Anda di halaman 1dari 10

PERTANIAN KOMODITAS ALPUKAT DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata praktikum
Wawasan Agribisnis pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Disusun oleh:
Ahmad Zaimal 231510102012

LABORATORIUM WAWASAN AGRIBISNIS


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2024
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komoditas alpukat di Indonesia adalah sebuah cerminan dari potensi besar
yang dimiliki negara ini dalam mengembangkan sektor pertanian. Menurut Badan
Pusat Statistika (2020),Menurut Badan Pusat Statistika (2020), sentra produksi
Alpukat terbesar kedua di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Produksi Alpukat
terus meningkat dari 826.627 kwintal pada tahun 2017 hingga sebesar 1.040.665
kwintal pada tahun 2020. Alpukat, yang merupakan buah tropis dengan
kandungan nutrisi tinggi, telah menjadi fokus utama bagi para petani dan
pemangku kepentingan di Indonesia. Buah Alpukat merupakan komoditas
tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Komoditas ini
diperdagangkan di dalam maupun di luar negeri. Duarte et al (2016) menjelaskan
bahwa buah avokad memiliki efek positif dari segi kesehatan karena dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi resiko penyakit
kardiovaskuler. Dengan iklim dan tanah yang subur, serta sejumlah wilayah yang
cocok untuk pertumbuhan alpukat, Indonesia memiliki peluang besar untuk
menjadi pemain utama dalam pasar global buah ini.
Meskipun memiliki potensi yang besar, industri alpukat di Indonesia
masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kurangnya
pengembangan infrastruktur pertanian yang memadai, terutama di daerah-daerah
yang merupakan sentra produksi alpukat. Keterbatasan infrastruktur seperti jalan
yang rusak dan minimnya akses air bersih menjadi hambatan serius dalam
distribusi dan pengelolaan panen alpukat secara efisien, selain itu masalah yang
juga sering dihadapi oleh para petani alpukat adalah rendahnya tingkat pendidikan
dan pengetahuan tentang praktik pertanian yang baik. Banyak petani masih
menggunakan metode tradisional dalam budidaya alpukat, sehingga produktivitas
dan kualitas buah seringkali tidak optimal. Diperlukan upaya nyata untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam hal teknik budidaya
modern serta pengelolaan usaha pertanian secara profesional.
Perubahan iklim juga menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan dalam
industri alpukat di Indonesia. Pola cuaca yang tidak menentu, seperti periode
kekeringan yang panjang atau cuaca ekstrem lainnya, dapat mengganggu produksi
dan kualitas buah alpukat. Oleh karena itu, strategi adaptasi terhadap perubahan
iklim perlu diterapkan agar petani dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih
baik.
Di tengah semua tantangan ini, penting bagi pemerintah dan pemangku
kepentingan terkait untuk bekerja sama dalam mengembangkan industri alpukat di
Indonesia. Dukungan dalam hal pengembangan infrastruktur, pelatihan petani,
penelitian varietas unggul yang tahan terhadap perubahan iklim, serta promosi
pasar domestik dan internasional menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing
dan keberlanjutan industri alpukat di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pembibitan tanaman Alpukat ?
2. Bagaimana pengolahan biji Alpukat?
3. Bagaimana Strategi pemasaran alpukat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara pembibitan tanaman Alpukat .
2. Mengetahui pengolahan biji Alpukat.
3. Mengetahui Strategi pemasaran alpukat.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pembibitan Tanaman Alpukat


Pembibitan tanaman alpukat merupakan aspek penting dalam pengembangan
industri pertanian buah ini, oleh karena itu untuk mengembangkan agribisnis kegiatan
budidaya diperlukan analisis strategi pengembangan dengan melibatkan semua
stakeholder, pembudidaya ikan hias, kelompok pembudidaya, pedagang dan lain-lain
sehingga akan diperoleh perumusan strategi pembangunan (Yoesdiarti, 2017).
Pembibitan tanaman alpukat melibatkan serangkaian proses yang harus dilakukan dengan
hati-hati agar menghasilkan bibit yang berkualitas. Salah satu cara yang umum digunakan
adalah melalui biji.
Biji alpukat yang diambil dari buah yang telah matang secara alami
dianggap sebagai cara yang paling umum dan mudah untuk membudidayakan alpukat.
Namun, perlu dicatat bahwa bibit yang dihasilkan dari biji mungkin tidak menghasilkan
buah dengan karakteristik yang sama seperti pohon induknya. Selain melalui biji,
pembibitan tanaman alpukat juga dapat dilakukan melalui stek dan okulasi. Metode stek
biasanya digunakan untuk mempertahankan sifat genetik yang unggul dari pohon induk,
sedangkan okulasi memungkinkan untuk menghasilkan bibit dengan cepat dan
mempertahankan sifat-sifat yang diinginkan.
Pemilihan metode pembibitan yang tepat tergantung pada berbagai faktor,
termasuk tujuan budidaya, ketersediaan sumber daya, dan kondisi lingkungan. Selain itu,
dalam proses pembibitan, pemilihan varietas yang tepat juga merupakan langkah penting
untuk memastikan kesuksesan produksi buah alpukat. Strategi pengembangan petani
pembibitan alpukat terletak pada posisi “Strategi Pertumbuhan,” yang berarti petani dapat
melakukan antara strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
produk. Hasil analisis SWOT diperoleh 14 kegiatan strategis yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan usahatani pembibitan alpukat. Dengan demikian, pemahaman
mendalam mengenai cara pembibitan tanaman alpukat menjadi kunci dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan kualitas buah alpukat di Indonesia.

2.2 Pengolahan biji Alpukat


Alpukat memiliki kandungan nutrisi yang tinggi pada daging buahnya, oleh
karena itu buah ini banyak dikonsumsi sebagai penambah nutrisi bagi tubuh manusia.
Daging buah dan biji buah alpukat mengandung minyak yang cukup tinggi sehingga
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber minyak. Tanaman berbiji umumnya
mengandung lipid pada biji atau buahnya (Eteshola dan Oraedu, 1996). Pada umumnya
biji alpukat dianggap tidak berguna sehingga dibuang begitu saja sebagai limbah yang
tidak dimanfaatkan secara ekonomis. Produksi buah alpukat yang melimpah tidak
sebanding dengan pengolahannya di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
produksi yang lebih baik, salah satunya dengan membuat tepung terigu.
Tepung merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari metode alternatif yang
mudah digunakan untuk menghasilkan produk setengah jadi sebagai salah satu cara
mengawetkan hasil panen (Rukmana, Jaka dan Yazid Bindar, 2017). Banyak orang
membuat tepung karena beberapa alasan, seperti kandungan nutrisinya yang tinggi, tahan
lama, mudah diolah dan masih banyak lagi. Tepung terigu ada dua jenis yaitu tepung
tunggal dan tepung komposit. Perbedaan keduanya adalah tepung tunggal dihasilkan dari
satu bahan saja, sedangkan tepung komposit terdiri dari campuran dua bahan atau lebih
(Widowati, S., 2009). Penelitian lain yang telah dilakukan antara lain terkait dengan
penggunaan biji alpukat. Biji alpukat mengandung kadar pati yang tinggi yaitu sekitar
23% sehingga memungkinkan biji alpukat menjadi salah satu alternatif sumber pati.
Setelah dilakukan penelitian terhadap ekstrak biji alpukat mengenai hasil skrining
fitokimia diperoleh hasil bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid,
triterpenoid, kuinon, saponin dan lain sebagainya (Zuhrotun, 2007). Tak hanya itu, pati
yang dihasilkan dari biji alpukat juga dapat dijadikan sebagai sumber polisakarida yang
berperan dalam pembuatan Edible Film Kitosan. Senyawa pada pati mampu
meningkatkan antioksidan. Sifat antioksidan inilah yang membuatnya berperan sangat
penting dalam film yang dapat dimakan yang dapat digunakan menghambat kekenyalan
dan oksidasi pangan (Endang Susilowati dan Ary Eni, 2019).
Pada penelitian yang telah dilakukan terhadap biji alpukat, hasil ekstraksi biji
alpukat dapat digunakan sebagai hand sanitizer alami. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa biji alpukat berpotensi digunakan sebagai hand sanitizer alami karena biji alpukat
mengandung senyawa fitokimia berupa asam lemak, flavonoid, tanin, fenol, saponin,
alkaloid, steroid dan terpenoid (Aminah Asngad, 2020). Alpukat disebut sebagai
makanan super karena mengandung banyak bahan bermanfaat. Kandungan manfaatnya
tidak hanya terdapat pada buahnya saja, bahkan pada biji alpukat pun seperti flavonoid
yang dapat menurunkan kinerja sintesis DNA bakteri sehingga membuat sel bakteri tidak
dapat membelah dan lama kelamaan akan mati (Kusuma, 2018).
Selain itu, penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah ekstraksi biji
alpukat untuk menurunkan jumlah asam lemak bebas (ALB) pada minyak sawit mentah
(CPO). Jadi terlihat biji alpukat mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Biji alpukat
tersusun atas jaringan parenkim yang mengandung sel minyak dan butiran pati yang
dapat dijadikan makanan. Biji alpukat sendiri mengandung campuran kompleks senyawa
polifenol dan alkaloid yang biasanya digunakan untuk sifat anti kolesterol, anti mikroba,
anti protozoa, dan dapat membantu menurunkan tekanan darah (Eka Nuryanto, 2016).
Biji alpukat mengandung antioksidan tingkat tinggi. Antioksidan yang terkandung
dalam biji alpukat telah dibuktikan melalui penelitian Segovia et, al (2018) bahwa biji
alpukat dengan konsentrasi 0,75% mampu memperlambat oksidasi minyak hingga 80%.
Memperlambat oksidasi minyak, terlihat bahwa biji alpukat banyak mengandung
polifenol dan berpotensi berperan sebagai antioksidan. (Segovia, dkk., 2018). Biji alpukat
juga bermanfaat bagi kesehatan sebagai prebiotik karena mengandung serat kasar terlarut
dan hemiselulosa (Barbosa-Martin, et.al., 2016)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa biji alpukat mengandung
banyak manfaat. Namun pengolahannya masih minim karena dianggap tidak penting dan
mubazir bagi sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu peneliti terpacu untuk
melakukan penelitian terkait pengolahan biji alpukat menjadi tepung sebagai bahan
pangan pokok dengan tujuan untuk mengetahui dan memanfaatkan limbah buah alpukat
yaitu biji alpukat menjadi tepung.

2.3 Strategi pemasaran alpukat


Strategi pemasaran alpukat merupakan kunci penting dalam meningkatkan daya
saing produk alpukat di pasar. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah
diversifikasi produk. Diversifikasi produk memungkinkan para produsen untuk
menghasilkan berbagai jenis produk alpukat yang sesuai dengan preferensi konsumen dan
tren pasar. Misalnya, selain menjual alpukat segar, produsen juga dapat mengembangkan
produk olahan seperti sari buah alpukat, selai alpukat, atau bahkan produk-produk
kecantikan yang terbuat dari ekstrak alpukat. Diversifikasi produk ini dapat menarik lebih
banyak konsumen yang memiliki preferensi berbeda-beda dan meningkatkan potensi
penjualan. Kotler dan Amstrong (2012); Abda (2014) yakni pemasaran sebagai proses
dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan
pelanggan yang kuat untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan.
Selain itu, penting juga untuk mengadopsi strategi pemasaran digital dalam
memasarkan produk alpukat. Dengan memanfaatkan platform-platform digital seperti
media sosial, situs web, atau aplikasi mobile, produsen dapat mencapai lebih banyak
konsumen potensial secara efisien. Konten-konten kreatif seperti foto-foto menarik, video
tutorial, atau resep-resep menggunakan alpukat dapat membantu meningkatkan eksposur
produk dan membangun kesadaran merek. Selain itu, dengan menggunakan fitur-fitur
targeting dan analitik yang disediakan oleh platform digital, produsen dapat lebih tepat
dalam mengidentifikasi dan menjangkau segmen pasar yang potensial. Strategi umumnya
dikenal sebagai suatu rencana, taktik, atau cara dalam memperoleh sesuatu yang
diinginkan (Fred, 2009). Menurut Rangkuti (2015) strategi merupakan tindakan yang
bersifat senantiasa meningkat dan terus menerus dilakukan berdasar sudut pandang
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut Hubbard dan
Beamish (2011) mendefinisikan strategi bersaing sebagai upaya organisasi untuk
memosisikan bisnisnya agar lebih kompetitif dibandingkan pesaingnya.
Selanjutnya, kerjasama dengan mitra bisnis juga dapat menjadi strategi pemasaran
yang efektif. Produsen alpukat dapat menjalin kerjasama dengan toko-toko swalayan,
Nebo et al. (2017) memberikan temuan bahwa Pemerintah dan petani, pengolah, agen,
grosir, pengecer, eksportir harus memperhatikan variabel pemasaran secara khusus,
pemerintah dan lembaga. Restoran, kafe, atau produsen makanan dan minuman lainnya
untuk menjual produk alpukat mereka secara lebih luas. Kerjasama ini dapat memberikan
manfaat saling menguntungkan, di mana produsen dapat meningkatkan distribusi produk
mereka, sementara mitra bisnis dapat menawarkan produk alpukat kepada pelanggan
mereka sebagai pilihan yang menarik.
Terakhir, penting untuk memperhatikan branding dan kualitas produk dalam
strategi pemasaran alpukat. Membangun identitas merek yang kuat dan memastikan
kualitas produk yang konsisten merupakan faktor penting dalam menarik dan
mempertahankan konsumen. Mengkomunikasikan nilai-nilai merek yang positif seperti
keberlanjutan, kesehatan, atau kelezatan alpukat dapat membantu membangun citra
merek yang positif di mata konsumen. Dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat
dan terintegrasi, diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk alpukat di pasar dan
meraih kesuksesan yang lebih besar.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konteks pengembangan industri pertanian di Indonesia, komoditas
alpukat memperlihatkan potensi yang besar sebagai cermin dari kekayaan alam
yang dimiliki negara ini. Produksi alpukat terus meningkat, dengan Provinsi Jawa
Barat menjadi sentra produksi terbesar kedua di Indonesia. Alpukat bukan hanya
menjadi fokus utama para petani dan pemangku kepentingan, tetapi juga telah
menjadi komoditas tanaman hortikultura dengan nilai ekonomis tinggi yang
diperdagangkan secara domestik maupun internasional. Selain itu, kandungan
nutrisi tinggi dalam alpukat membuatnya diminati oleh berbagai kalangan, baik
sebagai makanan maupun bahan baku untuk produk-produk lainnya.
Namun, industri alpukat di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah
tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah kurangnya pengembangan
infrastruktur pertanian yang memadai, terutama di daerah-daerah sentra produksi
alpukat. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang praktik
pertanian yang baik serta perubahan iklim yang tidak menentu juga menjadi faktor
penghambat dalam pengembangan industri ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya
yang nyata untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, serta
strategi adaptasi terhadap perubahan iklim.
Dalam upaya mengatasi tantangan tersebut, strategi pemasaran alpukat
menjadi sangat penting. Diversifikasi produk, penggunaan strategi pemasaran
digital, kerjasama dengan mitra bisnis, dan perhatian terhadap branding dan
kualitas produk merupakan langkah-langkah strategis yang dapat meningkatkan
daya saing produk alpukat di pasar. Dengan menerapkan strategi pemasaran yang
tepat dan terintegrasi, diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk alpukat
di pasar domestik maupun internasional, serta meraih kesuksesan yang lebih besar
dalam pengembangan industri pertanian alpukat di Indonesia.

3.2 Saran
Untuk mengoptimalkan pengembangan industri pertanian alpukat di
Indonesia, perlu dilakukan beberapa langkah strategis. Pertama, pemerintah dan
pemangku kepentingan terkait harus meningkatkan investasi dalam
pengembangan infrastruktur pertanian di daerah-daerah sentra produksi alpukat,
seperti Jawa Barat. Selain itu, pendidikan dan pelatihan tentang praktik pertanian
yang baik harus ditingkatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petani. Di samping itu, penting untuk mengembangkan strategi adaptasi terhadap
perubahan iklim. Selanjutnya, dalam mengatasi tantangan tersebut, strategi
pemasaran alpukat yang terintegrasi dan inovatif perlu diterapkan, termasuk
diversifikasi produk, pemanfaatan strategi pemasaran digital, kerjasama dengan
mitra bisnis, serta fokus pada branding dan kualitas produk. Dengan demikian,
diharapkan industri pertanian alpukat di Indonesia dapat meningkatkan daya
saingnya di pasar domestik maupun internasional, serta meraih kesuksesan yang
lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Hendrarini, H., Puspitasari, N. Y., & Santoso, W. (2021). Strategi Pemasaran Mangga
Alpukat (Klonal 21) Di Kabupaten Pasuruan. Semagri, 2(1).

Adreina, S., Yoesdiarti, A. ., & Arsyad, A. (2022). Strategi Pengembangan Agribisnis


Pembibitan Alpukat (Persea Americana) Di Kelurahan Sukahati Kecamatan
Cibinong Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisains, 8(2), 42–53.
Https://Doi.Org/10.30997/Jagi.V8i2.6439

Amsal, A., & Agustina, T. (2022). Pengolahan Biji Alpukat (Persea Americana)
Untuk Dijadikan Tepung Sebagai Bahan Dasar Pangan Besar. Kenanga:
Journal Of Biological Sciences And Applied Biology, 2(2), 11-18.

Pradana, F. D. (2023). Strategi Pemasaran Pada Umkm Alpukat Kocok “Mr. Alko”
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember (Doctoral Dissertation, Politekni
Negeri Jember).

Anda mungkin juga menyukai