FORMULASI COOKIES TERSUBTITUSI TEPUNG BEKATUL PADI
(Oryza sativa L.) DAN TEPUNG AMPAS KELAPA TERHADAP
KANDUNGAN GIZI SERTA MUTU ORGANOLEPTIKNYA
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian pada Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh : Amnilna Muyassaroh 201910220311166
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN–PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2022 I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di Indonesia jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi masih tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018, menyatakan bahwa pada balita umur 0-23 bulan di Indonesia persentase berat badan sangat kurang yaitu 3,8% dan balita umur 0-59 bulan persentase berat badan sangat kurang yaitu 3,9%. Pada tahun 2020 Rikesdas melakukan survey dimana didapatkan hasil sebanyak 58.425 (1,3%) balita dengan berat badan sangat kurang dan sebanyak 248.407 (5,4%) balita dengan berat badan kurang. Diantara 34 provinsi di Indonesia, Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan persentase tertinggi gizi buruk pada balita sedangkan Provinsi Bali merupakan persentase terendah gizi buruk (Primadi, 2021). Kekurangan gizi dapat menyebabkan penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF menyatakan bahwa kegagalan pertumbuhan akibat kekurangan gizi pada masa bayi mengakibatkan penurunan IQ yang lebih rendah daripada anak-anak yang tidak kekurangan gizi (Retno Sri Lestari, 2020). Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan gizi pada balita dengan upaya memenuhi kebutuhan gizi anak dengan memberikan makanan tambahan. Salah satu bentuk perhatian untuk balita gizi kurang adalah kreativitas untuk memodifikasi bahan pangan. Produk makanan yang bisa dimodifikasi adalah cookies (Selviyanti, 2018). Membuat kue biasanya menggunakan tepung. Pada umumnya tepung memiliki harga yang relatif mahal jadi pembuatannya perlu diubah menggunakan bahan makanan lokal lainnya, seperti bekatul. Indonesia mempunyai produktivitas padi yang cukup besar, dan setiap tahunnya meningkat. Penggilingan padi menghasilkan produk samping seperti menir, beras pecah, sekam dan bekatul. Bekatul saat ini hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak dan belum banyak digunakan sebagi sumber pangan manusia. Bekatul adalah produk sampingan dari pengolahan padi atau biji-bijian yang terbentuk dari lapisan luar kulit padi yang rusak karena penggilingan untuk menghasilkan beras putih. Berdasarkan sumbernya, protein yang terkandung dalam bekatul dapat digunakan untuk membuat produk yang mungkin mengatasi masalah gizi buruk (Wulandari, 2010). Menurut Dodik (2017) kandungan protein bekatul adalah 16,27% pada bekatul varietas IR 64, karbohidrat tertinggi 58,69% pada bekatul varietas Situbagendit, kandungan lemak tertinggi 5,59% pada bekatul varietas Situbagendit, dan kandungan mineral 15,02% tertinggi pada bekatul varietas Situbagendit. Disisi lain, di Indonesia pohon kelapa mudah ditemukan, hampir di setiap provinsi di Indonesia, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Setiap bagian dari kelapa dapat digunakan oleh manusia, mulai dari dari ujung akar ke ujung batang, seperti pada sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan industri, batang dan daunnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, air kelapa untuk cuka dan nata decoco sabut kelapa, nira kelapa untuk gula merah, sabut sebagai media tanam, tempurung kelapa sebagai arang aktif, sedangkan daging kelapanya untuk bahan baku minyak dan santan (Suwarto et al., 2014). Ampas kelapa merupakan bahan pangan sumber serat yang belum banyak orang memanfaatkannya. Ampas kelapa juga masih memiliki nilai gizi dan kandungan gizi, yaitu protein 4,11 %, serat kasar 30,58%, lemak 15,89’%, dan karbohidat 74,69% (Puspitaningsih, 2013). Tepung ampas kelapa bisa diperoleh dari proses pengeringan dan penggilingan dengan tujuan mengurangi kadar air ampas kelapa sehingga dapat digiling dan diolah menjadi tepung. Tepung ampas kelapa bertekstur sedikit lebih kasar dari tepung terigu, selain itu tepungnya ampas kelapa putih pucat atau kekuningan, tepung ampas sendiri memiliki aroma kelapa yang sangat khas (Isnaharani, 2009). Untuk memaksimalkan pemanfaatan hasil samping padi dan kelapa, maka penulis ingin membuat tepung berbahan bekatul dan tepung ampas kelapa yang yang menjadi pengganti tepung pada bahan pembuatan cookies. Pada umumnya cookies memiliki kandungan gizi karbohidrat yang tinggi sedangkan protein tergolong rendah. Kandungan gizi protein cookies dapat ditingkatkan dengan subtitusi pangan sumber protein yaitu bekatul dan ampas kelapa. Dilihat dari proses dan peralatan yang digunakan dalam produksinya yang sederhana dan murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi dan mutu organoleptik cookies dengan subtitusi tepung bekatul dan tepung ampas kelapa. mutu organoleptik dinilai berdasarkan aspek warna, tekstur, aroma dan rasa. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyampaikan pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana kandungan gizi cookies yang distubtitusi dari tepung bekatul dan tepung ampas kelapa? b. Bagaimana tekstur cookies yang distubtitusi dari tepung bekatul dan tepung ampas kelapa? c. Bagaimana flavor cookies yang distubtitusi dari tepung bekatul dan tepung ampas kelapa? I.3 Tujuan Penelitian Berikut tujuan-tujuan penelitian berdasarkan pertanyaan penelitian yang penulis ambil : a. Untuk mengetahui kandunga gizi cookies distubtitusi dari tepung bekatul dan tepung ampas kelapa. b. Untuk mengetahui tekstur cookies distubtitusi dari tepung bekatul dan tepung ampas kelapa. c. Untuk mengetahui flavor cookies distubtitusi dari tepung bekatul dan tepung ampas kelapa. I.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu mengurangi balita kurang gizi dan dapat memberikan informasi tentang cara pemanfaatan bekatul dan ampas kelapa didalam formulasi pembuatan produk makanan cookies. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1Penelitian Terdahulu Menurut Meddiati Fajri Putri (2010), yaitu ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung sebagai subtitusi tepung dalam pembuatan roti, kue kering, ataupun produk makanan yang lainnya sebagai makanan sehat dikarenakan ampas kelapa masih mempunyai kandungan serat yang cukup tinggi dan bagus untuk tubuh. II.2Cookies (Kue Kering) Cookies adalah kue yang terbuat dari tepung yang umumnya terbuat dari tepung terigu, gula halus, telur ayam, vanili, margarin, tepung maizena, baking powder, dan susu bubuk instan. Tekstur cookies memiliki tekstur yang renyah dan tidak mudah hancur seperti kue pada umumnya. Kue ini berwarna coklat agak kekuning-kuningan karena pengaruh susu bubuk instan dan penambahan margarin yang terkena suhu panas pada saat proses pemanasan (Mutmainna, 2013). Cookies menurut Standar Nasional Indonesia (2011) adalah jenis biskuit yang terbuat dari adonan lembut, renyah dan saat dipecah, penampang terlihat bertekstur kurang padat. Cookies populer karena rasanya yang enak dan cenderung manis, teksturnya crunchy tapi lembut di mulut, olahannya relatif mudah, dan dapat disimpan dalam waktu yang lama (Septieni, 2016). Cookies merupakan makanan yang tidak memerlukan proses pengembangan volume yang besar dan menggunakan lemak dan gula yang banyak (Septieni, 2016). Syarat mutu cookies yang berlaku secara umum di Indonesia tercantum pada Tabel 1 sebagai berikut : Gambar Tabel 1. Syarat Mutu Biskuit
Sumber : SNI 01-2973-2011
II.3Bekatul Bekatul adalah hasil samping dari penggilingan padi yang memiliki potensi sebagai pangan fungsional karena berkorelasi positif dengan padi yang menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia (Hamdan, 2017). Pemanfaatan bekatul belum maksimal di Indonesia, padahal kandungan gizi bekatul cukup tinggi yaitu 18,5 mg zat besi per 100 gr. Menurut Wulandari (2010), bekatul memiliki kandungan gizi sebagai berikut: protein 13,11-17,19%, lemak 2,52- 5,05%, karbohidrat 67,58-72,74%, dan serat sekitar 370,91-387,3 kalori dan kaya akan vitamin B, terutama vitamin B1 (tiamin). Menurut Mongngarm (2012) ekstrak bekatul mengandung beberapa senyawa fitokimia seperti tokoferol, tokotrienol, dan y-oryzanol. Menurut Van Der Kamp (2014) bekatul memiliki kandungan senyawa antioksidan yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai penetralisir radikal bebas. Bekatul mengandung lemak tak jenuh yang tinggi. Lemak ini lebih aman dalam kaitannya dengan kolesterol, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita kolesterol dan penyakit jantung. Bekatul dapat dimanfaatkan sebagai makanan kesehatan melalui pengolahan yang tepat. Bekatul merupakan bahan pangan yang mengandung serat pangan yang tinggi yaitu sekital 12% lebih tinggi dari menir. Bekatul memiliki sifat fungsional yang mirip dengan tepung terigu atau tepung beras, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu dalam pembuatan kue kering (cookies) (Anggraini, 2016). Menurut Mulyani (2015) tepung bekatul diperoleh dari penggilingan padi, kemudian digiling dengan alat penggilingan tepung, diayak menggunakan mesh 80 dan disangrai pada suhu 70℃-90℃ selama 3-7 menit. Berikut adalah diagram alir proses pembuatan tepung bekatul : Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Bekatul
Sumber : (Mulyani, dkk. 2015)
II.4Kelapa Tanaman kelapa adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis. Kelapa dalah tanaman serba guna karena setiap bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi (Sutardi, dkk, 2008). Dalam industri pangan bagian dari tanaman kelapa yang banyak dimanfaatkan yaitu bagian dagingnya seperti menghasilkan minyak edible dan santan (Rukmana, 2003). Dari pembuatan santan menghasilkan hasil samping berupa ampas kelapa yang sudah tidak digunakan lagi. Ampas kelapa tersebut pemanfaatannya belum maksimal, masyarakat umum hanya memanfaatkannya untuk pakan ternak, sedangkan kandungan gizi pada ampas kelapa masih ada, kandungan serat yang cukup tinggi sehingga ampas kelapa baik digunakan ke dalam salah satu penambahan bahan makanan (Puspitaningsih, 2013). Untuk lebih memaksimalkan pemanfaatkan ampas kelapa dapat dijadikan tepung sebagai bahan pembuatan kue. Tepung ampas kelapa dihasilkan dari ampas kelapa yang dikeringkan dengan cara pemanasan dengan pemjemuran sinar matahari langsung atau menggunakan oven, setelah kering digiling dan dihasilkan tepung yang bertekstur sedikit kadar dibanding dengan tepung terigu. Tepung ampas kelapa mengandung air 16%, protein 23%, lemak 15%, karbohidrat 40%, kalori 368 kal, dan mineral, seperti Fe 41,06 mg/100 g, Ca 137 mg/100 g, dan P 433 mg/100 g ( Su'I dkk., 2012). Umur simpan tepung ampas kelapa dapat diperpanjang jika dikeringkan hingga kadar air 12-13%. Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari langsung atau menggunakan oven pada suhu 55-60°C (Lay dan Pasang, 2012). Berikut ini merupakan diagram alir proses pembuatan tepung ampas kelapa Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Ampas Kelapa
Sumber : (Hamdan, 2017)
III. METODE PENELITIAN
III.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperkirakan sekitar 1,5 bulan. Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. III.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah mesin penepung, ayakan (30 mesh, 45 mesh, 60 mesh), peralatan memasak berupa wajan, kompor, pengaduk, baskom, spatula, loyang, mixer, dan oven. Bahan yang digunakan adalah ampas kelapa yang diolah dari daging kelapa segar berumur 11-12 bulan, bektul dari hasil samping padi, tepung terigu, margarin, gula halus, telur, susu kental manis, vanili, ragi dan garam. III.3 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor 1 merupakan perbedaan ukuran partikel tepung bekatul yaitu 30 mesh (P1), 45 mesh (P2), dan 60 mesh (P3). Faktor 2 merupakan penambahan tepung bekatul yaitu 0 g (F0), 50 g (F1), dan 100 g (F2). Penelitian ini memiliki tiga tahapan proses yaitu proses pembuatan tepung bekatul, tepung ampas kelapa, dan proses pembuatan cookies. III.4 Prosedur Penelitian III.4.1 Pembuatan Tepung Bekatul Bekatul IR-64 yang akan digunakan ditimbang sebanyak 2kg, kemudian disortasi dengan menggunakan ayakan 30 mesh, 45 mesh, dan 60 mesh. Kemudian diberi daun pandan untuk memperbaiki aroma yang kurang sedap dan disangrai diatas kompor dengan api kecil selama ± 10-15 menit. III.4.2 Pembuatan Tepung Ampas Kelapa Buah kelapa dikupas, dibelah dan diambil dagingnya. Daging buah dikeringkan dalam oven pada suhu ±55°C sampai kadar air ±3%. Daging kelapa kering dicincang dengan chopper kemudian diperas untuk memisahkan minyak dan ampasnya. Proses ekstraksi minyak dari daging kelapa dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengurangi kandungan minyak pada ampas kelapa. Ampas kelapa kemudian digiling dengan gilingan tepung, tepung yang diperoleh diayak melalui ayakan 60 mesh. III.4.3 Pembuatan Cookies Ditimbang semua bahan baku meliputi tepung bekatul 30 mesh, 45 mesh, dan 60 mesh masing-masing 0 g, 50 g, 100 g, tepung kelapa 30 mesh, 45 mesh, dan 60 mesh masing-masing 100 g, 50 g, dan 0 g, gula halus 50 g, kuning telur 20 g, margarin 65 g, dan susu bubuk 15 g. Pertama campurkan margarin, gula halus, dan susu bubuk menggunakan mixer dengan kecepatan putaran 600 rpm selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan kuning telur dan di mixer selama 10 menit hingga adonan mengembang. Kemudian ditambahkan tepung kelapa dan tepung bekatul sesuai dengan penambahan yang telah ditentukan. Adonan dicampur hingga rata dan kalis dan dicetak dengan ketebalan ± 5 mm, kemudian diletakkan dalam loyang. Selanjutnya dipanggang dengan oven pada suhu 180ºC selama 15 menit. Parameter yang diamati dalam penelitian meliputi organoleptik dan kandungan gizi cookies. DAFTAR PUSTAKA
Hamdan, I. (2017). PENGGUNAAN TEPUNG AMPAS KELAPA DALAM
PEMBUATAN BISCOTTI. Skripsi.
Isnaharani, Y. (2009). Pemanfaatan Tepung Jerami Nangka Dalam Pembuatan
Cookies Tinngi Serat. Bogor : Jurnal mahasiswa Lay, A dan P. M. Pasang. 2012. Strategi dan Implementasi Pengembangan Produk Kelapa Masa Depan. Perspektif. 11(1):01-22 Niftrelia Sari Dewi. 2015. Diversifikasi Tepung Tapioka pada Pembuatan Flakes Diperkaya Serat Pangan (Dietary Fiber) Tepung Ampas Kelapa. (Skripsi). Universitas Pakuan Bogor Primadi, d. O. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Retno Sri Lestari, T. D. (2020). KADAR MINERALCOOKIES DENGAN
SUBTITUSI DAUN KATUK (Sauropus andragynus) DAN OATMEAL . Media Gizi Pangan, Vol. 27, Edisi 2.
Su'I,M.,Sukamto dan Harmanto. 2012. Modifikasi Pengolahan Minyak Kelapa
Untuk Meningkatkan Kualitas Ampas Minyak Kelapa.(Kajian dari konsentrasi Na-metabisulfit dan Pemarutan) Na-metabisulfit. J.Tek. Nakal. 5(1):20–25 Wulandari, Mita., & Erma H. 2010. Pengaruh Penambahan Bekatul Terhadap Kadar Protein dan Sifat Organoleptik Biskuit. Jurnal Pangan dan Gizi. Volume 1 (2): 55-62