Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pohon kelapa merupakan tumbuhan yang kaya akan manfaat, semua
bagian dari kelapa bisa dimanfaatkan. Diantaranya air dan daging buah kelapa
banyak digunakan untuk minuman segar yang dijual di pedagang es yang ada
dipinggir-pinggir jalan, bahkan juga merupakan menu andalan dari hotel-
hotel berbintang. Tempurung buah kelapa yang digunakan untuk bahan dasar
pembuatan arang dan juga bisa digunakan untuk bahan bakar. Sabut buah
kelapa bisa digunakan untuk kerajinan tangan, sapu, bahan bakar, media
tanam dan lain-lain. Batang pohon kelapa bisa digunakan untuk bahan baku
bangunan, kerajinan, gagang aneka alat pertanian dan lain-lain. Daun kelapa
bisa juga digunakan sebagai pembungkus makanan dan sedangkan lidinya
dapat digunakan untuk membuat sapu sebagai alat pembersih halaman. Tidak
hanya itu bunganya juga dapat diolah menjadi masakan kuliner yang khas
yaitu gudheg manggar. Semua bagian dari pohon kelapa bisa dimanfaatkan
(Warisno, 2003:5).
Dapat kita ketahui bahwa pengembangbiakan pohon kelapa ini
terbilang cukup mudah, yaitu hanya dengan menanam buah kelapa yang
sudah tua dan kering. Di wilayah Pulau Jawa khususnya Bantul dan Kulon
Progo hampir setiap rumah memiliki beberapa pohon kelapa yang
dimanfaatkan secara aktif untuk diambil kelapa mudanya, kelapa tuanya
bahkan pada waktu-waktu tertentu diambil daunnya untuk pembungkus
makanan. Pemeliharaan pohon kelapa juga tidak terlalu susah tinggal tanam
kemudian siram air secukupnya. Setelah pohon kelapa tumbuh subur dan
akhirnya mengghasilkan buah tibalah saat pemanenan, setelah buah kelapa
dipanen tiba saatnya proses produksi setelah panen, proses produksi
dilakukan dengan tujuan untuk membuat buah kelapa bisa menjadi komoditas
yang dapat dan siap dijual ataupun bisa menjadikan lebih tinggi nilai
ekonomisnya di masyarakat. Tentunya sebelum proses produksi berlangsung,
ada beberapa proses atau tahapan yang membutuhkan waktu cukup lama,
tahapan-tahapan tersebut adalah: pemetikan buah kelapa yang sudah tua,
pemisahan sabut kelapa dan tempurung kelapa, pemisahan daging dan air
kelapa dengan tempurung, dan pengupasan kulit ari daging buah kelapa. Dan
semua proses atau tahapan tersebut tidaklah mudah dan tentu juga melelahkan
serta membutuhkan banyak waktu dan biaya.
Berdasarkan pada uraian diatas maka pada penelitian ini akan
membahas salah satu proses pengolahan buah kelapa yaitu tentang
pengupasan sabut kelapa, yang hingga saat ini masih dilakukan secara manual
di kalangan usaha menengah kebawah, dan proses tersebut juga
membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan banyak tenaga, juga
resiko/berbahaya karena biasanya menggunakan besi tajam yang ditancapkan
ditanah, dan bagian runcing atau tajamnya di bagian atas dan orang yang
mengupas sabut kelapa posisi badan dan tangannya berada diatas besi tajam
tersebut sehingga resiko cidera/terluka karena alat akan menjadi lebih besar.

Disisi lain part bekas atau limbah otomotif khusunya bekas spare part
sepeda motor yang sudah tidak terpakai biasanya dibuang begitu saja atau
dilebur untuk dicetak ulang. Namun sebenarnya part bekas tersebut ternyata
bisa dijadikan sebuah alat yang dapat digunakan untuk membantu proses
pengupasan sabut kelapa.
B. Identifikasi Masalah
Dalam proses pengolahan buah kelapa banyak tahap-tahap yang harus
dilalui mulai dari proses memetik buah kelapa yang berada di ketinggian yang
membutuhkan tenaga dan nyali yang luar biasa, kemudian pengupasan sabut
kelapa yang tidak mudah karena serat-serat sabut kelapa melekat kuat pada
tempurungnya. Tahapan berikutnya setelah buah kelapa dikupas sabutnya
adalah kemudian membuka tempurung kelapa untuk diambil daging kelapa
yang ada di dalamnya yang kemudian proses pembersihan kulit ari dari
daging kelapa tersebut. Pada kesempatan ini penulis fokus pada satu
permasalahan yaitu tentang bagaimana mengupas sabut kelapa.
Perkembangan pengolahan hasil pertanian khususnya pengolahan buah kelapa
di daerah Bantul sudah berpuluh-puluh tahun tidak mengalami perubahan,
misalnya pada proses pengupasan sabut kelapa, sebagian besar masyarakat
Bantul masih menggunakan linggis (alat yang berupa besi pejal yang
dipipihkan ujungnya dan diujung sebaliknya dibuat runcing) untuk mengupas
sabut kelapa (nylumbat). Tentu saja dengan cara tersebut dibutuhkan tenaga
yang besar dan fisik yang kuat untuk melakukan proses pengupasan sabut
kelapa. Selain membutuhkan tenaga yang kuat faktor keamanan juga kurang
diperhatikan, jika tidak hati-hati atau meleset dalam proses pengupasan sabut
kelapa maka dapat menimbulkan cidera yang serius bagi pelakunya. Dalam
proses tersebut juga memerlukan beberapa kali tancapan untuk membuka satu
buah kelapa minimal 4-5 tancapan hingga batok kelapa terpisah dari
sabutnya. Dengan alasan tersebut maka perlu adanya suatu alat yang dapat
mempermudah proses tersebut agar hemat waktu, tenaga, dan mempersingkat
proses.
Selain hal tersebut diatas alat yang dibuat nantinya memanfaatkan
kembali limbah-limbah komponen otomotif agar mampu mengurangi limbah
otomotif sehingga dapat dimanfaatkan kembali menjadi alat yang berguna
bagi masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana memudahkan masyarakat untuk mengupas sabut kelapa yang
aman dan cepat?
2. Bagaimana membuat sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mempermudah proses mengupas sabut kelapa dimana bahan baku utama
menggunakan limbah komponen bekas otomotif?

D. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan sebuah alat yang dapat
digunakan untuk mempermudah proses mengupas sabut kelapa dimana bahan
baku alat berasal dari limbah komponen bekas otomotif.

E. Manfaat Hasil Karya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman pembuatan suatu alat yang
memiliki manfaat bagi masyarakat luas.
2. Pengusaha perusahaan pengolahan buah kelapa menjadi lebih terbantu
dengan alat yang diciptakan dan tidak mengurangi tenaga kerja karena
masih menggunakan manusia untuk mengoperasikannya.
3. Bagi masyarakat luas mampu membantu proses pengupasan sabut kelapa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu tanaman
industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.
Bila ditinjau dari sudut areal penanaman kelapa, Indonesia merupakan negara
yang menempati kedudukan pertama (Child,1971). Keadaan iklim Indonesia
sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal tersebut terbukti
Indonesia memiliki populasi tanaman kelapa terbesar di dunia. Tanaman
kelapa tumbuh menempati tidak kurang dari 3 juta hektar lebih di Indonesia
atau 30% dari total kelapa dunia.
Pohon kelapa biasa disebut pohon nyiur. Tanaman kelapa biasanya
tumbuh pada daerah atau kawasan tepi pantai. Dalam klasifikasi tumbuhan,
pohon kelapa termasuk dalam genus: cocos dan spesies: nucifera.
Di Indonesia, tanaman kelapa telah dikenali sejak tahunan lalu. Karena
tanaman kelapa dapat tumbuh mulai di sepanjang pesisir pantai dan di dataran
tinggi dan di lereng-lereng gunung di daerah tropis. Ditinjau dari biologi
pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil). Batang
tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa
dapat bercabang, namun keadaan ini merupakan keadaan yang abnormal.
Misalnya, kejadian abnormal terjadi akibat serangan hama tanaman.
(Andrianto, 2014)
Gambar 1. Tanaman Kelapa
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman
kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Penggolongan varietas kelapa pada umumnya didasarkan pada
perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna
buah, serta sifat-sifat khusus yang lain.
Tanaman kelapa memiliki multifungsi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Manfaat yang dapat kita peroleh dari
pohon kelapa sangat banyak, mulai dari batang, daun dan buahnya. Dengan
demikian membudidayakan tanaman kelapa secara ekonomis sangat
menguntungkan.
Mengingat tanaman kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
maka tanaman kelapa secara komersial diperkebunkan di Indonesia.
Perkebunan tanaman kelapa yang ada di Indonesia sebagian besar
merupakan perkebunan rakyat (96,6%) sisanya milik negara (0,7%) dan
swasta (2,7%). Di lihat dari data tersebut Indonesia sangat potensial
sebagai penghasil produk berbahan dasar kelapa, seperti produk kelapa,
sabut, tempurung dan sebagainya. Tetapi kenyataannya dari potensi
produksi sebesar 15milyar butir kelapa per tahun, kelapa yang
dimanfaatkan baru sekitar 7,5 milyar butir pertahu atau sekitar 50% dari
potensi produksi. Masih banyak potensi kelapa yang belum dimanfaatkan
karena berbagai kendala terutama teknologi, permodalan, dan daya serap
pasar yang belum merata (Andrianto, 2014).
Selain sebagai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga
sebagai sumber pendapatan bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa
negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-
sentra ekonomi baru, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya
industri hilir berbasis minyak kelapa dan produk ikatannya di Indonesia.
Soelistijono (2013) menuliskan manfaat ekonomi pohon kelapa secara
rinci seperti dituliskan kembali berikut ini.
1. Batang
Manfaat batang pohon kelapa setelah be berumur tertentu telah
banyak dikenal orang Indonesia, yaitu sebagai bahan bangunan, bahan
untuk membuat perabotan rumah tangga, jembatan darurat, kerangka
perahu, kayu bakar, dan lain- lain. Batang pohon kelapa yang benar-benar
tua dan kering mempunyai keistimewaan di antaranya tahan terhadap
sengatan rayap dan juga tahan terhadap kelembaban tinggi. Dengan
demikian bahan bangunan ini tidak mudah keropos. Ditinjau dari segi
estetis setelah bahan diserut menampakkan permukaan dengan tekstur
menarik dan licin. Karakteristik ini cocok digunakan sebagai bahan baku
pembuatan alat-alat/perabotan rumah tangga.
2. Daun
Daun kelapa muda (janur) seringkali digunakan sebagai bahan
untuk membuat hiasan (penjor) dalam berbagai macam upacara adat
misalnya mantenan, sunatan, upacara bersih desa, dan ketupat. Daun yang
sudah tua digunakan untuk membuat atap rumah dan getepe
(Jawa:taruban). Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman alat-alat
dapur, tusuk sate, sapu lidi, hiasan dinding, dan lain-lain
3. Nira
Nira adalah cairan yang diperoleh dari tumbuhan yang
mengandung gula pada konsentrasi 7,5 sampai 20%. Nira kelapa diperoleh
dengan memotong bunga betina yang belum matang, dan ujung bekas
potongan akan menetes cairan nira yang mengandung gula. Nira dapat
dipanaskan untuk menguapkan airnya sehingga konsentrasi gula meningkat
dan kental. Bila didinginkan, cairan ini akan mengeras yang disebut gula
kelapa. Nira juga dapat dikemas sebagai minuman ringan.

4. Buah kelapa
Buah kelapa merupakan hasil utamadari budidaya tanaman kelapa.
Buah kelapa mempunyai manfaat yang banyak sekali, mulai dari sabut
kelapa, tempurung, kulit daging buah, daging buah, hingga air kelapa.
5. Sabut kelapa
Sabut kelapa memiliki lapisan luar tipis dan licin setebal 0,14 mm
yang warnanya bervariasi dari hijau, kuning sampai jingga, tergantung
kepada kematangan buah. Jika tidak ada goresan dan robek, kulit luar buah
kelapa sifatnya kedap air. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Setiap butir kelapa
mengandung serat 525 gram (75% dari sabut), dan gabus (25% dari sabut).
Sabut kelapa yang telah dibuang gabusnya merupakan bahan alami yang
berharga mahal untuk pelapis jok dan kursi. Hampir setiap orang
mengetahui kualitas dari serabut kelapa yang tua dan kering sehingga
banyak dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan berbagai peralatan
sehingga meningkatkan niai tambah dari buah kelapa.
6. Tempurung kelapa
Jika kelapa dikupas bagian serabutnya, maka dijumpai bagian
pembungkus daging buah berupa lapisan yang sangat keras yang
dinamakan tempurung kelapa. Bagian tempurung kelapa ini merupakan
lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil dan berbagai
mineral. Kandungan bahan- bahan tersebut beragam sesuai dengan jenis
kelapanya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup
tinggi kadarnya pada tempurung. Tempurung memiliki berat sekitar 15-
20% dari berat keseluruhan buah kelapa.
Penggunaan tempurung sebagai bahan bakar dapat dibakar secara
langsung sebagai kayu bakar, atau diolah menjadi arang. Arang batok
kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi
arang aktif yang dapat diperlukan oleh berbagai industri pengolahan.
Arang batok kelapa memiliki nilai komersial yang cukup tinggi sehingga
dapat menambah penghasilan bagi petani kelapa di Indonesia.
7. Daging buah
Daging buah kelapa merupakan bagian buah kelapa yang paling penting
dari komoditi asal pohon kelapa. Daging buah merupakan lapisan tebal (8-15
mm) berwarna putih. Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat
gizi tersebut beragam sesuai dengan tingkat kematangan buah. Daging buah
memiliki lapisan tipis berwarna coklat di bagian luarnya yang sering disebut
kulit daging buah. (Andrianto, 2014)

B. Barang Bekas Part Sepeda Motor


Barang bekas atau barang yang sudah tidak terpakai lagi seringkali
banyak dijumpai baik dari individu, dalam rumah tangga, hingga ke tingkat yang
lebih tinggi lagi, misalnya seperti perusahaan. Semua barang yang sudah tidak
layak pakai tersebut terkadang hanya menumpuk saja dan seringkali hanya
dibuang ataupun dibakar. Padahal barang bekas atau yang biasa disebut dengan
“rongsok” tersebut dapat dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai jual dan
didaur ulang kembali menjadi barang yang lebih bermanfaat. Pemanfaatan
rongsok untuk didaur ulang merupakan langkah yang sangat tepat dilakukan
untuk menjaga lingkungan, karena dengan memanfaatkan barang-barang tersebut
dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Konsep pengelolaan sampah Reduce,
Reuse, Recycle (3R) sudahbukan hal baru lagi bagi masyarakat, namun pada
kenyataannya penerapan konsep 3R ini masih jauh dari yang diharapkan.
Penerapan konsep 3R dalam menangani sampah di lingkungan masyarakat saat
ini masih belum dilaksanakan secara maksimal, padahal konsep inisangat cocok
untuk diterapkan di negara berkembang yang memiliki keterbatasan teknologi,
sehingga harus memberdayakan masyarakatnya sendiri selaku pihak yang
menghasilkan sampah tersebut(Widiarti, 2012).Pada umumnya, sampah yang
dihasilkan dalam rumah tangga meliputi sampah organik, anorganik, dan sampah
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Sampah organik terdiri dari bahan-bahan
yang dapat terurai secara alamiah/biologis, contohnya seperti sisa makanan dan
daun. Sampah anorganik terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara
biologis dan proses penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut di
tempat khusus, misalnya seperti plastik, kaleng, dan kertas. Sedangkan sampah
B3 terdiri dari bahan yang sifat dan konsentrasinya mengandung zat yang
beracundan berbahaya, contohnya yaitu bekas pengharum ruangan, cairan
pembersih lantai, dan batu baterai. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan
cara pemilahan, pengomposan, dan pengumpulan barang layak jual. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Ika(2010), didapatkan bahwa konsep daur ulang
dan pengomposan sampah ternyata dapat mereduksi jumlah sampah yang
terangkut ke TPS/TPA di Kelurahan Kebonmanis, Cilacap sebesar 75%, yaitu
dari 23,638 m3/hari menjadi 5,821 m3/hari(Ika, 2010). Penggunaan kembali,
minimalisasi, dan daur ulang sampah merupakan hal yang sangat perlu dilakukan
untuk mengurangi jumlah sampah yang selama ini membebani TPA dan
lingkungan.
C. 2Pemilahan di awal ketika sampah muncul akan memudahkan proses
pengelolaan sampah anorganik. Sampah anorganik rumah tangga secara
umum dibagi menjadi plastik, kertas, kaca, logam, kain, dan lain-lain.
Sampah-sampah anorganik tersebut memiliki nilai jualkarena sampah ini
masih dapat digunakan sebagai bahan daur ulang. Jika sampah organik
rumah tangga dapat dikelola secara mandiri dengan cara dikomposkan,
maka sampah anorganik harus dikelola dengan bantuan pihak ketiga.
Pihak ketiga tersebut adalah para pelaku usaha daur ulang informal seperti
pemulung, tukang rongsok, lapak, bandar kecil, dan bandar
besar(Raihandan Damanhuri, 2010)
D. Alat Bantu Kupas Sabut Kelapa
Gagasan kreasi ini muncul ketika penulis mengamati di sekitar bahwa
banyak potensi kelapa yang belum dioptimalkan. Seperti yang kita ketahui
bahwa pohon kelapa bertebaran di wilayah Bantul dan sekitarnya merupakan
potensi yang besar, bahkan banyak orang yang menekuni bidang yang
berkaitan dengan kelapa. Sebagai contoh pemetik kelapa, penjual kelapa,
penebang pohon kelapa, dan lain-lain. Beberapa sektor mengalami beberapa
permasalahan seperti pada proses pengupasan sabut kelapa dimana sering kali
terjadi kendala atau pun cidera ketika mengupas sabut kelapa. Dengan
mengamati dan mempraktikkan sulitnya mengupas sabut kelapa secara
konvensional maka penulis muncul keinginan untuk membuat alat yang dapat
mempermudah melakukan proses pengupasan sabut kelapa. Dengan adanya
alat yang dibuat diharapkan proses mengupas sabut kelapa menjadi lebih
mudah dan lebih aman.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Subjek dan Objek Penelitian
C. Desain/Rancangan Alat
1. Bahan Baku
Berikut ini adalah desain alat pengupas sabut kelapa:
Bahan baku pembuatan alat ini tidak sulit dicari bahkan dapat dibuat
dengan material-material bekas. Bahan yang dipakai pada alat ini
memanfaatkan besi hollow bekas tempat tidur jaman dahulu yang sudah tidak
dipakai untuk membuat dudukan alas. Sedangkan duri penancap buah kelapa
dibuat dari besi cor bekas bangunan, sedangkan lengan ayunnya dibuat dari
bekas lengan ayun suspensi (swing arm) sepeda motor. Unit penyibak sabut
kelapa dibuat dari bekas tang pandai besi yang ujungnya dimodifikasi dengan
menyematkan strip plat baja bekas per mobil. Sedangkan pegas pengembali
dibuat dari per suspensi bagian depan sepeda motor. Pada dasarnya alat yang
sudah dibuat dapat dibuat dengan bahan-bahan yang baru jika ingin di
pasarkan.

2. Biaya Pembuatan Alat


Biaya pembuatan alat adalah sebagai berikut:
a. Bahan
Berikut adalah anggaran bahan untuk pembuatan produk:
No Nama Bahan Jumlah Satuan Harga
1 Besi cor 8mm 1 Lonjor 45000
2 Engsel 1 Buah 15000
3 Baut 2 Buah 5000
4 Besi hollow 1 Lonjor 75000
5 Strip Plat 1 Lonjor 50000
6 Pegas 2 Buah 25000
Jumlah 215000

b. Pembuatan
Berikut adalah anggaran untuk proses pembuatan produk:
No Proses harga
1 Bubut 20000
2 Pengelasan 50000
3 Gerinda 20000
Jumlah 90000

3. Ujicoba Alat
Anggaran uji coba alat adalah sebesar Rp 50000,-

Dengan demikian maka jumlah keseluruhan anggaran adalah sebagai berikut:


No Keterangan Harga
1 Anggaran Bahan 215000
2 Anggaran Pembuatan 90000
3 Anggaran Uji coba 50000
Jumlah 355000

4. Prospek Penerapan di Masyarakat


Alat ini bermanfaat untuk mengupas sabut kelapa sehingga penerapan
di masyarakat dapat diaplikasikan pada industri kelapa dan pengepul buah
kelapa. Dengan adanya alat ini kesempatan kerja masih terjaga karena masih
menggunakan manusia untuk mengoperasikannya beda dengan mesin
berkapasitas besar.
Alat ini juga bukan merupakan alat yang tidak terlalu mahal jika dilihat
dari fungsi dan cara kerja yang dapat dilakukan alat ini. Alat ini dapat
dipasarkan dengan kisaran harga Rp. 425.000,-. jika dibandingkan harga
linggis alat ini tergolong masih terjangkau. Berikut harga linggis dipasaran:

5. Dampak Adanya Alat Terhadap Lingkungan


Dampak positif pemanfaatan TTG ini terhadap lingkungan antara lain
adalah mempercepat proses produksi pengupasan sabut kelapa. Dapat
menciptakan lapangan kerja karena dijalankan oleh manusia bukan mesin.
Karena tidak bermesin alat ini termasuk alat yang ramah lingkungan.
Sehingga dampak negatif alat ini begitu kecil dan hampir tidak ada dampak
negatifnya.

KESIMPULAN

Dengan dibuatnya alat ini diharapkan pekerja atau pengusaha ataupun


wirausaha lebih mudah memproses buah kelapa terutama pada proses pengupasan
sabut kelapa, dengan demikian kerja akan lebih efisien dan lebih mudah.
Kelebihan alat pengupas sabut kelapa antara lain adalah sebagai berikut :
1. Proses pengupasan cukup cepat dalam 1 menit bisa 1-2 butir kelapa /
tergantung keterampilan penggunanya
2. Lebih aman dibandingkan dengan sistem konvensional, karena sistem
pengoperasiannya yang memadukan gerak kaki dan tangan memposisikan
pengguna pada posisi yang aman.
3. Alat tidak telalu besar jadi lebih mudah dipindahkan.
4. Bukan bertenaga mesin sehingga ramah lingkungan dan tidak mengurangi
lapangan kerja.

Curriculum Vitae Pencipta Alat:


Berikut adalah biodata peserta:
Nama : Ajhi Tegar Bintara
Alamat : Karangmojo RT01 Trirenggo Bantul
No. Hp : 083821213557

Riwayat pendidikan:
1. TK Masyitoh Karangmojo
2. SD Karangmojo
3. SMP N 3 Jetis
4. SMK Muhammadiyah 1 Bambanglipuro

Anda mungkin juga menyukai