A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai sumberdaya yang
meilmpah. Salah satu yang menonjol adalah sumberdaya tanah yang
berkaitan dengan sumber daya pertanian. Pertanian di Indonesia sangatlah
berpotensi. Indonesia memiliki beragam jenis pertanian. dari pertanian
sayur, buah, sawit, pinus dan masih banyak lagi jenis pertanian yang hidup
subur di negeri Indonesia.
Karena banyaknya hasil pertanian Indonesia, sebagai
mahasiswa di prodi teknologi hasil pertanian yang mengolah hasil
pertanian, penting bagi mahasiswa untuk mengetahui dan dapat
mengelompokan hasil hasil pertanian. Selain itu dengan pengelompokan
hasil pertanian dapat digunakan ke pengolahan lebih lanjut dan agar sesuai
dengan bahan baku yang dibutuhkan. Pengelompokan ini didasarkan pada
fungsinya yaitu bahan pangan dan bahan non pangan.
Dengan praktikum ini diharapkan mahasiswa khususnya prodi
teknologi hasil pertanian dapat mengidentifikasi hasil produk olahan
pangan dengan benar. Selain itu dapat mengelompokkan komoditas hasil
pertanian berdasarkan fungsinya sehingga memudahkan dalam
pengolahan pangan. Maka dari itu praktikum pengelompokan komonditas
hasil pertanian berdasarkan fungsinya perlu dilakukan.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 3 “Pengelompokan Komonditas Hasil
Pertanian Berdasarkan Fungsinya” adalah agar mahasiswa mampu
memahami dan menganalisis pengelompokan komonditas pertanian
berdasarkan fungsinya menjadi bahan pangan dan non pangan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis
yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya
oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya
bagi masyarakat pesisir. Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak zaman
dahulu adalah minyak kelapa, yang sejak abad ke 17 telah dimasukkan ke
Eropa dari Asia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian tanaman kelapa
yang banyak dimanfaatkan adalah buah 53% ( air bungkak 35%, daging
bungkak 12,9 %, tempurung 4,7%) akar 2%, batang 22%, dan daun sebanyak
23%. Tanaman kelapa tersebut dimanfaatkan sebagai sarana upakara (31%),
obat (24%), bangunan (14%), konsumsi (13%), kerajinan (2%), bahan bakar
(8 %), atap rumah (2 %), sapu lidi (2 %), dan alat rumah tangga (4%).
(Pratiwi, 2013).
Kelapa adalah tanaman serba guna karena setiap bagian
tanaman bermanfaat bagi manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki “Tree of
Life”. Karena di beberapa Negara berkembang banyak yang menggantungkan
kehidupannya pada tanaman kelapa sebagai sumber makanan, minuman,
bahan bangunan, rumah, obatobatan, kerajinan tangan, bahkan kelapa juga
dijadikan bahan baku pada sejumlah industri penting seperti kosmetik, sabun,
dan lain lain. Bagian tanaman kelapa yang paling bernilai ekonomi sampai
saat ini adalah daging buah (Kriswiyanti, 2013).
Produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 3.1
juta ton. Penggunaan kelapa di Indonesia untuk keperluan bahan pangan
antara lain dikenal dalam bentuk kelapa segar, minyak kelapa, kelapa parut
dan santan. Penggunaan kelapa untuk pembuatan santan di Indonesia
diperkirakan mencapai 600 juta butir per tahun. Banyaknya tanaman kelapa di
Indonesia, dimanfaatkan masyarakat salah satunya menjadikan tanaman
kelapa sebagai bahan baku gula kelapa. Gula kelapa dihasilkan dari
penyadapan nira kelapa. Penyadapan nira dari pohon kelapa menyebabkan
pohon tidak dapat menghasilkan buah, buah dapat dihasilkan lagi jika
penyadapan dihentikan. Pohon kelapa pasca sadap secara kenampakan terlihat
layu, akan tetapi pohon tersebut tetap dapat menghasilkan buah. Buah kelapa
inilah buah kelapa pasca sadap, buah kelapa pasca sadap diduga kualitas dan
kuantitas santannya berbeda jika dibandingkan buah kelapa tanpa sadap. Buah
kelapa sebagai bahan baku santan harus memiliki kandungan nutrisi yang
baik. Kualitas kandungan nutrisi dalam buah kelapa salah satunya dipengaruhi
oleh tingkat kematangan buah, semakin baik kandungan nutrisi dalam buah
maka kualitas santan yang dihasilkan semakin baik. Santan kelapa adalah
cairan putih yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian
diperas setelah ditambahkan air. Santan kelapa mempunyai kadar air 86.41%,
kadar lemak 10.22%, kadar protein 1.96% dan kadar karbohidrat 1.08% yang
dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air. Santan merupakan bahan
makanan yang cepat rusak dan berbau tengik dalam beberapa jam. Kerusakan
tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengawetan santan dalam bentuk
pasta dan dikemas dalam kaleng atau botol. Pasta santan adalah hasil olahan
kelapa yang berupa santan yang telah dikentalkan dengan melalui proses
penguapan (Cahya, 2014).
Industri pengolahan kelapa menghasilkan produk samping
berupa ampas kelapa. Selama ini ampas kelapa hanya dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dengan harga produk yang sangat rendah. Ampas kelapa dapat
diolah menjadi tepung ampas kelapa yang kaya akan serat dan relatif lebih
rendah lemak. Kandungan protein, lemak, dan serat pada ampas kelapa ini
merupakan salah satu kandungan yang sangat dibutuhkan untuk proses
fisiologis dalam tubuh manusia. Teknologi pembuatan tepung kelapa dari
ampas kelapa. sangat sederhana sehingga mudah diterapkan pada skala kecil
dan menengah. Teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh produsen produk
berbasis kelapa untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengolah
ampasnya menjadi tepung kelapa. Minimalisasi limbah pada industri
pengolahan kelapa juga memberikan kesempatan pada pengusaha untuk
menjual produknya dengan harga yang kompetitif. Keuntungan lain dari
penerapan teknologi pembuatan tepung keiapa pada industri pengolahan
kelapa selain memberikan pendapatan tambahan bagi pengusaha pengolah,
juga menurunkan biaya produksi produk roti, kue dan makanan ringan lainnya
(Yulvianti, 2015)
Sabut atau ampas merupakan bagian mesokarp (selimut) yang
berupa serat-serat kasar kelapa. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit
dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri. Serat
adalah bagian yang berharga dari sabut. Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa
terdiri dari serat kasar dan halus, mutu serat ditentukan oleh warna,
mengandung unsur kayu. Produk yang sudah dihasilkan dari bagian buah
kelapa yang berserabut ini seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok
mobil, tali dan lainnya. Dari sabut dapat diperoleh serat matras, serat berbulu,
serta sekam atau dedak atau gabus. Serat matras tersebut digunakan untuk
sikat pembersih, sapu, keset sedangkan sekam atau gabus digunakan sebagai
media tanam dan pupuk kalium. Selain itu karena serat yang mempunyai
karakteristik yang khas menjadikan sabut kelapa banyak dijadikan sebagai
kerajinan (Samosir,1992).
Terdapat beberapa cara untuk mengekstraksi minyak dari
daging buahnya, yaitu secara fisika, kimia, dan fermentasi. Proses tradisional
melalui cara fisika (pemanasan) menghasilkan minyak dengan kualitas rendah
karena kandungan airnya tinggi dan menyebabkan ketengikan. Ekstraksi
minyak dengan cara kimia dapat menyebabkan penurunan kualitas beberapa
unsur nutrisi penting, antara lain asam laurat dan tokoferol serta menyebabkan
tingginya bilangan peroksida (PDII-LIPI, 1998). Minyak kelapa fermentasi
(fermikel) memiliki banyak kelebihan di antaranya tahan lama, tidak mudah
tengik dan hampir tanpa kandungan kolesterol. Fermikel mengandung lebih
dari 95% trigliserida (trigliserol) serta beberapa jenis asam lemak jenuh dan
tidak jenuh. Asam lemak jenuhnya meliputi asam laurat, miristat, palmitat,
dan stearat, sedangkan asam lemak tidak jenuhnya meliputi asam oleat,
linoleat, dan linolenat(Soeka, 2008).
Ekstaksi Santan dari Daging Buah Kelapa. Kelapa hasil
parutan sebanyak 400 gr ditempatkan pada kain katun berbentuk segi empat,
kemudian sudutnya ditarik bersama-sama menjadi satu sehingga daging buah
kelapa berbentuk seperti bola. Bola diperas dengan cara memuntir kain
pembungkusnya. Pemerasan ditahan sampai aliran santan berhenti. Melalui
cara ini akan diperoleh santan lebih kurang 50 % dari berat daging buah
kelapa parutan mula-mula (Suhardiyono, 1987). Kemudian ampas ditumbuk
dan ditambah air dan diperaas dengan cara yang sama. Persiapan Sampel.
Ekstraksi santan kelapa dari daging buah kelapa, buah kelapa yang digunakan
merupakan kelapa tua yang berumur sekitar 8 – 9 bulan. Ekstrak air jeruk
nipis dari buah jeruk nipis yang sudah berumur 4 – 5 bulan dengan cara
memotong jeruk nipis menjadi beberapa bagian kemudian diperas sehingga
airnya akan keluar (Fachry, 2007).
Minyak kelapa dikenal terdiri atas lebih dari 90% asam lemak
jenuh. Minyak kelapa tua terdiri dari 48.2% asam laurat (C12:0) dan 16.6%
asam miristat (C14:0) yaitu asam lemak berantai sederhana yang baik untuk
kesehatan. Asam laurat merupakan asam lemak yang dijumpai dalam susu
ibu. Di dalam tubuh, asam laurat akan diubah menjadi monogliserida laurat
yang bekerja sebagai anti-viral, anti bakteri dan anti protozoal. Senyawa ini
melawan virus yang dilapisi lipid seperti HIV, herpes, influenza, serta
berbagai bakteri patogenik termasuk Listeria monocytogenes dan
Helicobacter dan protozoa seperti Giardia lambia. Asam lemak C8 sampai
C14 carbon atom diklasifikasikan sebagai medium-chain fatty acid (MCFA).
Esternya dengan gliserol dari MCFA disebut juga dengan medium-chain
triglycerides (MCT). Air kelapa digunakan untuk minuman dan nata de coco.
Daging kelapa diproses untuk pengeluaran santan kelapa dan digunakan untuk
masakan. Kelapa juga diproses menjadi kelapa parut, serbuk kelapa, kosmetik
dan untuk bahan-bahan kedokteran (Hayati, 2009)
Dalam pembudidayaan tanaman dengan cara setek
memerlukan zat pengatur tumbuh untuk membantu laju pertumbuhan setek.
Adapun bahan alami yang dapat digunakan sebagai pengganti zat pengatur
tumbuh adalah air kelapa, karena air kelapa mengandung zat hara dan
pengatur tumbuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman setek.
Kandungan air kelapa yaitu hormon sitokinin (5,8 mg/l), auksin (0,07 mg/l),
hormon giberelin dalam jumlah yang sedikit serta senyawa lainnya yang dapat
menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhantanaman(Karimah dkk, 2013).
Hasil penelitian Djamhuri (2011), menyatakan bahwa
pemberian air kelapa pada setek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula)
dapat meningkatkan persen hidup, persen bertunas, persen berakar dan berat
kering akar. Peningkatan ter-sebut tidak berbeda nyata dengan pemberian
100 ppm IBA, maupun 100 ppm NAA. Dengan adanya penelitian di atas,
maka diharapkan pula dapat mem- berikan pengaruh yang efektif terhadap
pertumbuhan setek batang jati.
C. METODOLOGI
Penganalisisan
ketersediannya di pasaran
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Industri
Buah Kelapa Air Kelapa Nata de coco
makanan
Daging Santan Industri
Kelapa kelapa makanan
Tempurung Arang murni
batok kelapa Industri obat
Kelapa
Obat diare,
Akar Kelapa Industri obat
gatal, deman
E. PEMBAHASAN
Samosir, Y. (1992) . Asal usul Penyebaran Kelapa, dalam Kelapa (Cocos nucifera,
L), Asosiasi Litbangbun, Puslitbun Marihat. Bandar Kuala Pematang Siantar.
Setyamidjaja, Djoehana. 2008. Bertanam Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.
Soeka, Yati Sudaryati., Joko, Sulistyo., Dan Elidar, Naiola. 2008. Analisis Biokimia
Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi Secara Fermentasi. BIODIVERSITAS Vol. 9,
No.2 ( 91-95).
Surayin, Ida Ayu Putu. 2002. Apakah Yajna Seri I Melangkah ke arah persiapan
upakara-upacara yajna. Penerbit Paramita, Surabaya.
Surayin, Ida Ayu Putu.. 2007. Masakan Bali. Penerbit Paramita, Surabaya.
Yulvianti, Meri., Widya, Ernayati., dan Tarsono, M.Alfian R. 2015. Pemanfaatan
Ampas Kelapa Sebagai Bahan Baku Tepung Kelapa Tinggi Serat Dengan
Metode Freeze Drying. Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 101 –
107.