Anda di halaman 1dari 15

ACARA 3

PENGELOMPOKKAN KOMODITAS HASIL PERTANIAN BERDASARKAN


FUNGSINYA

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai sumberdaya yang
meilmpah. Salah satu yang menonjol adalah sumberdaya tanah yang
berkaitan dengan sumber daya pertanian. Pertanian di Indonesia sangatlah
berpotensi. Indonesia memiliki beragam jenis pertanian. dari pertanian
sayur, buah, sawit, pinus dan masih banyak lagi jenis pertanian yang hidup
subur di negeri Indonesia.
Karena banyaknya hasil pertanian Indonesia, sebagai
mahasiswa di prodi teknologi hasil pertanian yang mengolah hasil
pertanian, penting bagi mahasiswa untuk mengetahui dan dapat
mengelompokan hasil hasil pertanian. Selain itu dengan pengelompokan
hasil pertanian dapat digunakan ke pengolahan lebih lanjut dan agar sesuai
dengan bahan baku yang dibutuhkan. Pengelompokan ini didasarkan pada
fungsinya yaitu bahan pangan dan bahan non pangan.
Dengan praktikum ini diharapkan mahasiswa khususnya prodi
teknologi hasil pertanian dapat mengidentifikasi hasil produk olahan
pangan dengan benar. Selain itu dapat mengelompokkan komoditas hasil
pertanian berdasarkan fungsinya sehingga memudahkan dalam
pengolahan pangan. Maka dari itu praktikum pengelompokan komonditas
hasil pertanian berdasarkan fungsinya perlu dilakukan.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 3 “Pengelompokan Komonditas Hasil
Pertanian Berdasarkan Fungsinya” adalah agar mahasiswa mampu
memahami dan menganalisis pengelompokan komonditas pertanian
berdasarkan fungsinya menjadi bahan pangan dan non pangan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis
yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya
oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya
bagi masyarakat pesisir. Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak zaman
dahulu adalah minyak kelapa, yang sejak abad ke 17 telah dimasukkan ke
Eropa dari Asia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian tanaman kelapa
yang banyak dimanfaatkan adalah buah 53% ( air bungkak 35%, daging
bungkak 12,9 %, tempurung 4,7%) akar 2%, batang 22%, dan daun sebanyak
23%. Tanaman kelapa tersebut dimanfaatkan sebagai sarana upakara (31%),
obat (24%), bangunan (14%), konsumsi (13%), kerajinan (2%), bahan bakar
(8 %), atap rumah (2 %), sapu lidi (2 %), dan alat rumah tangga (4%).
(Pratiwi, 2013).
Kelapa adalah tanaman serba guna karena setiap bagian
tanaman bermanfaat bagi manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki “Tree of
Life”. Karena di beberapa Negara berkembang banyak yang menggantungkan
kehidupannya pada tanaman kelapa sebagai sumber makanan, minuman,
bahan bangunan, rumah, obatobatan, kerajinan tangan, bahkan kelapa juga
dijadikan bahan baku pada sejumlah industri penting seperti kosmetik, sabun,
dan lain lain. Bagian tanaman kelapa yang paling bernilai ekonomi sampai
saat ini adalah daging buah (Kriswiyanti, 2013).
Produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 3.1
juta ton. Penggunaan kelapa di Indonesia untuk keperluan bahan pangan
antara lain dikenal dalam bentuk kelapa segar, minyak kelapa, kelapa parut
dan santan. Penggunaan kelapa untuk pembuatan santan di Indonesia
diperkirakan mencapai 600 juta butir per tahun. Banyaknya tanaman kelapa di
Indonesia, dimanfaatkan masyarakat salah satunya menjadikan tanaman
kelapa sebagai bahan baku gula kelapa. Gula kelapa dihasilkan dari
penyadapan nira kelapa. Penyadapan nira dari pohon kelapa menyebabkan
pohon tidak dapat menghasilkan buah, buah dapat dihasilkan lagi jika
penyadapan dihentikan. Pohon kelapa pasca sadap secara kenampakan terlihat
layu, akan tetapi pohon tersebut tetap dapat menghasilkan buah. Buah kelapa
inilah buah kelapa pasca sadap, buah kelapa pasca sadap diduga kualitas dan
kuantitas santannya berbeda jika dibandingkan buah kelapa tanpa sadap. Buah
kelapa sebagai bahan baku santan harus memiliki kandungan nutrisi yang
baik. Kualitas kandungan nutrisi dalam buah kelapa salah satunya dipengaruhi
oleh tingkat kematangan buah, semakin baik kandungan nutrisi dalam buah
maka kualitas santan yang dihasilkan semakin baik. Santan kelapa adalah
cairan putih yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian
diperas setelah ditambahkan air. Santan kelapa mempunyai kadar air 86.41%,
kadar lemak 10.22%, kadar protein 1.96% dan kadar karbohidrat 1.08% yang
dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air. Santan merupakan bahan
makanan yang cepat rusak dan berbau tengik dalam beberapa jam. Kerusakan
tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengawetan santan dalam bentuk
pasta dan dikemas dalam kaleng atau botol. Pasta santan adalah hasil olahan
kelapa yang berupa santan yang telah dikentalkan dengan melalui proses
penguapan (Cahya, 2014).
Industri pengolahan kelapa menghasilkan produk samping
berupa ampas kelapa. Selama ini ampas kelapa hanya dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dengan harga produk yang sangat rendah. Ampas kelapa dapat
diolah menjadi tepung ampas kelapa yang kaya akan serat dan relatif lebih
rendah lemak. Kandungan protein, lemak, dan serat pada ampas kelapa ini
merupakan salah satu kandungan yang sangat dibutuhkan untuk proses
fisiologis dalam tubuh manusia. Teknologi pembuatan tepung kelapa dari
ampas kelapa. sangat sederhana sehingga mudah diterapkan pada skala kecil
dan menengah. Teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh produsen produk
berbasis kelapa untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengolah
ampasnya menjadi tepung kelapa. Minimalisasi limbah pada industri
pengolahan kelapa juga memberikan kesempatan pada pengusaha untuk
menjual produknya dengan harga yang kompetitif. Keuntungan lain dari
penerapan teknologi pembuatan tepung keiapa pada industri pengolahan
kelapa selain memberikan pendapatan tambahan bagi pengusaha pengolah,
juga menurunkan biaya produksi produk roti, kue dan makanan ringan lainnya
(Yulvianti, 2015)
Sabut atau ampas merupakan bagian mesokarp (selimut) yang
berupa serat-serat kasar kelapa. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit
dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri. Serat
adalah bagian yang berharga dari sabut. Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa
terdiri dari serat kasar dan halus, mutu serat ditentukan oleh warna,
mengandung unsur kayu. Produk yang sudah dihasilkan dari bagian buah
kelapa yang berserabut ini seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok
mobil, tali dan lainnya. Dari sabut dapat diperoleh serat matras, serat berbulu,
serta sekam atau dedak atau gabus. Serat matras tersebut digunakan untuk
sikat pembersih, sapu, keset sedangkan sekam atau gabus digunakan sebagai
media tanam dan pupuk kalium. Selain itu karena serat yang mempunyai
karakteristik yang khas menjadikan sabut kelapa banyak dijadikan sebagai
kerajinan (Samosir,1992).
Terdapat beberapa cara untuk mengekstraksi minyak dari
daging buahnya, yaitu secara fisika, kimia, dan fermentasi. Proses tradisional
melalui cara fisika (pemanasan) menghasilkan minyak dengan kualitas rendah
karena kandungan airnya tinggi dan menyebabkan ketengikan. Ekstraksi
minyak dengan cara kimia dapat menyebabkan penurunan kualitas beberapa
unsur nutrisi penting, antara lain asam laurat dan tokoferol serta menyebabkan
tingginya bilangan peroksida (PDII-LIPI, 1998). Minyak kelapa fermentasi
(fermikel) memiliki banyak kelebihan di antaranya tahan lama, tidak mudah
tengik dan hampir tanpa kandungan kolesterol. Fermikel mengandung lebih
dari 95% trigliserida (trigliserol) serta beberapa jenis asam lemak jenuh dan
tidak jenuh. Asam lemak jenuhnya meliputi asam laurat, miristat, palmitat,
dan stearat, sedangkan asam lemak tidak jenuhnya meliputi asam oleat,
linoleat, dan linolenat(Soeka, 2008).
Ekstaksi Santan dari Daging Buah Kelapa. Kelapa hasil
parutan sebanyak 400 gr ditempatkan pada kain katun berbentuk segi empat,
kemudian sudutnya ditarik bersama-sama menjadi satu sehingga daging buah
kelapa berbentuk seperti bola. Bola diperas dengan cara memuntir kain
pembungkusnya. Pemerasan ditahan sampai aliran santan berhenti. Melalui
cara ini akan diperoleh santan lebih kurang 50 % dari berat daging buah
kelapa parutan mula-mula (Suhardiyono, 1987). Kemudian ampas ditumbuk
dan ditambah air dan diperaas dengan cara yang sama. Persiapan Sampel.
Ekstraksi santan kelapa dari daging buah kelapa, buah kelapa yang digunakan
merupakan kelapa tua yang berumur sekitar 8 – 9 bulan. Ekstrak air jeruk
nipis dari buah jeruk nipis yang sudah berumur 4 – 5 bulan dengan cara
memotong jeruk nipis menjadi beberapa bagian kemudian diperas sehingga
airnya akan keluar (Fachry, 2007).
Minyak kelapa dikenal terdiri atas lebih dari 90% asam lemak
jenuh. Minyak kelapa tua terdiri dari 48.2% asam laurat (C12:0) dan 16.6%
asam miristat (C14:0) yaitu asam lemak berantai sederhana yang baik untuk
kesehatan. Asam laurat merupakan asam lemak yang dijumpai dalam susu
ibu. Di dalam tubuh, asam laurat akan diubah menjadi monogliserida laurat
yang bekerja sebagai anti-viral, anti bakteri dan anti protozoal. Senyawa ini
melawan virus yang dilapisi lipid seperti HIV, herpes, influenza, serta
berbagai bakteri patogenik termasuk Listeria monocytogenes dan
Helicobacter dan protozoa seperti Giardia lambia. Asam lemak C8 sampai
C14 carbon atom diklasifikasikan sebagai medium-chain fatty acid (MCFA).
Esternya dengan gliserol dari MCFA disebut juga dengan medium-chain
triglycerides (MCT). Air kelapa digunakan untuk minuman dan nata de coco.
Daging kelapa diproses untuk pengeluaran santan kelapa dan digunakan untuk
masakan. Kelapa juga diproses menjadi kelapa parut, serbuk kelapa, kosmetik
dan untuk bahan-bahan kedokteran (Hayati, 2009)
Dalam pembudidayaan tanaman dengan cara setek
memerlukan zat pengatur tumbuh untuk membantu laju pertumbuhan setek.
Adapun bahan alami yang dapat digunakan sebagai pengganti zat pengatur
tumbuh adalah air kelapa, karena air kelapa mengandung zat hara dan
pengatur tumbuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman setek.
Kandungan air kelapa yaitu hormon sitokinin (5,8 mg/l), auksin (0,07 mg/l),
hormon giberelin dalam jumlah yang sedikit serta senyawa lainnya yang dapat
menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhantanaman(Karimah dkk, 2013).
Hasil penelitian Djamhuri (2011), menyatakan bahwa
pemberian air kelapa pada setek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula)
dapat meningkatkan persen hidup, persen bertunas, persen berakar dan berat
kering akar. Peningkatan ter-sebut tidak berbeda nyata dengan pemberian
100 ppm IBA, maupun 100 ppm NAA. Dengan adanya penelitian di atas,
maka diharapkan pula dapat mem- berikan pengaruh yang efektif terhadap
pertumbuhan setek batang jati.
C. METODOLOGI

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum dilaksaakan di Pasar Gede yang beralamat di Jl.
Urip. Jebres Sudiroprajan, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Waktu
pelaksanaan pada hari Senin, 28 November 2016.
2. Cara Kerja

Pemilihan bahan baku

Pembuatan pohon industri

Penganalisisan
ketersediannya di pasaran
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Industri
Buah Kelapa Air Kelapa Nata de coco
makanan
Daging Santan Industri
Kelapa kelapa makanan
Tempurung Arang murni
batok kelapa Industri obat
Kelapa

Sabut sapusabut industri alat


Kelapa kelapa rumah tangga

Daun kelapa Industri


Daun Kelapa Ketupat
muda makanan

Daun kelapa industri alat


Atap rumah
Kelapa tua rumah tangga

Daun kelapa industri alat


kering Tikar
rumah tangga

Batang daun industri alat


Sapu
(lidi) rumah tangga

Manggar Gudeg Industri


manggar makanan

Batang Meja & industri alat


Kelapa kursi rumah tangga

Obat diare,
Akar Kelapa Industri obat
gatal, deman
E. PEMBAHASAN

Indonesia, berdasarkan data tahun 1997, memiliki 4.640.000


pohon kelapa yang tidak produktif. Batang kelapa yang cukup besar ini akan
mampu menghasilkan satu juta m3 kayu per tahun. Jumlah ini setara dengan
2,5 % dari kebutuhan bahan baku kayu bagi industry kehutanan Indonesia
(Suharto dan Ambarwati, 2007). Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan
komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua
bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna,
khususnya bagi masyarakat pesisir. Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak
zaman dahulu adalah minyak kelapa, yang sejak abad ke 17 telah masuk ke
Eropa dari Asia (Setyamidjaja, 2008). Batang kelapa memiliki sifat yang
bervariasi dan mencolok mulai dari bagian tepi batang ke arah bagian dalam
dan dari bagian pangkal batang ke arah tajuk. Pangkal batang pada umumnya
memiliki sifat kekuatan dan keawetan yang lebih baik dibanding bagian dalam
dan ujung batang. Ada tiga alasan yang menyebabkan batang kepala dapat
dijadikan alternative pengganti kayu, yaitu program peremajaan kebun kelapa
akan berhasil dengan kelapa yang tidak dikeluarkan dari kebun akan menjadi
sarang kumbang gerek. Dengan 3 pengolahan yang benar batang kelapa akan
menghasilkan kayu yang bisa bersaing dengan beberapa kayu jenis
konvensional. Berat jenis batang kelapa sepanjang bagian tepi batang 0,6 dan
hal ini lebih besar dari berat jenis kayu meranti merah (0,53), sedangkan
bagian dalam batang kelapa berat jenisnya + 0,4 yang berarti lebih kecil dari
meranti merah, atau bagian dalam batang kelapa ini setara dengan kayu
jelutung atau terentang. Batang kelapa bagian pangkal batang kekuatannya
dapat disamakan dengan kayu balau, kempas atau sonokeling. Kayu kelapa
mudah digergaji, apalagi ketika masih segar (basah). Kayu kelapa tidak rentan
terhadap serangga-serangga penggerek kayu. Tanpa pengawetan batang kayu
kelapa akan tahan cukup lama bila diproteksi dari cuaca. Batang kelapa ini,
sebagai substitusi kayu, dapat digunakan sebagai bahan bangunan, perabot
rumah tangga, alat perkakas, barang kerajinan, dan sumber energy yang
berupa arang. Disamping itu batang kelapa juga memiliki nilai estetika yang
unik(Suharto dan Ambarwati, 2007).
Dalam usada Bali , dengan meminum langsung air bungkak
dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti sakit kuning, dapat
menggantikan infuse glukosa garam, muntah-muntah, menaikkan sirkulasi
darah dalam ginjal, dan sebagai penawar racun. Untuk mengobati sakit
kuning, dapat diminum dengan mencampurkan isi kelapa dengan
menambahkan gula batu (Putra dkk..2011). Air kelapa atau dicampur dengan
santan dapat pula digunakan untuk mengobati penyakit cacing usus, kolera,
muntah-muntah, serta gatal-gatal yang disebabkan oleh penyakit cacar,
campak, dan penyakit kulit lainnya. Air kelapa juga mempunyai potensi besar
untuk dikembangkan sebagai minuman isotonik, karena secara alami air
kelapa mempunyai komposisi mineral dan gula yang sempurna sehingga
mempunyai keseimbangan elektrolit seperti cairan tubuh manusia
(Pengembangan Inovasi Pertanian, 2011). Suku Sougb di Kabupaten
Manokwari Irian Jaya, memanfaatkan tanaman kelapa sebagai sarana
pengobatan tradisional. Air buah kelapa dipercaya dapat dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit serampah atau penyakit campak. Cara mengobatinya
yaitu dengan meminum langsung air kelapa muda tanpa mencampurnya
dengan bahan-bahan yang lain. Dalam ramuan tradisional Jawa dan Madura,
air kelapa diminum sebanyak mungkin. Kemudian jahe yang telah diparut dan
minyak tanah diremas-remas kemudian digosokkan dipunggung untuk
menetralisir racun yang ada di dalam tubuh (Darmojo, 2003). Air kelapa muda
mengandung air 95,5%, protein 0,1%, lemak kurang dari 0,1%, karbohidrat
4,0%, abu 0,4%, mengandung vitamin C 2,2-3,4 mg/100 ml dan vitamin B
kompleks yang terdiri atas asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, asam folat,
vitamin B1, dan sedikit piridoksin. Kandungan mineral air kelapa terdiri atas
kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, sulfur, dan
klorin. Kandungan mineral K pada air kelapa adalah yang tertinggi, baik pada
air kelapa tua maupun air kelapa muda. Mengkonsumsi mineral K yang tinggi
dapat menurunkan hipertensi, serta membantu mempercepat absorpsi obat-
obat dalam darah. Jika air kelapa dikombinasikan dengan daging kelapa muda
tentu akan memberikan nilai gizi yang lebih baik, karena daging kelapa muda
mengandung 15 jenis asam amino, 10 di antaranya termasuk asam amino
esensial (Pengembangan Inovasi Pertanian, 2011).
Daun kelapa yang muda (busung ) digunakan untuk membuat
berbagai janur (sampian) dengan berbagai bentuknya dan ketupat (juga
berjenis-jenis) dalam upacara adat (Surayin, 2002). Demikian pula daun tua
yang berwarna hijau (selepan) dipergunakan untuk membuat sampian. Daun
tua juga dapat dibuat anyaman penutup kepala (capil) yang banyak dipakai
oleh petani Bali. Anyaman lainnya berbentuk kelabang, dipakai untuk dinding
dan atap bangunan sementara. Lidi daun kelapa dapat dibuat sapu, dan
anyaman berbentuk piring (ingka). Buah kelapa yang muda dimanfaatkan
untuk rujak (Adiputra, 1999), untuk obat dan untuk upacara (bungkak atau
kelungah). Sedangkan buah tua dapat diolah menjadi minyak kelapa
(Arimbawa, 2008) dengan produk sampingan seperti telengis (bahan
makanan), dan roroban (air sisa saringannya) untuk makanan ternak.
Bunganya yang belum mekar digunakan untuk sesajen khusus dalam pitra dan
dewa yadnya (Surayin, 2007); sedangkan bunga kelapa yang sudah menjadi
calon buah (bungsil) dapat dijadikan bahan pencampur rempah-rempah
(Adiputra, 1999). Sementara itu, batangnya yang muda terutama diujung
tunasnya (empol) dapat dipakai bahan sayuran. Batang kelapa yang tua
merupakan bahan bangunan pengganti kayu yang sangat andal di Bali.
Dengan warna seratnya yang hitam, kayu batang kelapa (seseh) dapat dipakai
dalam semua unsur bangunan Bali. Malahan bungkil kelapa yang tadinya
tidak berguna sekarang sudah diukir menjadi kursi dan meja ukir Bali. Sisa
atau produk lainnya setiap bulan dari pohon kelapa dimanfaatkan menjadi
kayu api , seperti pelepahnya, daunnya, sabutnya, dan batoknya. Sedangkan
menurut Suharto dan Ambarwati (2007), komponen yang dapat digunakan
sebagai bahan baku kerajinan meliputi: batang, lidi, tapas, mancung, sabut,
dan tempurung. Batang kelapa dapat digunakan untuk mebeler dan kerajinan
bubut. Lidi dapat digunakan untuk kerajinan anyam dan tenun. Tapas dapat
digunakan untuk kerajinan tas. Mancung digunakan untuk kerajinan lampu
duduk dan lampu dinding. Sabut dapat digunakan untuk kerajinan bunga
kering. Batok/tempurung dapat digunakan untuk kerajinan tas, kancing,
hiasan dinding, pigura, dan pelapis mebeler.
Santan merupakan bahan masakan yang banyak dipakai di
Indonesia. Santan kelapa adalah cairan putih yang dihasilkan dari daging
kelapa yang diparut dan kemudian diperas setelah ditambahkan air. Santan
kelapa mempunyai kadar air 86.41%, kadar lemak 10.22%, kadar protein
1.96% dan kadar karbohidrat 1.08% yang dikategorikan sebagai emulsi
minyak dalam air. Santan merupakan bahan makanan yang cepat rusak dan
berbau tengik dalam beberapa jam. Kerusakan tersebut dapat diatasi dengan
melakukan pengawetan santan dalam bentuk pasta dan dikemas dalam kaleng
atau botol. Pasta santan adalah hasil olahan kelapa yang berupa santan yang
telah dikentalkan melalui proses penguapan(Cahya dan Susanto, 2014).
F. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum Pengantar Teknologi Pertanian
acara 3 “Pengelompokkan Komoditas Hasil Pertanian Berdasarkan
Fungsinya” adalah kelapa merupakan hasil pertanian yang memiliki banyak
manfaat, mulai dari akar, batang, daun hingga buah. Dari bagian-bagian
kelapa memiliki manfaat yang beragam mulai untuk industri makanan,
industri akat ruumah tangga, industri obat, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 1999. Tanaman obat sebagai Bahan Makanan di Bali. Majalah
Kedokteran Udayana. Vol.30(104).
Arimbawa, 2009. Redesain Peralatan Kerja Secara Ergonomis Meningkatkan
Kinerja Pembuat Minyak Kelapa Tradisional di Kecamatan Dawan,
Kelungkung. Disertasi. PPS Unud.
Cahya, Feby dan Wahono Hadi Susanto. 2014. Pengaruh Pohon Pasca Sadap dan
Kematangan Buah Kelapa terhadap Sifat Fisik, Kimia, Organoleptik Pasca
Santan. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4.
Darmojo. S. 2003. Penyembuhan Ramuan Tradisional Jawa, Madura, Bali,
Cina. Absolut. Yogyakarta.
Djamhuri, E. 2011. Pemanfaatan air kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan setek
pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq). Jurnal Silvikultur
Tropika.Vol. 2, No.1: (5-8)
Fachry, H.A.R., Serlis, Arta., dan Fadma, Dewi. 2007. Pengaruh Pemanasan Dan
Derajat Keasaaman Emulsi Pada Pembuatan Minyak Kelapa. Jurnal Teknik
Kimia No. 1, Vol. 11.
Hayati, Rita. 2009. Perbandingan Susunan Dan Kandungan Asam Lemak Kelapa
Muda Dan Kelapa Tua (Cocos Nucifera L.) Dengan Metode Gas
Kromatografi. J. Floratek 4: (18 – 28).
Karimah, A., S. Purwanti., dan R. Rogomulyo. 2013. Kajian perendaman rimpang
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) dalam urin sapi dan air kelapa
untuk mempercepat pertunasan. Jurnal Vegetika. Vol. 2, No.2: (1-6).
Kriswiyanti, Eniek. 2013. Keanekaragaman Karakter Tanaman Kelapa (Cocos
Nucifera L.) Yang Digunakan Sebagai Bahan Upacara Padudusan Agung.
Jurnal Biologi XVII (1) : 15 - 19
Pengembangan Inovasi Pertanian. 2011. Kandungan buah kelapa dilihat dari segi
kesehatan. Available at: http:Kandungan Buah Kelapa dilihat dari Segi
Kesehatan Smallcrab.
Pratiwi, Farah Meita dan Pande Ketut Sutara. 2013. Etnobotani Kelap (Cocos
Nucifera L.) Di Wilayah Denpasar Dan Badung. JURNAL SIMBIOSIS I (2) :
102- 111.
Putra, K.G.D., Eniek Kriswiyanti., dan M.Oka Adi Parwata. 2011. Aplikasi Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Universitas Udayana. Denpasar Suharto dan
Dwi Retno Sri Ambarwati. 2007. Pemanfaatan kelapa (Batang, Tapas, Lidi,
Mancung, Sabut, dan Tempurung) sebagai bahan baku kerajinan. Jurnal
Humaniora Hibah Bersaing Kelapa.

Samosir, Y. (1992) . Asal usul Penyebaran Kelapa, dalam Kelapa (Cocos nucifera,
L), Asosiasi Litbangbun, Puslitbun Marihat. Bandar Kuala Pematang Siantar.
Setyamidjaja, Djoehana. 2008. Bertanam Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.

Soeka, Yati Sudaryati., Joko, Sulistyo., Dan Elidar, Naiola. 2008. Analisis Biokimia
Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi Secara Fermentasi. BIODIVERSITAS Vol. 9,
No.2 ( 91-95).
Surayin, Ida Ayu Putu. 2002. Apakah Yajna Seri I Melangkah ke arah persiapan
upakara-upacara yajna. Penerbit Paramita, Surabaya.
Surayin, Ida Ayu Putu.. 2007. Masakan Bali. Penerbit Paramita, Surabaya.
Yulvianti, Meri., Widya, Ernayati., dan Tarsono, M.Alfian R. 2015. Pemanfaatan
Ampas Kelapa Sebagai Bahan Baku Tepung Kelapa Tinggi Serat Dengan
Metode Freeze Drying. Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2 (Juni 2015) 101 –
107.

Anda mungkin juga menyukai