- Bercak daun
→ Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora sp. sering terjadi di
lahan pertanaman yang sangat lembab (kelembaban dapat lebih dari 90%)
(Yullia, 2011). Di lokasi pertanaman kelembaban 60%-70%, tetapi bercak
daun cercospora sangat banyak ditemui. Suhu yang sesuai untuk
perkembangan jamur Cercospora sp. ialah pada suhu 28-32°C. Lokasi
pertanaman memiliki suhu pada pagi berkisar 27°C dan sore hari sekitar 28°C.
Suhu di lokasi sesuai dalam membantu penyebaran spora untuk menginfeksi
penyakit bercak daun cercospora.
Berikut ini cara pengendalian penyakit busuk batang pada tanaman cabe ;
- Virus kuning
- Bercak daun
1) Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi/terserang
2) Menanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi
oleh patogen, baik di persemaian maupun di lapangan
3) Perlakuan benih sebelum tanam
4) Perbaikan drainase
5) Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang baik
dan pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae
6) Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana,
efektif, terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada
peramalan cuaca dan populasi spora di lapangan
1) Persyaratan mutu
a. Persyaratan mutu
Untuk semua kelas cabai, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah :
- sehat dan utuh;
- penampilan segar;
- padat (firm);
- layak konsumsi;
- bersih, bebas dari kotoran;
- bebas dari hama dan penyakit;
- bebas dari memar;
- bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim;
- bebas dari kerusakan karena kelembaban yang berlebihan;
- bebas dari bau dan rasa asing;
- bentuk, warna, dan rasa sesuai deskripsi varietasnya;
b. Persyaratan khusus
Persyaratan khusus cabai seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 – Syarat mutu cabai
Toleransi
Kelas mutu
Mutu Ukuran
Kelas super 5%
Kelas 1 10% 10%
Kelas 2 15%
- Rekomendasi
a. Logam berat
Cabai harus memenuhi syarat keamanan di bawah batas maksimum residu logam
berat sesuai dengan SNI 7387.
b. Residu pestisida
Cabai harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum residu pestisida sesuai
dengan SNI 7313.
- Higienis
a. Cabai dianjurkan untuk memenuhi syarat higienis sesuai prinsip dasar higienis
makanan (SNI CAC/RCP 1:2011, CAC/RCP 53-2003).
b. Cabai harus memenuhi syarat mikrobiologi sesuai dengan ketentuan standar
mikrobiologi untuk makanan (CAC/GL 21-1997).
- Metode pengujian
a. Uji residu pestisida
Pengujian residu pestisida dalam ketentuan ini harus sesuai dengan pedoman
pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian.
b. Uji cemaran logam berat
Pengujian cemaran logam berat dalam ketentuan ini harus sesuai dengan SNI 2896
dan SNI 4866.
- Tingkat kepedasan
Kandungan capsaicinoids
Kepedasan Satuan pedas scoville
(µg/g berat kering)
Tidak pedas 900-1,999 60-133
Agak pedas 2,000-19,999 134-1,333
Pedas 20,000-100,000 1,334-6,600
Sangat pedas >100,000 >6,600
Catatan 15 Scouville heat units = 1 microgram/gram berat kering
Batas maksimum
No Cemaran logam
(mg/kg)
1. Arsen (As) 0,25
2. Kadmium (Cd) 0,2
3. Merkuri (Hg) 0,03
4. Timbal (Pb) 0,5
5. Timah 40
Batas maksimum
No Bahan aktif
(mg/kg)
1. Bendiokarb 0,2
2. DIafentiurom 0,2
3. Fipronil 0,05
4. Imidakloprid 0,1
5. Iprodion 5
6. Metamidofos 2
7. Metomil 1
8. Monokrotofos 0,2
8) Pengepakan/pengemasan (semua komoditas)
a. Wadah pengemas yang digunakan
- Karton : Menurut Purwanto et al. (2013) pada hasil penelitiannya menyatakan
bahwa penggunaan kemasan karton dapat mempertahankan kualitas cabai lebih
baik dibandingkan kemasan jala dan karung plastik pada suhu 10OC sampai 17
hari penyimpanan.
- Plastik : Menurut Asmeri. (2015), penyimpanan cabai dengan kotak akan
menghilangkan bobot sekitar 3.5% pada suhu 24OC setiap harinya, namun hanya
0.5% jika menggunakan suhu penyimpanan 8OC, sedangkan jika menggunakan
kemasan plastik polietilen (PE), kehilangan bobotnya lebih rendah.
b. Sifat-sifat kemasan yang digunakan
- Karton : kardus tidak mudah robek dan tahan benturan, apabila tertutup rapat
maka bahan makanan yang ada didalamnya akan terlindungi dari infeksi
serangga. kerusakan yang dapat terjadi apabila kardus terkena air dan terkena
tekanan yang berat. Kardus merupakan kemasan yang efektif untuk menghambat
terjadinya kehilangan air sehingga mampu melindungi dari bahan yang dikemas
yakni cabai merah segar. Selain itu kardus juga tahan air sehingga dapat menekan
laju penguapan air dan laju susut bobot tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan
bahan pengemas jaring maupun plastik.jenis kemasan tidak mudah dilewati
(impermeabel) oleh gas dan uap air sehingga uap air cabai merah tidak mudah
keluar karena pengemasan dapat menghalangi masuknya oksigen sehingga
pertumbuhan mikroba dapat dihambat. Oksigen sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba aerob, dengan pengemasan jumlah oksigen yang tersedia
dapat dikurangi sehingga mikroba tidak tumbuh.(Waryat, 2017)
- Plastik : kemasan yang mudah robek ketika terkena benda tajam, tahan akan
benturan, plastik tidak dapat menyerap air, Sifat permeabilitas plastik LDPE
terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik LDPE mampu berperan
mengatur kelembapan dari ruang Penyimpanan.Tingginya kelembaban udara
dalam kemasan dapat mempertahankan keluarnya air dari permukaan cabai dan
rendahnya permeabilitas bahan dapat menekan keluarnya air kelingkungan
sehingga susut bobot akibat evaporasi dapat ditekan. Bahan pengemas plastik
dapat menekan kerusakan karena mempunyai keunggulan dibanding bahan
pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, dan selektif dalam
permeabilitasnya terhadap uap air yang rendah. untuk penyimpanan suhu ruang
Menurut Lamona (2015) Pada kemasan plastik LDPE kerusakan lebih banyak
disebabkan oleh tumbuhnya cendawan dan busuk basah akibat terjadi fermentasi
anaerob selama penyimpanan.
- Karung : karung tidak mudah robek kecuali terkena benda tajam, tidak dapat
melindungi bahan makanan yang ada didalamnya dengan baik karena mudah
terkena tekanan, gesekan dan benturan dari luar. tidak dapat melindungi dari
penyerapan air, karen tekstur karung tidak padat. tidak dapat melindungi dari
serangan serangga, karena tidak tertutup rapat.
c. Pemberian label
Nama produk
Pencantuman masa kadaluarsa pada label pangan diatur dalam Undang-Undang
Pangan No 18 Tahun 2012 tentang Label dan Iklan Pangan, dimana setiap industri
pangan wajib mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa (expired date)
keterangan identitas produk, jumlah dan ukuran produk
Menurut Nyoman (2017) label dapat bervariasi mulai dari tanda pengenal produk yang
sederhana hingga grafik rumit yang merupakan bagian dari kemasan. Label menampilkan
beberapa fungsi. Pada tingkatan paling akhir, label mengidentifikasi produk atau merek.
Label juga menjelaskan beberapa hal mengenai produk, siapa yang membuatnya, dimana
dibuat, kapan dibuat, isinya, bagaimana produk tersebut digunakan, dan bagaimana
menggunakannya dengan aman. Terakhir, label dapat mempromosikan produk melalui
gambar yang atraktif.
d. MAP pada komoditas tersebut
- Pengemas yang digunakan adalah film plastik polypropylene (PP) ketebalan 0,06
mm dan berukuran 20x30 cm
- Plastik PP memiliki kemampuan permeabilitas terhadap O2 sebesar 23 (cm3 /cm2
/mm/dt/cmHg) x 1010 dan terhadap H2O sebesar 680 (cm3 /cm2 /mm/dt/cmHg)
x 1010
- Pada jurnal tersebut tidak menyebutkan jumlah kadar oksigen maupun
karbondioksida yang digunakan
- Penggunaan plastik film sebagai bahan kemasan buah-buahan dapat
memperpanjang masa simpan produk hortikultura segar, dimana kemasan film
plastik memberikan perubahan gas-gas atmosfer dalam kemasan yang berbeda
dengan atmosfer udara normal yang dapat memperlambat perubahan fisiologis
yang berhubungan dengan pemasakan dan pelayuan (Mandana, 2015)
- Pengurangan bobot pada cabai yang dikemas dengan plastik PP tidak
menunjukkan secara signifikan. Semakin kecil nilai permeabilitas suatu kemasan,
maka semakin besar kemampuan kemasan dalam menghalangi uap air lebih baik.
Artinya, proses terjadinya susut bobot dapat dihambat (Putri, 2020)
e. Edible packaging pada cabai
Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi makanan atau
diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai penahan terhadap transfer
massa seperti kadar air, oksigen, lemak, dan cahaya atau berfungsi sebagai pembawa
bahan tambahan pangan (Nugroho dkk. 2013). Bahan alternatif yang dapat digunakan
dalam pembuatan edible film yaitu pati singkong.
Pati singkong tergolong polisakarida yang memiliki kandungan amilopektin yang
tinggi tetapi lebih rendah dari pada ketan. Kandungan amilopektin pada pati singkong
sebesar 83% dan amilosa 17% (Mustafa, 2015). Upaya untuk meningkatkan kualitas
edible film agar tidak mudah rapuh yaitu dengan kombinasi lidah buaya. Tanaman
lidah buaya mengandung polisakarida (acylated manan) yang disebut aloin
(barbaloin) yaitu C-glikosida aloe emodin sebanyak 30 % (bk) (Riyanto, 2012).
Menurut Apriyani dan Sedyadi (2018), lidah buaya mengandung senyawa kolagen
acemannan, gluco mannan dan galaktan.
Aplikasi terhadap cabai rawit digunakan metode pencelupan. Cabai rawit dicuci
bersih kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering. Cabai
rawit selanjutnya dibungkus menggunakan film yang telah disiapkan sebelumnya.
Edible film dipotong dengan ukuran 3 cm x 3 cm kemudian dipres menggunakan
setrika dengan suhu tertentu sampai film merekat sempurna. Cabai rawit yang telah
dibungkus dengan edible film disimpan dalam suhu kamar (25-27˚C). Pengambilan
data dilakukan setiap hari selama 14 hari penyimpanan. Cabai rawit selanjutnya diuji
susut bobot dan tekstur (Aji, 2018).
Karakteristik edible film
- Ketebalan
Konsentrasi ekstrak lidah buaya yang berbeda mempengaruhi hasil ketebalan
pada edible film yang relatif berbeda. seiring penambahan konsentrasi ekstrak
lidah buaya, maka ketebalan edible film juga meningkat
- Kuat tarik
Nilai kuat tarik meningkat seiring bertambahnya konsentrasi lidah buaya yang
ditambahkan. Kuat tarik yang dihasilkan dengan penambahan ekstrak lidah
buaya memiliki pengaruh nyata
- Elongasi (pemanjangan)
Penambahan konsentrasi ekstrak lidah buaya terhadap pemanjangan (elongasi)
edible film memiliki pengaruh yang relatif rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan ekstrak lidah buaya tidak berpengaruh banyak terhadap
nilai elongasi yang diperoleh. Karena dalam lidah buaya terdapat polisakarida
seperti kolagen dan acemannan yang berfungsi memperbaiki film agar tidak
mudah rapuh. Sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap elongasi. Selain
itu, elongasi dipengaruhi oleh plasticizer, dalam hal ini sorbitol. Jumlah
sorbitol yang ditambahkan akan mempengaruhi tingkat elastisitas edible film.
- Waver Vapor Transmission Rate (WVTR)
Hasil uji laju transmisi uap air (Waver Vapor Transmission Rate) pada edible
film pati singkong dengan penambahan ekstrak lidah buaya memiliki nilai
yang relatif berbeda.