BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini pemanfaatan serat sabut kelapa digunakan untuk industri rumah
tangga dalam skala kecil. Sabut kelapa banyak dimanfaatkan karena sabut kelapa
memiliki sifat tahan lama, sangat ulet, kuat terhadap gesekan, tidak mudah patah, t
ahan terhadap air, tidak mudah membusuk, tahan terhadap jamur dan hama serta ti
dak dihuni oleh rayap dan tikus. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang men
ghubungkan satu serat dengan serat lainnya yang merupakan bagian berharga dari s
abut. Setiap butir kelapa rata-rata mengandung serat 525 gram (75% dari sabut), da
n gabus 175 gram (25% dari sabut). (Isroful, 2009).
Luas perkebunan kelapa di Indonesia saat ini mencapai 3,8 juta hektar (Ha).
Selama 34 tahun, luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada tahun 1
969 menjadi 3,8 juta hektar pada tahun 2011. Luas perkebunan terbesar terdapat di
Provinsi Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sulawesi Utara dengan luasan berk
isar 300 ribu Ha hingga 200 ribu Ha. Produksi kelapa pada tahun 2010 mencapai 3,
26 juta ton. Produksi ini tergolong kecil dibandingkan dengan luasan perkebunan k
elapa yang ada. Produktivitas pada tahun 2011 hanya mencapai sekitar 0,7 ton/ Ha
dari kemampuan potensial yang mencapai 2,5 ton/ Ha. (Indonesian Commercial Ne
wsletter, 2011). Sementara itu, total produksi kelapa seluruh dunia mencapai 61,16
5 juta ton yang tersebar dibanyak negara di AsiaPasifik, Afrika dan Amerika. Serat
sabut kelapa sampai pada saat ini belum digunakan secara maksimal untuk kebutuh
an industri dan hanya dieksport kenegara lain seperti Amerika , Australia dan Cina
serta Srilangka, pada hal bahan tersebut berpotensi untuk diolah atau merupakan ba
han tambahan bahkan menjadi bahan pengganti unsur bahan bangunan lainnya sep
erti abu sekam padi dan semen untuk pembuatan plafon.
Gipsum adalah contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pa
da mineralnya. Gipsum adalah salah satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Gi
1
psum Diendapkan di laut, danau,gua dan di lapian garam karena konsentrasi ion-io
n oleh penguapan.
Gypsum merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang
lama, sehingga gypsum jarang ditemukan dalam bentuk butiran atau pasir. Gypsum
digunakan sebagai bahan perekat, mineral mempunyai sifat yang lebih baik dibandi
ngkan dengan perekat organik karena tidak menimbulkan pencemaran udara, mura
h, tahan api, tahan deteriorasi oleh faktor biologi dan tahan terhadap zat kimia dan
mempunyai sifat yang cepat mengeras yaitu sekitar 5-10 menit. Saat ini gypsum se
bagai bahan bangunan yang berfungsi untuk mengeraskan bahan campuran untuk p
apan gypsum dan profil pengganti tripleks dari kayu. Papan gypsum dan profil adal
ah salah satu produk jadi setelah material gypsum diolah melalui pabrikasi menjadi
tepung sehingga dapat digunakan untuk pembuatan profil dan juga digunakan seba
gai palfon dan partisi . Serat Sabut kelapa merupakan bahan yang tahan terhadap g
esekan yang dapat berfungsi sebagai penguat bahan dan untuk memperkuat kompo
sit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih kokoh dibandingkan d
engan serat-serat yang lain .
Salah satu material bangunan lainnya yang sering digunakan adalah batak
o. Batako juga dapat dikatakan sebagai material untuk dinding bangunan. Material
pembuat batako semua berasal dari material alam. Untuk mengurangi pengunaan
material alam yang berlebihan perlu adanya penelitian tentang material pengganti
dari material alam untuk membuat batako.
Sabut kelapa yang dianggap sebagai limbah perlu dimanfaatkan untuk men
gurangi pencemaran lingkungan. Beberapa penelitian pembuatan batako yang telah
dilakukan antara lain adalah pengaruh pemakaian abu sabut kelapa (ASK) sebagai
substitusi semen pada mortar. Penelitian yang dilakukan oleh(Taufik dkk., 2013) di
mana hasil yang diperoleh adalah penambahan abu sabut kelapa pada campuan mo
rtar membuat mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar menja
di semakin rendah.
Maka dengan penelitian ini diharapkan Serabut kelapa dapat bermanfaat dal
am bidang industri manufaktur dan kehidupan rumah tangga, serta bisa dimanfaatk
an untuk pembuatan berbagai material yang berguna. Untuk meningkatkan fungsi g
una dari sabut kelapa yang biasa digunakan untuk bahan tekstil dan kerajinan rakya
t menjadi material teknik, maka perlu diteliti dan dikembangkan sebagai bahan ko
2
mposit yang sesuai sifat fisis dan mekanisnya, sehingga akan tercipta bahan kompo
sit baru.
1. Apakah sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai material pengganti untuk materi
al bangunan?
2. Bagaimana memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh serat sabut kelapa denga
n eksplorasi material ?
3. Bagaimana pembuatan dan penggabungan komposisi material serabut kelapa terh
adap material bangunan yang baik dan optimal?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
dimanfaatkan sebagai peredam suara meningkatkan stabilitas dan ketahanan struktur
jalan apabila digunakan sebagai bahan pencampur dalam pengaspalan
2.1.3 Komposit
Kata komposit berasal dari kata “to compose” yang berarti menyusun atau mengg
abung. Secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bah
an yang berlainan. Jadi komposit adalah suatu bahan yang merupakan gabungan atau ca
mpuran dari dua material atau lebih pada skala makroskopis untuk membentuk material
ketiga yang lebih bermanfaat. Komposit dan alloy memiliki perbedaan dari cara penggab
ungannya yaitu apabila komposit digabung secara makroskopis sehingga masih kelihatan
serat maupun matrixnya (komposit serat) sedangkan pada alloy / paduan digabung secara
mikroskopis sehingga tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya ( Jones, 1975). Ses
ungguhnya ribuan tahun lalu material komposit telah dipergunakan dengan memanfaatka
nnya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah berumur lebi
h dari 3000 tahun ternyata terbuat dari tanah liat yang diperkuat jerami (Jamasri, 2008).
Seorang petani memperkuat tanah liat dengan jerami, para pengrajin besi membuat peda
ng secara berlapis dan beton bertulang merupakan beberapa jenis komposit yang sudah l
ama kita kenal. Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu: 1. Pengu
at (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih rigid serta lebih kua
t. 2. Matrix, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih
rendah. Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat dengan jelas, se
dangkan pada alloy / paduan sudah tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya. Sala
h satu keunggulan dari material komposit bila dibandingkan dengan material lainnya ada
lah penggabungan unsur-unsur yang unggul dari masing-masing unsur pembentuknya ter
sebut. Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan dapat saling melengkapi kelema
hankelemahan yang ada pada masing-masing material penyusunnya. Sifat-sifat yang dap
at diperbaharui antara lain :
Sifat-sifat yang dapat diperbaiki antara lain:
1. kekuatan (Strength)
2. kekakuan (Stiffness)
3. ketahanan korosi (Corrosion resistance)
4. ketahanan gesek/aus (Wear resistance)
5. berat (Weight) 6. ketahanan lelah (Fatigue life)
7. Meningkatkan konduktivitas panas
6
8. Tahan lama
1. Serat
Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang mena
han beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dari kek
uatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan (diameter serat mendekati ukuran krista
l) maka semakin kuat bahan tersebut, karena minimnya cacat pada material (Triyono,&
Diharjo k, 2000). Selain itu serat (fiber) juga merupakan unsur yang terpenting, karena s
eratlah nantinya yang akan menentukan sifat mekanik komposit tersebut seperti kekakua
n, keuletan, kekuatan dsb.
2. Matrix
Menurut Gibson (1994), bahwa matrix dalam struktur komposit dapat berasal dar
i bahan polymer, logam, maupun keramik. Syarat pokok matrix yang digunakan dalam k
omposit adalah matrix harus bisa meneruskan beban, sehinga serat harus bisa melekat pa
da matrix dan kompatibel antara serat dan matrix. Umumnya matrix dipilih yang mempu
nyai ketahanan panas yang tinggi . Matrix yang digunakan dalam komposit adalah harus
mampu meneruskan beban sehingga serat harus bisa melekat pada matrix dan kompatibe
l antara serat dan matrix artinya tidak ada reaksi yang mengganggu.
2.2 Hipotesis
7
Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis bahwa limbah sabut kelapa
Berpotensial sebagai bahan pengganti dan penambah material bangunan yang terdiri dari
serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya dan bahan yang tah
an terhadap gesekan yang dapat berfungsi sebagai penguat bahan untuk memperkuat ko
mposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih kokoh dibandingkan de
ngan serat-serat yang lain .