sebagainya). 2) Penerimaan diri (self
acceptance-qona’ah). Dalam hal ini, individu hendaknya dapat menerima diri apa adanya
potensipotensi dan anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan harapan individu tersebut
ataupu tidak (perbedaan antara ideal self dengan actual self). Misalnya seorang individu laki-laki
menerima dirinya yang tidak ganteng, kulitnya hitam, rambutnya keriting, karena diberikan
bimbingan pribadi sosial bahwa dalam dirinya ada kelebihan yang dimilikinya dibandingkan
dengan individu lainnya, misalnya dia seorang individu yang cerdas atau pandai bergaul dan lain-
lain. Setelah dapat menerima dirinya, maka individu tersebut akan mampu mengarahkan dirinya
(self direction) untuk akhirnya mampu untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya (self
improvement). Pada akhirnya individu tersebut dapat menyesuaikan diri (self adjustment) baik
dengan dirinya maupun dengan tuntutan lingkungan sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai